Anda di halaman 1dari 9

MEKANISME PEMBELAAN EGO DAN AKTUALISASINYA DALAM

PRAKTIK KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
PROGRAM STUDI
KEBIDANAN (S1)
TAHUN AJARAN 2023/
2024

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 6

1. WAYAN EKA WATI/ 042023710


2. RINA JUMIATI/ / 042023700
3. STEVANI NAPA KASIH / 042023705
4. NURASYIFAH/ / 042023693
5. SUDARMIN / 042023706
1. Definisi Mekanisme Pembelaan Ego
Menurut Sigmund Freud, Mekanisme Pembelaan Ego (MPE) bersumber dari
bawah sadar (unconscious) yang digunakan Ego untuk mengurangi konflik antara
dunia internal seseorang dengan realitas eksternal. Freud menggunakan istilah
mekanisme Pembelaan ego untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi
individu dari kecemasan melalui pemutar balikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-
strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya. MPE hanya mengubah cara
individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Dalam teori psikoanalitik yang
dikemukakan Freud, istilah mekanisme Pembelaan ego cenderung dikonotasikan
negatif. Mekanisme ini dianggap maladaptif dan patologis. Namun, setelah
berkembangnya ego psychology, konsepsi mengenai MPE telah berubah. Menurut
teori ini, ego defense merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif
dengan realitas eksternal. Bila individu menggunakan defense mechanism secara
efektif dan sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka dikatakan individu
tersebut menggunakan defense mechanism yang matang. Bila individu menggunakan
defense mechanism yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan
perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism
yang tidak matang, atau bahkan archaic (primitif). Seperti yang telah dikemukakan di
atas, defense mechanism adalah mekanisme Pembelaan yang diperankan oleh Ego.

2. Fungsi Mekanisme Pembelaan


Mekanisme Pembelaan digunakan sebagai Pembelaan diri dalam menghadapi
realitas eksterna yang penuh tantangan. Jika relitas ekterna menuntut terlalu banyak,
melebihi kapasitas untuk mengatasinya maka kepribadian akan mengaktifkan
defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam diri
terlalu kuat dan bila dorongan itu mengancam keharmonisan relasi individu dengan
realitas eksterna , maka defense mechanism akan diaktifkan untuk meredamnya.

3. Klasifikasi Mekanisme Pembelaan Ego


Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme Pembelaan ego
dikelompokkan menjadi tiga , yakni:
 Mekanisme Pembelaan Ego yang Tergolong Matang (Mature)
1. Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan-
dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang
sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal.
Misalnya: Dalam memberikan pelayanan kebidanan kita memberikan peluang
kepada pasien ataupun keluarganya dalam menerapkan mitos-mitos yang tidak
membahayakan kesehatannya.
2. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu
bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain.
Misalnya: kita sebagai seorang bidan belum terlalu ahli dalam bidang pelayanan
KB tapi kita tetap memberikan pelayanan yang aktif kepada pasien
3. Supresi
Supresi merupakan satu- satunya mekanisme Pembelaan ego yang dilakukan
secara sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan
libidinal (dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal.
Peredaman dorongan ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional.
Contoh: salah seorang teman bidan menyinggung dan membangkitkan amarah dan
dorongan agresinya. Namun kita sebagai bidan dapat meredam kembali dorongan
untuk bertindak agresi secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang
serius pada relasi saya dengannya. Kemudian,kita memilih untuk mengungkapkan
perasaan secara asertif di waktu yang lebih tepat.
4. Humor
Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang
tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi
menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif.
Misalnya: Dalam pelayanan kelas ibu hamil kita selingi dengan Humor agar
peserta tidak tegang

 Mekanisme Pembelaan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature)


1. Represi
Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik
dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi
dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan
yang diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak
mungkin mengolahnya secara rasional.
Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan
represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani
menolak hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi
diketidaksadarannya dipenuhi gejolak amarah.
Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi
dibandingkan dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah.
Saat kepribadian semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif.
Dorongan yang hendak diredam seringkali lolos dengan berbagai cara. Misalnya:
fenoma slip of the tongue, yaitu ketika suatu ucapan yang netral menjadi agresif
ataupun porno. Fenomena latah juga termasuk di dalamnya..
2. Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan
mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak
dikehendaki ini tampil pada orang lain. Orang yang melakukan proyeksi tidak
dapat mengenali tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari
dirinya.
Contoh: seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam
dirinya akan melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno.
3. Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara “mengambil alih” suatu ciri kepribadian
yang ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
struktur kepribadian pada orang yang bersangkutan.
Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior sering memberikan tekanan
psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat,
anggota baru tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya
ini. Untuk perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu
struktur kepribadiannya, serupa dengan senior yang “menyiksanya”.
4. Reaksi Formasi
Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk
melawan suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik.
Contoh: seorang yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah- olah
dia sangat membenci segala sesuatu yang berbau seks.
5. Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah
terwujud menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan
ritual tertentu.
Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi.
Kemudian dia menyesal dan melakukan upaya untuk “membersihkan”
pelanggaran yang dia lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci
tangan. Hal ini akan berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan
masturbasi.
6. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya mendistorsikan persepsinya akan suatu realitas.
Pikiran akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini
dilakukan agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang
kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima.
Misalnya: bagi seorang yang self-esteemnya rapuh, penolakan cinta dari lawan
jenis akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian
melakukan rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan
bahwa lawan jenis tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi
kekasihnya.
7. Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling
berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara
parsial tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat
menghayati pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari
aspek kognitif (pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku).
Misalnya: ketika seorang mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan
hal- hal yang menyenangkan. Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri- seri
pada hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak
sanggup menerima kenyataan bahwa orang yang paling dikasihinya meninggal
tidak merasa sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada hanyalah
perasaan hampa. Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat
besar, lebih besar dari yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya.
Hal ini tidak sehat karena akan mengganggu kepribadian di masa yang akan
datang.
8. Intelektualisasi
Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan.
Tujuannya untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang.
Contoh: seorang yang kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan
orang lain, memperlihatkan upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan
kepintarannya.
9. Displacement
Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran
kemarahan.
Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang
dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan
kemarahannya, dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya
kepada bawahannya yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.
10. Denial
Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa
sungguh- sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sanggup menerima
kenyataan tersebut.
11. Regresi
Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini
dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju
ke tahap perkembangan selanjutnya.
Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang
semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan
dan seductiveness.

 Mekanisme Pembelaan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic)


1. Splitting
Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya
menangani berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek
atau pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak
mampu melihat daerah “abu- abu” di antaranya. Secara primitif, hal yang
menyenangkan akan dihayati baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan
dihayati tidak baik..Mekanisme Pembelaan ini biasanya dilakukan oleh orang
dengan gangguan mental yang berat.
2. Projective Identification
Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.
Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat
terganggu, misalnya pada pasien skizofrenia.
3. Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic
self- esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan
mengidealisasikan orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan
orang tersebut. Orang yang diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki
nilai- nilai positif dan tidak memiliki nilai- nilai negatif sama sekali. Fantasi
kesatuan dengan orang tersebut akan membantu menambal harga diri yang
terluka.
Contoh: seseorang perempuan yang semasa kecilnya tidak pernah mendapat
kasih sayang dari orangtua, kemudian mengidealisasikan suaminya. Suaminya
dianggap sangat sempurna walaupun kenyataannya sangat kontras dengan
idealisasinya tersebut.
4. Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini
menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut
atau kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada
fase oral.
5. Manic Defense
Mekanisme Pembelaan ego ini dikembangkan oleh Melanie Klein. Menurut
Klein, setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid-
schizoid position, di mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida
dapat menghargai sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang lain dipandang
sebagai objek- bukan subjek. Orang lain dipandang sebagai ancaman bagi diri
atau sarana pemuas kebutuhan semata. Posisi kedua adalah depressive position,
yaitu ketika seorang sepenuhnya menyadari keberadaan orang lain dan memiliki
ketergantungan terhadap mereka. Saat berada dalam posisi paranoid-skizoid kita
cenderung menyakiti orang, baik dengan tindakan aktual maupun khayalan. Saat
berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa kita telah menyakiti orang
lain. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah dan takut kehilangan orang
tersebut. Pada manic defense, seseorang menyangkal bahwa ia sangat tergantung
pada orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut kehilangan orang tersebut atau
menyangkal telah melakukan hal yang merugikan orang tersebut. mekanisme
manic defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan tetap bahagia seorang diri
dan tidak membutuhkan orang lain.
KESIMPULAN

Mekanisme Pembelaan ego dalam aktualisasi praktik kebidanan sangat berpengaruh


dalam menunjukkan proses tak sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui
pemutar balikan kenyataan dalam menghadapi berbagai masalah yang sering terjadi
dalam pelayanan prakti kebidanan dimana apabila individu menggunakan defense
mechanism secara efektif dan sesuai dengan tahapan perkembangannya, maka dikatakan
individu tersebut menggunakan defense mechanism yang matang. Bila individu
menggunakan defense mechanism yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tahapan
perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism yang
tidak matang, atau bahkan archaic (primitif) yang dimana kita sebagai petugas kesehatan
dalam hal ini yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat dapat selalu
memberikan pelayanan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang


Kepribadian. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika
Aditama; 2006:13-24.
Arif I S. Defense Mechanism. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian.
Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44.
Maramis, WF & Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
(Airlangga University Press).
Clothier, Jeffrey. 2013. Coping Mechanisms and Ego Defense. Arkansas:
Univesity of Arkansas Medical Science (UAMS). Diakses di
http://www.uams.edu/m2004/Behavioral%20Sciences/Coping
%20mechanisms%20and%20ego%20defense.ppt (16 Januari 2024)
Psikodimensia Vol.14 No 1. Mekanisme pembelaan ego pada ibu bekerja yang
mengalami konflik intrapersonal dalam usaha memberikan ASI ekslusif: Januari-
Juli 2015, 37-48

Anda mungkin juga menyukai