Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi Mekanisme Pertahanan

Bentuk pertahanan ego dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara.


Berdasarkan beberapa ahli psikoanalisis, mekanisme pertahanan dibedakan menjadi
pertahanan narsistik-psikotik, imatur, neurotik, dan matur.1

a. Pertahanan Narsisitik-Psikotik
1. Proyeksi
Perasaan dan reaksi terhadap impuls interna yang tidak dapat diterima dan
turunannya ditanggapi sebagai sesuatu diluar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini
mengambil bentuk waham yang jelas tentang realitas eksterna, biasanya waham
presekutori, termasuk kedua persepsi dari perasaan seseorang pada orang lain,
dengan tindakan lanjut pada persepsi tersebut (waham psikotik paranoid).
Impuls dapat berasal dari id atau superego.1
Dalam arti lain, impuls yang dianggap tidak baik, agresif, dan tidak dapat
diterima berasal bukan dari dirinya, melainkan orang lain. Misalnya seseorang
berkata, “Aku tidak benci dia, dialah yang benci padaku”. Hal ini kadang
bermanifestasi dengan cara yang masih bisa diterima oleh individu tersebut.2,3

2. Penyangkalan/Denial
Penyangkalan terhadap realitas eksterna, berbeda dengan represi,
denial mempengaruhi persepsi terhadap realitas eksterna lebih dari persepsi
terhadap realitas interna. Melihat tapi menolak untuk mengakui apa yang ia
lihat, dengar, dan meniadakan apa yang sebenarnya ia dengar, adalah contoh
penyangkalan dan menunjukkan hubungan dekat penyangkalan dengan
pengalaman sensori. Walaupun tidak semua penyangkalan adalah psikotik.
Sama halnya seperti proyeksi, penyangkalan dapat berfungsi pada kondisi
neurotik atau kondisi adaptasi. Penyangkalan menghindari untuk menjadi
peduli pada aspek menyakitkan dari realitas. Pada tingkat psikosis, realita
yang disangkal dapat diganti oleh sebuah fantasia tau delusi.1
3. Distorsi
Nyata sekali dalam membentuk kembali pengalaman terhadap realitas
eksterna untuk menyesuaikan dengan kebutuhan diri, termasuk kepercayaan
megalomania yang tidak realisti, halusinasi, delusi/ waham pemenuhan
harapan, dan memanfaatkan untuk mempertahankan waham grandiosa,
superioritas atau gelar.

b. Pertahanan Imatur
Mekanisme ini muncul pada masa sebelum dewasa dan pada kelainan karakter
pada dewasa. Umumnya muncul sebagai ansietas berhubungan dengan kedekatan
atau kehilangan. Akan tetapi, secara sosial orang dengan pertahanan imatur
dikenal aneh dan tidak menyenangkan.
1. Acting out
Ekspresi langsung dari harapan atau impuls yang tidak disadari dalam
tindakan untuk menghindari menjadi sadar dari afek yang menyertai. Fantasi
bawah sadar, melibatkan objek dihidupkan secara impulsif dalam perilaku,
sehingga dapat memuaskan impuls lebih dari melawan impuls tersebut. Pada
tingkat yang kronik, acting out melibatkan pemberian ke dalam impuls untuk
menghindari ketegangan yang dapat menimbulkan penundaan terhadap ekspresi
atau pengungkapan.
2. Blocking
Suatu penghambatan, biasanya sementara pada afek/perasaan khususnya,
tapi dapat mungkin juga pemikiran dan impuls. Blocking sangat menyerupai
represi pada efeknya, akan tetapi memiliki komponen ketegangan yang timbul
jika impuls, perasaan atauu pikiran dihambat.

3. Hipokondriasis
Transformasi akibat kehilangan, kesepian, atau impuls agresif yang tidak
diterima ke dalam diri sendiri dalam bentuk keluhan somatik, penyakit, dan
seterusnya. Penyakit yang asli dapat juga diperberat atau ditekankan secara
berlebihan untuk mendapatkan penghindaran dan kemungkinan regresi.
Sehingga tanggung jawab dapat dihindari, kesalahan dapat dielakkan, dan
impuls instingtual dapat ditangkis.

4. Introyeksi
Dalam tambahan perkembangan fungsi proses, introyeksi dapat juga menjadi
mekanisme pertahanan spesifik. Proses introyeksi pada objek yang dicintai
melibatkan internalisasi karakteristik objek dengan tujuan untuk meyakinkan
kedekatan atau kehadiran objek. Konsekuensi kecemasan pada perpisahan atau
ancaman akan perpisahan dihindari. Introyeksi objek yang ditakuti berperan
untuk menghindari kecemasan jika karakteristik agresif objek
diinternalisasikan. 1
Walaupun objek tidak hilang, internalisasi biasanya melibatkan pergeseran
kateksis refleksi sebuah perubahan signifikan. Introyeksi dari objek yang
ditakuti menyebabkan penghindaran melalui internalisasi karakteristik agresif
dari objek, dan meletakkan agresi pada kontrol dirinya sendiri. Agresi atau
kemarahan tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang datang dari luar tetapi
diambil dan digunakan sebagai pertahanan, yang mengubah objek lemah dan
dalam posisi pasif menjadi aktif dan kuat. Contoh klasik adalah “identifkasi
dengan agresor”. Introyeksi dapat juga mengambil tempat di luar perasaan
bersalah dimana penghukuman diri sendiri disalurkan menjadi komponen
destruktif .1 Mekanisme ini secara singkat diartikan sebagai mengambil alih
kepribadian orang lain yang ditemukan, sehingga kepribadiannya berubah. 2

5. Perilaku pasif agresif


Agresi terhadap objek diekspresikan secara tidak langsung dan tidak efektif,
melalui pasivitas, masokisme, dan berbalik menentang diri sendiri.

6. Proyeksi
Pada tingkat nonpsikotik, proyeksi melibatkan perasaan dan harapannya
kepada orang lain, termasuk prasangka buruk, penolakan terhadap kedekatan
dengan kecurigaan, kewaspadaan berlebihn terhadap bahaya luar, dan
ketidakadilan. Pada tingkat fungsi yang lebih tinggi, proyeksi dapat berbentuk
misinterpretasi motif, perasaan, perilak, atau maksud kepada orang lain.

7. Regresi
Melalui regresi, orang berusaha untuk kembali ke fase libido yang lebih
parah untuk menghindari ketegangan dan konflik yang ditimbulkan pada saat
sekarang. Hal ini mencerminkan kecendrungan dasar untuk mendapatkan
pemuasan instingtual pda periode kurang berkembang. Regresi juga merupakan
fenomena normal, karena sejumlah tertentu regresi diperlukan saat tidur dan
orgasme dalam hubungan seksual.1

8. Fantasi Skizoid
Kecendrungan menggunakan fantasi dan untuk menuruti kemunduran
autistik untuk memecahkan konflik dan pemuasan.

9. Somatisasi
Pertahanan dengan konversi gejala psikis ke dalam gejala fisik;
kecenderungan untuk bereaksi dengan somatik dibanding dengan manifestasi
psikis. Respon somatik infantil diganti dengan pikiran dan afek selama
perkembangan (desomatisasi); regresi ke dalam bentuk somatic lebih awal atau
respon dapat berasal konflik yang tidak terselesaikan dan memeainkan peran
penting pada reaksi psikofisiologi dan psikosomatik.

c. Pertahanan Neurotik
Mekanisme pertahanan ini muncul normal pada individu yang sehat seperti
halnya pada gangguan neurotik. Fungsi mekanisme ini biasanya pengurangan afek
distres dan dapat diekspresikan pada bentuk perilaku neurotik. Tergantung dengan
kondisi sekitar, mekanisme ini juga bersifat adaptif atau secara sosial dapat
diterima.

1. Controlling
Percobaan berlebihan untuk mengatur peristiwa atau objek di lingkungan
dalam ketertarikannya meminimalkan ansietas dan menyelesaikan konflik
internal.

2. Displacement
Melibatkan impuls yang bertujuan dan perubahan yang tidak disadari dan
atau penanaman afektif dari satu objek ke objek lain dalam ketertarikannya
menyelesaikan konflik. Walaupun objek diubah, sifat instinktual terhadap
impuls dan tujuannya tidak berubah.1 Hal ini dicontohkan pada anak yang
dimarah oleh orang tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang
tuanya, kemarahan tersebut dilimpahkan kepada adiknya.

3. Eksternalisasi
Terminologi umum, berhubungan dengan internalisasi, merujuk pada
kecenderungan untuk merasa di dalam dunia luar dan di dalam komponen luar
objek dari kepribadian miliknya, termasuk impuls instinktual, konflik mood,
perilaku, dan gaya berpikir. Eksternalisasi lebih umum dibandingkan dengan
proyeksi, yang didefinisikan oleh asalnya dan hubungannya dengan introyek
spesifik.

4. Inhibisi
Penentuan keterbatasan secara tidak sadar atau penolakan terhadap fungsi
ego spesifik, tunggal atau kombinasi untuk menghindari anxietas,
berkembangnya konflik dengan impuls instinktual, superego, atau kekuatan
lingkungan atau gambar.

5. Intelektualisasi
Pengontrolan afek dan impuls dengan memikirkan untuk mengalaminya.
Merupakan pemikiran berlebihan yang sistematik, sangat kurang pada afek,
untuk bertahan melawan anxietas disebabkan oleh impuls yang tidak dapat
diterima.1
Mekanisme pertahanan ini sering bersama dengan isolasi, individu
mendapatkan jarak yang jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan
analisis intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri.

6. Isolasi
Pecahnya intrapsikis atau pemisahan afek dari isi menyebabkan represi ide
lain atau afek, atau displacement afek, menjadi sesuatu yang berubah atau
terganti.1 Isolasi adalah cara individu untuk menghindari perasaan yang tidak
dapat diterima dengan cara melepaskan dari peristiwa tersebut.

7. Rasionalisasi
Sebuah sikap, kepercayaan, atau perilaku pembenaran yang dapat
sebaliknya tidak dapat diterima melalui aplikasi yang tidak benar membenarkan
alasan atau hasil dari meyakinkan sesuatu yang keliru.1 Rasionalisasi
merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan pemahaman kembali
perilaku seseorang untuk membuatnya lebih rasional dan dapat diterima.
Orang dengan rasionalisasi berusaha memaafkan atau mempertimbangkan
suatu pemikiran atau tindakan yang mengancam dengan meyakinkan diri
sendiri bahwa ada alasan yang rasional dibalik pikiran atau tindakan tersebut.
Misalnya, seseorang yang dipecat dari pekerjaannya akan mengatakan bahwa
pekerjaan tersebut memang tidak bagus untuknya. Ketika seorang bertanding
badminton dan kalah, orang tersebut akan menyalahkan raket dan
membantingya. Semua hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ancaman
terhadap dirinya.

8. Reaksi formasi
Managemen terhadap impuls yang tidak diterima dengan mengizinkan
ekspresi impuls dalam bentuk antitetikal. Hal ini sama dengan ekspresi impuls
enjadi bentuk negatif. Ketika instinktual konflik persisten, reaksi formasi dapat
menjadi karakter bawaan pada dasar yang permanen, biasanya sebagai karakter
obsesif. 1
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam
dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi bentuk
yang dapat diterima. Misalnya seseorang yang mempunyai impuls seksual yang
tinggi menjadi seseorang yang gigih menentang pornografi. Contoh lain
misalnya orang yang sangat agresif berubah menjadi sosok yang lebih
bersahabat. Hal ini bukan berarti bahwa semua orang yang menentang
pornografi adalah orang yang berusaha menutupi impuls seksualnya. 1

9. Represi
Terdiri dari pembuangan dan penyembunyian dari kesadaran ide dan
perasaan. Dapat menjalankannya dengan mengeksklusi kesadaran yang dialami
pada tingkat sadar (represi sekunder), atau dapat mengekang ide dan perasaan
sebelum mencapai kesadaran (represi primer). Melupakan berhubungan dengan
represi bersifat unik yang sering ditemani dengan perilaku simbolik, yang
menyarankan bahwa yang direpresi tidak benar-benar dilupakan. Perbedaan
penting antara represi dan konsep yang lebih umum pertahanan telah
didiskusikan. 1
10. Seksualisasi
Mekanisme pertahanan ini menempelkan pada objek atau fungsi dengan
kepentingan seksual yang tidak dimiliki sebelumnya dengan derajat lebih kecil
untuk melawan kecemasan yang berhubungan dengan impuls atau turunannya
yang dilarang.1

d. Pertahanan Matur
Mekanisme sehat dan adaptif dalam siklus kehidupan. Pertahanan ini adaptif
secara sosial dan berguna pada integrasi terhadap kebutuhan personaldan motif,
tuntutan sosial, dan hubungan interpersonal. Hal ini mendasari pola perilaku
mengagumkan dan berbudi luhur.

1. Atruisme
Pelayanan memuaskan orang lain secara insting dan konstruktif dan
pengalaman yang dilakukan untuk orang lain, walaupun merugikan dirinya
sendiri. Hal ini harus dibedakan dengan penyerah altruitik (altruistic surrender),
dimana penyerah dari pemuasan langsung atau dari kebutuhan instingtual
terjadi untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan merugikan diri sendiri
dan kepuasan dapat dinikmati hanya dengan introyeksi yang dilakukan untuk
orang lain.

2. Antisipasi
Antipisipasi realtistik atau perencanaan untuk masa depan, adanya
ketidaknyamanan:berarti perencanaan yang cermat, kekhawatiran, dan
antisipasi kemungkinan mengerikan .

3. Asceticisme
Eliminasi secara langsung efek yang menyenangkan. Elemen moral ada
dalam menentukan nilai pada kesenangan khusus. Asceticisme melawan segala
bentuk kesenangan secara sadar, dan pemuasan didapatkan dari pertapaan.
4. Humor
Ekspresi berlebihan perasaan tanpa ketidaknyamanan personal atau
imobilisasi dan tanpa efek tidak menyenangkan kepada orang lain. Humor
memungkinkan seseorang untuk mentoleransi namun tetap fokus, apa yang
menakutkan untuk dipikul, berbeda dengan kejenakaan, yang selalu melibatkan
distraksi atau pengalihan yang mengalihkan isu efektif.

5. Sublimasi
Pemuasan impuls dimana tujuan dicapai, tetapi tujuan atau objek diubah dari
yang mungkin ditolak secara sosial menjadi sesuatu yang benilai secara sosial.
Sublimasi dari impuls agresif melalui permainan yang menyenangkan dan
olahraga. Tidak seperti pertahanan neurotik, sublimasi mengizinkan insting
disalurkan dibanding dihambat atau dialihkan. Oleh karena itu, dalam sublimasi
perasaan dikenali, diarahkan kepada tujuan yang penting dan terjadi pemuasan
instingtual yang ringan.1
Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan id,
sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls id itu sendiri.
Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan
hanya diterima tetapi juga dipuji. Misalnya energi agresif diubah menjadi
energi berprestasi dalam olahraga.3

6. Supresi
Keputusan sadar atau separuh sadar untuk menunda perhatian pada
terjadinya impuls atau konflik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabbard GO. Psychoanalysis In:Kaplan H, Saddock B, editors.
Comprehensive Textbook of Psychiatry vol 1. 9th ed. Philadelphia: Lippincot
Williams and Wilkins:2009.p.810-12.
2. Schultz D. Psychoanalitic Approach: Sigmund Freud in Theories of
Personality.3th ed. California: Brooks/Cole Publishing Company:1986. p45-
50.
3. Zegler, V. Defense Styles and the Interpersonal Circumplex:The
Interpersonal Nature of Psychological Defense. Journal of Psychiatry,
Psychology and Mental Health.2007;1(2).p1-15

Anda mungkin juga menyukai