Anda di halaman 1dari 35

KELOMPOK BAB V

PERSONAL SPACE

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI ARSITEKTUR


MAGISTER TAHUN 2022/2023

OLEH :
AINUR MAHARANI – D042221002
SHAPARDI KAHIR – D042221011
QADRIAH NINGSIH RAHMADANI – D042221025

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................2

DAFTAR GAMBAR.................................................................................4

BAB 5 PERSONAL SPACE.....................................................................5

A. Apa Itu Personal Space?.............................................................5

1. Definisi Dasar.............................................................................5

2. Pengaturan Personal Space.........................................................5

3. Kesadaran dan Pilihan................................................................6

B. Mengukur Personal Space..............................................................6

1. Metode Simulasi.........................................................................7

2. Metode Stop-Distance................................................................9

3. Observasi Naturalistik..............................................................11

C. Pengaruh Terhadap Personal Space.............................................12

1. Pengaruh Pribadi.......................................................................12

2. Pengaruh Situasional................................................................18

3. Variasi Budaya dan Etnis..........................................................20

4. Pengaruh Fisikal Ruangan........................................................22

5. Jarak Dan Personal Space.........................................................22

D. Personal Space Dan Perilaku Manusia.....................................25

1. Daya Tarik................................................................................25

2. Kesan Pertama..........................................................................27

3. Membantu Orang Lain..............................................................27

4. Bekerja Dalam Kelompok Kecil...............................................28

E. Teori Terkait Personal Space.......................................................29

Page | 2
1. Memperoleh Personal Space.....................................................29

2. Fungsi Personal Space..............................................................29

F. Personal Space Dan Desain Lingkungan......................................32

1. Sociofugal dan Sociopetal........................................................32

2. Restaurant dan Bar....................................................................33

3. Bandara.....................................................................................33

4. Ruang Rapat..............................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................35

Page | 3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5. 1 Personal Space....................................................................................6


Gambar 5. 2 Bagan Personal Space Terhadap Gender..........................................14
Gambar 5. 3 Personal Space Menurut Gender.......................................................15
Gambar 5. 4 Personal Space Dan Kombinasi Variasi Terhadap Body Direction..16
Gambar 5. 5 Personal Space Perseorangan............................................................16
Gambar 5. 6 Personal Space Berdasarkan Tempat Duduk di Lingkungan Belajar.
................................................................................................................................22
Gambar 5. 7 Jarak Public Space.............................................................................23
Gambar 5. 8 Jarak Social Space.............................................................................23
Gambar 5. 9 Jarak Personal Space.........................................................................24
Gambar 5. 10 Jarak Intimate Space.......................................................................24
Gambar 5. 11 Jarak Personal Space di Beberapa Negara......................................25
Gambar 5. 12 Jarak Interpersonal..........................................................................26
Gambar 5. 13 Contoh Gambar Kesan Pertama......................................................27
Gambar 5. 14 Contoh Gambar Membantu Orang Lain.........................................28
Gambar 5. 15 Contoh Gambar Bekerja Dalam Kelompok Kecil..........................28
Gambar 5. 16 Perbedaan Interpersonal Berdasarkan Situasi.................................30
Gambar 5. 17 Restaurant dan Bar..........................................................................33
Gambar 5. 18 Tempat Duduk di Bandara..............................................................33
Gambar 5. 19 Kondisi Ruang Rapat Secara Umum di Indonesia..........................34

Page | 4
BAB 5

PERSONAL SPACE

A. Apa Itu Personal Space?


1. Definisi Dasar
Personal space adalah bulatan atau gelembung yang tak terlihat,
mengelilingi dan dibawa-bawa organisme, dan ada diantara dirinya dan
orang lain. Istilah "ruang personal" pertama kali dikemukakan oleh Katz
(1937). Konsep ini tidak spesifik hanya ada dalam disiplin psikologi,
karena banyak ditemukan dalam biologi, antropologi, dan arsitektur. Kita
mempertahankan ruang personal antara diri kita dengan orang lain untuk
menghindari stimulasi yang berlebihan. Berdasar-kan pernyataan tersebut
Scott (1993) menyatakan bahwa terlalu dekat jarak kita dengan orang
lain akan menyebabkan kita terlalu banyak dihujani oleh stimulan sosial
ataupun fisikal. Kita mempertahankan ruang per-sonal untuk
menghindari berbagai macam penyebab stress yang diasosiasikan dengan
jarak yang terlalu dekat.

2. Pengaturan Personal Space


Personal space mengatur seberapa dekat kita berinteraksi dengan
orang lain, berpindah, bergerak bersama kita dan meluas serta mengecil
menurut situasi dimana kita berada. Personal space menurut Altman
(1975) adalah mekanisme mekanisme pengaturan batasan untuk
mencapai tingkatan privas pribadi / kelompok yang di ingini. Disisi lain,
ruang personal adalah teritori yang ditandai secara fisikal, telah terlihat
secara nyata dan seringkali memusat disekitar rumah tinggal manusia
tersebut serta dapat ditinggal.
Personal space produk pembelajaran yang memerintahkan perilaku
secara tidak disadari, ruang personal dapat dilihat sebagai mekanisme
pengaturan batasan interpersonal yang mempunyai dua fungsi utama.
Pertama, fungsi protektif ebagai penahan terhadap ancaman emosi dan
fisik yang potensial, dan kedua menyangkut komunikasi (Hall,1963).

Page | 5
Jarak yang kita pertahankan dengan orang lain menetukan saluran sensor
komunikasi mana yang paling penting dan akan dipakai dalam interaksi
kita.

Gambar 5. 1 Personal Space

3. Kesadaran dan Pilihan


Ruang personal adalah produk pembelajaran yang memerintahkan
perilaku secara tidak disadari (Altman,1975). Ruang personal dijaga dan
dipertahankan untuk menghindari stimulasi yang berlebihan. Scott (1993)
menyatakan bahwa terlalu dekat dengan orang lain akan menyebabkan
kita terlalu banyak dihujani oleh stimulan sosial ataupun fisikal,
menghindari semacam stress yang diasosikan dengan jarak yang terlalu
dekat. Teori Behavior-constraint menyarankan ruang personal harus
dijaga untuk mencegah hilangnya kebebasan berprilaku karena orang lain
terlalu dekat dengan kita.

B. Mengukur Personal Space


Ada tiga cara umum untung mengukur personal space. Masing-masing
metode memiliki kekurangan dan kelebihan dalam melakukan kemudahan
pengukuran, efektifitas dalam memanfaatkan personal space yang terlihat
berdasarkan beberapa teori, dan reabilitas dan validasi dalam pengukuran.
Dari yang paling sering digunakan hingga yang paling jarang digunakan, dari
yang terburuk hingga yang terbaik, tiga cara utama untuk mengukur personal
space adalah simulasi, stop-distance, dan metode observasi natural.

Page | 6
mencegah hilangnya kebebasan berprilaku karena orang lain terlalu
dekat dengan kita.
Personal space merupakan sesuatu yang tidak terfikirkan secara sadar
seperti seberapa jauh atau dekat kita dengan seseorang, melalui percakapan
atau lainnya.

1. Metode Simulasi
Terdapat beberapa metode simulasi, atau metode proyektif sering
digunakan. Tetapi karateristik umum yang menentukannya ada subjek
melaporkan apa yang menjadi personal space mereka dalam situasi
tertentu dibandingkan benar-benar terlibat dalam pertemuan sosial.
Subjek diminta untuk merekonstruksi jarak antara diri dan orang lain
dalam ingatannya. Biasanya, rekonstruksi dilakukan dengan potongan-
potongan kecil yang dirasakan atau dengan meminta subjek untuk
menggambar sosok di selembar kertas.
Metodologi simulasi pertama kali digunakan oleh Jame Kuethe
(1962). Dia meminta subjeknya untuk menempatkan beberapa hal yang
mewakili diri dan orang lain di papan. Kuethe menemukan bahwa subjek
tidak menempatkan figures secara acak. Penempatan menunjukkan
konsistensi dan terorganisir. Kuethe menafsirkan bahwa pengaturan
individu sebagai indikasi skema sosial, representasi psikologis melalui
pendekatan individu yang diwakili oleh figures. Misalnya, figur anak-
anak ditempatkan lebih dekat ke sosok yang mewakili seorang wanita
dibandingkan menempatkannya ke pria.
Kuethe sendiri tidak mengacu pada tekniknya ketika mengukur
personal spacenya sendiri. Tak lama kemudian, para peneliti yang tertarik
pada karya personal space Kuethe, memperhatikan dan
memanfaatkannya sebagai salah satu cara untuk mengukur personal
space. Setelah itu, banyaknya teknik simulasi yang bermunculan berkat
simulasi personal space dari Kuethe.
Salah satu teknik simulasi adalah Comfortable Interpersonal
Distance Scale (CID), yang dirancang oleh Duke dan Nowië (1972).

Page | 7
Varian simulasi ini, individu disuruh untuk menandai pada formilis yang
telah disiapkan mengenai di mana mereka menempatkan diri mereka
pada hubungan terhadap orang lain. Hal itu menampilkan diri pada di
tengah-tengah dan delapan garis memancar dari diri itu. Subjek diminta
untuk membayangkan seseorang mendekat di segala arah dan
menandainnya pada formulis pada jarak manakah mulai menimbulkan
ketidaknyamanan.
Sejumlah besar studi simulasi memberikan keyakinan bahwa
personal space bisa diukur. Pertanyaan paling penting mengenai langkah-
langkah simulasi mengenai apakah valid atau tidak. Apakah terdapat
indikasi yang akurat mengenai alpha personal space?
Terdapat tiga alasan mengapa pengukuran simulasi dirasa tidak
valid. Pertama, mereka membutuhkan subjek untuk mengingat pertemuan
sosial; ingatanmu tentang terakhir kali berbicara dengan orang tertentu
mungkin salah. Kedua, subjek diharuskan mengubah jarak aktual ke
skala. Subjek mungkin secara tidak sengaja melakukan kesalahan dalam
proses skala ini. Ketiga, teknik simulasi membuat personal space menjadi
hal yang nyata, tetapi setiap hari dilakukan dengan tingkat kesadaran
yang rendah. Sekali prosesnya berada pada kesadaran yang penuh,
terdapat banyak distorsi yang mungkin terjadi. Subjek dapat
menempatkan atau menggambar sosok di tempat yang seharusnya, atau
dimana subjek berfikir sesuai yang peneliti inginkan.
Dengan demikian, teknik simulasi tidak valid, mereka bahkan tidak
memberikan pengukuran personal space yang nyata atau alpha personal
space. Tapi apakah teknik ini memiliki validitas yang konstruk?
Bagaimana langkah-langkah simulasi yang sebenarnya berkorelasi
dengan alpha personal space? Love dan Aiello (1980) mengukur alpha
personal space. Mereka menanyakan kepada subjek yang sama, beberapa
menit kemudian, mereka disuruh untuk mereplikasi personal space
mereka sendiri menggunakan tingga langkah simulasi. Love dan Aiello
menemukan korelasi yang negatid antara subjek yang hidup, personal
space yang tidak terencana dan personal space yang direplikasi,

Page | 8
menunjukkan bahwa alpha personal space dan personal space yang
disimulasikan tidak hanya tidak berhubungan, mereka bahkan
berhubungan terbalik.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, simulasi pengukuran tidak
cocok dengan jarak aktualnya. Peneliti lain telah mencapai kesimpulan
yang sama (Greenberg, Strube, & Myers, 1980; Knowles 1980).
Beberapa telah menyimpulkan bahwa pengukuran simulasi mungkin
tidak boleh digunakan untuk mengukur personal space (Hayduk, 1978,
1983). Teknik simulasi mungkin hanya berguna bagi beberapa tujuan
saja. Kuethe (1962) tidak mendeskripsikan tekniknya sebagai
pengukuran personal space, dia tidak bisa dikatakan bersalah karena
menemukan skema sosial yang tidak valid yang lebih mirip konsep beta
personal space dibandingkan alpha personal space. Pengukuran simulasi
mungkin merupakan indikasi yang masuk akal tentang bagaimana kita
mengalami hubungan spasial dengan orang lain, yang tidak sama dengan
bagaimana kita bertindak dalam berhubungan. Ketika tujuan peneliti
untuk lebih memahami pengalman personal space atau beta personal
space, metode simulasi mungkin berguna.

2. Metode Stop-Distance
Peneliti yang lebih menginginkan pengukuran alpha personal space
lebih sering menggunakan metode stop-distance. Dalam metode ini,
peserta biasanya dalam pertemuan langsung. Peserta diminta untuk
berdiri agak jauh kemudian disuruh berjalan perlahan menuju peneliti.
Peserta diminta untuk berhenti pada titik yang membuat tidak nyaman.
Jarak pribadi yang dihasilkan digunakan sebagai pengukuran personal
space.
Terkadang, peneliti mendekati peserta yang meminta untuk berhenti
ketika peserta merasa tidak nyaman. Biasanya, prosedur ini diulang
dengan pendekatan yang berbeda, tetapi sering terjadi dua partisipan
berhadapan selama pengukuran personal space. Metode stop-distance
sangat bisa diandalkan (Hayduk, 1985). Bagaimana dengan validitasnya?

Page | 9
Dua dari kelemahan metode simulasi (sebagai pengukuran alpha
personal space) diatasi dalam metode stop-distance. Subjek tidak perlu
bergantung kepada memori dan tidak diminta untuk mengurangi personal
spacenya. Namun, terdapat kelemahan yaitu partisipan sangat menyadari
tentang proses jarak tersebut. Oleh karena itu, jarak yang dipilih stop-
distance mungkin tidak terlalu terespon dengan baik bagi mereka yang
melakukan kegiatan pertemuan setiap hari karena menyebabkan adanya
proses kesadaran tentang jaraknya rendah.
Jika tujuan peneliti adalah mengukur alpha personal space tanpa
kesadaran subjek dari proses jarak, kemudian metode stop-distance
mungkin tidak disarankan. Kesimpulannya dapat terlihat, tapi setidaknya
seorang psikolog lingkungan siap mempertanyakannya. Eric Knowles
berargumen bahwa apa yang disebut metode tak terselubung (simulasi
dan syop-distance) tidak boleh diabaikan begitu saja.
Selanjutnya, dalam penelitian lainnnya Knowles (1980) melaporkan
bahwa meskipun tindakan disamarkan berkolerasi buruk dengan yang
terselubung, efek pada keduanya (misalnya perbedaan gender atau level
orang yang dikenal) hampir sama. Ini terlihat paradoks, tetapi meskipun
metode pengukuran personal space yang berbeda menghasilkan perkiraan
alpha personal space, Knowles menemukan bahwa semuanya
mengungkapkan efek yang sama dari berbagai pengaruh (seperti tingkat
kenalan) pada personal space. Hayduk (1983), setuju bahwa argumen
Knowles mungkin berlaku untuk tingkat kenalan, tetapi berpendapat
bahwa itu tidak berlaku terhadap variabel lain yang mempengaruhi
personal space.
Mungkin klaim Knowles bahwa metode yang tidak disamarkan
berfungsi sebaik metode yang disamarkan, hanya saja berlakunya untuk
pengaruh yang paling kuat terhadap personal space. Seperti pada
pertimbangan analogi astronomi, jika anda mencoba mengamati komet
yang lewat dekat bumi, anda mungkin mulai melihat dengan
menggunakan mata telanjang. Komet yang paling terang terlihat dengan
instrumen yang paling canggih. Namun, jika anda tidak dapat melihat

Page | 10
komet anda bisa mencoba menggunakan bantuan kacamata. Jika itu tidak
berhasil, anda bisa menggunakan teropong. Akhirnya, anda dapat melihat
menggunakan teknik yang paling sederhana. Intinya adalah jika pengaruh
pada ruang pribadi cukup kuat, anda dapat melihatnya menggunakan
teknik yang paling sederhana tetapi jika pengaruh tertentu pada personal
space lemah, hanya personal space yang baik sajalah yang dapat
mendeteksinya.

3. Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik adalah sebuah jenis observasi yang
dilakukan secara alami. Artinya, peneliti berada di luar objek yang
sedang diteliti dan tidak menempatkan dirinya sebagai subjek yang
melakukan penelitian. Observasi jenis ini biasanya dipilih untuk meneliti
objek sehari-hari yang tidak bisa dieksperimenkan, misalnya karena
terbentuk norma, etika, agama atau peraturan-peraturan lain di
masyarakat. Oleh karena itu, dalam kasus seperti ini ilmuwan hanya bisa
mengobservasi dan mencatat kejadian-kejadian untuk dilakukan analisis,
diteliti dan diambil kesimpulannya.
Meskipun dalam observasi naturalistik peneliti atau ilmuwan tidak
melakukan modifikasi, bahkan tidak menunjukkan perilaku sedang
meneliti, metode observasi naturalistik hendaknya tetap mengikuti teknik
observasi dalam psikologi, diantaranya adalah dengan melakukannya
secara teliti, selektif dan sistematis. Hal ini untuk memastikan semua
aspek yang terlibat dalam situasi tingkah laku dapat dicatat, dianalisis
dan memenuhi syarat untuk menjadi dasar penilaian, pengambilan
kesimpulan, ataupun membentuk dugaan atau hipotesis. Biasanya,
metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk
meneliti suatu peranan di masyarakat atau kelompok orang yang
memerlukan terapi yang bersifat kemasyarakatan. Sementara itu, dalam
bidang psikologi pendidikan, metode observasi naturalistik bisa
digunakan untuk mengamati tingkah laku sekelompok anak agar bisa
melihat interaksi sosial yang terjadi.

Page | 11
Alhasil, personal space telah diukur menggunakan simulasi, stop-
distance, dan metode observasi naturalistik. Metode simulasi dapat
menghasilkan hasil yang sama seperti yang lain tetapi mungkin lebih
cocok untuk mempelajari personal space beta daripada personal space
alpha. Metode stop-distance jika dilakukan tanpa sepengetahuan subjek,
mungkin merupakan metode terbaik. Pengamatan alami secara teknis
bisa sulit dan seringkali tidak memungkinkan peneliti untuk
membedakan antara kemungkinan alasan yang berbeda terhadap variasi
dalam personal space. Peneliti harus menyadari kelebihan dan
kekurangan masing-masing metode, implikasi teoritis dalam memilih
metode, dan perangkat yang terlibat dalam membuat pengukuran yang
benar.

C. Pengaruh Terhadap Personal Space


Berapa ukuran personal space? Pertanyaan sederhana ini telah menjadi
fokus banyak investigasi sejak tahun 1959. Seperti yang diduga, kesimpulan
keseluruhan tentang personal space itu tergantung. Tergantung juga apakah
pengaruhnya terdapat dapat tiga kategori: faktor personal, faktor situasi
personal, dan faktor budaya-etnis.

1. Pengaruh Pribadi
Personal space space merupakan sebagian fungsi dari karateristik
individu itu sendiri yang dibawa dari situasi ke situasi seperti
kepribadian, jenis kelamin, kesehatan mental, dan usia. Perlu diingat
bahwa masing-masing karateristik ini memiliki peran penting dalam
personal space, tetapi dalam praktinya hal tersebut tidak dapat beroperasi
sendiri. Karakter personal seseorang dan situasi yang dihadapinya juga
memiliki efek tersendiri. Untuk alasan ini, sulit untuk mengungkapkan
hal yang tepat dari karateristik pribadi yang diberikan. Dengan
mempelajari karateristik pribadi dari berbagai konteks, seseorang dapat
mulai memilah efek dari perkarateristik pribadi (misalnya gender) dari
semua efek yang berpengaruh lainnya.

Page | 12
Karateristik pribadimu mungkin tetap konstan di keseluruhan situasi,
namun jika terdapat situasi x lain yang melibatkan seorang profesor tua
berbicara dengan kasar mengenai mengapa anda gagal ujian dan situasi y
yang melibatkan diskusi dengan sahabatmu dimana dia kencan tiap jumat
malam, sikap pribadimu mungkin akan berbeda.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pengaruh pada personal
space sebagai berikut:
a. Faktor Gender
Gender. Ada banyak yang memperdebatkan tentang apakah laki-
laki atau perempuan lebih suka personal space yang jauh. Beberapa
berpendapat bahwa laki-laki lebih suka jarak psikologis dan fisik.
Laki-laki mungkin memiliki preferensi ini untuk terlihat maskulin
yang dipengaruhi oleh persepsi dan ekspetasi. Cara yang lebih
holistik untuk melihat perbedaan gender bahwa personal space
antara laki-laki dan perempuan memiliki preferensi atau tanggapan
yang berbeda terhadap orang-orang yang lebih dekat dengan mereka.
Tapi penting untuk dicatat bahwa perbedaan gender cenderung
berbeda pada orang-orang dari berbagai usia dan tergantung pada
pengaturan atau konteks situasi. Laki-laki dan perempuan
menunjukkan perilaku spasial yang berbeda terhadap orang yang
disukai dan tidak disukainya. Perempuan berinteraksi pada jarak
yang lebih dekat dengan orang yang disukainya, sedangkan laki-laki
tidak membedakan spasial sebagai fungsi dari ketertarikan. Dalam
hal jarak interpersonal dengan orang lain yang berjenis kelamin
sama, pasangan perempuan dengan perempuan mempertahankan
jarak yang lebih dekat dari pada pasangan laki-laki dengan laki-laki
(Aiello,1987, Barnrd & Bell, 1982).
Beberapa psikolog eksperimental melihat ruang pribadi sebagai
sebuah kontinum dari pada sebagai jarak tetap yang sedikit terlalu
kecil atau sedikit terlalu besar (tetapi dalam kisaran kompensasi),
ketidaknyamanan kecil dapat dikurangi dengan menghindari kontak
mata, mengubah topik pembicaraan, atau perilaku lain yang

Page | 13
membantu mengatasi ketidaksesuaian yang tidak nyaman antara
jarak interpersonal aktual dan optimal. tetapi ketika perbedaannya
terlalu besar (di wilayah kritis ketidaknyamanan), perilaku ini tidak
dapat lagi mengimbangi ketidaknyamanan yang kuat yang
disebabkan oleh jarak antar pribadi yang jauh (Aiello dan Thomson,
1980).

Gambar 5. 2 Bagan Personal Space Terhadap Gender

b. Faktor Perbedaan Usia


Umur. Kebutuhan personal space bertambah seiring dengan
bertambahnya usia (Hayduk, 1983). Personal space bayi sulit diukur
karena bayi memiliki mobilitas yang terbatas. Namun, menurut
pakar terdapat pekembangan yang dapat dilihat pada bayi yang suka
dipeluk, yang menolak kontak selain dengan yang dikenalinya. Pada
usia dua belas tahun, anak-anak menggunakan personal space yang
seperti dilakukan dengan orang dewasa (Evans & Howard 1973).
Penelitian berfokus pada ruan personal dari sudut pandang
psikologi perkembangan yang telah dilakukan untuk menjawab 2
pertanyaan : 1) Pada umur berapakah ruang personal pertama kali
terbentuk, 2) sejauh mana perilaku spasial anak-anak berubah ketika
mereka beranjak dewasa. Banyak perhitungan yang telah dilakukan

Page | 14
dari penelitian yang menyangkut kapan anak-anak mulai membentuk
ruang personal. Pada penelitian tersebut menemukan bukti perilaku
ruang personal anak terbentuk antara usia 45 dan 63 bulan, tetapi
penelitian lain menemukan bahwa perilaku ruang personal terbentuk
pada usia lebih dewasa.

Gambar 5. 3 Personal Space Menurut Gender.

Perlu untuk diingat bahwa dalam situasi sosial tertentu, faktor-


faktor lain dapat mempengaruhi generalisasi ini. Jenis kelamin hanya
merupakan salah satu faktor. Tennis dan Dabbs (1975) berhipotesis
bahwa personal space bervariasi menurut usia dan jenis kelamin.
Personal space anak laki-laki dan perempuan dari usia lima hingga
delapan belas diukur. Dapat dilihat bahwa anak-anak yang lebih tua
memainkan jarak interpersonal yang lebih besar dibandingkan
dengan anak-anak yang berusia lebih muda. Tetapi usia berdasarkan
interaksi gender juga signifikan. Dibandingkan hanya melihat
personal space anak laki-laki dan perempuan, umunya anak laki-laki
yang lebih tua memilih jarak lebih besar daripada anak perempuan
yang lebih tua, tetapi anak yang lebih muda tidak ada perbedaan
jarak personal space baik laki-laki maupun perempuan.
c. Faktor Kepribadian
Kepribadian. Sebuah tinjauan penting mengkonseptualisasikan
kepribadian sebagai individu yang terlibat dalam faktor personal

Page | 15
space (Buss & Craik, 1983). Pelajaran singkat dalam kepribadian ini
ditawarkan karena mungkin membantu untuk memperjelas sesuatu.

Gambar 5. 4 Personal Space Dan Kombinasi Variasi Terhadap Body Direction.

Percobaan-percobaan telah dilakukan untuk mengidentifikasi


traits (ciri-ciri) kepribadian individu dengan perilaku ruang personal
yang berbeda. Karena kepribadian mewakili cara pandang seseorang
terhadap dunia dan merefleksikan pembelajaran dan pengalaman,
kelihatannya cukup masuk akal jika orientasi kepribadian seharusnya
merefleksikan dalam perilaku spasial.

Gambar 5. 5 Personal Space Perseorangan

Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda beda, ada


yang memiliki kepribadian introvert dan extrovert. Dimana jika
introvert akan cenderung memperoleh energinya ketika dalam
keadaan sendiri dibandingkan dengan extrovert akan cenderung
memperoleh energinya ketika bersama dengan orang lain atau
lingkungan sosial.

Page | 16
d. Faktor Khusus (Gangguan Psikologis)
Gangguan psikologis. Seseorang yang memiliki masalah
emosional biasanya memiliki personal space yang tidak umum.
Karena kebanyakan gangguan psikologis melibatkan kecemasan,
kesulitan dalam komunikasi, hubungan interpersonal, dan proses
persepsi yang tidak mengejutkan. Studi empiris pertama tentang
personal space manusia (Sommer, 1959) meneliti jarak antara
pribadi yang dipilih oleh penderita skizofrenia. Sommer menemukan
bahwa dibandingkan karyawan rumah sakit dan pasien non-
skizofrenia, penderita skizofrenia terkadang memilih jarak tempat
duduk yang jauh lebih besar dan terkadang memilih jarak yang jauh
lebih dekat. Zona personal space penderita skizofrenia juga lebih
bervariasi. Kesimpulan yang jelas adalah bahwa masalah emosional
berhubungan dengan jarak yang tidak tepat yang kemungkinan
berarti jaraknya terlalu dekat atau terlalu jauh.
Alhasil, personal space dapat diprediksi sebagaian dengan
mengetahui karateristik individu. Laki-laki biasanya menggunakan
jarak yang lebih besar dibandingkan perempuan. Orang dewasa
biasanya menggunakan lebih banyak personal space dibandingkan
anak-anak. Individu yang hangat dan tidak cemas secara interpesonal
mungkin memiliki personal space yang lebih kecil dibandingkan
yang lain. Tetapi hubungan lain antar kepribadian dan personal space
juga konsisten. Namun pengaruh pribadi mempengaruhi satu sama
lain dan secara penting untuk mengetahui kecenderungan personal
space individu harus dengan mengetahui usia, jenis kelamin, ras,
budaya, dan kepribadian orang tersebut.
Peneliti menunjukkan bahwa batasan personal space tumbuh
dengan adanya rasa kecemasan, ketakutan, dan tantangan emosional
kata Michael Graziano seorang profesor ilmu saraf dan psikologi di
Universitas Princeton. Mekanisme saraf yang memonitor kebutuhan
ruang diaktifkan oleh rasa kecemasan dan bahaya. Refleksi ini
menjelaskan mengapa kita mungkin secara tidak sengaja melangkah

Page | 17
maju ketika seseorang berdiri terlalu dekat di belakang kita. Gauri
Khurana, seorang psikiater yang berspesialisasi dalam gangguan
kecemasan, mengatakan bahwa dia telah menangani lebih banyak
pasien ketika dunia kembali seperti semua dan orang-orang dengan
kecemasan yang mendasar atau merasakan kecemasan saat ini
berinteraksi secara langsung lagi. Ketika beberapa negara
melonggarkan beberapa batasan covid-19, social distancing masih
dilakukan di banyak ruang publik. Orang-orang memiliki tingkat
kenyamanan di sekitar personal space dan akan terus menciptakan
ketidakseimbangan saat pandemi berlanjut. Tetapi menurut Dr.
Graziano, hal tersebut tidak akan dirasakan secara permanen karena
personal space yang tumbuh selama masa pandemi akan memudar
saat pandemik juga perlahan hilang.

2. Pengaruh Situasional
Secara kolektif, karateristik individu yang baru saja ditinjau
menambah kecenderungan personal space yang dibawa individu dari
situasi ke situasi. Faktor situasional ini ada dua jenis yaitu sosial dan
fisik. Faktor situasional sosial berfokus pada kualitas hubungan antar
pribadi antara individu dalam situasi tersebut sedangkan faktor sosial
yang berfokus pada fisik atau pengaturan mencakup semua bagian
manusia dari situasi tersebut.
Dimensi personal space bervariasi sesuai dengan keadaan internal,
budaya, dan konteknya. Peneliti menemukan bahwa pengaruh terhadap
jarak interpersonal disebabkan oleh berbagai faktor termasuk jenis
kelaimn, usia, budaya, kepribadian, daya tarik, gangguan psikologis,
sikap, sudut pandang, kontak mata, kerjasama, termasuk ruangan, kondisi
pencahayaan, dan indoor/outdoor. Situasi sosial, ketertarikan, kenalan,
persahabatan semuanya mengacu pada tingkat sikap positif atau negatif
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain. Salah satu generalisasi
terkuat yang dapat kita buat dalam penelitian bahwa daya tarik menarik
kita lebih dekat secara fisik. Dalam sebuah studi klasik, Little (1965)

Page | 18
menemukan bahwa gambar individu yang digambarkan sebagai teman
dekat posisinya lebih dekat dibandingkan gambar orang asing.
Beberapa peneliti telah meneliti kesamaan antar individu atau
kesenangan dari cara ini terkait erat dengan daya tarik dan hasil yang
sama ditemukan karena kesamaan dan kesenangan. Kasus khusus
ketertarikan negatif adalah stigma. Peserta memilih jarak yang lebih jauh
ketika terdapat pasien mental, pengguna narkoba, orang yang cacat
wajah, homoseksual, dll. Seseorang yang terstigmatisasi sensitif terhadap
peningkatan jarak. Mereka menyadari bahwa meskipun orang lain
mungkin masih membantu, seperti memberikan arahan jika ditanya tetapi
jarak antarpribadinya lebih besar dibandingkan ketika bicara dengan
orang lain. (Worthington, 1974).
Terdapat beberapa macam pengaruh situasional sebagai berikut:
a. Ketertarikan (Attraction)
Ketertarikan dalam ruang personal lebih kompleks dan tergantung
pada jenis kelamin orang berinteraksi. Hasil penelitian menandakan
bahwa ketika laki –laki dan perempuan berinteraksi, ketertarikan
meningkat diasosiasikan dengan kedekatan fisik (Allgeider & Byrne,
1973). Dari penelitian psikologi sosial, diketahui bahwa inividu yang
mempunyai kesamaan kepribadian akan cenderung lebih tertarik satu
sama lain dari pada individu yang tidak mempunyai kesamaan.
(Edwards, 1973).
b. Kesamaan (Similarity)
Disebutkan sebelumnya bahwa sala satu jenis kesamaan mengacu
pada ketertarikan, yang mempengaruhi kedekatan posisi
interpersonal (Byrne,dkk,1970). Jarak yang lebih dekat akan
dipertahankan pada individu yang sama usia, ras, budaya, agama,
seks dan seterusnya.
c. Jenis Interaksi
Jenis interaksi dimaksudkan adalah dalam dimensi yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang mempengaruhi ruang
personal. Penelitian antar kelompok jika terdapat feedback negatif

Page | 19
terhadap seseorang atau kelompok mengakibatkan jarak yang
menjauh dari kelompok tersebut (Karabenick & Meisels, 1972).
Faktor situasi membuat kemarahan menciptakan jarak dekat (untuk
membalas) dan jarak jauh (untuk proteksi). (O’neal dkk,1980).

3. Variasi Budaya dan Etnis


Budaya. Hal ini terjadi secara alami sehingga kebanyakan orang
bahkan tidak pernah memikirkannya, tetapi jumlah ruang yang
dipertahankan antara satu sama lain tidak bersifat acak. Hal tersebut
sangat tergantung terhadap dari mana kita berasal dan dengan siapa kita
berbicara. Selain itu, jarak ini bervariasi dari satu budaya ke budaya yang
lainnya. Jika anda bertemu dengan seorang kenalan di jalan dan berhenti
untuk bertanya bagaimana pekerjaannya, anda secara tidak sadar akan
memilih berdiri berdasarkan budaya tertentu. Misalnya bagi orang
Amerika akan dianggap cukup membingungkan untuk mengadakan
percakapan di pinggir jalan dengan hanya satu atau dua inci yang
memisahkan tubuh. Di sisi lain, akan aneh juga untuk berdiri beberapa
meter jauhnya, serta meninggikan suara sehingga orang lain dapat
mendengarnya. Dalam kasus pertama, teman anda mungkin mundur
sedikit dan yang kedua mungkin membuat titik untuk bergerak lebih
dekat dengan anda. Ternyata seluruh hal tentang “seberapa jauh kita
berdiri” ini memiliki nama “prosemik” dan dapat didefinisikan sebagai
bagian dari bagaimana personal space dipertahankan sebagai fungsi dari
budaya seseorang. Istilah ini diciptakan oleh Edward Hall pada tahun
1966 dan hanyalah salah satu aspek dari komunikasi nonverbal. Di
Tokyo, Seoul, Rio de Janeiro, dan kota-kota lainnya kereta bawah tanah
memiliki tempat khusus yang hanya akan digunakan oleh wanita untuk
menghindari pelanggaran personal space atau intimate space oleh pria.
Di timur tengah, jarak sosial lebih dekat jadi saat melakukan
percakapan dan kita mundur, pasangan berbicara kita mungkin mncoba
menutup jarak dengan mendekatkan diri. Intinya disini adalah di mana
kita berdiri ketika berbicara dengan seseorang adalah refleksi. Meskipun

Page | 20
kita tidak mengukur jarak secara fisik, tapi kita menghitungnya secara
mental. Ketika ketidakcocokan terjadi antara apa yang kita fikir jarak
seharusnya dan berapa jarak aktualnya, kita kemudian merasa harus
membuat asumsi. Seperti mengapa orang ini berdiri begitu dekat? Teori
Hall tentang personal space dapat membantu menjawab pertanyaan ini.
Terkadang seseorang berdiri terlalu dekat karena itu adalah tipikal
budaya mereka, tetapi kadang juga karena mereka memaksa atau agresif.
Miskomunikasi cross-cultural muncul ketika kita membuat asumsi yang
salah. Misalnya, kita mungkin berfikir orang ini memaksa (asumsi
pribadi) alih-alih menyadari bahwa gagasan mereka tentang social
distance mungkin berbeda (asumsi situasional). penting untuk tidak
meremehkan faktor budaya karena awareness terhadap prosemik dan
sikap budaya yang berbeda tentang personal space mungkin dapat
mencegah kita untuk melakukan melangkah mundur ketika seseorang
berada terlalu dekat dalam tingkat kenyamanan kita.
Saat ini, rasanya seolah-olah semua orang yang kita temui dengan
jarak yang awalnya terasa nyaman bagi kebanyakan orang sebelum
pandemi, rasanya terlalu dekat bagi banyak orang sekarang setelah
pandemi covid-19, kata peneliti dan pakar kesehatan mental. Di antara
sekelompok kecil subjek yang batas personal spacenya diuji oleh para
peneliti di RSU Massachusetts sebelum dan selama pandemi covid-19,
persyaratan kebutuhan personal space meningkat antara 40% - 50% kata
Daphne Holt yang merupakan profesor psikiatri di Harvard Medical
School. Mungkin hal ini tidak mengejutkan mengingat sekarang orang-
orang mempraktikkan social distancing karena memiliki ketakutan akan
terinfeksi covid-19 yang otomatis membuat personal space kita merasa
tidak nyaman. Meskipun bervariasi, batasan personal space seseorang
sebelum pandemi rata-rata 45 cm dan 90 cm namun karena ketakutan
akan infeksi yang berulang kali dipicu juga dengan adanya varian baru,
dikombinasikan dengan seruan publik untuk menjaga jarak mungkin
sementara telah mengubah mekanisme di otak kita yang memantau dan
menentukan batas-batas personal space (Dr. Holt).

Page | 21
4. Pengaruh Fisikal Ruangan
a. Gelap dan Terang
Gergen dan Barton (1973) melaporkan bahwa kita cenderung
menyentuh orang lain – yang mebuat kita merasa tidak nyaman –
ketika gelap dari pada ketika kondisi pencahayaan lebih terang.
Barangkali karena sentuhan lebih tepat terjadi karena kegelapan.
b. Posisi Duduk
Altman dan Vinsel (1977) menemukan bahwa berdasarkan
berbagai macam populasi subyek, orang memperlihatkan ruang
personal yang lebih besar bisa berada dipojok ruangan daripada
berada di tengah ruangan.
Salah satu contoh yaitu jarak antar pengajar dan murid dapat
mempengaruhi afektivitas, paling tidak ketika keduanya saling
berinteraksi. Jarak menentukan proses penerimaan instruksi dalam
belajar mengajar. Murid yang mempunyai jarak interaksi intim
dengan pengajar biasanya akan mempunyai hasil belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan yang berjarak berjauhan (Mille, 1978).

Gambar 5. 6 Personal Space Berdasarkan Tempat Duduk di Lingkungan Belajar.

5. Jarak Dan Personal Space


Personal space mirip dengan bubble atau gelembung yang
mengelilingi seseorang ketika kita menganggap sekitar kita sebagai milik
kita secara psikologis. Ketika seseorang mendekat, bagian otak kita yang
berhubungan dengan respon emosional secara otomatis bereaksi, entah
dengan reaksi mode fight atau reaksi mode survival threat. Jika seseorang

Page | 22
diterima dalam suatu inner circle kita bisa menikmati keintiman itu,
tetapi jika kehadirannya tidak diinginkan, kita akan merasakan dorongan
untuk memberi ruang yang lebih sehingga kita bisa menyimpulkan
bahwa kedekatan fisik mencerminkan kedekatan emosional dengan orang
lain.
a. Bagaimana cara interpersonal bervariasi menurut hubungan social
distancing (Edward T. Hall pakar proksemik).
1) Public Space: 3,6m – 7,6m. Jarak yang terjaga antara pembicara
dan audiens.

Gambar 5. 7 Jarak Public Space

2) Social Space: 1,5m – 3,6m. Jarak yang digunakan untuk


berkomunikasi antara rekan bisnis dan percakapan awal dengan
orang asing.

Gambar 5. 8 Jarak Social Space

3) Personal Space: 0,6m – 1,5m. Jarak untuk teman dan anggota


keluarga.

Page | 23
Gambar 5. 9 Jarak Personal Space

4) Intimate Space: 0 – 0,6m. Jarak ini meliputi jika ingin berbisik


dan berpelukan. Ini merupakan ruang yang disediakan hanya
untuk orang yang paling dipercaya dan dicintai pada lingkaran
sosial kita.

Gambar 5. 10 Jarak Intimate Space

b. Bagaimana jarak interpersonal bervariasi di seluruh dunia.


Kedekatan fisik yang kita sukai dengan orang lain bervariasi
menurut budaya. Batasan-batasan naluriah ini bahkan membentuk
hubungan yang paling dekat.

Page | 24
Gambar 5. 11 Jarak Personal Space di Beberapa Negara.

Bukti menunjukkan bahwa perilaku manusia beradaptasi terhadap


epidemi dan penyakit-penyakit yang pernah dilalui di masa lalu.
Penelitian dari psikolog evulisioner dan budaya Mark Schaller dan
Damian Murray, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di
daerah yang secara historis menderita penyakit menular tingkat
tinggi memiliki sifat kurang extrovert, menunjukkan tingkat sosial
yang lebih tinggi, menggunakan lebih sedikit kontak fisik dan suka
menjaga jarak yang lebih jauh. Sebaliknya, negara-negara yang
secara historis memiliki tingkat penularan yang lebih rendah,
menunjukkan lebih banyak penyimpangan dari norma-norma sosial,
individualisme dan tingkat ekstraversi sosial yang lebih tinggi
Alhasil, budaya merupakan pengubah utama jarak antarpribadi.
Faktor lainnya seperti bahasa yang kita gunakan selama interaksi
tertentu, semuanya dapat mempengaruhi personal space kita.
D. Personal Space Dan Perilaku Manusia
1. Daya Tarik
Jarak antar pribadi dipengaruhi oleh bahasa yang diucapkan oleh
mitra atau lawan bicara. Dimana dalam skala meter orang jepang jika
menggunakan bahasa umum (english) maka akan lebih dekat jarak
bicaranya dan jika menggunakan bahasa asli (jepang) maka menjauh.

Page | 25
Sedangkan orang venezuela akan lebih interaktif dalam berbicara jika
lawan bicaranya tersebut menggunakan bahasa asli mereka sehingga
jarak berbicara antar individu semakin dekat.

Gambar 5. 12 Jarak Interpersonal

Salah hsatu topik cukup menarik untuk diteliti adalah bagaimana


ketertarikan diantara orang-orang yang berinteraksi mempengaruhi
ukuran dari jarak interpersonal diantara mereka? Lagu-lagu cinta
seringkali berisi tema tentang kekasih yang menginginkan kedekatan
fisik dengan orang yang berada jauh dari sisinya. Intinya, semakin kuat
ketertarikan antar individu semakin mereka ingindekat satu sama lain
secara fisik. Ada sedikit kebenaran dari pernyataan tersebut, tetapi
hubungan antara afeksi (perasaan) dan ruang personal lebih kompleks
dan tergantung juga pada jenis kelamin orang yang berinteraksi.
Hasil penelitian menandakan bahwa lelaki dan perempuan
berinteraksi, ketertarikan yang meningkat diasosiasikan dengan
kedekatan fisik (Allgeier & Byrne, 1973). Penelitian tersebut
memanipulasi keterarikan dengan memasangkan laki-laki dan
perempuan, yang sama dan tidak sama kepribadiannya dalam kencan
singkat. Dari penelitian psikologi sosial, diketahui bahwa individu yang

Page | 26
mempunyai kesamaan kepribadian cenderung lebih tertarik satu sama
lain dai pada individu yang tidak mempunyai kesamaan (Byerne, 1971).

2. Kesan Pertama
Kesan pertama penting dalam suatu komunikasi. Jika lawan bicara
atau individu lain dapat menjaga etika atau adap kesopanan dalam
berinteraksi maka akan lebih menciptakan suatu komunikasi yang baik.
Seperti para peserta akan memilih jarak interpersonal yang lebih kecil
dan hangat jika dalam suatu konferensi yang sangat ramah. (Goldring
1967, Haase dan laada, 1972).

Gambar 5. 13 Contoh Gambar Kesan Pertama

Beberapa psikolog eksperimental melihat ruang pribadi sebagai


sebuah kontinum dari pada sebagai jarak tetap yang sedikit terlalu kecil
atau sedikit terlalu besar (tetapi dalam kisaran kompensasi),
ketidaknyamanan kecil dapat dikurangi dengan menghindari kontak
mata, mengubah topik pembicaraan, atau perilaku lain yang membantu
mengatasi ketidaksesuaian yang tidak nyaman antara jarak interpersonal
aktual dan optimal. tetapi ketika perbedaannya terlalu besar (di wilayah
kritis ketidaknyamanan), perilaku ini tidak dapat lagi mengimbangi
ketidaknyamanan yang kuat yang disebabkan oleh jarak antar pribadi
yang jauh (Aiello dan Thomson, 1980)

3. Membantu Orang Lain


Jarak interpersonal tampaknya mempengaruhi keinginan untuk
membantu orang lain. Jika suatu individu merasa diancam oleh seseorang
yang tak dikenal maka orang lain akan lebih cenderung membantu. Atau

Page | 27
dalam situasi kecelakaan, seorang individu/subyek yang tertabrak maka
orang lain cenderung mendekati / membatu subyek tersebut, jarak
interpesonal akan semakin dekat.

Gambar 5. 14 Contoh Gambar Membantu Orang Lain

4. Bekerja Dalam Kelompok Kecil


Bekerja dalam suatu kelompok akan mempengaruhi jarak
interpesonal, hal ini terjadi karena adanya interaksi tatap muka yang
menonjol. Kerjasama yang baik mengarah untuk mencapai kinerja yang
lebih baik sehingga hubungan mereka akan sangat erat.

Gambar 5. 15 Contoh Gambar Bekerja Dalam Kelompok Kecil

Jarak-jarak ruang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi proses


kelompok. Jika psikolog lingkungan ingin menciptakan interaksi
kelompok, maka ruangan perlu dirancang dalam konfigurasi sociopetal
yaitu penataan perabot yang membuat orang ingin berkumpul (misalnya
menaruh sofa set ruang keluarga) ketimbang konfigurasi sociofugal yang

Page | 28
memisahkan orang (misalnya kursi yang disusun berbaris seperti di
bandara atau termina(Osmond, 1957). Sommer dan Ross (1955) juga
menemukan bahwa dekorasi yang terlalu bagus di rumah sakit justru
dapat mengakibatkan depresi dan efek isolasi bagi pasien. Kursi tunggu
yang berdampingan menghadap tembok dalam arah yang sama, membuat
pengunjung tidak memperhatikan sebelahnya dan ketika mereka
mengubah susunan kursi-kursi ke dalam bentuk lingkaran-lingkaran,
maka interaksipun terjadi. Studi lain tentang posisi berhadapan dapat
menghasilkan interaksi yang lebih besar juga dilaporkan oleh Mehrabian
dan Diamonds (1971b). Posisi yang tidak berhadapan menghasilkan jeda
lebih panjang, perilaku manipulatif, pengaturan postur dan bahkan
penilaian negatif dari interaksi kelompok (Patterson dkk, 1979).

E. Teori Terkait Personal Space


1. Memperoleh Personal Space
Personal space diperoleh sejak lahir meskipun ada penguruh
perbedaan budaya dan subkultur (Baxter,1970). Menurut Gufford dan
price (1979) menemukan bahwa anak usia 4 tahun laki-laki menjaga
jarak dengan anak lelaki lainnya dibandingkan dengan anak perempuan
dan anak perempuan lainnya. Penelitian lain bahwa anak anak yang
masih balita akan cenderung memperbesar ruang personalnya, sehingga
orang lain akan menggendongnya.

2. Fungsi Personal Space


Dalam kondisi informal orang asing akan memperbesar jarak
personalnya dibandingkan dengan kenalan, hal ini dipengaruhi juga
dengan kondisi formal. Semakin formal maka akan semakin dekat dalam
hal ini adalah kenalan dibandingkan
dengan orang asing, dalam kondisi
formal akan semakin menjauh.

Page | 29
Gambar 5. 16 Perbedaan Interpersonal Berdasarkan Situasi.

Terdapat beberapa fungsi personal space yaitu:


a. Memprediksi jarak optimal interaksi antar kelompok
Studi korelasional antara posisi duduk dan tingkat partisipasi
siswa pernah dilakukan oleh Robert Sommer (1974). Ini dapat
mendukung temuan-temuan penelitian eksperimen di atas, di mana
semakin ketengah dan semakin kedepan seorang siswa duduk,
semakin partisipatif siswa tersebut. Jarak Optimal Dalam Interaksi
Profesional Brokemann dan Moller (1975) menemukan bahwa jarak
menengah adalah yang paling baik untuk konseling. Pasien para ahli
jiwa lebih suka menceritakan masalah-masalah personal pada jarak-
jarak ini (Larsen, 1973). Pola ini juga ditemukan pada eksperimen
yang dilakukan Stone dan Morden (1976) untuk para mahasiswa, di
mana mereka lebih suka mendiskusikan topik pribadi dengan
konselornya pada jarak 1,5 m ketimbang pada jarak 0,3 m atau 2,7
m. Karena jarak ini secara kultural sesuai dengan komunikasi jenis
itu, maka hal ini mendukung prediksi Hall (1968) yang menyatakan
bahwa penyimpangan terhadap jarak yang sesuai akan menimbulkan
pengaruh negatif. Perlu dicatat, hal ini tidak boleh digeneralisir
untuk dua orang asing dalam situasi non klinis (Skotko &
Langmeyer, 1977).

b. Memprediksi jarak yang tidak sesuai

Page | 30
Kita mempersepsikan ruang personal kita optimal atau tidak
optimal pada jarak-jarak tertentu tergantung dari kondisi situasional
(misalnya ketertarikan) dan perbedaan individual (misalnya
kepribadian). Jika kita mempersepsikan ruang personal dalam jarak
optimal, maka kondisi homeostasis (paling nyaman) terjaga.
agaimanakah hakekat respon manusia terhadap ruang personal yang
tidak optimal? Dari uraian sebelumnya telah kita ketahui bahwa
perilaku manusia yang mempertahankan ruang personalnya
(misalnya karena overload, arousal, behavior-constraint) dapat
diprediksi dari jarak interpersonal yang tidak sesuai. Stimulus yang
berlebihan (overload) karena jarak yang tidak sesuai dapat
memprediksi terjadinya kinerja yang menurun dan munculnya
respon-respon penanggulangan (coping behaviors) dalam rangka
memperkecil stimulasi tersebut dengan cara mengubah jarak. Dalam
hubungannya dengan stress, jarak yang tidak sesuai dapat
menimbukan reaksi secara emosional, perilaku dan fisiologis.
Konsep arousa/berasumsi bahwa jarak terlalu dekat akan
menyebabkan over-arousal yang menimbulkan atribusi-atribusi.
Berdasarkan model equilibrium & comfort jarak-jarak yang terlalu
dekat atau terlalu jauh akanmemunculkan reaksi kompensasi
(misalnya perubahan orientasi tubuh atau pandangan mata) bahkan
sampai pada kehilangan minat interaksi. Model pengaturan privasi
dari Altman (1975) menyatakan bahwa ruang personal yang tidak
mencukupi akan menimbulkan usaha-usaha untuk menopang
mekanisme kontrol yang memastikan terciptanya privasi. Sedangkan
pendekatan behavior-constraint menyatakan bahwa ketidakcukupan
ruang personal akan menghasilkan perasaan menentang yang
menuntut kebebasan ruang. Hall (1966) mengusulkan model properti
komunikasi dan Evan serta Howard (1973) menjelaskan ruang
personal dengan model etologi.

Page | 31
c. Respon terhadap invasi ruang
Dalam sebuah studi, Knowles (1972) mengemukakan penelitian
mengenai respon kelompok terhadap invasi ruang personal. Ia
menemukan, bahwa kelompok juga menghasilkan respon
kompensasi pada saat ruang mereka diganggu. Knowles melakukan
studinya pada sebuah jalan di kota. Ia memperhatikan sepasang
subyek yang sedang berjalan dengan arah berlawanan dengan si
penginvasi. Si penginvasi sengaja berjalan sehingga tampak bahwa
ia berniat menembus ruang di antara sepasang subyek tersebut.
Kemudian pasangan tersebut bergerak secara bersama-sama untuk
menghindar ke arah yang sama ketimbang memisahkan diri. Hal ini
menunjukkan, bahwa sebuah kelompok selalu berusaha untuk
mempertahankan ruang personal mereka walaupun dihadapkan pada
kondisi invasi. Juga ditemukan bahwa sebuah kelompok akan lebih
sering menghindar secara bersama ketika kelompok tersebut terdiri
dari laki-laki dan perempuan, dibandingkan sebuah kelompok yang
terdiri dari jenis kelamin yang sama. Selanjutnya, Knowles dan
Brickner (1981) juga menemukan bahwa semakin kohesif (padu)
situasi sebuah kelompok dyad semakin kuat perlawanan mereka
terhadap gangguan yang datang.

F. Personal Space Dan Desain Lingkungan


1. Sociofugal dan Sociopetal
Jarak-jarak ruang dapat dimanupulasi untuk mempengaruhi proses
kelompok. Jika psikolog lingkungan ingin menciptakan interaksi
kelompok, maka ruangan perlu dirancang dalam konfigurasi sociopetal
yaitu penataan perabot membuat orang ingin berkumpul (misalnya sofa
set ruang keluarga) ketimbang kongurasi sociofugal yaitu memisahkan
orang (misalnya kursi disusun berbaris seperti dibandara atau terminal).

Page | 32
2. Restaurant dan Bar
Pada konsep penataan Restaurant seorang arstiek mampu memahami
psikologi orang berkumpul dalam suatu ruang, dengan menempatkan
posisi duduk yang saling berkumpul dan berkelompok pada setiap area.
Posisi ini menciptakan interaksi antar individu ketika berbicara sambil
makan atau minum.

Gambar 5. 17 Restaurant dan Bar

3. Bandara
Pada posisi duduk di bandara cenderung memisahkan orang satu
sama lain untuk menjaga privasi, dan menghindari adanya posisi
berkumpul. Penataan kursi di bandara cenderung linear yakni
memisahkan orang-orang agar tidak berhadapan satu sama lain, dan juga
membatu pengguna agar tetap terjaga privasinya.

Gambar 5. 18 Tempat Duduk di Bandara

Page | 33
4. Ruang Rapat
Pengaturan posisi duduk ruang rapat, cenderung berkumpul dalam
satu titik dan komunikasi yang interaktif dalam suatu kelompok. Hal ini
dirancang dengan konfigurasi Sociopetal dimana penataan tempat duduk
rapat secara sentris berkumpul dan berhadapan satu sama lain.

Gambar 5. 19 Kondisi Ruang Rapat Secara Umum di Indonesia

Page | 34
DAFTAR PUSTAKA

Gifford, Robert. 1997. Environmental Psychology Principle and Practice.


California: Allyn & Bacon, 1997.

Halim, Deddy. 2005. Psikologi Arsitektur Kajian Pengantar Lintas Disiplin.


Jakarta: Grasiindo: 209-251.

Hamilton, John. 2002. How is Personal Space Affected by Culture. Tersedia pada
https://study.com/learn/lesson/personal-space-psychology-cultural-
differences-examples.html. Diakses pada 3 September 2022.

Janin, Alex. 2022. Why is Everyone Standing So Close? Personal-Space


Boundaries Shifted During the Pandemic. Tersedia pada
https://www.wsj.com/articles/why-is-everyone-standing-so-close-personal-
space-boundaries-pandemic-11645802816. Diakses pada 4 September 2022.

Kinoe, Yosuke. 2015. Situasional Transformation of Personal Space. Tersedia


pada https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-20618-9_2.
Diakses pada 4 September 2022.

Kreuz, Roger & Roberts. 2019. Proxemics 101: Understanding Personal Space
Across Culture. Tersedia pada https://thereader.mitpress.mit.edu/. Diakses
pada 4 September 2022.

Nobilo, Bianca. 2020. Coronavirus has Stolen Our Most Meaningful Ways to
Connect. Tersedia pada https://edition.cnn.com. Diakses pada 4 September
2022.

Setiawan, Haryadi. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku “Suatu Pengantar


ke Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Page | 35

Anda mungkin juga menyukai