Anda di halaman 1dari 6

Teori Struktural dan pikiran

Model struktural dan apparatus psikis adalah inti dari psikologi ego. Ketiga bidang -id, ego, dan
superego- dibedakan oeh fungsinya yang berbeda.

Id. Freud menggunakan istilah “id” untuk menamakan suatu penampungan dorongan instingtual
yang tidak tersusun. Dengan bekerja di bawah dominasi proses primer, id tidak mempunyai
kemampuan untuk memperlambat atau memodifikasi dorongan instingtual dengan mana bayi
dilahirkan. Tetapi, id tidak boleh dianggap sebagai sinonim dengan bawah sadar, karena baik ego
dan superego mempunyai komponen bawah sadar.

Ego. Ego memiliki semua ketiga dimensi topografi kesadaran, prasadar, dan bawah sadar.
Pikiran logika dan abstrak dan ekspresi verbal adalah berhubungan dengan fungsi kesadaran dan
prasadar dari ego. Mekanisme pertahanan tetap dalam bagian yang tidak disadari dari ego. Ego
merupakan organ pelaksana (executive) dari jiwa dan mengontrl pergerakan, persepsi, kontak
dengan kenyataan, dan, melalui mekanisme pertahanan yang ada padanya, memperlambat dan
memodifikasi dorongan ekspresi.

Freud percaya bahwa modifikasi id terjadi sebagai akibat efek dunia eksternal pada dorongan.
Tekanan kenyataan eksternal memungkinkan ego menyesuaikan energinya dengan id untuk
melakukan kerjja ego. Saat ego membawa pengaruh dari dunia luar untuk menunjang id, secara
bersama-sama ego menggantikan prinsip kenyataan dengan prinsip kesenangan. Freud
menyadari peranan konflik di dalam model struktura dan mengamati bahwa konflik pada
awalnya adalah antara id dan dunia luar, hanya kemudian ditansformasikan ke konflik antara id
dan ego.

Superego. Komponen ketiga dari tiga bidang model structural adalah superego. Superego
menegakkan dan mempertahankan kesadaran moral seseorang atas dasar kompleks system ideal
dan nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orangtua. Freud memandang superego sebagai
pewaris komplek Oedipus. Dengan kata lain, anak menginterpretasikan nilai-nilai dan standar
dari orangtuanya di sekitar usia 5 atau 6 tahun. Superego selanjutnya berfungsi sebagai suatu
agen yang memungkinkan meneliti dengan cermat tentang perilaku, pikiran dan perasaan
seseorang. Ia membuat perbandingan dengan standar perilaku yang diharapkan dan menawarkan
persetujuan atau penolakan. Aktivitas tersebut sebagian besar terjadi secara tidak disadari.

Ego-ideal sering kali dianggap sebagai komponen superego. Ia merupakan agen yang
menginstruksikan apa yang harus dilakukan seseorang menurut standard an nilai yang
dinternalisasikan. Sebaliknya, superego, adalah agen dari kesadaran moral yang melarang
(proscribe) yaitu, yang menentukan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang. Melalui periode
laten dan setelahnya, orang terus membangun indentifikasi awal melalui kontaknya dengan orang
lain yang dikagumi yang berperan dalam pembentukan standar moral, aspirasi, dan ideal.
Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan atau
pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam
memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk
menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan
konsepsi Ideal. Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar
sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu
dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku.

Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi
konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-
olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan
terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam
bahaya dan berusaha tetap bertahan.3

Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya melihat seekor ular
berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari dunia Super Ego yang telah
terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga,
kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat impuls-impuls id.

Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun
ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak
sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan
menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan
tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme
pertahanan ego (Ego DefenseMechanism)

Fungsi Ego

Ahli psikologi ego modern telah mengidentifikasi sekumpulan fungsi ego dasar yang menandai
kerja ego. Penjelasan berikut ini mencerminkan aktivitas ego yang umumnya dianggap sebagai
mendasar.

Control dan pengaturan dorongan dorongan instingtual. Perkembangan kemampuan untuk


memperlambat atau menunda pelepasan dorongan sangat berhubungan dengan perkembangan
prinsip kesenangan ke prinsip kennyataan di masa anak-anak awal. Kemampuan tersebut juga
merupakan aspek yang penting dari peranan ego sebagai mediator antara id dan dunia luar.
Bagian dari sosialisasi bayi dengan dunia luar adalah perolehan bahasa dan proses berpikir
sekunder atau logika.

Pertimbangan. Fungsi ego sangat berhubungan erat dengan pertimbangan, yang melibatkan
kemampuan menghadapi akibat dari tindakan seseorang. Seperti control dan pengaturan
dorongan instingtual, pertimbangan berkembangan bersamaan dengan perkembangan proses
berpikir sekunder. Kemampuan untuk berpikir secara logis memungkinkan penilaian bagaimana
perilaku merenung seseorang dapat memperngaruhi yang lainnya.

Hubungan dengan kenyataan. Perantara antara dunia internal dngan kenyataan eksternal adalah
suatu fingsi ego yang penting. Hubungan dengan dunia luar dapat dibagi menjadi menjadi tiga
aspek : rasa kenyataan, tes realitas dan adaptasi dengan realitas. Rasa realitas berkembang
bersama-sama dengan timbulnya kesadaran bayi akan sensasi tubuh. Kemampuan untuk
membedakan apa yang ada di luar tubuh dan apa yang ada di dalam adalah aspek yang penting
dari rasa realitas, dan gangguan ikatan tubuh, seperti depersonalisasi, mencerminkan gangguan
fungsi ego. Tes realitas, suatu fungsi ego yang mempunyai kepentingan tinggi, dimaksudkan
pada kemampuan untuk membedakan fantasi internal dari kenyataan eksternal. Fungsi tersebut
membedakan orang psikotik dari orang nonpsikotik. Adaptasi dengan kenyataan melibatkan
kemampuan seseorang menggunakan kemampuannya untuk mengembangkan respons yang
efektif terhadap perubahan lingkungan atas dasar pegalaman sebelumnya dengan kenyataan.

Hubungan objek. Kemampuan membentuk hubungan yang saling memuaskan dalam sebagian
hal adalah, berhubungan dengan pola internalisasi yang berakar dari interaksi awal dengan
orangtua dan orang yang penting lainnya. Istilah “objek” dimaksudkan pada hubungan bayi
dengan orang lain. Kemampuan tersebut juga merupakan fungsi mendasar dari ego, di dalamnya
hubungan pemuasan berhubungan dengan kemampuan mengintegrasikan aspek positif dan aspek
negatif dari orang lain dan diri sendiri dan untuk mempertahankan perasaan internal orang lain,
bahkan jika mereka tidak ada. Demikian juga, menguasai dorongan adalah penting untuk
pencapaian hubungan yang memuaskan. Walaupun Freud tidak mengembangkan suatu teori
hubungan objek yang luas, ahli psikoanalisis Inggris, seperti Ronald Fairbairn (1889-1964) dan
Michael Balint (1886-1970), memperinnci stadium awal hubungan bayi dengan objek yang
memuaskan kebutuhannya dan pada perkembangan bertahap rasa terpisah dari ibu.

Mekanisme Pertahanan

Freud menyatakan bahwa setiap orang, normal atau neurotic, menggunakan mekanisme
pertahanan yang karakteristik dan berulang. Ego harus merupakan pusat terapi psikoanalisis, di
samping mengungkapkan derrivat dorongan yang dipresi. Pengamatan bahwa “terdapat
kedalaman paada permukaan” menceriminkan pengertiannya tentang kompleksitas aspek
pertahanan dari ego.

Sigmund Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (Defence Mechanisms) untuk
menunjukkan proses tdak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui
pemutarbalikkan kenyataan. Artinya mekanisme pertahanan diri ini merupakan bentuk penipuan
diri.
Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan
mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya:

1. Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls pikiran, kehendak
yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan
ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau menyedihkan
keluar dari alam sadar ke alam tak sadar. Repression yang terus menerus akan menjadi
tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”

2. Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu tujuan, dengan usaha
yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau
yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi dalam suatu
bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan).
Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).

3. Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik,
sensoris, somatik.

4. Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan
rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu
mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas
yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.

5. Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi-emosi yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ide-ide,
objek-objek, atau orang-orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap
seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.

6. Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme dimana
suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja
secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek,
misalnya pada selektif amnesia.

7. Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)


Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari
kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau
mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.

8. Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya
serupa dengan orang lain (tabiatnya meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan
menyamakan harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya.

9. Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari
kepribadiannya sendiri.

10. Negativisme (Negativism)


Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan yang ditujukan kepada seseorang.
Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme
pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan daripadanya.

11. Proyeksi (Projection)


Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat2nya
sendiri yang tidak baik, atau perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan
orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.

12. Rasionalisme (Rationalization)


Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan tidak
baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan2 (motivasi) dengan memberikan
penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang
sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat diterima.

13. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)


Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari
suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya
tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku
yang sebaliknya.

14. Regresi (Regression)


Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam
adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan
seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam
adaptasi.

15. Sublimasi (Sublimation)


Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi
aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak
dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.

16. Menghapuskan (Undoing)


Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah
dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara
simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau
masyarakat.

17. Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya
penyakit atau kesulitan-kesulitan lainnya. Bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka
rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada kegagalan.

Sumber :

Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, “Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry”,
seventh edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.

Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-
84

Anda mungkin juga menyukai