Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai penyusunan makalah yang menyangkut materi Macam-Macam
Mekanisme Pertahanan Ego sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kamisangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Macam-Macam Mekanisme Pertahanan Ego. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangandan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi kebaikan masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari mekanisme pertahanan ego.
1
2. Mengetahui jenis-jenis mekanisme pertahanan ego.
3. Mengetahui teori psikoanalisi sigmun freud.
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari mekanisme pertahanan ego.
2. Mengetahui jenis-jenis mekanisme pertahanan ego.
3. Mengetahui teori psikoanalisi sigmun freud.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penolakan adalah salah satu mekanisme pertahanan yang paling umum. Itu
terjadi ketika individu menolak untuk menerima kenyataan atau fakta. Orang
yang menyangkal dapat memblokir kejadian atau keadaan eksternal dari pikiran
sehingga mereka tidak harus berurusan dengan dampak emosional. Dengan
kata lain, mereka menghindari perasaan atau peristiwa yang menyakitkan.
Mekanisme pertahanan ini adalah salah satu yang paling banyak dikenal juga.
Ungkapan, "Mereka dalam penyangkalan," umumnya dipahami sebagai
seseorang yang menghindari kenyataan meskipun apa yang mungkin terlihat
jelas bagi orang-orang di sekitar mereka.
3
2. Represi (Repression)
3. Proyeksi (Projection)
Beberapa pikiran atau perasaan yang individu miliki tentang orang lain
mungkin membuat individu tidak nyaman. Ketika orang memproyeksikan
perasaan itu, mereka salah menghubungkannya dengan orang lain.
4. Perpindahan (Displacement)
Individu mengarahkan emosi dan frustrasi yang kuat ke seseorang atau objek
yang tidak terasa mengancam. Ini memungkinkan individu memuaskan
dorongan untuk bereaksi, tetapi individu tidak mengambilrisiko konsekuensi
yang signifikan. Displacement merupakan tindakan pengalihan objek sasaran
atau seseorang untuk memuaskan kebutuhan yang sebelumnya tidak dapat
dilakukan kepada objek atau orang lain. Misalnya : Marah pada atasan tetapi
4
melampiaskannya pada sahabat, dll.
5. Regresi (Regression)
Beberapa orang yang merasa terancam atau cemas mungkin secara tidak sadar
“melarikan diri” ke tahap perkembangan yang lebih awal. Jenis mekanisme
pertahanan ini mungkin paling jelas terlihat pada anak kecil. Jika mereka
mengalami trauma atau kehilangan, mereka mungkin tiba-tibabertindak seolah-
olah mereka lebih muda lagi. Mereka bahkan mungkin mulai mengompol atau
mengisap jempol sebagai bentuk regresi.
Orang dewasa juga bisa mundur. Orang dewasa yang berjuang untukmengatasi
peristiwa atau perilaku dapat kembali tidur dengan boneka binatang
kesayangan, makan berlebihan makanan yang mereka anggap nyaman, atau
mulai merokok atau mengunyah pensil atau pulpen. Mereka mungkin juga
menghindari aktivitas sehari-hari karena merasa kewalahan.
6. Rasionalisasi (Rationalization)
7. Sublimasi (Sublimation)
Jenis mekanisme pertahanan ini dianggap sebagai strategi yang matang dan
positif. Itu karena orang yang mengindividulkannya memilih untuk
mengarahkan emosi atau perasaan yang kuat ke objek atau aktivitas yang sesuai
dan aman.
8. Pembentukan Reaksi
5
mereka, tetapi mereka memilih untuk berperilaku berlawanan dengan naluri
mereka. Seseorang yang bereaksi seperti ini, misalnya, mungkin merasa tidak
seharusnya mengungkapkan emosi negatif, seperti kemarahan atau frustrasi.
Mereka malah memilih untuk bereaksi dengan cara yang terlalu positif.
9. Kompartemenisasi
10. Intelektualisasi
Saat individu dihadapkan pada situasi yang sulit, individu dapat memilih untuk
menghilangkan semua emosi dari tanggapan individu dan alih-alih berfokus
pada fakta kuantitatif. Intelektualisasi bekerja untuk mengurangi kecemasan
dengan memikirkan peristiwa dengan cara yang dingin. Mekanisme pertahanan
ini memungkinkan seseorang untukmenghindari pemikiran tentang aspek stres
dan emosional dari situasi tersebut dan sebaliknya hanya berfokus pada
komponen intelektual.
Reaksi penolakan yang dilakukan oleh ego manusia inilah yang disebut dengan
mekanisme pertahanan (defense mechanisms). Bentuk defensif yang dilakukan manusia
disebabkan karena munculnya kecemasan, konflik, atau ketakutan mendalam dalam alam
bawah sadar.
1. Kecemasan
Dalam bukunya The Ego and The Id, Freud menggambarkan kecemasansebagai
sebuah ancaman bagi ego manusia. Ahmadi (2015:49) memaparkan faktor
penyebab munculnya kecemasan tersebut dapat berasal dari luar maupun
dalam (sifatnya eksternal dan internal). Tiga jenis kecemasan yangdipaparkan
oleh Freud (2021:71) adalah sebagai berikut.
6
2. Kecemasan Nyata (Objective Anxiety)
Freud (2021:74) menyatakan ketakutan mencekam terhadap sebuah objek
disebut sebagai ansietas realitas atau kecemasan nyata.Kecemasan nyata berasal
dari ketakutan dari ego seseorang, akan adanya ancaman atau bahaya yang
dapat dirasakan di dunia nyata. Suatu rasa takut atau trauma karena kejadian
yang pernah dialami seseorang di masa lalu, sehingga dapat menyebabkan
seseorang mengalami kecemasan realitas. Misalnya seorang individu takut
dengan binatang tertentu, takut akan kegelapan, dan sebagainya. Kecemasan
objektif mengarahkan kita untuk mengambilsikap ketika menghadapi bahaya.
Terkadang ketakutan yang bersumber pada kehidupan nyata ini dapat menjadi
ekstrim. Seseorang bisa jadi sangat takut untuk keluar rumah karena cemas akan
terjadi kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena cemas
akan terjadi kebakaran.
3. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety)
Kecemasan neurotik adalah ketakutan ego yang berasal dari libido id.
Kecemasan neurotik timbul akibat ketakutan ego terhadap perilaku yang
didominasi oleh id. Hal yang menjadi perhatian adalah kecemasan in terjadi
bukan karena ketakutan terhadap insting melainkann atas apa yang akan terjadi
apabila insting terpuaskan. Konsep kecemasan neurotik ini biasanya diperkuat
oleh ketakutan akan bahaya dari luar (Freud, 2021:75)
Kecemasan neurotik terkait dengan mekanisme mekanisme pelarian diri yang
negatif. Hal ini karena disebabkan oleh rasa bersalah atau sadar akan dosa, serta
konflik-konflik emosional serius dan kronis yang berkesinambungan, dan
pikiran yang sedang frustasi serta ketegangan-ketegangan batin akibat
emosional. Kecemasan ini bersifat alamiah, biasanya dirasakan pada saat
sedang gelisah, kehilangan ide, gugup, serta tidak dapat mengontroldiri.
4. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Kecemasan moral merupakan ketakutan ego akan kerasnya superego (Freud,
1949:111). Pada dasarnya, kecemasan moral timbul akibat ketakutan akan suara
hati dari manusia itu sendiri. Ketika seseorang termotivasi untuk mengeluarkan
impuls instingtual yang berlawanan dengan superego, maka ia akan merasa
malu, berdosa, ataupun bersalah. Individu dengan superego yang sangat baik
cenderung merasa bersalah apabila ia melakukan bahkanberpikir melakukan hal
7
yang bertentangan dengan norma. Kecemasan moral menyatakan bagaimana
berkembangnya suatu superego. Biasanya seorang individu yang memiliki kata
hati yang kuat akan mengalami konflik yang lebih hebat daripada seorang
individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar. Seperti
kecemasan neurosis, kecemasan moral ini jugamempunyai dasar dalam realitas,
karena di masa lalu orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari
perbuatan yang melanggar kode moral, dan mungkin saja akan mendapat
hukuman lagi.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, mekanisme pertahanan ego yang dimiliki seseorang antara
lain sublimasi, represi, proyeksi, pengalihan, rasionalisasi, pembentukan reaksi,
penyangkalan, konversi, pemindahan, disosiasi, fantasi, identifikasi, introyeksi,
negatifisme, regresi, menghapukan, dan simpatisme. Kelima subjek tidak semua
menggunakan mekanisme pertahanan ego yang ada karena kelima subjek hanya
menggunakan penyangkalan, sublimasi, rasionalisasi, pembentukan reaksi, dan
kompensasi. Kecemasan yang awalnya hanya berupa perasaan marah dan takut akan segera
meninggal berubah menjadi bermacam-macam kecemasan yang bermunculan setelah
menggunakan mekanisme pertahanan Ego.
Penggunaan mekanisme pertahanan Ego seperti denial, pembentukan reaksi,
kompensasi, sublimasi, dan rasionalisasi ternyata tidak efektif untuk mengurangi
kecemasan tersebut. Ada beberapa alasan hal ini terjadi yaitu sublimasi yang merupakan
mekanisme pertahanan Ego yang bersifat positif jarang digunakan subjek karena hanya saat
subjek sudah benar-benar merasa tidak mampu menyembunyikan perasaannya saja. Subjek
juga merasa bahwa sublimasi yang dilakukannya hanya sementara waktu mengurangi
kecemasannya selebihnya saat subjek terbangun dari tidur malam esok harinya atau selang
beberapa saat setelah menggunakan sublimasi, subjek akan merasakan kecemasan yang
mulai timbul bahakan dirasa lebih dari yang sebelumnya. Mekanisme pertahanan ego
sendiri merupakan cara untuk menipu diri sendiri dan orang lain bukan merupakan terapi
untuk menghilangkan kecemasan sehingga mekanisme pertahanan ego tidak efektif pada
kelima subjek dan tidak mampu mengurangi atau menghilangkan kecemasan.
B. Saran
1. Bagi generasi Z dan Y
Sebaiknya setiap individu mampu mengontrol perasaan atau emosinya, sebab
mekanisme pertahanan ego tidak selamanya memberikan dampak baik apalagi jika
9
hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan, justru akan menjadi perilaku neurosis.
2. Bagi orang tua
Sebaiknya orang tua sudah melatih anak sejak dini untuk menerapkan asosisasi
bebas dalam mengungkapkan setiap perasaan yang dialami sehingga anak terbiasa
untuk mengungkapkan apapun yang dirasakannya.
3. Konselor Sekolah
Sebagai bahan materi dalam memberikan layanan informasi kepada siswa untuk
menyadari dan mencegah penggunaan mekanisme pertahanan ego yang berlebihan.
10
Daftar Pustaka
Aliasar, Sonny A.B. 2021. Reaksi Formasi Ego Tokoh Zahrana Dalam Novel
CintaSuci Zahrana Karya Habiburrahman El-Shirazy: Kajian
Psikoanalisis Sigmund Freud. Jurnal Bapala. Vol 8, No 5. Diakses pada
20 Desember 2021.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Dewojati, Cahyaningrum. 2015. Sastra Populer Indonesia. Yogyakarta: Gajah
MadaUniversity Press.
Freud, Sigmund. 2021. A General Introduction To Psychoanalysis: Pengantar
Umum Psikoanalisis (Terj.). Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi.
Freud, Sigmund. 2021. Ego dan Id (Terj.). Yogyakarta: Tanda Baca.
Millner, M. 1992. Freud dan Interpretasi Sastra (Terj.). Jakarta: Intermassa.
11