Anda di halaman 1dari 43

Penyebab abnormalitas

Berdasar Teori-teori dalam


Psikologi

Pertemuan ke -4

1. TEORI
PSIKOANALISA
A. Menurut Corey (2005:13), sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori-teori dan praktek psikoanalitik mencakup :


1. Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat
manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia.

2. Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar.

3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kepribadian dimasa dewasa.

4. Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami


cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan
mengandalkan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan
kecemasan.

5. Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari


ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-
transferensi.
B. Menurut pendangan psikoanalitik, struktur
kepribadian terdiri dari tiga sistem atau aspek,
yaitu:

1. Id (Das Es)

Menurut Suryabrata (2005:125) aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang
original di dalam kepribadian. Dari aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud
menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya, oleh karena itu Das Es itu
merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung
dengan dunia obyektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur
biologis), termasuk insting-insting. Das Es merupakan œreservoir energi psikis yang
menggerakkan Das Ich dan Das Ueber Ich.

Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan tegangan,
penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, Id bersifat tidak logis, amoral, dan
didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan
asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian,
tidak berpikir, dan hanya menginginkan atau bertindak serta Id bertindak dengan tidak sadar
(Corey, 2005:14).
2. Ego (Das Ich)


Menurut Suryabrata (2005:126) aspek ini adalah aspek psikologis
daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realita).
Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan
tegangan yang ada dalam dirinya. Ini berarti bahwa organisme
harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan
kenyataan tentang makanan.
Disinilah letak perbedaan yang pokok antara Das Es (Id) dan Das
Ich (Ego), yaitu kalau Das Es itu hanya mengenal dunia subyektif
(dunia batin), maka Das Ich dapat membedakan sesuatu yang
hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar
(dunia obyektif, dunia realitas).
3. Superego (Das Ueber Ich)


Menurut Suryabrata (2005:127) aspek sosiologi kepribadian,
merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat
sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang
dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Das
Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan,
karena itu Das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral
kepribadian.
Superego berfungsi menghambat impuls-impuls Id.
Kemudian, sebagai internalisasi standar-standar orang tua dan
masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan
hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan bangga dan
mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-
perasaan berdosa dan rendah diri (Corey, 2005: 15)
C. Mekanisme Pertahanan Ego


Di bawah tekanan kecemasan yang berlebihan, ego kadang-
kadang terpaksa menempuh cara-cara ekstrem untuk
menghilangkan tekanan. Cara-cara itu disebut dengan
mekanisme pertahanan.
1. Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan
menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang
mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan
yang membangkitkan kecemasan.
Kecemasan atas kematian orang yang dicintai, misalnya sering
dimanifestasikan oleh fakta penyangkalan terhadap kematian.

2. Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang
traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan,
mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada
ketaksadaran, atau bisa menjadi tidak menyadari hal-
hal yang menyakitkan.

3. Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat sifat tertentu yang tidak
bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seorang melihat pada
diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa
menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri. Jadi, proyeksi,
seorang akan mengutuk orang lain karena kejahatannya dan
menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk
menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya
terdapat dorongan yang dianggap jahat, ia memisahkan diri dari
kenyataan ini.

4. Formasi reaksi (pembentukan)

 Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak
sadar. Jika perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang
menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal perasaan-perasaan
yang bisa menimbulkan ancaman itu. Contohnya, seorang ibu yang memiliki perasaan
menolak terhadap anaknya, karena adanya perasaan berdosa, ia menampilkan tingkah
laku yang sangat berlawanan, yakni terlalu melindungi atau terlalu mencintai anaknya.
Orang yang menunjukkan sikap menyenangkan yang berlebihan atau terlalu baik boleh
jadi berusaha menutupi kebencian dan perasaan-perasaan negatifnya.

5. Fiksasi

 Fiksasi maksudnya adalah menjadi terpaku/ berhenti pada tahap-tahap perkembangan


yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menimbulkan
kecemasan. Anak yang terlalu bergantung menunjukkan pertahanan berupa fiksasi.
6. Regresi

 Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-
tuntutannya tidak terlalu besar. Contohnya seorang anak yang takut sekolah memperlihatkan
tingkah laku infantil seperti menangis, mengisap ibu jari, bersembunyi, dan menggantungkan diri
pada guru. Atau, ketika adiknya lahir, seorang anak kembali menunjukkan bentuk-bentuk tingkah
laku yang kurang matang.

7. Rasionalisasi

 Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang baik guna menghindarkan ego dari cedera;
memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
Orang yang tidak memperoleh kedudukanyang sesungguhnya diinginkannya. Atau, seorang
pemuda yang ditinggalkan kekasihnya, guna menyembuhkan ego-nya yang terluka ia menghibur
diri bahwa si gadis tidak berharga dan bahwa dirinya memang akan menendangnya.
8. Sublimasi 
 Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih
dapat diterima bagi dorongan-dorongannya. Contohnya dorongan dorongan agresif yang
ada pada seseorang disalurkan ke dalam aktivitas bersaing di bidang olahraga sehingga
dia menemukan jalan bagi pengungkapan perasaan agresifnya, dan sebagai tambahan dia
bisa memperoleh imbalan apabila berprestasi dibidang olahraga itu.
9. Displacement

 Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal
atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau. Seseorang anak yang ingin
menendang orang tuanya kemudian menendang adiknya, atau jika adiknya tidak ada,
menendang kucing.

 Pertahanan yang pokok adalah represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi
(Supratiknya, 1993: 86).

 Freud mengatakan bahwa ego melindungi dirinya dari kecemasan neurotik dengan
mempergunakan berbagai mekanisme pertahanan, membohongi diri secara tidak sadar
yang mengurangi kecemasan sadar dengan mendistorsi ingatan, emosi dan impuls yang
menghasilkan kecemasan

 Jelaskan tahapan perkembangan psikoseksual
Dalam Psikoanalisa
D. Perkembangan
Psikoseksual

1. Fase Oral (0-1 tahun)

 Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah
kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan/minum menjadi
sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari rangsangan
terhadap bibir-rongga mulut-kerongkongan, tingkah laku menggigit dan
menguyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan
(kalau makanan tidak memuaskan). Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas
menyuap/menelan (oral incorforation) dan menggigit (oral agression) dipandang
sebagai prototip dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan
yang berlebihan pada masa oral akan membentuk oral incorporation personality
pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan
pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah
menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral,
sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja)
dalam mengumpulkan harta.

 Oral agression personality ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkatik, bersumber dari
sikap protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibunya dalam menyusui. Mulut sebagai
daerah erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi, mulai dari
mengunyah permen karet, menggigit pensil, senang makan, menghisap rokok, menggunjing
orang lain, sampai berkata-kata kotor/sarkastik. Tahap ini secara khusus ditandai oleh
berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain, khususnya
ibu. Perasaan tergantung ini pada tingkat tertentu tetap ada dalam diri setiap orang, muncul
kapan saja ketika orang merasa cemas dan tidak aman pada masa yang akan datang.
 Sedangkan tugas perkembangan utama fase oral ini adalah memperoleh rasa percaya, yakni
percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan kepada diri sendiri. Cinta adalah perlindungan
terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai oleh orang lain
hanya akan mendapat sedikit kesulitan dalam menerima dirinya sendiri. Sedangkan anak yang
merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai, cenderung mengalami kesulitan
yang besar dalam menerima diri sendiri. Anak-anak yang ditolak akan belajar untuk tidak
mempercayai dunia mereka memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek
penolakan pada fase oral adalah kecenderungan di masa kanak-kanak selanjutnya untuk
menjadi penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci dan kesepian.
2. Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)


 Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik,
kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer
(pembuangan kotoran). Mengeluarkan faces menghilangkan
perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa
makanan. Sepanjang tahap anal, latihan defakasi (toilet training)
memaksa anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari
tegangan anal. Freud yakin toilet training adalah bentuk mulai
dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id
dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan
superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan sosial
untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua hambatan bentuk
kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery).

 Berasal dari fase anal, dampak toilet training terhadap kepribadian di
masa depan tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam
melatih. Misalnya, jika ibu terlalu keras, anak akan menahan facesnya
dan mengalami sembelit. Ini adalah prototip tingkah laku keras
kepala dan kikir (anal retentiveness personality). Sebaliknya ibu yang
membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas
melampiaskan tegangannya dengan mengelurkan kotoran di tempat
dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai
sifat ketidakteraturan/jorok, deskruktif, semaunya sendiri, atau
kekerasan/kekejaman (anal exspulsiveness personality). Jadi, tugas-
tugas yang harus diselesaikan selama fase ini adalah belajar mandiri,
memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana
mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negatif.
3. Fase Falik (usia 3 – 5
tahun)

 Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen
terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan
yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan
gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang
penting. Perkembangan terpenting pada masa ini
adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti
fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis
envy (pada perempuan).

 Odipus kompleks adalah kateksis obyek kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis.
Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya,
sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan
menyingkirkan ibunya.
 Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai
ibunya yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang
ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Pada anak
laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-
kalau ayah memakai kekuasaannya untuk memenangkan
persaingan merebut ibunya.. Gejala ini disebut cemas dikebiri atau
castrationanxiety. Kecemasan inilah yang kemudian mendorong
laki-laki mengidentifikasi iri dengan ayahnya.
Fase Latent (usia 5 – 12
tahun)

 Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode
perbedaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud,
penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen
baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase laten lebih
sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan
psikoseksual.
 Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya
bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya.
Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan super ego,
orang tua bekerjasama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar
enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan
pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
4. Fase Genital (usia 12/13 – dewasa)


 Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri
remaja. Sistem endoktrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada,
dll) dan pertumbuhan tanda seksual primer. Impuls pregenital bangun
kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk
mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Pada fase falis,
kateksis genital mempunyai sifat narkistik, individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan
orang lain diinginkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk
tambahan dari kenikmatan jasmaniah.
 Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar,
seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta
lawan jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang
narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik dan altruistik.

 Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, dimana puncak perkembangan
seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan kepribadian. Ini
ditandai dengan kemasakan tanggung jawab seksual sekaligus tanggung
jawab sosial, mengalami kepuasan melalui hubungan cinta heteroseksual
tanpa diikuti dengan perasaan berdosa atau perasaan bersalah.
 Pemasakan impuls libido melalui hubungan seksual memungkinkan kontrol
fisiologis terhadap impuls genital itu; sehingga akan membebaskan begitu
banyak enerji psikis yang semula dipakai untuk mengontrol libido, merepres
perasaan berdosa, dan dipakai dalam konflik antara id-ego-superego dalam
menagani libido itu. Enerji itulah yang kemudian dipakai untuk aktif
menangani masalah-masalah kehidupan dewasa; belajar bekerja, menunda
kepuasan, menjadi lebih bertanggung jawab. Penyaluran kebutuhan insting ke
obyek di luar yang altruistik itu telah menjadi cukup stabil, dalam bentuk
kebiasaan-kebiasaan melakukan pemindahan-pemindahan, sublimasi-
sublimasi dan identifikasi-identifikasi.
Berikut beberapa gambaran tingkah laku
dewasa yang masak, ditinjau dari dinamika
kepribadian Freud :


 Menunda kepuasan : dilakukan karena obyek pemuas yang
belum tersedia, tetapi lebih sebagai upaya memperoleh tingkat
kepuasan yang lebih besar pada masa yang akan datang.
 Tanggung jawab : kontrol tingkah laku dilakukan oleh
superego berlangsung efektif, tidak lagi harus mendapat
bantuan kontrol dari lingkungan.
 Pemindahan/sulimasi : mengganti kepuasan seksual menjadi
kepuasan dalam bidang seni, budaya dan keindahan.
 Identifikasi memiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam
organisasi sosial, politik dan kehidupan sosial yang harmonis.

2. TEORI BEHAVIORISME
A. Konsep Dasar Pendekatan Behaviorisme


 Skiner berpandangan bahwa manusia dibentuk oleh
lingkungan. Manusia lahir dengan potensi yang bisa
dikembangkan ke arah mana saja.
 Melalui proses pembentukan manusia menjadi sosok tertentu
dan dengan kepribadian tertentu. Pada prinsipnya manusia
bukanlah organisme yang pasif, akan tetapi ia aktif mencari
akibat-akibat atau konsekuensi yang menyenangkan.
 Jadi teori Skiner beranggapan bahwa manusia mampu
melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif sendiri dalam
lingkungannya, bukan sebagai objek dan relatif pasif. Namun
dalam hal ini lingkungan mempunyai posisi yang lebih kuat,
karena lingkungan menyediakan penguatan atau pengukuhan.

Teori-teori utama Skiner adalah sebagai berikut :
 Tipe Respon dan Kondisioning
 Respondent Behavior, yaitu respon yang diperoleh atau dibangkitkan
oleh adanya stimulus. Contoh : menyempitnya mata jika ada sinar
tajam, keluarnya air liur kalau ada makanan, dan sebagainya.
 Operant Behavior, yaitu perilaku yang dikeluarkan tanpa adanya
stimulus yang jelas. Sebagian besar perilaku manusia adalah teori
ini.
 Tipe S, yaitu kondisioning untuk respondent behavior karena
reinforcement dikaitkan dengan stimulus. Stimulus yang hendak
dikondisikan (misal sinar atau bel) dikaitkan dengan stimulus tak
terkondisi (misal makanan).

 Tipe R, yaitu kondisioning untuk operant behavior. Huruf R
dimaksudkan untuk menekankan pentingnya respons
dalam rangka mendatangkan reinforcement. Pandangan
Skiner tentang kondisioning operant behavior ini
tergantung pada apa yang dilakukan oleh organisme.

 Ada 2 prinsip kondisioning respon operan, yaitu : setiap


respon yang diikuti dengan stimulus penguat (reward)
cenderung diulang, dan setiap penguat (reward) adalah
segala sesuatu yang dapat meningkatkan dan
dimunculkan respon operan.
B. Jenis-jenis Penguatan


 Dalam teori Skinner, penguatan dianggap sangat penting untuk
membentuk perilaku. Skinner menerangkan penguatan berdasarkan
dampaknya untuk meningkatkan atau menguatkan dorongan untuk
dilakukannya suatu respons. Ada dua jenis reinforcement:
 Reinforcement Positif, yaitu stimulus yang pemberiannya terhadap operan
behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau
dipersering kemunculannya. Dampaknya adalah menyenangkan, misal
makanan, minuman, dan sebagainya.
 Reinforcement Negatif, yaitu stimulus yang penghilangannya untuk
stimulus yang tidak menyenangkan akan menyebabkan diperkuat atau
dipersering perilaku. Stimulus yang tidak menyenangkan disebut juga
dengan istilah aversive stimulus. Di dalam reinforcement negative ini
stimulus yang tidak menyenangkan akan dihilangkan sehingga orang
melakukan perilaku yang diinginkan.
Beberapa teknik Terapi Behavioristik
itu adalah:

1. Desensitisasi Sistematis
 Mc. Kay (1981) menjelaskan bahwa desensitisasi
merupakan alat yang dikembangkan untuk
menurunkan kecemasan dengan menggantikan
kecemasan tersebut melalui respon alternative yang
berlawanan seperti relaksasi. Teknik ini bekerja atas
dasar prinsip reciprocal inhabitation (hambatan
hubungan timbal balik) yaitu proses dimana suatu
tingkat kecemasan yang berlebihan dihambat
dengan kecemasan
2. Terapi Impulsif.

 Dalam kamus Psikologi (J.P. Chaplin) terapi implusif adalah salah
satu terapi tingkah laku dimana disajikan perangsang-perangsang
yang dapat menimbulkan kecemasan dalam imajinasi, sedang
pasien didorong dan diberanikan untuk mengalami kecemasan itu
sehebat-hebatnya atau sedalam mungkin. Karena situasinya tidak
mengandung bahaya yang objektif, maka reaksi kecemasannya
tidak diperkuat, dan secara berangsur-angsur dapat dimusnahkan
atau dipadamkan.Terapi ini dikembangkan berdasarkan atas
asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan
pada suatu situasi pemicu kecemasan dan hal-hal yang
menakutkan ternyata konsekuensi yang diharapkan tidak muncul,
akhirnya stimulus yang mengancam tidak memiliki kekuatan dan
neurotiknya menjadi hilang.
3. Latihan Perilaku Asertif

 Latihan asertif dalam terapi tingkah laku merupakan
teknik yang dipakai terapis dengan menggunakan
model-model pola tingkah laku yang tegas bagi
kliennya. Latihan ini berguna untuk membantu
orang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan “tidak”, atau
mengungkapkan afeksi respon positif lainnya
4. Pengkondisian Aversi


 Teknik pengkondisian aversi digunakan untuk
meredakan perilaku yang tidak diinginkan dengan cara
menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan
sehingga perilaku yang tidak diinginkan tidak muncul.
Stimulus yang tidak menyenangkan diberikan secara
bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak
diinginkan. Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa
hukuman dengan sengatan listrik atau pemberian
ramuan yang membuat mual.Perilaku yang dapat
dimodifikasi dengan teknik pengkondisian aversi
adalah perilaku maladaptif
5. Pembentukan Perilaku Model.


 Modeling dapat digunakan sebagai pembentukan
perilaku baru dan mempertahankan atau
memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
 Dalam teknik ini peran konselor difungsikan sebagai
penunjuk perilaku model yang harus ditiru. Sarana
yang bisa dipakai sebagai model dapat dilakukan
dengan model audio, model fisik, model hidup atau
model lainnya yang dapat dicontoh. Setelah itu klien
diberi reinforcement jika dia dapat meniru perilaku
model tersebut.
6. Kontrak Perilaku

 Kontrak Perilaku didasarkan pandangan bahwa membantu klien
untuk membentuk perilaku tertentu yang diinginkan dan
memperoleh ganjaran tertentu sesuai dengan kontrak yang
disepakati. Dalam hal ini individu mengantisipasi perubahan perilaku
mereka atas dasar persetujuan beberapa konsekuensi akan muncul.
Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih
( konselor dan klien ) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien.
 Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima
oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan
kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini
ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan
daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.

3. TEORI HUMANISTIK
A. Konsep Dasar Pendekatan Humanistik


 Pendekatan humanistic muncul sebagai bentuk
ketidaksetujuan pada dua pandangan sebelumnya, yaitu
pandangan psikoanalisis dan pandangan behavoiristik
dalam menjelaskan tingkah laku manusia.
Ketidaksetujuan ini berdasar pada anggapan bahwa
pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan
pesimisme suram serta keputusasaan, sedangkan pada
pandangan behavoiristik dianggap terlalu kaku
(mekanistik), pasif, statis, dan penurut dalam
menggambarkan manusia, sehingga seolah-olah manusia
hanyalah sosok yang hidup dan bertindak seperti robot.

 Pada pendekatan humanistic, manusia digambarkan secara optimistic
dan penuh harapan. Diyakini dalam pendekatan ini bahwa pada
dasarnya pada setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi
sehat dan tumbuh secara kreatif. Manusia digambarkan sebagai individu
yang aktif, tanggung jawab, mempynyai potensi kreatif, bebas (tidak
terikat oleh belenggu masa lalu), berorientasi ke masa depan, dan selalu
berusaha untuk self fulfillmengt (mengisi self atau diri sepenuhnya
untuk beraktualisasi). Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini
lebih disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari
pendidikan dan latihan yang diberikan oleh orang tua dan pengaruh-
pengaruh social lainnya.
 Falsafah pendekatan humanistic adalah fenomenologi yang memandang
bahwa yang terpenting pada diri manusia adalah pengalaman dirinya
yang bersifat subjektif.

 Pandangan humanistik mengatakan bahwa perilaku
manusia adalah produk dari free will (kehendak bebas)
pandangan bahwa kita mengontrol, memilih dan
bertanggungjawab atas tindakan kita
 Paradigma humanistik juga memandang tentang sifat
manusia yang secara eksplisit positif. Psikologi
humanistik mempersalahkan perilaku abnormal pada
masyarakat bukan pada individu yang dianggap pada
dasarnya baik.

 Berikut ini tokoh-tokoh dalam humanistik:


1. Abraham Maslow


Secara ringkas pokok-pokok pemikiran maslow adalah
sebgai berikut :
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
2. Tidak relevan pemahaman manusia melalui
penyelidikan hewan
3. Manusia pada dasarnya memiliki bawaan baik
4. Pada dasarnya manusia memiliki potensi kreatif
5. Menekankan kesehatan psikologis manusia

 Maslow membedakan orang-orang yang dinamakan ‘rata-rata’ dan orang
yang ‘sehat’. Orang rata-rata ialah manusia yang pada umumnya masih
didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yakni kebutuhan faali
(makan, minum, seks), kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan-
kebutuhan social yakni kebutuhan akan cinta dan ketergolongan, dan
kebutuhan akan penghargaan/dihargai. Secara berturut-turut empat
kebutuhan ini berjenjang hierarkis.
 Menurut Maslow, suatu kebutuhan yang letaknya lebih rendah harus
dipenuhi dulu sebelum kebutuhan yang letaknya lebih atas dapat
berfungsi/dipenuhi.
 Manusia yang ‘sehat’ adalah mereka yang kebutuhan dasar dan sosialnya
tidak lagi menjadi prioritas utama karena relative sudah terpenuhi. Yang
menjadi pendorong perilaku manusia ‘sehat’ antara lain : mencari keadilan,
keindahan, kesederhanaan dan lain-lain. Hal-hal inilah yang termasuk
dalam kebutuhan aktualisasi diri.
2. Carl Rogers

 Salah satu tokoh pendekatan Humanistik yang lainnya adalah Carl
Rogers yang terkenal dengan metode terapi bernama client
centered / person centered psychotherapy. Teori Rogers dinamakan
juga teori fenomenologis atau teori “Self”.

Pokok-pokok pikiran Carl Rogers adalah sebagai berikut :


 Dalam psikologi kontemporer Rogers menyebut dirinya sebagai
orang yang berpandangan humanistic. Teori Rogers juga
mempunyai persamaan dengan psikologi eksistensial. Teori ini pada
dasarnya adalah fenomenologis, artinya memberikan tekanan yang
kuat pada pengalaman-pengalaman pribadi, perasaan-perasaan dan
nilai-nilainya, serta semua yang teringkas dalam ekspresi kehidupan
batin.

 Carl Rogers diidentifikasikan dengan metode psikoterapi yang
diciptakan dan dikembangkannya, yaitu terapi Clien Centered. Dari
pengalaman-pengalaman inilah mula-mula Rogers
mengembangkan teori tentang terapi dan perubahan kepribadian.
 Ciri utama konsep konseptualisasi dari prosedur terapi ini adalah
bahwa apabila para klien mempersepsikan bahwa ahli terapi
memiliki Unconditional Positif Regard (Penghargaan positif tanpa
syarat) terhadap mereka dan suatu pemahaman empatik terhadap
kerangka acuan internal mereka maka proses perubahan mulai
bergerak. Selama proses ini maka klien-klien makin lebih menyadar
perasaan dan pengalaman mereka yang sebenarnya dan konsep diri
mereka lebih selaras dengan seluruh pengalaman organisme
(Rogers, 1959, hlm. 212-221).
Point counter point

 Buatlah 6 kelompok dalam satu kelas masing-masing
kelompok 5 atau 6 orang
 Diskusikan masalah yang ada dalam kasus
 Analisislah penyebab abnormalitas dengan
menggunakan salah satu teori psikoanalisa,
behavioristk atau humanistik
 Diskusikan didalam kelas dan masing-masing
kelompok harus mempertahankan pendapat sesuai
dengan teori yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai