Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PARADIGMA PSIKOANALISIS KLASIK SIGMUND FREUD

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian


Dosen Pengampu : Nadya Ariyani Hasanah Nuriyyatiningrum, S. Psi, M. Psi., Psikolog.

DISUSUN OLEH :
KELAS 2 C
KELOMPOK 1

1. Andhika Rizky Putra Agustina (23070160110)


2. Imam Aqil Macca Safrin Lalaki (23070160123)
3. Adiva Fauziah Diswan (23070160124)
4. Az Zahra (23070160126)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya. Sholawat,
salam, dan limpahan rahmatnya tercurah pada Nabi besar Muhammad Saw. sehingga kami
dapat cepat menyelesaikan makalah ini dalam tempo singkat. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada Dosen Psikologi Kepribadian atas penugasan tersebut. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas penelitian mengenai Paradigma Psikoanalisis Klasik Sigmund
Freud.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam mempersiapkan dan
memperbaiki karya kami selanjutnya. Besar harapan kami agar karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi kami dan pihak-pihak berkepentingan.

Semarang, 24 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4

1.3 Tujuan........................................................................................................................4

BAB II.......................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1 Struktur Kepribadian...............................................................................................5

2.2 Dinamika Kepribadian.............................................................................................6

2.3 Perkembangan Kepribadian....................................................................................7

2.4 Aplikasi.......................................................................................................................9

2.5 Evaluasi....................................................................................................................11

BAB III....................................................................................................................................12

PENUTUP...............................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................12

3.2 Saran.........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir di Austria pada tahun 1856, Freud lulus dari sekolah kedokteran pada
tahun 1881. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ia menciptakan teori
psikoanalisis, yang menjadi tantangan serius bagi teori-teori umum tentang pikiran
dan perilaku manusia pada saat itu. Ide-ide kunci dari karya terobosan Freud,
termasuk kesadaran, ketidaksadaran, id, ego, dan superego, menjadi dasar bagi
paradigma psikoanalisis klasik.

Freud memberikan kontribusi yang signifikan ketika ia menyoroti bagaimana


alam bawah sadar membentuk perilaku manusia. Dia mengatakan bahwa sebagian
besar motivasi di balik pikiran dan perilaku kita tidak langsung terlihat oleh kita. Hal
ini kemudian menjadi fokus utama dari psikoanalisis yang didasarkan pada Freud.

Psikoanalisis pada awalnya banyak dikecam karena sifatnya yang


kontroversial, terutama yang berkaitan dengan gagasannya tentang konflik bawah
sadar dan beberapa aspek seksualitas manusia. Namun seiring berjalannya waktu,
teori-teori Freud telah memajukan pengetahuan kita secara signifikan tentang pikiran
manusia, motivasi, dan perkembangan kepribadian.

Makalah mengenai paradigma psikoanalisis klasik Sigmund Freud akan


memperluas pemahaman kita mengenai ide-ide inti teori ini, seperti mekanisme
pertahanan, struktur kepribadian, fase perkembangan, dan pengenalan Freud terhadap
ide-ide ini. Dengan memeriksa dan menafsirkan keyakinan-keyakinan ini, kita dapat
belajar lebih banyak tentang kompleksitas manusia dan bagaimana psikoanalisis
Freud terus memberikan dampak pada psikologi kontemporer.
1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Apa saja Struktur Kepribadian?


1.1.2 Seperti apa Dinamika Kepribadian?
1.1.3 Bagaimana Perkembangan Kepribadian?
1.1.4 Apa saja ranah aplikasi Psikoanalisis?
1.1.5 Bagaimana evaluasi dari teori Psikoanalisis?

1.3 Tujuan

1.1.6 Untuk mengetahui Stuktur kepribadian


1.1.7 Untuk mengetahui Dinamika Kepribadian
1.1.8 Untuk mengetahui Perkembangan Kepribadian
1.1.9 Untuk mengetahui ranah Aplikasi Psikoanalisis
1.1.10 Untuk mengetahui evaluasi dari teori Psikoanalisis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Kepribadian

Psikoanalisis merupakan teori yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Dalam


teorinya, pria berkebangsaan Austria ini berusaha memahami manusia berdasarkan
pengalaman masa lalu yang kemudian ditekankan pada kesadaran, pra kesadaran, dan
ketidaksadaran. Teori Psikoanalisis juga merupakan sumbangsih terbesar dalam dunia
Psikologi. Walau banyak yang menganggap kontroversial karena dinilai tidak
mengikuti aspek-aspek keagamaan dalam teorinya. Simak penjelasannya:

1. Id (Instingtual Drive)
Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut
Freud sebagai kepribadian bawaan lahir. Di dalamnya terdapat dorongan yang
di dasari pemenuhan biologis guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter
khas pada aspek ini adalah tidak adanya pertimbangan logis dan etika sebagai
prinsip pengambilan keputusan. Id menggunakan energi psikis untuk
memperoleh kenikmatan (pleasure principle) melalui gerakan reflex dan
proses primer (menghayal, atau berfantasi tentang objek-objek yang dapat
memuaskan instink). Lebih sederhana, id berwujud pada gambaran nafsu,
hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

2. Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa
yang terjadi didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id
dan juga superego untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan
kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda dengan id yang hanya
mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya). Ego beroperasi mengikuti prinsip
realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id
dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmattan sampai
ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kehidupan.
3. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai
kehidupan. Ranah superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana
yang baik dan yang buruk. Dengan kata lain, superego memiliki peran penting
untuk menjadi penengah antara id dan ego. Ia menjadi penyekat dari sinyal
yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk melakukan hal yang
menjunjung moralitas. Superego beroperasi pada prinsip idealistik (idealistic
principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik ego.
Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang
tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada
anak melalui berbagai larangan dan perintah.

2.2 Dinamika Kepribadian


A. Insting

Insting adalah wujud psikologis yang menuntut kepuasan dari diri sendiri.
Misalnya insting lapar akan kebutuhan nutrisi maka otomatis diri kita mempunyai
bentuk keinginan untuk makan, atau juga insting mengantuk maka bentuknya
berupa keinginan kita untuk tidur.

Sumber insting adalah kondisi tubuh jasmaniah atau kebutuhan yang menuntut
keadaan. Seperti lapar tadi yang akan menuntut kita untuk segera memenuhi
nutrisi tersebut. Tujuan insting adalah berusaha kembali ke keadaan sebelum
insting muncul. Contohnya lapar agar kita tidak lapar maka kita harus memenuhi
nutrisi agar kembali ke keadaan insting lapar muncul.

Jenis-jenis Insting

1. Insting seks (Eros)


Dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti haus, lapar dan
seks. Menurut Freud, insting seks bukan hanya berhubungan dengan
kenikmatan organ seksual tetapi kepuasan yang diperoleh dari tubuh.
2. Insting destruktif (Thanatos)
Insting destruktif bekerja secara sembunyi-sembunyi, seperti menyiksa diri
dengan bekerja lebih giat, sikap merendah/meminta maaf, menyalahkan diri
sendiri.
B. Kecemasan
Kecemasan adalah variabel yang sangat dibutuhkan dalam hamper semua
psikologi kerpibadian. Kecemasan adalah fungsi dari ego untuk memperingatkan
sesuatu tentang segala kemungkinan datangnya suatu hal dan akan memunculkan
reaksi adaptif yang sesuai. Menurut freud, kecemasan dari bayi akan sangat
mempengaruhi kehidupannya.

Freud juga mengemukakan tiga jenis kecemasan; realistic anxiety, neurotic


anxiety dan moral anxiety. Kecemasan realistik adalah ketakutan akan bahaya
yang datang dari dunia nyata. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap
hukuman yang akan diterima. Kecemasan moral adalah ketika melanggar standar
nilai.

C. Mekanisme Pertahanan Diri (Defense Mechanism)


Fungsi utama dari Mekansime Pertahanan Diri adalah membantu individu
menolak impuls instingtif yang tidak bisa dikontrol dan memberi kepuasan pada
ego tersebut secara tidak langsung. Freud sendiri berpendapat ada 7 mekanisme
pertahanan diri:

1. Identifikasi (Identification)
Mengidentifikasi diri dengan orang yang di anggap lebih berhasil
memuaskan hasratnya dibanding dirinya.
2. Pemindahan (Displacement)
Pemindahan energi dari satu objek ke objek lain sampai ditemukan yang
cocok hingga dapat mereduksi ketegangan
3. Represi (Repression)
Proses ego menekan segala sesuatu baik pikiran, ide, insting ingatan yang
dapat menimbulkan kecemasan.
4. Fiksasi (Fictation)
Terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu.
5. Regresi (Regression)
Mengubah keinginan perasaan yang menimbulkan menjadi kearah diri
sendiri.
6. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Tindakan defensive dengan cara mengganti perasaan kebalikannya dalam
kesadaran.
7. Proyeksi (Projection)
Mengubah kecemasan dengan cara melemparkan impuls yang mengancam
dipindahkan ke objek luar.

2.3 Perkembangan Kepribadian


Psikoanalisis menggambarkan proses perkembangan psikososial dan
psikoseksual sejak lahir hingga dewasa. Menurut teori Freud, setiap individu melewati
serangkaian tahap perkembangan yang sangat penting untuk pembentukan ciri-ciri
kepribadian yang bertahan lama. Freud percaya bahwa kepribadian terbentuk pada
masa kanak-kanak, sekitar usia 5-6 tahun. Tahapan perkembangan tersebut meliputi
tahap oral, tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-12 tahun),
tahap genital (12-18 tahun), dan tahap dewasa.

1. Tahap oral (usia 0 – 1 tahun)


Tahap oral adalah periode perkembangan yang terjadi pada tahun awal
kehidupan seseorang. Selama tahap ini, fokus utamanya adalah pada mulut
sebagai zona sensitif seksual utama, yang sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan mendasar seperti makanan dan hidrasi. Aktivitas seperti mengisap pada
bayi merupakan sumber kesenangan dan kepuasan.
2. Tahap anal (usia 1-3 tahun)
Anal berasal dari kata anus, yang berarti "dubur". Pada titik ini, hasrat
disalurkan ke area sekitar anus, menjadikan anus sebagai sumber kenikmatan
sensual. Anus anak perlu dilepaskan setelah penuh dengan sisa-sisa makanan.
Buang air besar memberikan kegembiraan dan merupakan pencapaian yang
memuaskan. Fenomena ini dikenal sebagai erotika anal. Pada tahap inilah orang
tua mulai memperkenalkan aturan kebersihan kepada anak melalui pelatihan
toilet, mengajari mereka cara dan tempat yang tepat untuk membuang kotoran.

3. Tahap falik (usia 3-6 tahun)


Pada tahap ini, libido anak berpindah ke dari rektum ke alat kelamin. Anak
mulai bermain dengan alat kelaminnya sendiri untuk mendapatkan kenikmatan
darinya. Selama tahap ini, masturbasi cukup menyenangkan. Gairah seksual anak
terhadap orang tuanya meningkat secara bersamaan, yang memicu sejumlah
modifikasi kateksis objek yang signifikan. Munculnya kompleks Oedipus, yang
merupakan perkembangan paling signifikan selama masa ini, diikuti oleh
fenomena ketakutan pengebirian pada pria dan kecemburuan penis pada wanita.
Kemarahan terhadap orang tua sesama jenis dan objektifikasi seksual terhadap
orang tua yang berbeda jenis kelamin merupakan gejala kompleks oedipus.
Sementara anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya,
anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan ingin menerima lebih banyak perhatian
darinya.

4. Tahap laten (usia 6-12 tahun)


Tahap ini berlangsung dari usia anak lima atau enam tahun hingga remaja, di
mana pada saat itu dorongan seksual mereka menjadi kurang kuat. Freud
berpendapat bahwa penurunan minat seksual disebabkan oleh kurangnya
munculnya zona erotis baru yang dipicu oleh perkembangan biologis.. Akibatnya,
fase laten bukanlah komponen perkembangan psikoseksual melainkan peristiwa
biologis. Selama tahap ini, anak belajar untuk menyublimasi, yaitu mengganti
kepuasan non-seksual dengan kepuasan libido, terutama dalam bidang
intelektualitas, atletik, bakat, dan hubungan teman sebaya. Selain itu,
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudah pubertas, anak lebih mudah
mempelajari hal-hal baru dan mendapatkan pendidikan pada fase ini.

5. Tahap genital (usia 12-18 tahun)


Remaja mengalami perubahan biokimia dan fisiologis pada awal usia ini.
Hormon yang diproduksi oleh sistem endokrin menyebabkan pertumbuhan sinyal
seksual primer serta indikasi seksual sekunder termasuk suara, rambut, payudara,
dan lain sebagainya. Selama tahap ini, kateksis genital ditandai dengan narsisme,
di mana orang tersebut hanya menginginkan orang lain karena mereka
menawarkan lebih banyak kesempatan untuk kesenangan fisik. Orang tersebut
menemukan kepuasan dalam menstimulasi dan memanipulasi tubuhnya sendiri.
Pada titik ini, ego anak berkembang sepenuhnya, dan mereka mulai mencari cara
untuk mandiri. Oleh karena itu, hasrat seksual mereka mulai berfokus pada hal-hal
di luar dirinya, seperti bergabung dalam kegiatan kelompok, bersiap-siap untuk
bekerja, jatuh cinta dengan orang lain, menikah, dan memulai sebuah keluarga
Seorang anak atau orang dewasa muda tidak dapat membentuk hubungan yang
mendalam dan sehat jika mereka mengalami gangguan selama masa ini.

2.4 Aplikasi
A. Psikopatologi

Psikoanalisis memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan,


akibat gangguan semasa melewati tahap-tahap psikoseksual. Perkembangan
kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif, sehingga gangguan pada
masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa traumatik yang pengaruhnya
terasa sampai dewasa. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalisis pada beberapa
jenis psikopatologi:

 Histeria, yang disebut dengan conversion disorder: psikoanalisis


menganggap bahwa kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik terjadi akibat
adanya transformasi dari konflik-konflik psikis mejai malfungssi fisik.
Contoh, remaja yang menjadi tuli akibat keuarganya sangat keras dalam
mengkritik atau memarahi dirinya tanpa alasan yang jelas.
 Fobia, atau ketakutan yang terjadi tidak pada tempatnya. Freud
menganalisisnya sebagai dampak dari kecemasan yang dialihkan, bisa
kecemasan akibat traumatik misalnya. Wanita yang fobia naik kapal,
karena pernah menjadi korban pemerkosaan di sebuah kapal.
 Obsesi-kompulsi, ide atau perasaan yang sangat merasuki pikiran. Obsesi
merujuk pada perasaan tergila-gila dan toxic dalam mencapai sesuatu.
Contoh, adanya pikiran agresif mengenai kehilangan kendali dan melukai
diri sendiri atau orang lain. Seseorang yang menyembunyikan senjata
tajam ditempat tertentu dan terus-menerus diceknya (kompulsi) apakah
pisau itu masih berada disana atau tidak.
 Depresi, perasaan yang gelisah atau kehilangan harga diri dan merasa
bertanggung jawab terhadap semua kejadian buruk pada dirinya dan
lingkungannya. Contoh, orang yang kehilangan cintanya yang membuat
orang marah pada dirinya.
 Ketagihan Obat/Alkohol, interpretasi psikoanalisis terhadap ketagihan
obat/alkohol. Freud menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati.
Karena ketagihan, orang menjadi bebas memperoleh apa yang dia
inginkan dalam pengaruh obat/alkohol.
B. Psikoterapi

Tidak hanya Psikopatologi, Freud kemudian mengembangkan teknik-


teknik terapi yang digunakan bukan hanya untuk menghilangkan sindrom yang
tidak dikehendaki, melainkan tujuan utamanya untuk mmperkuat ego sehingga
mampu mengontrol impuls insting dan memperbesar kapasitas individu untuk
mencintai dan berkarya. Teknik yang digunakan meliputi:

 Asosiasi bebas, selama sesi terapi klien diminta untuk jujur dalam
mengatakan apa yang terlintas dalam benaknya dan tidak peduli betapa
memalukan atau tidak logis dalam ingatannya tersebut. Dari terapi inilah
Freud melakukan interpretasi (mencoba memahaami masalah kliennya).
 Analisis mimpi, yang dimana Freud juga melakukan interpretasi mimpi
yang dialami oleh klien karena ketika tidur, kontrol kesadaran menurun
dan mimpi merupakan ungkapan isi hati yang meliputi keinginan,
ketakutan maupun konflik yang ditekan ke alam bawah sadar.
C. Psikosomatis

Psikomatis adalah patologi yang gejalanya diperberat dengan lingkungan


nonpatologik. Seperti penyakit alergi yang psikomatis ketika diobati dengan
memakai mediko-kimia akan kambuh kembali. Latar belakang penyakit tersebut
ialah masalah psikis individu maka dengan pengobatan psikoterapi agar sembuh
permanen.

D. Pengasuhan anak
Perhatian terhadap pertumbuhan anak sampai balita, secara langsung
maupun tidak langsung merupakan hal penting bagi anak karena Freud sendiri
berpendapat perkembangan itu tergantung pada saat masa anak sampai balita.
Perkembangan masa kecil sendiri adalah pondasi kepribadian. Sebagai orang
tua harus bisa mendidik anak dengan baik seperti, melakukan toilet training
dengan lembut, melakukan penanaman moral secara bijak.
E. Evaluasi
Teori Psikoanalisis Freud menjadi paradigma psikologi kepribadian, teori
Freud melihat manusia baik manusia ataupun fisiknya. Sumbangan teori Freud yang
paling utama ialah memberi tahu bahwa proses taksadar mempunyai pengaruh sangat
besar terhadap tingkah laku. Teori Freud tentang ketidaksadaran mendapat banyak
kritik ataupun sanggahan dari berbagai pihak, tetapi para pakar setuju bahwa proses
taksadar itu ada. Aplikasi teori Freud di bidang psikopatologi, psikoterapi, dan
pengasuhan anak sampai sekarang masih terpakai dan berpengaruh.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud, struktur kepribadian terdiri


dari 3 jenis yaitu Id (Instingtual Drive), ego, dan superego. Id sendiri memiliki
karakter tidak adanya pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan
keputusan. Ego sendiri beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle),
sedangkan superego lekat kaitannya dengan moral. Hal ini berarti superego dapat
membedakan hal baik dan buruk.
Dinamika kepribadian terdiri dari 3 yaitu: insting, kecemasan, dan mekanisme
pertahanan diri. Insting sendiri terdapat 2 jenis, insting seks (eros) dan insting
destruktif (thanatos). Freud mengemukakan kecemasan terdapat 3 jenis yaitu,
realistic anxiety, neurotic anxiety dan moral anxiety. Sedangkan mekanisme
pertahanan diri menurut Freud terdapat 7 jenis:
1. Identifikasi (Identification)
2. Pemindahan (Displacement)
3. Represi (Repression)
4. Fiksasi (Fictation)
5. Regresi (Regression)
6. Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
7. Proyeksi (Projection)

Perkembangan kepribadian menurut Freud terdiri atas beberapa tahap, di antaranya:

1) Tahap oral (0-1 tahun)


2) Tahap anal (1-3 tahun)
3) Tahap falik (3-6 tahun)
4) Tahap laten (6-12 tahun)
5) Tahap genital (12-18 tahun)

Sedangkan ranah aplikasi dalam teori Freud terdapat 4 jenis, yaitu:

a. Psikopatologi
 histeria
 fobia
 obsesi-kompulsi
 depresi
 ketagihan obat/alkohol
b. Psikoterapi
- Asosiasi bebas
- Analisis mimpi
c. Psikomatis
d. Pengasuhan anak

Evaluasi dalam teori Freud adalah sumbangan yang paling utama ialah memberi tahu
bahwa proses taksadar mempunyai pengaruh sangat besar terhadap tingkah laku.
Teori Freud tentang ketidaksadaran mendapat banyak kritik ataupun sanggahan dari
berbagai pihak, tetapi para pakar setuju bahwa proses tak sadar itu ada.

3.2 Saran
Sangat penting untuk menyadari bahwa kondisi masyarakat dan budaya
modern sekarang beberapa teori Freud mungkin tidak sepenuhnya sesuai atau dapat
diterapkan. Meskipun demikian, ide-ide mendasar seperti kesadaran dan
ketidaksadaran, tipe kepribadian, dan mekanisme pertahanan terus memberikan nilai
tambah yang signifikan terhadap pemahaman kita tentang psikologi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. UMM Press.

Ernes, J. (2015). Hidup dan Karya Sigmund Freud, terj. Kardono. Ircisod.

Feist, J., & Gregory J, F. (2010). Teori Kepribadian. Salemba Humanika.

Lantz, S. E., & Sagarika, R. (2022). Freud Developmental Theory. StatsPearls.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557526/

Suryabrata, S. (2012). Psikologi Kepribadian. RajaGrafindo Persada.

Ustpsikologiadmin. (2015). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Psikologi Ust Jogja.


https://psikologi.ustjogja.ac.id/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/

Anda mungkin juga menyukai