Disusun oleh:
Psikologi C
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konsep Anna Freud dan
Konsep Margaret Mahler ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Dr. Sitti Murdiana, S.Psi., M. Psi., Psikolog pada mata kuliah
Psikologi Kepribadian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang konsep Anna Freud dan Margaret Mahler
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Sitti Murdiana, S.Psi.,
M. Psi., Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi
kepribadian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dan gelaja berbeda dengan orang dewasa. Maka Anna Freud
mengembangkan sistem diagnosis yang mementingkan pembentukan
kepribadian dalam tahap-tahap perkembangan dan ancaman-ancaman
serius terhadap penyelesaian perkembangan kepribadian. Lalu dalam
psikoterapi anak, Anna juga membahas tentang assesmen
metapsikologi yaitu penuntun yang mengorganisasi informasi dalam
kategori yang kompeherensif. Dan yang terakhir, Anna membahas
tentang pentingnya realitas sosial. Berbeda pada orang dewasa, anak-
anak lebih bergantung dan lebih mudah dipengaruhi oleh realitas
eksternal saat itu.
2. Garis Perkembangan
Garis perkembangan adalah interaksi anatara id dan ego dan
didominasi oleh id yang memperoleh kepuasan dan secara bertahap
akan bergeser ke ego yang pada akhirnya menguasai realitas internal
dan eksternal. Contohnya bayi yang memulai tahapan makannya dari
meminum susu, lalu makan bubur, kemudian makan makanan yang
keras dan makan sendiri hingga anak memiliki kebiasaan makan yang
ditentukan sendiri.
3. Mekanisme pertahanan
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si
individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada
dasarnya strategistrategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya
dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan
masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri merupakan bentuk
penipuan diri.
3
B. Konsep Kepribadan Margaret Mahler
4
2. Simbiosis Normal
Ketika bayi mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat
memuaskan kebutuhankebutuhannya sendirian, mereka mulai
menyadari keberadaan pengasuhnya dan mencari hubungan
simbiotik dengannya. Ini adalah sebuah kondisi yang
membawanya kepada hubungan simbiosis normal yaitu tahap
perkembangan kedua dalam teori Mahler. Siombis normal
dimulai sekitar usia 4 atau 5 bulan. Selama waktu ini bayi
bersikap dan berfungsi seolah ia dan ibunya adalah satu sistem
yang omnipoten sebuah kesatuan dualistik (dualunity) dalam satu
batasan sama.
Simbiosis dicirikan oleh tindakan timbal balik bayi dan
ibunya. Bayi mengirimkan sinyal kepada ibu mengenai rasa lapar,
rasa senang, dan sebagainya dan merespon dengan sinyalnya
sendiri seperti memberinya makan, memeluk, atau tersenyum.
Pada usia ini, bayi dapat menyadari wajah ibunya dan dapat
memahami rasa senang, atau stresnya. Namun relasi objek masih
belum dimulai. Anak-anak yang lebih tua usianya bahkan orang
dewasa kadang-kadang juga mundur ke tahap ini untuk mencari
kekuatan dan rasa aman dalam pengasuhan ibu mereka.
3. Tahap Individuasi :
Tahap perkembangan utama ketiga, perpisahan individuasi
berlangsung dari periode 4 atau 5 bulan sampai usia 30 atau 36.
Selama waktu ini, anak-anak menjadi terpisah secara psikologis
dari ibu-ibu mereka mencapai perasaan individuasi dan mulai
mengembangkan perasaan-perasaan identitas pribadi. karena anak-
anak tidak lagi mengalami kesatuan dualistik dengan ibunya,
mereka harus menyerahkan delusi omnipoten mereka dan
menghadapi kerapuhan terhadap ancaman-ancaman eksternal.
5
Anak kecil dalam tahap perpisahan individuasi mengalami bahwa
dunia eksternal jauh lebih berbahaya daripada dua tahap
sebelumnya. Mahler membagi tahap perpisahan individuasi ini
menjadi empat subtahap yang saling tumpang tindih.
6
dapat berjalan dengan lebih mudah, anak-anak tampaknya
lebih banyak berpisah secara fisik dari ibunya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
Selain itu kita sebagai penulis, memahami bahwa masih
terdapat banyak sebuah kekurangan, kesalahan dan masih sangat
jauh dari kata kesempurnaan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10