Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN TEORITIK
A. Landasan Teori
1. Pengertian Landasan teori
Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep dan proposisi yang telah
disusun rapi dan sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian.
Landasan teori akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan
dilakukan.
Penyusunan landasan teori yang baik dan benar dalam sebuah penelitian
menjadi hal yang penting sebab landasan teori menjadi sebuah pondasi serta
landasan dalam penelitian tersebut. Sugiyono berpendapat bahwa dalam penelitian
landasan teori perlu ditegakkan agar  penelitian itu memiliki dasar yang kokoh,
dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error ).
2. Macam Landasan Teori
a. Teori dalam penelitian kuantitatif
Teori dalam penelitian kuantitatif (theory in quantitative research) merupakan
seperangkat gagasan konstrak (atau variabel) yang saling berhubungan, yang
berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci hubungan
antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction).
Suatu teori dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi,
pembahasan, atau alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau
memprediksi) fenoena yang muncul di dunia.
Dalam proposal penelitian kuantitatif, peneliti dapat menegaskan teorinya
dalam berbagai bentuk:

1) Peneliti menegaskan teori dalam bentuk pernyataan hipotesis-hipotesisi


yang saling berhubungan. Misalnya semakion tinggi pangkat seseorang,
semakin kuat sentralitasnya.
2) Peneliti menyatakan teroi dalm bentuk pernyataan “jika-maka” yang
menunjukkan mengapa seseorang harus berharap variabel bebas dapat
mempengaruhi variabel terikat.
3) Peneliti menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk visual ini penting
untuk menerjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual.
b. Teori dalam penelitian kualitatif
Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk
tujuan-tujuan yang berbeda:

1. Dalam penelitian kualitatif, teori seringkali digunakan sebagai penjelasan


atas perilaku dan sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya
variabel, konstrak, dan hipotesis penelitian.
2. Para peneliti kualitatif seringkali menggunakan perspektif teoritis sebagai
panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau masalah lain
mengenai kelompok marginal).
3. Dalam penelitian kualitatif, teori serinkali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagi poin kahir penelitian, berarti
peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung
dari data, lalu ke tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model
tertentu.
4. Beberpa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan 2 hal:1) Karena tidak ada satu pun
penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar
umum”
2) Karena struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan
metode tertentu telah memberikan starting point bagi keseluruhan observasi
(Schwandt, 1993 dalm Creswell, 2016).
c. Teori dalam penelitian metode campuran
Teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara
deduktif, seperti dengan pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara
induktif, seperti dengan pemunculan teori atau pola kuantitatif. Selain itu, ada
beberapa cara unik yang memasukkan sebuah teori ke dalam penelitian
metode campuran dimana peneliti mengumpulkan, menganalisis, dan
menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif menggunakan rancangan
metode campuran yang berbeda.
Kerangka kerja ini menggunakan 2 bentuk, yang keduanya muncul
dalam literatur metode campuran selama lebih dari 5-10 tahun belakangan ini.
1) Menggunakan kerangka kerja ilmu sosial
Teori ilmu sosial dapat menjadi kerangka kerja yang menyeluruh untuk
penelitian metode campuran. Teori ilmu pengetahuan sosial dapat diambil
dari beragam teori yang dijumpai dalm ilmu sosial seperti kepemimpinan,
ekonomi, ilmu politik, pemasaran, perubahan perilaku, adopsi atau difusi
teori-teori ilmu sosial apapun.
2) Menggunakan kerangka kerja transformative
Penggunaan dan akseptabilitas teori-teori transformatif dalam penelitian
metode campuran semakin banyak berkembang dalam dekade terakhir ini.
Dorongan ini berasal dari karya Mertens (2003, 2009) dalam Creswell
(2016), yang tidak hanya menyampaikan tujaun utama teori ini tapi juga
bagiaman tujuan ini digunakan menjadi proses penelitian umum dan metode
campuran.
3. Cara Menuliskan Landasan Teori
Dalam penulisan landasan teori terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu;

a. Nama pencetus teori


b. Tahun dan tempat pertama kali
c. Uraian ilmiah teori
d. Relevansi teori tersebut dengan upaya peneliti untuk mencapai tujuan atau
target penelitian (Hadi Sabari Yunus, 2010 : 226).
Selain itu, dalam menyusun landasan teori ada beberapa hal yang perlu untuk
diperhatikan oleh seorang peneliti, diantaranya yaitu:

a. Dalam menyusun landasan teori sebaiknya menggunakan acuan yang


berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan acuan-acuan yang
berisikan hasil penelitian sebelumnya (bisa disajikan pada Bab II atau
dibuatkan sub bab sendiri).
b. Cara penulisan dari subbab-subbab yang lain harus tetap memiliki hubungan
yang jelas serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
c. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi
prinsip kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian.

Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan


adalah buku yang edisi terbaru, sedangkan apabila referensi sudah tidak
diterbitkan lagi, maka referensi yang digunakan adalah yang terbitan terakhir.
Untuk yang menggunakan jurnal sebagai referensi, pembatasan tahun
penerbitan tidak berlaku.

d. Semakin banyaknya sumber bacaan membuat kualitas penelitian semakin baik,


terlebih sumber bacaan yang terdiri atas teks book atau sumber lainnya misal
dari jurnal, koran, artikel dari majalah, internet dan yang lainnya.
e. Podoman kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
f. Teori bukanlah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis
dalam buku).
g. Untuk penelitian korelasional, pada bagian akhir kerangka teori disajikan
model teori, model konsep (jika diperlukan) dan model hipotesis pada subbab
tersendiri, sedangkan untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun
model teori dan juga memberikan keterangan.
Model teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran seorang penulis dalam
penelitian yang dilakukan. Kerangka tersebut dapat berupa kerangka ahli yang
telah ada, ataupun kerangka berdasarkan teori pendukung yang telah ada.
Kerangka teori yang telah disajikan dalam suatu skema, perlu dijabarkan jika
dianggap perlu memberi sebuah batasan, maka asumsi-asumsi perlu dicantumkan.
B. Penelitian yang Relevan
1. Pengertian penelitian yang relevan
penelitian relevan ialah suatu penelitian sebelumnya yang sudah pernah dibuat dan
dianggap cukup relevan atau mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan
diteliti yang berguna untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok
permasalahan yang sama. Penelitian relevan dalam penelitian juga bermakna sebagai
referensi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas.
Menurut Ainon Mohd, Pengertian relevan ialah mempunyai kaitan dan hubungan
erat dengan pokok masalah yang sedang dihadapi. Jadi, bisa dikatakan definisi relevan
ialah hal-hal yang sejenis yang saling berkaitan dengan subjek dalam konteks yang tepat
atau terhubung dan terkait dengan situasi saat ini.
2. Kegunaan Penelitian Relevan
Kegunaan penelitian relevan ini ialah untuk mendukung permasalahan terhadap
bahasan, peneliti pun berusaha melacak berbagai literature  dan penelitian
terdahulu (prior match)  yang masih relevan terhadap masalah yang menjadi objek
penelitian saat ini. Selain itu ini menjadi syarat mutlak bahwa dalam penelitian ilmiah
menolak yang namanya plagiatisme  atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan
orang lain. oleh karena itu, untuk memenuhi kode etik dalam penelitian ilmiah maka
sangat diperlukan eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
Tujuannya adalah untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai teori
pendukung guna menyusun konsep berpikir dalam penelitian.
3. Cara Menuliskan Penelitian Relevan
Penelitian relevan ini bersifat jika diperlukan. Jadi, peneliti tidak perlu
menuliskan penelitian relevan, jika penelitian nya tidak ada berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh seseorang. Adapun jika kita akan
menggunakan hasil penelitian seseorang atau pun penelitian sendiri sebagai
penunjang penelitian yang kita lakukan hendaknya mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang kita lakukan. Relevan disini
maksudnya ialah relevan permasalahan dan variabelnya.
b. Perlu dihindari terjadinya duplikasi penelitian yang mengarah pada
plagiarisme.
c. Penelitian yang digunakan bisa dari penelitian sendiri atau orang lain.
d. Bagian penelitian yang digunakan sebagai penunjang ialah terletak pada bab V
penelitian yaitu pada bagian kesimpulan.
Dalam mengemukakan penelitian yang relevan ini, hal penting yang perlu
ditulis yaitu data-data dari sumber atau laporan hasil penelitian seperti dalam foot
note atau daftar pustka. Menurut Toto Syatori Nasehuddien, laporan hasil
penelitian paling tidak memuat hal-hal berikut: nama peneliti, judul penelitian,
waktu melakukan penelitian, hasil penelitian dan untuk kepentingan apa penelitian
dilakukan.
C. Kerangka Berpikir
1. Pengertian kerangka berpikir
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono,
2010) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke
dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan
paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
2. Penyusunan kerangka berpikir
a. Menetapkan variabel yang diteliti
Untuk menemukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam
menyusun kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan
terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan
apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori
yang akan dikemukakan.
b. Membaca buku dan hasil penelitian
Setelah variabel ditentukan ,maka langkah berikutnya adalah membaca buku-
buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk
buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah,
laporan penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis dan Disertasi.
c. Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan,
deskripsi teori berisi tentang, devinisi tehadap masing-masing variabel yang
diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara
variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
d. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-
betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori
yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam negeri.
e. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain.
Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu
dengan teori lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
f. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
melakukan sinresa atau kesimpulan sementara, perpaduan sintesa antara variabel
satu dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang
selanjutnya dapat digunakan merumuskan hipotesis.
g. Kerangka berpikir
Setelah sintesa atau kesimpulan dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun
kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka
berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu,
jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala
sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan
dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan
meningkat pada gradasi yang tinggi.
h. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis bila
kerangka berpikir berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kompetensi guru dengan hasil belajar” Bila kerangka berpikir berbunyi
“karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang
tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila di bandingkan dengan
lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah.” Maka
hipotesisnya berbunyi “Terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang
signifikan antara lembaga pendidikan A dan B, atau hasil belajar lembaga
pendidikan A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan B.

Anda mungkin juga menyukai