Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
“HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Ismail (1610118210009)
2. Lisdawati (1610118320019)
3. Melusi Yana (1610118220013)
4. Yamin Abdi (1610118110015)

Dosen Mata Kuliah : Elli Kusumawati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi ...................................................................................................... i
Ringkasan ...................................................................................................... 1
Hakikat Manusia dan Pengembangannya ..................................................... 2
A. Sifat Hakikat Manusia ....................................................................... 2
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia .............................................. 2
2. Wujud Sifat Hakikat Manusia ..................................................... 2
2.1. Kemampuan Menyadari Diri .............................................. 2
2.2. Kemampuan Bereksistensi Diri .......................................... 3
2.3. Pemilikan Kata Hati ............................................................ 3
2.4. Moral ................................................................................... 3
2.5. Kemampuan Bertanggung Jawab ....................................... 3
2.6. Rasa Kebebasan .................................................................. 4
2.7. Hak dan Kewajiban ............................................................. 4
2.8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan .............................. 5
B. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan,
dan Dinamikanya .............................................................................. 5
1. Dimensi Keindividualan ............................................................. 5
2. Dimensi Kesosialan .................................................................... 6
3. Dimensi Kesusilaan .................................................................... 6
4. Dimensi Keberagamaan .............................................................. 7
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia ....................................... 7
1. Pengembangan Yang Utuh ......................................................... 8
1.1. Dari Wujud Dimensi .......................................................... 8
1.2. Dari Arah Pengembangannya ............................................. 8
2. Pengembangan Yang Tidak Utuh ............................................... 9

Daftar Pustaka ............................................................................................... 10

i
RINGKASAN
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipil yang membedakan manusia dari binatang. Hakikat kemanusiaan ‘berpikir’
itulah yang semestinya menjadi haluan dalam bertindak. Berpikir menjadikan manusia
berbeda dengan makhluk lain, bahkan berpikir membedakan antarmanusia. Wujud sifat
hakikat manusia antara lain: kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, kata
hati, moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan, kesediaan melaksanakan
kewajiban dan menyadari hak, dan kemampuan menyadari kebahagiaan.

Dilihat dari segi lain, manusia ternyata memiliki dimensi-dimensi yang


meliputi dimensi individual, sosial, susila, dan agama. Dalam suatu proses pembelajaran,
baik wujud sifat hakikat manusia maupun dimensi-dimensi manusia yang telah dimiliki
oleh setiap peserta didik perlu dikembangkan.

Dengan pemahaman yang jelas tentang hakikat manusia maka seorang pendidik
diharapan dapat membuat peta karakteristik manusia, sebagai acuan baginya dalam
bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik. Tujuannya tentu saja agar mereka lebih
tahu eksistensi mereka di atas permukaan bumi ini dan agar mereka lebih tahu bahwa
mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang pada hakikatnya berbeda dengan makhluk
yang lain sehingga akan terlahir manusia Indonesia seutuhnya seperti yang diinginkan
masyarakat, bangsa, dan agama.

1
HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

Keberadaan manusia dari sejak kelahirannya terus mengalami perubahan-


perubahan, baik secara fisik maupun secara psiologis. Manusia yang merupakan makhluk
hidup dengan akal budi memiliki potensi untuk terus berkembang. Sifat pengembangan
manusia menunjukan sisi dinamisnya, artinya perubahan terjadi terus-menerus pada
manusia. Tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Salah satu
pengembangan manusia, yaitu melalui pendidikan.
Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan
sekedar diwariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-
nilai kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan dengan
manusia lain. Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai kemanusiaan menuntun
untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.
A. Sifat Hakikat Manusia
1. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi
bukan hanya gradual) membedakan manusia dari binatang. Meskipun antara
manusia dengan binatang banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologisnya (Tirtarahardja dan Sulo, 2005:17). Bentuknya (misalnya orang hutan),
bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua
kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara haqiqi sifat tersebut hanya
dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai
hati yang halus dan dua pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang
meliputi tangan, kaki, mata dan seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk
kepada perintah hati. Inilah yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang
mempunyai dasar yang lebih halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut
kemauan. Pengetahuan dan kemauan inilah yang membedakan antara manusia
dengan binatang.
2. Wujud Sifat Hakikat Manusia
2.1. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka
manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak

2
dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Kemampuan memahami
potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus mendapat pendidikan
dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat menumbuh
kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.
2.2. Kemampuan Bereksistensi Diri
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri
dan dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang
membelenggu dirinya. Kemampuan bereksistensi perlu dibina melalui
pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya,
mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan
dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak masa kanak-
kanak.
2.3. Pemilikan Kata Hati
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati,
suara hati, pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat
keputusan tentang yang baik atau buruk dan yang benar atau salah bagi
manusia sebagai manusia. Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata
hati merupakan petunjuk bagi moral/perbuatan. Usaha untuk mengubah kata
hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati
(gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal
kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian
moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.
2.4. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai
perbuatan maka yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Orang
yang mempunyai kata hati yang tajam belum tentu moralnya baik. Moral
yang singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik.
Sebaliknya perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan
moral yang buruk atau rendah.
2.5. Kemampuan Bertanggung Jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat
dari perbuatan yang menuntut tanggung jawab yang telah dilakukannya.
Wujud bertanggung jawab bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada
dirinya sendiri(kata hati) bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang

3
mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat(norma sosial) bentuk
tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat,
hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab kepada Tuhan(norma agama)
bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan terkutuk. Dengan demikian,
ada hubungan yang erat antara kata hati, moral dan tanggung jawab. Kata hati
memberikan pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab merupakan
kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.
2.6. Rasa Kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apasaja sepanjang
tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau
kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam
keterikatan.. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi dirasakan sebagai
sesuatu yang merintangi gerak hidupnya.
2.7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Jika seseorang mempunyai
hak untuk menuntut sesuatu, tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk
memenuhi hak tersebut. Selanjutnya kewajiban ada karena ada pihak lain yang
harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang kosong.
Artinya, meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang
mengetahui (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Walaupun
sudah diketahui, belum tentu orang mau mempergunakannya. Selama
seseorang menyebut dirinya manusia, kewajiban itu menjadi keniscayaan
baginya. Jika menolak, itu artinya ia mengingkari kemanusiaannya. Akan
tetapi, apabila kewajiban itu dilaksanakan, hal tersebut tentu saja merupakan
suatu keluhuran. Adanya keluhuran dari melaksanakan kewajiban itu menjadi
lebih jelas lagi apabila dipertentangkan dengan situasi yang sebaliknya, yaitu
mengingkari janji, melalaikan tugas, mengambil hak orang lain, dsb.
Implementasi dari perbuatan ini adalah orang akan merasa dikhianati, kecewa,
dan akhirnya tumbuh sikap tidak percaya. Kewajiban bukanlah suatu ikatan,
melainkan suatu keniscayaan.

4
2.8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan,
kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan
penderitaan. Kebahagiaan bukan terletak pada keadaannya sendiri secara
faktual ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang
diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semuanya itu
dengan keheningan jiwa. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang
mampu bersyukur.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan
adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan menerimanya.

Mari bandingkan dengan binatang, mengenai wujud sifat kakikat manusia


tersebut. Sampai sekarang tidak pernah dijumpai binatang atau sekawan binatang yang di
dalam peradabannya terdapat wujud sifat hakikat manusia tersebut. Artinya, Manusia
memiliki wujud sifat hakikat yang tidak dimiliki oleh binatang. Tentu saja sifat hakikat
manusia tersebut diturunkan dari manusia sebagai sebuah produk dan warisan
peradabannya. Produk dan warisan peradaban tersebut dengan berbagai media
disampaikan kepada generasi manusia selanjutnya.
Berpikir menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain, bahkan berpikir
membedakan antarmanusia. Berpikir menjadikan manusia memiliki kendala terhadap diri
dan lingkungannya. Kendali atas diri dan lingkungan pada setiap manusia berbeda.
Proses dan pengalaman hidup menjadikannya berbeda.
Jadi, hakikat kemanusiaan yaitu berpikir, itulah yang semestinya menjadi haluan
dalam bertindak.
B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
Sifat hakikat manusia dapat dilihat dari berbagai macam dimensi dan sudut
pandang. Dimensi-dimensi tersebut menjadikan keberadaan manusia lebih bermakna
dan berbeda dengan makhluk lainnya.
1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat
individualitas.
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak,
perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda.
Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.

5
Aspek-aspek tersebut melekat kuat pada setiap manusia dan sifatnya cenderung
internal. Artinya, keterlibatan unsur-unsur luar dalam proses pembentukannya
menjadi elemen yang memperkuat aspek-aspek yang sebenarnya sudah ada.
Selain hal tersebut, terdapat juga aspek-aspek individual yang sifatnya
cenderung eksternal. Artinya, banyak melibatkan unsur-unsur luar dalam proses
pembentukannya menjadi bagian yang melekat dalam individu. Contoh dimensi
keindividualan adalah salah satunya dalam diri anak kembar, meskipun memiliki
fisik yang sama tetapi anak kembar tersebut pasti memiliki beda pemikiran
maupun hobi.
2. Dimensi Kesosialan
Dimensi kesosialan memperlihatkan, bahwa keberadaannya saling terkait
satu sama lain. Di dalam dimensi ini terdapat proses sosial dan interaksi sosial
antarmanusia.
Manusia memiliki kemampuan sosial berupa kesadaran sosial dan
pengelolaan sosial yang terus mengalami perubahan-perubahan sejalan tumbuh-
kembangnya usia dan kedewasaan. Kemampuan sosial menentukan bagaimana
manusia mengelola hubungan,sedangkan kesadaran sosial merupakan
kemampuan merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang mereka, dan
berminat aktif pada kekhawatiran mereka.
Manusia hanya menjadi menusia jika berada diantara manusia. Tidak ada
seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat
kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang hanya dapat
mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial seseorang
dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi
dengan sesamanya. Contoh dimensi kesosialan adalah seorang anak yang pastinya
membutuhkan orang tua untuk mengajarkan hal-hal yang baik dilakukan
untuknya dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat.
3. Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi.
Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut
kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain
yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang
lain tidak senang.

6
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai.
Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada
hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai
susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia
bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Sebagai contoh dimensi kesusilaan adalah setiap melewati atau berpapasan
dengan orang yang lebih tua kita harus menundukkan badan sebagai bukti kita
menghormati yang lebih tua.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Pandangan Martin
Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung
kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai
makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap
anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanya lah yang akan menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertikal bagi manusia. Manusia dapat
memahami agama melalui proses pendidikan agama. Contohnya saja dalam
keluarga, seorang anak diajarkan mengaji oleh orang tuanya.
C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia,
artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.
Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam
wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau
aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-
rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.
Meskipun pada dasarnya pendidikan itu baik tetapi dalam pelaksanaan
mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik.
Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari
kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:

7
1. Pengembangan Yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua
faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan
kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas
perkembangannya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup
menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
wujud dimensi dan arahnya.
1.1. Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah
dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas
perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian
teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana
kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman.
Dikatakan utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam
hal ini pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga
dimensi yang disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan
utuh jika ketiga – tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan
domain kognitif dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi
pada system persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang – orang
pintar yang tidak berwatak.
1.2. Dari Arah Pengembangannya
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan
kepada pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan
keragaman secara terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai
berikut : pengembangan yang sehat terhadap dimensi keindividuan memberi
peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi terhadap potensi – potensi
yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun kekuranganya.
Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau

8
meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah
bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim
disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya
hubungan fisik yang berarti memelihara kelestarian lingkungan disamping
mengekplorasinya.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping
keselarasan (perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya.
Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah
kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan ini disebut pengembangan vertikal.
Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari kemampuan mengetahui,
memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan mengevaluasi.
2. Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia
akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia
yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh
pengembangan domain kognitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Sebagai contoh saja, jika seorang siswa beranggapan
bahwa ia bisa melakukan semua tugas dari guru itu sendiri dan tidak mau bekerja
sama dengan teman-temannya. Hal ini akan membuat siswa tersebut memiliki
kepribadian yang pincang karena dia hanya akan berkomunikasi pada dirinya
sendiri yang tanpa ia sadari bahwa ia memerlukan kerja sama untuk meringankan
dirinya dalam menyelesaikan tugas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan,


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

https://nahulinguistik.wordpress.com/2012/09/04/hakikat-manusia-dan-
pengembangannya/

http://murasaki88.blogspot.co.id/2013/10/hakikat-manusia-dan-
pengembangannya.html

http://murasaki88.blogspot.co.id/2013/10/hakikat-manusia-dan-
pengembangannya.html

10

Anda mungkin juga menyukai