Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

Pendahuluan

a. Latar belakang

Manusia baik secara individu ataupun berkelompok membutuhkan ruang untuk


beraktivitas. Dalam beraktivitas tersebut membentuk perilaku teritorialitas untuk
memenuhi kebutuhan privasi sehingga teritorialitas merupakan salah satu unsur
arsitektur perilaku.

Gifford (1987) berpendapat, territory adalah ruang (space) yang pemanfaatannya


dikontrol oleh individu/ kelompok melalui penggunaan ruang fisik. Di mana
pemanfaatan serta penggunaan ruang berdasarkan kesepakatan dan pengawasan

Ada tiga tipe dari territory yang digunakan oleh manusia menurut Altman dan koleganya
(1975), yaitu: Primary Territory, Secondary Territory, Public Territory
Teori tentang teritorialitas banyak dikemukakan oleh para ahli. Robert Gifford Dalam
buku psikologi lingkungan menjelaskan beberapa teori tantang territorial yaitu apakah
territorial merupakan warisan, teitorial sebagai pengatur, teori territorial dan otak serta
territorial dan konflik skala besar. Selain itu Desain teritorialutas dalam sebuah desain
arsitektur membutuhkan kajian mendalam mengenai perilaku territorial penggunanya
sehingga setting ruang dapat meberikan dampak yang baik

b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teritorial?
2. Bagaimana cara mengukur teritorial?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi suatu teritorial?
4. Apa hubungan antara teritori dan perilaku manusia?
5. Apa saja teori yang terkait teritorial?
6. Apa hubungan antara teritorial dan desain lingkungan?
c. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian teritorial
2. Agar dapat mengukur batas teritorial pada manusia
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam mempengaruhi teritorial
4. Untuk memahami keterkaitan antara teritori dan perilaku manusia
5. Untuk mengetahui teori apa saja yang berlaku terkait teritorial
6. Untuk memahami keterkaitan antara teritori dan desain lingkungan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu teritori


Teritorialitas adalah fenomena yang sangat luas. itu beroperasi dalam upaya skala
terbesar kami, perang dan perdagangan global, serta dalam banyak hal terkecil kami,
seperti mengklaim kursi kami di meja makan. begitu Anda mengenalinya, indikator
teritorial manusia ada di mana-mana.
Teritorialitas dikaitkan dengan beberapa adegan paling jelek yang pernah kita
saksikan, tetapi beberapa psikolog lingkungan melihatnya sebagai mekanisme yang
membantu kita menghindari konflik yang cukup besar.

Apa itu teritorial? mungkin yang terbaik adalah mengawali definisi formal teritorial
dengan definisi impresionistik, sehingga Anda dapat merasakan konsep-konsepnya
(Julian Edney, 1974)

Wilayah dapat dikendalikan oleh individu atau kelompok, mereka mungkin besar atau
kecil, mereka biasanya fisik, dan mereka terdiri dari ruang. definisi formal yang
sederhana, oleh karena itu tidak mudah untuk ditawarkan tetapi berikut ini akan
berfungsi sebagai definisi operasi kami: teritorial adalah pola perilaku dan sikap yang
dipegang oleh individu atau kelompok yang didasarkan pada kontrol yang dirasakan,
dicoba, atau aktual dari fisik yang dapat ditentukan ruang, objek, atau ide dan mungkin
melibatkan pendudukan kebiasaan, pertahanan, personalisasi, dan penandaan itu.

a. Jenis Teritori
Jenis: primer, sekunder, publik, dan banyak lagi. Ada ribuan wilayah di dunia,
ada yang besar, ada yang kecil, ada yang bersarang di dalam yang lain, dan ada yang
berbagi. jika sistem yang baik ditemukan, kami kemudian dapat mempelajari
wilayah yang dipilih dari jenis tertentu dan secara wajar mengasumsikan bahwa
temuan kami berlaku untuk wilayah lain dari jenis yang sama.
Sistem kalsifikasi wilayah yang paling terkenal telah dikembangkan oleh irwin
Altman. Elemen kunci dalam tipologi Altman adalah tingkat privasi, afiliasi, atau
aksesibilitas yang diizinkan oleh setiap jenis.Tipe pertama adalah wilayah primer.
Wilayah primer dimiliki oleh individu atau kelompok primer, dikendalikan secara
relatif permanen oleh mereka dan merupakan pusat kehidupan sehari-hari mereka.
contohnya termasuk rumah, kamar tidur, kantor perusahaan, dan negara.
Wilayah sekunder kurang penting bagi kita daripada wilayah primer, tetapi
mereka memiliki signifikansi moderat bagi penghuninya. meja Anda di tempat kerja,
restoran favorit, dan lapangan bermain di rumah adalah contohnya. Kontrol wilayah
ini kurang penting bagi penghuni saat ini dan lebih mungkin untuk berubah,
berputar, atau dibagikan dengan orang asing.
Wilayah publik adalah wilayah yang terbuka bagi siapa saja yang bereputasi
baik dengan masyarakat. pantai, trotoar, lobi hotel adalah wilayah publik. Wilayah
publik terbuka untuk semua orang luar yang tidak secara khusus dikecualikan.
Ide juga dalam beberapa hal, wilayah. kami membela mereka melalui paten
dan hak cipta. kami memiliki aturan menentang plagiarisme. sebagian besar penulis
perangkat lunak mencoba melindungi program mereka dengan "mengunci" program
tersebut dengan kode.
b. Jenis pelanggaran
Penelitian dan pengalaman menunjukkan ada beberapa cara bahwa suatu
wilayah dapat dilanggar (Lyman & Scott, 1967) bentuk yang paling jelas adalah
invasi, di mana orang luar secara fisik memasuki wilayah tersebut, biasanya dengan
maksud untuk menguasainya dari saat ini. pemilik. ini dapat terjadi pada skala apa
pun dari satu negara menyerang negara lain hingga pasangan mengambil alih ruang
jahit untuk memasang komputer baru keluarga.
Bentuk pelanggaran yang kedua adalah pelanggaran. serangan yang lebih
sementara ke wilayah seseorang. biasanya tujuannya bukan kepemilikan tetapi
gangguan atau bahaya. vandalisme, serangan tabrak lari, dan perampokan termasuk
dalam kategori ini.

Bentuk pelanggaran ketiga adalah kontaminasi, di mana pelanggar melanggar


wilayah orang lain dengan meninggalkan sesuatu yang mengerikan. sebuah
perusahaan kimia besar meninggalkan rebusan beracun di tanah di bawah saluran
cinta new york untuk pemilik rumah berikutnya. mantan penghuni apartemen Anda
meninggalkan lemari kotor.
c. Tipe pertahanan
Sama seperti ada berbagai cara melanggar wilayah, ada berbagai cara untuk
mempertahankannya. enam faktor yang mempengaruhi apakah dan seberapa banyak,
para tetua wilayah merespons pelanggaran.pertama, siapa finfringernya? teman dan
teman sebaya misalnya lebih sering diterima. kita bahkan mungkin tidak
menganggap masuknya mereka sebagai pelanggaran. daripada orang asing dan
individu yang berbeda dari diri kita sendiri.
Kedua, mengapa penyusup itu melanggar? beberapa pelanggaran tidak
disengaja dan beberapa dilakukan oleh individu yang jujur tidak mengetahui
kesalahan mereka, tetapi yang lain dianggap disengaja. Ketiga, jenis wilayah apa
yang diserbu? wilayah primer dan wilayah tubuh misalnya cenderung menimbulkan
reaksi defensif yang lebih kuat terhadap intrusi daripada wilayah sekunder dan
publik. Keempat, bagaimana pelanggaran itu diselesaikan? cukup masuk akal bahwa
sentuhan yang diterapkan pada wilayah tubuh akan dipertahankan lebih keras
daripada berjalan melintasi rumput seseorang. tentu saja, seperti disebutkan
sebelumnya, sentuhan siapa itu dan alasan yang jelas untuk sentuhan itu juga
relevan. Kelima, berapa lama pelanggarannya? agaknya, reaksi defensif sehingga
pelanggaran yang tampaknya pendek lebih lemah daripada pelanggaran yang
tampaknya panjang. Keenam, dimana pelanggaran itu terjadi? apakah itu terjadi di
tempat di mana wilayah alternatif dapat ditemukan? secara umum, pelanggaran
wilayah di mana ada banyak ruang tidak akan menghasilkan tindakan defensif
sekuat mereka dalam menanggapi pelanggaran wilayah yang tak tergantikan.
Singkatnya, kami mengenali tujuh jenis wilayah: primer, sekunder, publik,
internasional, tubuh, objek, dan ide.

B. Pengukuran Teritorial
Teritorial pada dasarnya hampir tidak mungkin dipelajari di laboratorium. teritorialitas
membutuhkan waktu untuk berkembang, dan subjek dalam studi laboratorium biasanya
menghabiskan waktu satu jam atau kurang di laboratorium. kepemilikan dan kontrol
adalah inti dari teriorialitas, dan subjek hanya memiliki sedikit kesempatan untuk
mengalaminya di laboratorium eksperimen.
Metode utama untuk mempelajari teritorialitas manusia adalah studi lapangan dan
eksperimen lapangan, survei dan wawancara, dan pengamatan naturalistik dari perilaku
teritorial.
a. Studi lapangan dan eksperimen lapangan
Eksperimen lapangan adalah upaya untuk melakukan kontrol eksperimental untuk
secara acak menetapkan peserta ke berbagai kondisi yang dikendalikan eksperimen
dalam pengaturan dunia nyata.
Studi lapangan juga dilakukan dalam pengaturan dunia nyata, tetapi fokusnya adalah
pada asosiasi atau korelasi yang terjadi secara alami antara variabel, tanpa upaya
eksplisit untuk menetapkan subjek secara acak ke kondisi atau untuk melakukan
kontrol atas variabel.
Eksperimen lapangan membutuhkan kreativitas dan ketekunan yang tidak biasa
untuk merancang dan melaksanakan dalam studi lapangan yang khas, beberapa
variabel diukur tetapi tidak dikontrol secara eksperimental dan tidak ada penetapan
acak untuk kondisi atau pengaturan eksperimental
b. Surveys and interview
Cara lain untuk mempelajari teritorial adalah dengan bertanya kepada individu
tentang perilaku dan pengalaman mereka. metode laporan diri seperti survei dan
wawancara memiliki kelemahan bahwa responden mungkin tidak dapat atau mau
melaporkan perilaku mereka secara akurat.
tidak setiap teknik laporan diri melibatkan format tanya jawab tradisional. dalam
sebuah penelitian yang meneliti bagaimana pengaturan yang berbeda jika pagar,
tanaman, tepi jalan, dan ornamen mempengaruhi persepsi penghuni terhadap
keamanan properti.

Pengamatan naturalistik dan tindakan tidak mencolok, strategi ketiga adalah


mengamati perilaku teritorial yang sedang berlangsung dengan cara yang hati-hati
dan terstruktur. peneliti dapat mengamati bagaimana anak-anak menempati dan
mempertahankan area tertentu dari taman bermain sekolah. ketika tindakan tidak
mengganggu digunakan, peneliti dapat menghitung jumlah dan lokasi item yang
digunakan individu untuk mengontrol ruang.
Dua ukuran teritorial yang paling tidak mencolok adalah penandaan dan
personalisasi. penandaan meliputi penggunaan suatu objek, personalisasi melibatkan
pengubahan wilayah untuk menunjukkan kepemilikan atau kendali.
Singkatnya, teritorial hampir selalu diselidiki di lapangan. peneliti kadang-kadang
melakukan eksperimen yang sebenarnya tetapi lebih sering memeriksa korelasi
antara teritorial dan perilaku atau sikap lain, meminta laporan diri peserta tentang
aktivitas teritorial, atau mengamati bagaimana individu menandai atau
mempersonalisasi wilayah. karena masing-masing metode memiliki kekuatan dan
kelemahan, peneliti harus, jika memungkinkan, menggunakan beberapa metode. jika
hanya satu metode yang dapat digunakan, kehati-hatian harus diambil untuk memilih
metode yang paling sesuai dengan pertanyaan penelitian tertentu
c. Naturalistic Observation

C. Pengaruh Teritorial

Territorial pada dasarnya terbentuk dari perbedaan individu, perbedaan situasi, dan
budaya.

a. Faktor Personal
Teritorial memiliki berbagai macam karakter yang terbentuk berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan kepribadian. Mungkin temuan paling konsisten adalah dimana pria
memiliki territorial yang lebih besar dibandingkan Wanita. Hal tersebut dibenarkan
oleh Studi territorial yang dilakukan oleh Mercer dan Benjamin pada beberapa asrama
murid (Mercer & Benjamin,1980). Pada studi Mercer dan Benjamin Penghuni diminta
menandai pada denah kamar asrama mereka yang mana merupakan wilayah mereka
tersendiri, wilayah untuk teman sekamar, dan wilayah Bersama. Hasil studi
menyatakan Pria menandai Teritorial yang lebih besar dari Wanita.
Pria lebih sering memegang status tinggi dalam pekerjaan dibandingkan
Wanita, dengan demikian pria lebih sering menuntut ruang yang lebih besar pada
tempat kerja. Studi Mercer dan Benjamin menunjukkan bahwa Pria lebih teritorial
bahkan sebelum mereka secara formal memiliki status yang lebih tinggi, yaitu pada
saat mereka masih dalam fase pelajar. Tapi bagaimana dengan wilayah di rumah?
Apakah rumah bagi pria adalah istananya? Atau apakah Wanita yang tidak dominan
dalam teritori lingkungan pekerjaan justru memiliki teritori yang luas pada rumah?
Studi Sebba dan Churchman mengenai kebohongan keluaraga di Israel
memberikan beberapa jawaban menarik. Pertama, kedua orangtua sepakat bahwa
dapur adalah teritorial perempuan. Pada Kenyataannya, bagaimanapun sebanyak lebih
dari 30% para ayah mengatakan seluruh rumah adalah miliknya. Di sisi lain, lebih
banyak ayah (48%) dari para ibu (27%) mengatakan mereka mereka tidak memiliki
ruang di rumah. Secara umum, para ibu tetap konsisten bahwa rumah sebagai teritori
Bersama, tetapi teritori mereka sendiri adalah dapur.
Studi menunjukkan pria memeberikan gambaran yang lebih membingungkan,
lebih sering mengatakan seluruh rumah milik mereka, namun meberikan dapur
sebagai teritori penuh pada istri mereka dan juga sering melaporkan bahwa
sebenarnya mereka tidak memiliki teritori di rumah. Bergantung pada kepercayaan
tiap rumah, campuran dari teritorial dapat menyebabkan ketidaksepakatan yang cukup
besar terkait siapa yang diizinkan berkegiatan apa dan pada area rumah mana.
Bagaimana dengan perbedaan individual ? apakah beberapa tipe kepribadian
lebih cenderung mengklaim dan mepertahankan teritori daripada yang lain? kembali
kepada studi Mercer dan Benjamin (1980) tentang teritorial di kamar asrama bersama,
studi menunjukkan penghuni yang lebih cerdas baik pria maupun Wanita sama-sama
menandai area yang lebih besar untuk diri mereka sendiri, penghuni baik pria maupun
Wanita yang berasal dari rumah yang lebih besar menandai lebih banyak ruang untuk
diri mereka sendiri, pria dengan tingkat kekhawatiran tinggi ditandai dengan teritorial
yang lebih besar. Wanita yang percaya diri namun kurang dominan menandai
teritorial yang lebih besar. Hasil ini menunjukkan bahwa gender dan kepribadian
memiliki peran yang mempengaruhi teritorial.
b. Situasi
Apakah teritorial diangkat dari situasi yang dialami seseorang? Akankah
individu tertentu menunjukkan lebih banyak, kurang, atau jenis berbeda dari teritorial
hanya karena perubahan keadaan? Jawabannya tampaknya ya; berikut beberapa bukti
dimana teritorial dipertimbangkan dari dua aspek situasi : karakteristik fisik dan
karakteristik sosial.
Setting Fisik. Teori Oscar Newman mengenai Defensible Space (1972,1980).
Teori ini berkaitan dengan kriminalitas perumahan dan ketakutan akan criminal, dua
fenomena yang terkait dengan invasi teritorial. Teori ini mengusulkan bahwa fitur
desain tertentu, seperti tanda atau simbol penghalang untuk memisahkan wilayah
publik dari wilayah pribadi dan kesempatan bagi pemilik teritori untuk memantau
aktivitas mencurigakan dalam ruang mereka (surveillance), akan meningkatkan rasa
aman penghuni dan mengurangi kejahatan pada teritori.
Cukup banyak studi lapangan yang telah menguji teori Newman, dan
kebanyakan dari mereka dukungan teori ini (Taylor, 1982). Akan tetapi, kesimpulan
yang pasti tidak mungkin, bagaimanapun, karena studi - studi ini tidak dapat
memperhitungkan banyak pengaruh lain (nondesain) terhadap kejahatan dan
keamanan. Sebagian besar penelitian telah menyelidiki apakah fitur desain Defensible
Space meningkatkan kontrol penghuni dan jumlah pengawasan yang mereka lakukan.
Seringnya benar. Tapi, pertanyaannya adalah apakah penjahat itu sendiri lebih
mengindahkan properti dengan fitur Defensible Space lebih dari tanpa fitur tersebut.
Sayangnya, penelitian tentang perspektif perilaku sajauh ini masih samar dan tidak
lengkap. Beberapa penelitian (Brown & Altman, 1983) dan pengamatan yang cermat
terhadap aktivitas pelaku menunujukkan bahwa fitur Defensible Space mengurangi
aktivitas kriminal.
Memeriksa Fitur teritorial pada area dimana terdapat mobil-mobil yang
dilucuti (Ley & Cybriwsky, 1974a). dimana area tersebut tidak memiliki fitur desain
yang menunjukkan pemiliknya melakukan kontrol atau kewaspadaan kepada dirinya.
satu sisi, perilaku antisosial di taman-taman kota pada malam hari menjadi masalah
terkecuali salah satu taman. Ketika para peneliti mencari tahu kenapa, merekapun
menemukan bahwa satu penduduk yang berbatasan pada taman yang memiliki
kebiasaan yang displin dalam menggunakan lampu sorot yang terang pada malam
hari. Ini merupakan cotoh dari pemikiran Newman mengenai Survillance.
Hambatan dan peluang pengawasan tidak murni merupakan solusi lingkungan
sebab hal tesebut dapat menampar determinasi arsitektural. Perspektif yang lebih tepat
mengasumsikan bahwa fitur-fitur desain memberi pengaruh pada penghuni dan
pelaku kejahatan, dan ini berdampak pada pengurangan tingkat kejahatan. Dua hal
yang dapat berpengaruh pada penghuni adalah meningkatkan perasaan mereka
terhadap teritorial dan tindakan mereka untuk membuat fasilitas bersifat pengawasan.
Sebuah studi dilakukan pada penduduk yang ditunjukkan gambar garis dari
rumah-rumah yang bervariasi dengan fitur desain seperti trotoar, pagar, dan tanaman.
Beberapa gambar memperlihatkan seseorang di dalam pekarangan, dan lainnya tidak.
Beberapa partisipan yang hidup di area bermasalah (high-problem areas), beberapa
hidup di area kurang bermasalah (low-problem areas). Pada gambar yang
memperlihatkan pagar dan tanaman, dipercaya bahwa lebih kecil kemungkinan
terjadinya tindakan masuk tanpa izin (trespassing), Karena tindak pencurian lebih
kecil kemungkinannya, maka rumah lebih aman.
Pada penelitian juga ditemukan bahwa penghuni yang digambarkan pada
high-problem areas memandang seseorang sebagai potensi masalah, sebaliknya
penduduk pada low-problem areas memandang sesorang sebagai faktor yang dapat
mencegah kejahatan. Mengingat individu dalam gambar hanyalah gambar garis.
Tampaknya penduduk pada high-problem areas cenderung melihat orang luar sebagai
pelaku kejahatan, sebaliknya penduduk pada low-problem areas melihat mereka
sebagai tetangga yang bekerja atau bersantai di luar rumah mereka.
Jika orang dalam gambar garis telah dicap sebagai tetangga atau pejalan kaki
yang tak dikenal, kedua jenis penghuni diatas akan sepakat apakah orang tersebut
merupakan ancaman atau penghalang kejahatan. Hidup dengan kejahatan tampaknya
membuat kita pada umumnya curiga terhadap orang. Perubahan desain tidak akan
membuat semua penghuni merasa lebih aman.
Jika kita mempertimbangkan perilaku daripada perasaan mereka, maka
penelitian menunjukkan bahwa desain mengubah perilaku mereka yang sebenarnya
hal ini dilihat dari upaya mereka mengurangi kejahatan dalam artian membangun
teritorial mereka. Oscar Newman (1980) memberikan beberapa data observasi tentang
perubahan ini. Jalan-jalan tertentu di St. Louis memiliki fitur Defensible Space seperti
pintu gerbang, pembatas lalu lintas, dan tanda penghalang lalu lintas. Penduduk yang
bermukim di jalan tersebut sering terlihat berkegiatan di pekarangan rumah mereka ,
perilaku mereka terkesan tidak teritorial, namun mereka memberi efek melemahkan
aktivitas antisosial atau kriminalitas. Agaknya, penyusup merasa terncam dengan
adanya pengawasan secara alami ini. Namun, ini merupakan pengamatan naturalistik
sehingga tidak dapat mengarah pada peryataan kausal. Namun demikian, tampaknya
membatasi arus lalu lintas dapat mengarahkan beberapa potensi masalah jauh dari
lingkungan sehingga kegiatan diluar ruang lebih menyenangkan bagi penduduk yang
mencegah penyusup yang berpotensi yang melewati lingkungan dan melakukan
kegiatan kriminal.
Bentuk jalan tertentu dapat menciptakan perilaku yang lebih positif daripada
sekedar mengurusi pencuri. Pola Jalan buntu ( cul de sac) tampaknya menciptakan
lingkungan yang lebih baik terkait keterikatan antar penduduk (Brown & werner,
1985). Pada penelitian ini, keterikatan antar tetangga yang kuat terlihat dari dekorasi
perayaan liburan yang lebih semarak pada lingkungan jalan buntu.
Situasi Sosial. Apakah keadaan sosial dapat menambah atau mengurangi
teritorial ? pertanyaan ini belum mendapat banyak perhatian. faktor pertama, adalah
kepemilikan yang sah. Baik penyewa maupun pemilik rumah mengontrol wilayah
teritori htempat tinggal dalam arti kami telah mendefinisikan teritorial, tetapi pemilik
sah tampaknya cenderung lebih berperilaku teritorial (Greeanbaum dan
Greenbaum,1981). Secara spesifik, pemilik rumah lebih mengikat secara personal
daripada penyewa. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat komitmen yang lebih
besar dari sumber daya yang dibuat oleh pemilik rumah.
Faktor kedua merupakan iklim sosial. Studi pada twelve Baltimore Districts,
Taylor, Gottfredson, dan Brower (1981) menemukan bahwa atmosfir sosial yang
menyenangkan berkaitan dengan peningkatan fungsi teritorial. Pada lingkungan yang
lebih menyenangkan, penduduk mampu membedakan tetangga dari penyusup,
mengalami lebih sedikit masalah dalam kontrol teritorial, dan merasa lebih
bertanggung jawab atas ruang lingkungan.
Faktor ketiga adalah persaingan untuk sumber daya. Anda mungkin
mengharapkan lebih banyak perilaku teritorial Ketika Individu harus berjuang dengan
lainnya untuk sumber daya. Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa Ketika kursi
kafetaria, ruang perpustakaan, atau sumber daya lain yang terbatas, para individu
mulai menandai, mempersonalisasi, mengklaim, dan mempertahankan wilayah untuk
wilayah untuk menjaga bagian mereka dari sumber daya.
Di sisi lain, teori-teori cost-benefit mengenai teritorial hewan memperkirakan
bahwa teritorial terbesar adalah Ketika sumber daya melimpah, karena manfaat dari
wilayah sepadan dengan cara mempertahankannya (Cashdan,1983). Ketika sumber
daya tersebar dan langka, teori ini mengatakan, teritori harus lebih luas untuk
menyediakan makanan yang cukup ; usaha mempertahankan wilayah yang begitu
besar melebihi kehidupan yang dapat diperoleh hewan dari itu. Dengan demikian,
hewan-hewan yang hidup dalam kondisi dimana sumber daya sulit ditemukan
meninggalkan teritorialitas demi melakukan pendekatan catch-as-catch-can.
Banyak bukti studi lapangan mengenai hewan yang menyetujui teori cost-
benefit , akan tetapi apakah hal ini berlaku bagi manusia? Diantara beberapa
masyarakat primitif , teori tersebut sepertinya berlaku pada beberapa kasus, Cashdan
telah menyediakan beberapa alas an dan bkti, dari studinya mengenai suku Bushmen
di Afrika.
Pada pengamatannya, teritorialitas terjadi Ketika ada kompetisi untuk sumber
daya. Dimana bentuk pertahanan wilayah justru dipergunakan Ketika sumber daya
menipis ketimbang saat sumber daya melimpah. Ketika sumber daya melimpah,
teritori cenderung mengecil (karena kelompok tidak perlu mencari jauh untuk
mendapatkan yang mereka butuhkan) dan pertahanan dapat berupa tanda pembatas
atau pertempuran kecil. Artinya, batas itu sendiri merupakan focus kegiatan teritorial.
Ketika sumber daya menipis, perimeter pertahanan tidak lagi dapat diterapkan.
Bagi hewan, mereka mungkin menyerahkan teritorial sepenuhnya. Tetapi manusia,
Cashdan menemukan bahwa Bushmen bertentangan dengan teori cost-benefit, lebih
teritorial Ketika sumber daya menipis daripada Ketika sedang berlimpah. Artinya,
Bushmen lebih sering menolak akses orang luar pada saat sumber daya yang mereka
Kelola terbatas. Jika budaya ini berlaku pada kita juga, maka hal membenarkan bahwa
teritorialitas memiliki cara kerja yang berbeda bagi manusia dan hewan.
c. Budaya
Smith (1981) menyelidiki tentang teritorial pantai Prancis dan Jerman. Studi
ini memiliki pola yang sama pada Studi Amerika sebelumnya (Edney dan Jordan-
Edney,1974), sehingga teritorial pantai Jerman, Prancis, dan Amerika bisa jadi
berbeda. Smith menemukan ketiga budaya tersebut sama dalam beberapa hal,.
Misalnya, pada ketiganya kelompok yang lebih besar mengklaim ruang per-orang
yang lebih kecil, dan kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan mengklaim
ruang yang lebih kecil per orang , dan perempuan mengklaim lebih sedikit ruang
daripada laki-laki.
Namun dalam hal lain, budaya mereka berbeda. Prancis tampak kurang
teritorial. Mereka mengalami kesulitan dengan konsep teritorial karena memiliki
semboyan “pantai adalah untuk semua orang”. Jerman justru lebih sering melakukan
penandaan. Mereka sering mendirikan penghalang istana pasir, tanda yang
menunjukkan beberapa area yang telah disediakan untuk kelompok- kelompok
tertentu (keluarga dengan anak-anak disini, nudist disana, dll). Pada akhirnya, ukuran
teritorial dari ketiga budaya cukup berbeda, tetapi memiliki bentuk teritorialnya
sangat mirip. Orang Jerman lebih sering mengklaim wilayah yang lebih luas, namun
dalam ketiga budaya, individu menandai wilayah yang lebih elips dan kelompok
menandai wilayah yang lebih meilngkar.
Sebuah studi tentang bagaimana dua budaya ( Yunani dan Amerika)
menanggapi sampah menunjukkan lagi bagaimana teritorialitas serupa namun berbeda
lintas budaya (Worchel dan Lollis, 1982). Para peneliti meletakkan sekantong sampah
pada tiga tempat : halaman depan, trotoar depan rumah, atau di pinggir jalan depan
rumah. Kantong sampah di halaman sama-sama dipindahkan secara cepat oleh
keduanya, tetapi orang Amerika memindahkan sampah dari trotoar atau pinggir jalan
lebih cepat daripada orang Yunani.
Apakah orang Amerika lebih teritorial daripada orang Yunani? Worchel dan
Lollis mengatakan tidak; perbedaannya terletak pada persepsi mereka mengenai
wilayah di sekitar rumah mereka. Orang Amerika menganggap pinggir jalan dan
trotoar sebagai area semi-publik atau bisa dikatakan semi-privat sehingga mereka
membersihkan sampah mereka lebih cepat daripada orang Yunani. Sedangkan, orang
Yunani menganggap pinggir jalan dan trotoar sebagai wilayah publik; oleh karena itu,
sampah pada area teraebut tidak menjadi perhatian besar bagi mereka.
Bahkan studi mengenai pesonalisasi rumah membandingkan orang Slavia
Amerika dengan tetangga mereka yang non-Slavia (Greenbaum dan
Greenbaum,1981), dimana tidak menemukan perbedaan. Misalnya, Slavia dan non-
slavia mempersonalisasikan pintu depan mereka dengan inisial pada tingkat yang
sama . dengan demikian, teritorialitas bervariasi antar budaya dalam beberapa hal
tetapi serupa dalam hal lain.
Teritorialitas sering kali cukup terlihat dalam geng-geng pada suatu budaya,
yang harus berhadapan dengan geng lain pada wilayah publik lainnya. Campbel,
Munce, and Galea (1982) membandingkan geng Inggris dan geng Amerika dan
menemukan bahwa geng Amerika menunujukkan lebih banyak teritorial.
Apakah berarti pemuda Amerika lebih teritorial dari pemuda Ingris? Belum
tentu. Mengingat bahwa Pemuda Inggris dan Amerika memiliki kondisi kehidupan
yang sangat berbeda. Geng Inggris cenderung terdiri dari kelas pekerja dan kelas
menengah bermartabat. Karena, pekerja dan kelas menengah tidak tinggal pada area
yang sama, mereka tidak perlu membangun wilayah persaingan di lingkungan mereka
sendiri. Mereka tidak bertengkar satu sama lain. Lain halnya dengan geng Amerika
yang terbentuk dari ras dan etnis berbeda yang berbagi dalam lingkungan yang sama.
Teritori diukir dan dipertahankan karena gang bersaing satu dengan lainnya.

D. Teritorialitas dan Perilaku Manusia


Fungsi teritorial sebagai sebuah proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi,
kemenangan, kooperasi, dan kontrol.
a. Personalisasi dan Penandaan
Jika anda ingin orang lain mengetahui wilayah yang hendak anda klaim, anda
harus memberi tahu mereka. Hal ini dapat dilakukan secara verbal. Kakak memberi
tahu adiknya, “ini adalah kamar saya, tolong keluar.” Namun, seringnya kita
memberikan petunjuk layaknya pengembara – tanda, pagar, dan barang pribadi yang
ditempatkan pada lokasi strategis. Istilah personalisasi dan penandaan, keduanya
diterapkan pada praktik ini. Kedua istilah tersebut saling berkaitan, akan tetapi
personalisasi lebih merujuk pada penataan wilayah primer atau sekunder seseorang
secara relatif permanen (contoh : menempatkan poster di pintu kamar atau tanda yang
anda ukir dengan nama keluarga pada luar rumah anda.), akan tetapi penandaan
biasanya mengacu pada klaim atas bagian dari wilayah public, seperti tempat duduk
anda di pesawat atau tempat perkemahan anda.
Personalisasi dan Penandaan terjadi dalam berbagai pengaturan, termasuk
beberapa hal yang mungkin tidak anda duga. Pada suatu studi, menemukan
pengunjung restoran menandai piring mereka dengan menyentuhnya sekitar tiga kali
lebih sering yaitu pada saat piring disajikan oleh orang lain daripada saat
menyajikannya sendiri (Truscott, Parmelee, dan Werner, 1977). Karena pengunjung
secara tidak sadar menandai piring sebagai miliknya. Maka dapat disimpulkan
tampaknya beberapa perilaku penandaan kita terjadi diluar kesadaran kita. Pola yang
sama ditemukan oleh Werner, Brown, and Damron (1981) pada tempat arcade video
game. Pengamatan naturalistik pada pemain menunjukkan bahwa pemain menyentuh
mesin untuk menetapkan teritori dan menyentuh lebih lama Ketika orang lain
mengganggu mereka. Saat peneliti menyentuh mesin, pemain lain tidak disarankan
untuk memainkannya.
Personalisasi dan Penandaan juga terkadang cukup bebas. Ketika kita
memasang tanda “dilarang berburu” atau “ dilarang masuk tanpa izin” atau “ tidak ada
agen, penjual, pengacara, atau penjual” maka kegiatan tersebut dilakukan dengan
tujuan yang jelas dan sadar. Geng di perkotaan menandai batas teritori mereka dengan
cat semprot pada dinding bangunan (Ley dan Cybriwsky, 1974b). namun, kita perlu
berhati-hati untuk berasumsi bahwa setiap tanda atau potongan graffiti merupakan
penanada teritorial karena graffiti itu sendiri mungkin hanya salah satu bentuk
vandalisme atau seseorang meletakkan mantel pada kursi mungkin karena tidak ada
tempat untuk menggantung.
Personalisasi dan Penandaan memberikan pemberitahuan atas klaim kita,
namun jika diabaikan kita seringkali tidak menindaklanjuti dengan pertahanan
wilayah yang lebih kuat. Terutama Ketika wilayah tersebut adalah wilayah publik.
Contohnya, pada meja perpustakaan Ketika salah satu pengunjung mengabaikan
penanda teritori pengunjung lain , seringnya pengunjung tersebut justru pindah
daripada secara aktif mempertahankan teritori mereka.
Personalisai memiliki dampak positif. Ketika bangsal psikiatri diizinkan
mempersonalisasikan wilayah mereka, atmosfir sosial bangsal jadi meningkat
(Holahan,1976). Sayangnya, banyak organisai tidak mendukung personalisasi.
Namun, Canada University menggalakkan dengan mengadakan kontes melukis pintu
tahunan pada asrama mereka. Personalisasi pada pintu kamar asrama juga telah
dikaitkan dengan tinggal di sekolah ( menolak drop out), meskipun banyak faktor lain
yang mempengaruhi keputusan tersebut (Vinsel, Brown, Altman, dan Foss, 1980).
b. Agresi dan Pertahanan Wilayah
Dalam pemikiran popular, mungkin masalah perselisihan kekerasan atas
wilayah beberapa spesies hewan dan agresi wilayah merupakan hal yang saling
beriringan. Begitupun pada tingakat nasional, tragedi perang wilayah merupakan hal
yang sangat umum. Bagaimanapun, menerima lebih banyak perhatian daripada hidup
berdampingan secara damai. Riset psikologi lingkungan menunjukkan bahwa agresi
pada teritorial manusia tidak lagi umum (Edney, 1976). Hal ini dikarenakan manusia
telah mengembangkan begitu banyak metode untuk menyelesaikan perselisihan –
Bahasa untuk bernegosiasi, kebiasaan bimbingan perilaku, dan adanya system hukum
untuk menyelesaikan perselisihan.
Bukan berarti tiap individu tidak mempertahankan wilayah mereka. (Berteriak
dan berpenampilan kotor, misalnya) dapat digunakan sebagai bentuk pertahanan
teritorial. Memperthanakan wilayah melalui penandaan, personalisasi, dan cara lain
adalah hal biasa, tetapi pertahanan melalui jalan kekerasan jarang terjadi. Salah satu
bentuk pertahanan non-kekerasan adalah kewaspadaan. Studi lapangan awal, Julian
Edney (1972a) menemukan bahwa penghuni rumah dengan pajangan pertahanan
(seperti tanda bertuliskan, “property pribadi, jauhkan) merespon ketukan pintu secara
signifikan lebih cepat daripada penghuni tanpa pajangan pertahanan.
Sayangnya, agresi memang terjadi di beberapa keadaan. Semakin bernilai
wilayah tersebut, misalnya, semakin besar kemungkinan untuk aktif membela (Taylor
dan Brooks,1980). Banyak masyarakat yang bahkan memaafkan kekerasan dalam
membela sebuah wilayah primer. Misalnya, beberapa individu dibebaskan secara
hukum / secara legal menembak pencuri pada lingkungan rumah mereka.
agresi juga dapat terjadi Ketika batas teritorial tidak jelas. Ketika batas
teritorial antar geng di perkotaan tidak disepakati dengan jelas, lebih banyak
kekerasan yang terjadi daripada Ketika ada batas-batas yang disepakati dengan jelas
( Ley dan Cybriwsky, 1974b).
akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa kekerasan digunakan sebagai
pertahanan teritorial Ketika semua cara telah habis, Ketika tidak menemukan
alternatif lain, atau Ketika individu mengalami penolakan melalui tindak diskriminasi
namun dalam kemiskinan, sehingga tidak mampu melalui proses peradilan.
c. Dominasi dan Kontrol
Kedua istilah ini sebenranya tidak memiliki arti yang sama. Seperti yang
ditekankan Edney (1975), bahwa teritorial paling sering dikaitkan dengan dominasi,
perilaku sosial yang menyiratkan kemenangan. Seperti diebutkan sebelumnya,
terkadang dominasi atau peringkat dalam hirarki yang dimiliki individu, dan
terkadang tidak. Edney menyatakan bahwa teritorial manusia mungkin lebih terkait
erat dengan kontrol. Sebuah konsep yang lebih luas daripada dominasi. Kontrol tidak
hanya mengacu pada pengaruh atas individu lain tetapi juga pegaruh atas ruang, ide,
dan sumber daya lain pada wilayah tersebut. Dia mengamati bahwa kontrol mungkin
berperan aktif, seperti Ketika kontrol dilakukan secara ofensif dan diprakarsai oleh
pemegang wilayah, atau berperan pasif, Ketika pemegang wilayah bertindak
defensive, menanggapi atau menolak tantangan terhadap orang luar. Edney percaya
bahwa kita harus berpikir lebih dalam hal kontrol, terutama kontrol pasif Ketika
mempertimbangkan teritorial manusia. Edney berpikir bahwa individu yang jarang
terlibat dalam upaya langsung untuk menunjukkan dominasi tetapi sering terlihat
dalam berperilaku non-kekerasan adalah mereka yang seringnya melakukan
pengendalian mereka atas wilayah. Contohnya, perselisihan antara dua properti,
individu jauh lebih mungkin terlibat dalam adu mulut di ruang siding daripada adu
fisik.
Pada studi Esser dan rekannya mengenai teritorialitas dan dominasi pada
pasien rumah sakit jiwa menemukan bahwa dominasi hirarki antara pasien dewasa
dan pasien anak-anak pada teritori bangsal terbagi menjadi tiga posisi hirarki, yaitu :
1/3 tengah dari pasien memiliki teritori pusat yang besar, 1/3 bawah memiliki tertori
yang kecil dan terpencil , (Esser, 1968 ; Esser, Cahmberlain, Chapple, dan Kline,
1965). Sementara 1/3 atas adalah mereka yang sering berkeliaran bebas di seluruh
wilayah bangsal ; dengan kata lain seluruh wilayah merupakn teritorinya.
Studi lain menghubungkan dominasi pribadi dengan teritorialitas yang
dilakukan pada panti khusus wanita dengan keterbelakangan mental (Palawskyj dan
ivinskis, 1980). Pertama-tama peneliti membagi dominasi hirarki berdasarkan
perilaku aktual (seberapa sering mereka berinisiatif dan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial). Hasilnya Palawskyj dan ivinskis menemukan bahwa perempuan yang
dominan cenderung memiliki teritori yang lebih besar.
Sundstorm dan Altman (1974) melakukan studi mengenai dominasi dan
teritorialitas pada sekolah khusus tahanan muda. Mereka menemukan bahwa
teritorialitas berkorelasi dengan dominasi selama keanggotaan dalam kelompok tidak
berubah. Namun, Ketika dua individu paling dominan keluar dari kelompok, konflik
meningkat dan korelasi antara dominasi dan perilaku teritorial menurun. Kemudian,
Ketika keanggotaan kelompok Kembali stabil, hubungan antara teritorial dan
dominasi menguatkan Kembali hirarki baik atas, tengah, maupun bawah. Namun,
yang individu yang paling dominan masih berjuang dan belum menetapkan wilayah
yang jelas. Sundstrom dan Alt menyimpulkan bahwa seiring berjalannya waktu,
ikatan kuat antara perilaku teritorial dan dominasi akan muncul Kembali.
Penghuni yang paling dominan mungkin telah menetapkan “teritori” yang
mengizinkan mereka untuk bergerak bebas selama di lingkungan tersebut. Namun,
poin pentingnya adalah bahwa kekuatan hubungan dominasi-teritorialitas bervariasi
menurut situasi; pergolakan dalam komposisi suatu kelompok serta faktor-faktor
sosial lainnya dapat memperkuat atau melemahkan hubungan tersebut.
Altman (1975) melaporkan studi lain yang menunjukkan bahwa dominasi dan
teritorialitas tidak selalu terkait rapih pada manusia. Hubungan dominasi-teritorialitas
juga bergantung pada siapa individu ( seperti pasien jiwa versus eksekutif
perusahaan), bagaimana dominasi diukur ( sebagai faktor kepribadian, sebagai
popularitas, atau sebagai jumlah interaksi yang dimulai seseorang (contohnya :
bagaimana berjalannya suatu organisasi), dan nilai dari teritori terkait (terkadang
ruang, seperti pada bangsal rumah sakit jiwa mungkin tidak layak diperjuangkan).
Apakah kepemilikan pada teritori membantu manusia untuk mendominasi
kegiatan di dalamnya, untuk menang misalnya? Kita telah melihat bahwa keputusan
yang dibuat di wilayah kita sendiri mencerminkan posisi kita tentang masalah lebih
dari mereka mencerminkan posisi orang lain (Taylor dan Lanni, 1981). Ruang sidang
adalah suatu tempat dimana kemenangan dan kekalahan terjadi. Penilaian menarik
mengenai psikologi lingkungan di ruang sidang Carolina Utara, Austin (1982)
mengemukakan bahwa objektivitas dan kesetaraan antara penuntutan dan pembelaan
tidak selalu tercermin dalam pengaturan fisik ruang sidang. Austin menyimpulkan
setelah mengamati penmapatan hakim, juri, penuntutan, dan pembelaan ruang sidang
bahwa penuntut memilki keunggulan signifikan atas pembelaan. Misalnya jaksa
ditempatkan lebih dekat dengan juri, memungkinkan jaksa untuk meyakinkan juri
secara halus bahwa mereka benar-benar berada di pihak yang sama dalam kasus
tesebut.
Dominasi teritorial juga tampaknya mempengaruhi hasil akhir acara olahraga,
sebuah fenomena yang dikenal sebagai home court advantage (keuntungan tuan
rumah). Di setiap tim liga meratapi perjalanan darat, yaitu perjalanan yang membuat
mereka kelelahan, sehingga peluang menang lebih rendah. Apakah home court
advantage merupakan mitos atau fakta?
Schrwartz dan Barsky (1977) meneliti catatan rekam jejak dari tim hoki,
basket, baseball, dan sepak bola. Mereka menemukan bahwa keuntungan tuan rumah
ada namun hanya pada beberapa olahraga. Pada musim baseball yang mereka uji, tim
tuan rumah menang 53%. Keuntungan ini kecil, mengingat legenda dalam permainan
tentang penjaga lapangan “mengawasi” lapangan olahraga untuk memenangkan tuan
rumah atau menggagalkan lawan.
Tim sepak bola baik professional maupun perguruan tinggi memenangkan
53% dan 59% Ketika menjadi tuan rumah berturut-turut. Tim hoki profesional
menang dan seri 70% saat menjadi tuan rumah, dan tim basket perguruan tinggi dalam
satu liga menang dalam rasio yang kurang lebih sama.

Schwartz dan Barsky mempertimbangkan banyak alasan pada temuan mereka


dan menyimpulkan bahwa alas an utamanya adalah dukungan penggemar, diperbesar
oleh lingkungan fisik. supporter hoki dan bola basket menyemangati tim mereka pada
ruang tertutup; hal tersebut mengefisiensikan dukungan vokal mereka untuk tim,
dibandingkan dengan efek yang dirasakan pada permainan baseball dan sepakbola,
dimana Sebagian dukungan vokal tidak terlalu dominan di langit terbuka. Indoor
venues juga mempererat jarak antar suporter dan pemain sehingga euphoria supporter
lebih dapat berdampak kepada pemain. Sebuah studi meneliti tentang dampak
cemoohan pada permainan basket (Greer,1983) mengungkapkan bahwa performa tim
tuan rumah sedikit meningkat setelah supporter menyoraki mereka dan tim lawan/
tamu cenderung melakukan lebih banyak pelanggaran dan memberi performa buruk
Ketika mendapat cemooh dari suporter tim tuan rumah.
James (1984) juga melakukan studi dimana tim basket yang sering menang
(55-65%) pada rata-rata kemenangan mereka terdapat faktor tuan rumah lebih besar
12% daripada menjadi tamu. Sedangkan pada tim basket biasa (33-43%) pada rata-
rata mereka terbantu 7% saat menjadi tuan rumah daripada menjadi tamu. Temuan ini
memperkuat bahwa dominasi dan teritorialitas memiliki hubungan.
Bagaimana tentang kontrol, bukan dominasi? dalam sebuah studi tentang
kesadaran lingkungan, Gifford menemukan bahwa siswa yang mengerjakan tugas
laboratorium untuk kelas psikologi berusaha kerja untuk tidak mengganggu
pengaturan furniture yang menyebabkan mereka kesulitan bergerak di sekitar lab (Gif
ford, 1976c). Sebagian mereka berperilaku demikian disebabkan karena kurangnya
kesadaran mereka terhadap setting fisik, tetapi beberapa siswa kemudian
menunjukkan bahwa “seseorang tidak memindahkan perabotan kecuali di rumahnya
sendiri.” Di lab, tidak ada larangan untuk memindahkan furnitur, terutama jika itu
mengganggu kemajuan di lab. Namun, para siswa merasa bahwa seseorang, seperti
instruktur lab atau petugas kebersihan sebagai pemegang kendali sehingga mereka
bahkan tidak mengajukan tuntutan restrukturisasi pengaturan furnitur, apalagi secara
aktif melobi untuk perubahan.
Pertimbangan penting dalam hubungan antara teritorial dan kontrol, apakah
wilayah tersebut primer, sekunder, atau public. Para siswa di lab misalnya, dengan
jelas memandang lab sebagai wilayah sekunder atau publik. Kita harus memiliki
paling besar di lingkungan primer. Taylor dan Stough (1978) menyelidiki apakah
individu-individu setidaknya dipercaya bahwa mereka menggunakan lebih banyak
kendali di wilayah-wilayah primer daripada di wilayah-wilayah lain. Subjek mereka
melaporkan merasa lebih memegang kendali Ketika mereka menempati wilayah
primer seperti kamar tidur dengan pintu tertutup dan kamar mandi daripada di wilayah
sekunder halaman belakang rumah mereka, trotoar depan rumah mereka, atau di
tempat umum seperti supermarket dan tempat rekreasi.

E. Teori teritorialitas
a. Teritorial adalah warisan
Pertanyaan yang banyak menjadi perdebatan psikolog tentang apa yang
mengatur sebuah territorialitas, perdebatan itu mengenai territory bersifat warisan
(secara alamiah) ada pula yang mengatakan bahwa territory adalah hasil belajar yang
diperoleh dari lingkungan. konsep teritorialtas tersebut memperdebatkan mengenai
konsep teritorialitas manusia dan hewan. Etolog europian dan beberapa penulis
amerika utara memperlakukan teritorialitas manusia sebagai perpanjangan dari
teritorialitas hewan (Ardrey,1966). Namun Gifford dalam buku psikologi lingkungan
(halaman 154) menjelaskan tidak ada bukti bahwa teritorialitas manusia diwariskan
terlepas dari beberapa kesamaan yang dapat dilihat dari perilaku manusia dan
perilaku hewan. Beberapa penulis mellihat fakta bahwa tidak semua hewan
territorial, seperti kera yang merupakan hewan mamalia yang menunjukkan sangat
sedikit teritorialitas. Sebagian besar ahli psilokologi lingkungan lebih suka
membangun teori membangun teori yang menjelaskan perilaku teritorial pada saat
hal itu terjadi daripada berspekulasi tentang asal-usulnya.
Ada yang mengatakan bahwa human territoriality bersifat instictive, ada juga
yang mengatakan bahwa hal itu adalah hasil belajar, dan ada juga yang berpendapat
bahwa hal tersebut adalah sebuah interaksi antar keduanya. Menurut pandangan
instictive, manusia dan hewan sama-sama memiliki dorongan untuk mengklaim dan
mempertahankan territory-nya. Sedangkan pandangan bahwa teritorial adalah hasil
belajar menyatakan bahwa hal tersebut adalah hasil dari pengalaman masa lalu dan
dari budaya manusia. Lalu dari perspektif yang lain, dimana berpendapat bahwa
teritorial adalah hasil dari interaksi antara insting dan hasil belajar, melihat bahwa
kedua proses tersebut berkontribusi terhadap tindakan teritorial. Adalah hal yang
mungkin jika territoral behavior manusia cenderung menuju arah instictive, tetapi
dari proses belajarlah yang menentukan intensitas dan bentuk dari perilaku kita.

Tingkah laku teritorialitas manusia mempunyai dasar yang agak berbeda


dengan binatang karena teritorialitas manusia berintikan pada privasi. Sementara itu,
fungsi teritorialitas pada hewan untuk mempertahankan diri, dorongan untuk
mempertahankan hidup dan juga mempertahankan jenis. Tingkah laku teritorialitas
hewan antara lain membuat atau atau mendiami tempat hunian, menyimpan bahan
makanan di tempat tertentu, mencari atau mengumpulkan makanan dari area
tertentu, dan melindungi anak-anaknya dari serangan makhluk lain. Dorongan yang
mendasari tingkah laku pada hewan ini adalah naluri teritori.

Teritorialitas pada manusia mempunyai fungsi yang lebih tinggi daripada


sekedar fungsi mempertahankan hidup. Pada manusia, teritorialitas ini tidak hanya
berfungsi sebagai perwujudan privasi saja, tetapi lebih jauh lagi teritorialitas juga
mempunyai fungsi sosial dan fungsi komunikasi.

b. Territorialitas sebagai pengatur


Menurut Edney,1976 Teritorial manusia tidak sering ditandai dengan upaya
mendominasi pengunjung sebaliknya teritorialitas manusia berfungsi untuk
mengatur perilaku manusia dari kekerasan, agresi dan dominasi yang tidak
diperlukan.
Territorialitas berfungsi sebagai ‘organizers’ dalam berbagai dimensi, dalam
kehidupan kita sehari-hari , berkontribusi mengatur dalam hubungan peran social.
Contohnya saat seseorang berada dalam ruang tidur, maka ruangan tersebut diatur
untuk kebutuhan pribadi yang cocok untuk sendirian dan mengekpresikan identitas
personal.
Banyak individu yang bekerja memimpikan untuk dapat memiliki bisnis
sendiri bukan hanya karena alasan keuangan tetapi agar mereka dapat mengatur dan
megontrol kebijakan tempat kerja mereka sendiri hal ini menunjukkan bahwa fungsi
territorialitas sebagai pengatur perilaku dibutuhkan untuk menjadi lebih baik. anak-
anak menginginkan kamar masing-masing sehingga kegiatan dan dekorasi mereka
tidak harus dinegosiasikan dengan saudara. Dengan demikian salah satu manfaat
territorialitas adalah mendapatkan hak preogratif. Menurut Edney organisasi dan
pengaturan teritorialitas dimiliki oleh 1. Komunitas 2. Kelompok kecil 3. Individu.
1. Komunitas
Pengorganisasian territorial dalam sebuah komunitas diuntungkan terutama secara
wilayah geografis. Wilayah yang ditentukan memberikan kemudahan dalam
berinteraksi
2. Kelompok kecil
territorial dalam sebuah kelompok kecil membantu membatasi perilaku dalam
sebuah setting seperti pengunjung dan tuan rumah baik aturan tertulis maupun tidak
tertulis meningkatkan ketertiban dan keamanan dengan menyediakan seperangkat
aturan dasar yang dapat diterima bersama, contohnya pemilik kolam renang
memasang tanda dan aturan.
3. Individual
Manfaat fungsi pengaturan teritorialitas bagi individu adalah untuk kontrol social
dan dan keakraban dengan wilayah tertentu memberikan individu rasa identitas
Hak-hak kepemilikan sangat kuat dan terorganisir. Contoh sehari-hari adalah
memasak makanan prosesnya jauh lebih mudah didapr kita sendiri daripada di dapur
orang lain karena kita tahu dimana bahan dan peralatan disimpan hal ini
menunjukkan keakraban terhadap dapur yang dimiliki.

c. Teritorial dan teori behavior setting


Psikolog ekologis memandang perilaku territorial dari perspektif behavior
setting, contohnya williems dan campbell (1976). Salah satu teori yang didasarkan
atas pandangan ekologis adalah teori behavior-setting (setting perilaku) yang
dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker.
Premis utama teori ini organism environment fit model yaitu kesesuaian antara
rancangan lingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan
tersebut. Oleh karenanya, dimungkinkan adanya pola-pola perilaku yang telah
tersusun atau disebut dengan 'program' yang dikaitkan dengan setting tempat.
Teori ini kurang memperhatikan proses psikologis dari perbedaan individual
dan lebih menekankan uniformitas atau perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-
lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteriskik sosial seperti kebiasaan,
aturan, aktivitas tipikal, dan karakterisktik fisik. Dengan mengetahui setting tempat
maka dapat diprediksikan perilaku/aktivitas yang terjadi (Gifford, 1987; Veitch &
Arkkelin, 1995)
d. Teritorialitas dan Otak

Aristide Esser (1976) memilik perspektif yang cukup berbeda yang


mengatakan bahwa territorial terkait dengan struktur otak kita yang berasal dari
bagian tertua dari sistem saraf pusat mamalia, batang otak. Ditransformasikan di
bagian otak yang lebih baru (neokorteks) dan tunduk pada kompleksitas perilaku
spasial yang kita amati pada manusia, esser berspekulasi bahwa spesialisasi hemisfer
bertanggungjawab atas kompleksitas perilaku spasial manusia. Hal yang sama
diungkapkan Evans dan Elchelman (1976) menyarankan bahwa fungsi otak
nekorteks seperti pemetaan kognitif. Ide-ide ini Sebagian besar belum teruji

e. Territorialitas dan konflik skala besar


Teritorialitas beroperasi di banyak tingkatan tetapi entitas yang lebih besar
seperti negara juga terlibat dalam perilaku territorial. Pada skala yang lebih besar
hubungan atau anggapan antara teritorialitas dan agresi tampaknya jauh lebih layak.
ratusan perang dan pertempuran perbatasan telah terjadi bahkan dalam periode
singkat sejarah sejak perang dunia 2
Philips schrodt 1981, menawarkan model konflik terperinci sebagai penentu
utama teritorialitas. model ini mendasarkan pada simulasi komputer konflik antara
masing-masing negara, meskipun schrodt percaya modelnya mungkin berlaku untuk
kelompok yang lebih kecil. meskipun model ini ditentukan dalam persamaan
matematika tertentu, schrodt mengatakan modelnya secara informal dapat dianggap
sebagai teori geng strees

Dimulai dengan kumpulan individu yang tidak terorganisir dalam kelompok


teritorial. potensi konflik terjadi ketika satu individu, untuk alasan apa pun, merasa
ingin berkelahi. jika individu dikelilingi oleh individu yang seperti dia dalam cara
agama, etnis, atau politik yang, dalam geng yang sama, konflik yang sebenarnya
mungkin tidak terjadi. tetapi jika seseorang yang berbeda ada di sekitar, perkelahian
memang dimulai

Pemenangnya biasanya adalah kombatan yang bisa memanggil paling banyak


pengamat yang seperti dia, seperti anggota gengnya. pemenang memperoleh wilayah
tempat pertarungan berlangsung. secara bertahap, melalui banyak konflik, wilayah
berkembang meskipun individu tidak memiliki tujuan teritorial tertentu

Model schrodts tidak hanya berlaku untuk konflik kekerasan tetapi juga untuk
konflik tanpa kekerasan. misalnya linguistik, agama, wilayah politik atau ekonomi
dapat dibentuk melalui proses konflik yang belum tentu kekerasan. misalnya jika
sebuah keluarga individu beremigrasi ke tempat di mana kebanyakan orang
berbicara bahasa yang berbeda, hasil yang biasa dari perselisihan antara anggota
keluarga dan anggota masyarakat yang diadopsi mereka adalah bahwa keluarga,
setidaknya oleh generasi kedua belajar bahasa baru

F. Teritorialitas dan desain lingkungan

Ketika diterapkan pada sebuah desain, territorialitas harus mampu mengakomodir


kebutuhan penggunanya dengan mengamati pola perilaku manusia yang terkait dengan
territorial, desan untuk territorial harus bebas dari gangguan , meningkatkan kontrol, dan
menghadirkan rasa keamanan bagi penggunanya.

Beberapa penilitian mengatakan desain yang lebih baik adalah desain yang mampu
memberikan wilayah territorial untuk setiap orang baik dirumah, sekolah dan tempat
bekerja, akan tetapi terdapat Batasan yang penting, batssan pertama adalah anggaran,
desain ruang dengan wilayah territorial membutuhksn biaya lebih banyak, Batasan kedua
adalah kebijakan organisasi, yang mengharuskan karyawan berada dalam pengawasan
supervisor. Batasan yang ketiga adalah jenis pekerjaan tertentu mengharuskan karyawan
atau masyarakta memiliki akses kepublik.

Pada banyak pekerjaan, kelompok harus bekerja sama dalam komunikasi yang erat
hampir sepanjang hari. Individu dalam pekerjaan semacam itu mungkin tidak berkinerja
terbaik jika masing-masing berada di wilayah utama yang terpisah. Namun, wilayah
dapat ditempati oleh kelompok. Kelompok kerja semacam itu harus memiliki wilayah
primer kolektif mereka sendiri.

a. Lingkungan

Contoh kajian territorial dalam lingkungan di british Colombia, yang mengajukan


proposal untuk menempatkan penghalang/pembatas di persimpangan strategis untuk
membatasi arus lalu lintas yang melalui lingkungan. Pemblokiran ini berfungsi untuk
memberikan rasa nyaman sehingga masyarakat dapat bekerja dengan efisien dan lebih
aman bagi anak mereka. Di wilayah lain pemblokiran jalan juga berfungsi memberi
warga rasa perlindungan dan identitas karena mobil-mobil yang melintas merupakan
mobil milik tetangga dan dapat dengan mudah mengidentifikasi mobil asing yang
bukan dari wilayah mereka. Hal ini dapat berfungsi untuk mengurangi kejahatan.

Akan tetapi mengubah lingkungan itu merupakan hal yang sulit, karena hambatan
lalu lintas akan menimbulkan masalah yang lebiih besar.dalam skala kecil akan jauh
lebih mudah tetapi membutuhkan biaya yang lebih besar.

Brown dan altman (1983) membandingkan rumah rumah dilingkungan yang pernah
mengalami pencurian dengan tidak, dalam pengamatannya rumah yang dipersonalisasi
(misalnya, menampilkan tanda dengan nama pemilik di atasnya) dan memiliki penanda
di garis properti (seperti pagar dan penghalang rendah) lebih jarang mengalami
pencurian.

b. Rumah sakit

Gifford dalam buku psikologi lingkungan menjelaskan beberapa alasan kebanyakan


orang tidak menyukai rumah sakit baik itu karena alasan yang jelas karena sakit atau
mengalami cedera dan pengaturan ruang dalam rumah sakit, (Shumaker & Reizenstein,
1982) mengatakan pengaturan rumah sakit mempengaruhi kontrol dan keamanan
pasien, walaupun berada dalam kamar tidur pribadi pasien melakukan beberapa
aktivitas pribadi seperti tidur, berdandan, dan mendiskusikan hal -hal pribadi pada
wilayah terotorial sekunder yang biasa dilakukan diwilayah territorial primer dirumah
sendiri.

Shumaker dan Reizenstein percaya bahwa jawabannya adalah memberikan wilayah


pribadi, lemari yang dapat dikunci, papan bulletin yang dapat dilihat adalah bebrapa
desain yang disarankan. Aturan yang lebih sederhana adalah menghormati cara pasien
mengatur benda-benda kecil dalam jangkauan mereka. Akan tetapi perubahan desain
seperti ini mendapatkan tekanan dr institusi, staf mengeluh bahwa meja tidak praktis,
lemari mengambil tempat yang berharga dan papan bulletin mahal. Lebih lanjut Robert
sommer (1969) instutusi mendahulukan kebutuhan staf dalam bekerja. Solusi yang
terbaik adalah menyuarakan kebutuhan mereka secara efektif baik staf maupun pasien,
oleh karena itu designer harus berhati-hati memeriksa kebutuhan mereka

Penelitian dari nelson dan paluck, 1980 di sebuah panti jompo dimakar hunian ganda
yang membagi ruagnan mennjadi dua ruang terpisah meningkatkan harga diri dan rasa
nyaman penghuni.

c. Tempat tinggal institusi

Sejumlah psikolog lingkungan telah menyelidiki wilayah di asrama dan pengaturan


kehidupan kelompok serupa. Craig Zimring dan rekan-rekannya mempelajari efek
perubahan dalam desain sekolah untuk penyandang cacat perkembangan (Zimring,
weitzer & knight, 1982). Sebelum renovasi, sekolah memiliki bangsal tidur terbuka yang
besar dan fitur khas institusional lainnya, perang dan fitur institusional lainnya.
Renovasi menyediakan tiga alternatif design,
 Gaya suite, dimana dua, tiga tau empat penguhi menempati kamar yang
mengelilingi lounge
 Gaya koridor, dimana di mana satu atau dua penghuni berbagi kamar di sepanjang
koridor
 Gaya modular, di mana, seperti di kantor terbuka, partisi digunakan untuk penduduk
terpisah di bangsal besar yang ada

Di area yang diubah menjadi suite dan pengaturan koridor, penghuni lebih banyak
berinteraksi dengan orang lain, lebih waspada, dan menggunakan ruang mereka sendiri
lebih banyak daripada sebelum renovasi. Beberapa arsitek berpikir desain koridor terlalu
institusional dalam penampilan, tetapi menghasilkan perubahan paling positif dalam
perilaku penghuni. Rupanya, dasar keberhasilan desain koridor adalah memungkinkan
penghuni lebih mengontrol lingkungan fisik langsung mereka, seperti pencahayaan dan
suhu, dan kehidupan sosial mereka. Mereka lebih mampu mengontrol kapan, apakah,
dan dengan siapa mereka berinteraksi. Selain itu, desain baru memberikan hambatan
simbolis yang meningkatkan rasa kepemilikan penghuni atas ruang tertentu.
Beberapa penelitian (taylor & lanni, 1981) menunjukkan bahwa klien mungkin lebih
berpengaruh dalam pengambilan keputusan kelompok ketika mereka memiliki ruang
daripada jika mereka tidak memiliki ruang sendiri. Namun, kekuatan dan manfaat yang
diperoleh dari kepemilikan teritorial diakui oleh beberapa orang yang memegang posisi
kunci dalam organisasi, inilah mengapa mereka terkadang tidak ingin memberikan
wilayah kepada orang lain.

BAB III

KESIMPULAN

1. Teritorialitas pada manusia adalah pola perilaku dan pengalaman yang terkait
dengan kontrol ruang fisik, objek, dan ide
2.
3.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi teritorial terdiri atas :
 faktor personal dimana jenis kelamin, usia,dan kepribadian turut berperan dalam
terciptanya suatu teritorial
 faktor situasi yang didalamnya terdapat penataan fisik yang dapat merubah
perilaku baik penghuni maupun orang luar, kendati demikian fitur-fitur desain/
setting fisik tidak berperan penuh dalam merubah perasaan penghuni akan tingkat
kewaspadaan akan teritori mereka karena adanya faktor seperti keadaan existing.
lalu aspek sosial , dimana teritorial meningkat disebabkan oleh faktor sosial,
seperti kepemilikan sendri dibandingkan menyewa, atmosfir sosial yang positif,
dan persaingan yang besar untuk sumber daya .
 faktor budaya yang menunjukkan ekspresi teritorial yang berbeda-beda.
5. Teritorialitas diasosiasikan dengan berbagai perilaku manusia seperti :
 Personalisasi dan Penandaan, (a) terjadi secara umum, (b) terjadi secara sadar
maupun tidak sadar, (c) kepemilikannya yang tidak selalu berperan aktif,
(d)memberi manfaat psikologis kepada pemegang wilayah
 Agresi dan pertahanan wilayah yang sudah tidak begitu umum mengingat lebih
banyak perselisihan sehari-hari yang diselesaikan tanpa kekerasan
 Dominasi dan kontrol yang seringnya dilakukan secara pasif, namun cukup
berdampak pada perilaku yang terlibat.
6. Teori Teritorial yang dibahas oleh Robert Gifford dalm buku psikologi lingkungan
antara lain mengenai :
- territorial sebagai warisan dan perbandingan teritori manusia dan hewan sudah
ada sejak dahulu, hal ini terbantahkan karena Teritorialitas pada manusia
mempunyai fungsi yang lebih tinggi daripada sekedar fungsi mempertahankan
hidup.
- Territorialitas berfungsi sebagai ‘organizers’ dalam berbagai dimensi, dalam
kehidupan kita sehari-hari , berkontribusi mengatur dalam hubungan peran social
- Teritorialitas dan otak manusia, Aristide Esser (1976) memilik perspektif yang
cukup berbeda yang mengatakan bahwa territorial terkait dengan struktur otak
kita yang berasal dari bagian tertua dari sistem saraf pusat mamalia.
- Teritorial dan teori behavior setting, Salah satu teori yang didasarkan atas
pandangan ekologis adalah teori behavior-setting (setting perilaku) yang
dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker.
- Territorialitas dan konflik skala besar menyebabkan ratusan perang dan
pertempuran perbatasan telah terjadi bahkan dalam periode singkat sejarah sejak
perang dunia 2
7. Teritorialitas dan desain lingkungan
- Ketika diterapkan pada sebuah desain, territorialitas harus mampu mengakomodir
kebutuhan penggunanya dengan mengamati pola perilaku manusia yang terkait
dengan territorial, desan untuk territorial harus bebas dari gangguan ,
meningkatkan kontrol, dan menghadirkan rasa keamanan bagi penggunanya.
- Pengaturan tertentu dari eksterior tempat tinggal dan denah jalan dapat
meningkatkan territorial penduduk dan mengurangi kejahatan
- Desainer dapat menggabungkan pengetahuan tentangg territorial untuk
membangun rumah, kantor dan asrama institusi dengan lebih baik, banyak
pengaturan ruang dapat ditingkatkan secara signifikan

Anda mungkin juga menyukai