Anda di halaman 1dari 6

MEKANISME PERTAHANAN MENTAL DALAM PSIKOANALISIS

dedenurhayati08 dedenurhayati08

8 tahun yang lalu

Iklan

Ego adalah mediator antara id dengan superego. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id
dan superego sehingga ego bertugas menjamin agar tuntutan id dan superego dapat dipuaskan
sekaligus. Oleh karena itu, ego lebih mengutamakan struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran
dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Ego menggunakan reality principle untuk
mengonsiliasi tuntutan id dan superego. Namun, kehidupan yang realistis tidak pernah sempurna.
Apalagi dalam keadaan darurat tuntutan id terkadang harus segera dipenuhi, misalnya dalam ujian
kesulitan, maka id-nya ingin berbuat kecurangan. Dorongan id untuk melakukan kecurangan segera
berekspresi. Hal yang sama dengan kadar yang berbeda selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari
karena kita dan environmental setting tidak sempurna. Setelah itu apa yang terjadi? Kita telah
melakukan perilaku yang bertentangan dengan superego. Superego akan menghukum kita dengan
perasaan bersalah atau ansietas yang bersifat disforik.

Untuk mengatasi persaan disforik ini, ego akan menggunakan mekanisme pertahanan mental.
Mekanisme ini dilakukan secara tidak disadari penuh. Perasaan disforik berkurang karena dorongan,
pikiran, dan persaan yang mneghukum tersebut diselubungi di alam bawah sadar, atau yang sangat
disforik ditekan ke alam tak sadar sehingga tidak muncul ke alam sadar.

Struktur Mental dalam Model Topografi Freud

Id adalah lautan biru yang tidak terdefinisi dengan jelas, egosentris, tidak terstruktur, berdasarkan
pleasure principle, menuntut pemuasan segera, dan merupakan ekspresi biologis dorongan insting. Id
berada sepenuhnya dalam alam tak sadar.

Superego sebagian berada dalam alam bawah sadar dan alam tak sadar, sebagian di alam sadar.
Superego memperkuat ego dalam modifikasi id, tidak berdasarkan reality principle, tetapi berdasarkan
inernalisasi nilai baik buruk sebagai hati nurani melalui nilai sosial budaya, agama dan pola asuh.

Ego sebagian berada di alam bawah sadar dan tidak sadar, sebagian di alam sadar yang merupakan
puncak gunung es yang mengekspresikan pikiran, perasaan, dan perilaku kita.
Dari skema tersebut, kesimpulan dapat dibuat bahwa apa yang kita pikirkan, kita rasakan, dan kita
ekspresikan sebagaian kecil dari struktur mental kita.

Pembagian struktur mental Freud dalam id, ego, dan superego didefinisikan dengan jelas pada
pembagian model topografi yang terdiri atas alam sadar, bawah sadar, dan tak sadar yang memiliki
keunggulan, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatakan derajat diversifikasi, karena menjelaskan bahwa id berada di domain alam tak sadar,
sedangkan ego dan superego sebagian berada di alam sadar dan sebagian lagi di alam tak sadar.

2. Mekanisme pertahanan mental bekerja untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan perilaku.

3. Mekanisme timbulnya psikopatologi dapat dijelaskan sehingga klasifikasi gangguan mental dapat
disusun secara sistematis.

Kegunaan mekanisme pertahanan mental adalah melindungi pikiran/ harga diri/ dan ego dari ansietas,
sanksi sosial, atau sebagai “tempat pelarian” (refuge) dari situasi yang pada saat ini belum dapat kita
atasi.

Sebagai fungsi ego, mekanisme pertahanan mental segera dimulai bila konflik timbul diantara beragam
dorongan id yang tidak terorganisasi, atau bila konflik timbul antara dorongan id dengan nilai-nilai dan
keyakinan dalam superego, atau bila timbul ancaman dunia luar terhadap ego.

Untuk melaksanakan fungsi ini, ego sebagai fungsi penalaran yang menganut reality principle harus
menggunakan mekanisme sistematis yang merupakan proses primer dan proses sekunder.

Pelampiasan dorongan id tanpa modifikasi selalu menimbulkan konflik dalam masyarakat yang beradab.
Karena itu, lingkungan sosial budaya menuntut agar prinsip kenikmatan (pleasure principle) diubah
menjadi prinsip realitas yang menyesuaikan metode pemuasan dorongan tersebut dengan nilai-nilai
sosial-budaya dan peradaban.

Dua proses selalu berlangsung dalam ego sebagai berikut.

1. Proses primer tidak disadari. Pikiran tidak terorganisasi, perasaan berubah-ubah, dan beragam konflik
tidak dianggap sebagai konflik. Proses tersebut tidak mengikuti kaidah logika. Nafsu merupakan faktor
terpenting dalam proses ini.

2. Proses sekunder disadari. Pikiran disusun secara koheren. Pikiran yang tidak menyenangkan ditekan
ke alam bawah sadar. Semua pikiran-pikiran yang tidak disadari merupakan hasil proses sekunder.

KLASIFIKASI MEKANISME PERTAHANAN MENTAL

Cara ego memilih mekanisme pertahanan mental yang akan digunakan secara efisien dan efektif
ditentukan oleh maturitas kepribadian dan juga dipengaruhi tingkat kecerdasan, maturitas, dan
wawasan individu yang berkaitan dengan fungsi luhur (higher cortical function) dari korteks prefrontalis.
Mekanisme pertahanan mental dapat diklasifikasikan dalam mekanisme yang imatur (tidak matang) dan
matur (matang). Berdasarkan imaturitas dan maturitas tersebut, mekanisme pertahanan mental dapat
diklasifikasikan dalam mekanisme pertahanan mental level 1 (paling imatur) sampai level 4 (paling
matur).

Mekanisme pertahanan mental tingkat 1(narsisitik yaitu dorongan libido ditujukan ke dalam diri sendiri
sehingga memungkinkan seseorang secara efektif merekayasa presepsinya terhadap pengalaman
eksternal sesuai dorongan internalnya).

a. Penyangkalan: penolakan menerima realitas dunia luar karena dipresepsi terlalu menakutkan atau
mengancam.

b. Distoris: realitas eksternal dikaburkan untuk memenuhi keinginan internal.

c. Idealisasi primitif: objek ekstrem “baik total” atau “buruk total”

d. Projeksi: dorongan internal dan deviratnya yang tidak dapat diterima dipresepsikan seolah-olah tidak
pernah timbul dalam diri kita dan dilimpahkan ke orang lain.

e. Identifikasi projeksi: aspek-aspek diri yang tidak dikehendaki “dibuang” ke orang lain sehingga
individu yang melakukan projeksi tersebut merasa menjadi satu dengan objek projeksinya.

f. Splitting: objek eksternal dibagi dalam dua kategori ekstrem, yaitu “baik total” atau “buruk total” yang
diikuti perubahan tiba-tiba dari satu kategori ekstrem ke ekstrem lain terhadap objek yang sama.

Contoh: seseorang yang menilai sesuatu sebagai kategori baik tiba-tiba berubah menjadi kategori buruk.

Mekanisme pertahanan mental tingkat 2 (imatur)

1. Fantasi: kecenderungan untuk lari ke fantasi dalam menyelesaikan konflik di daram diri (internal) dan
di dunia luar (eksternal).

2. Projeksi: bentuk primitif paranoia. Dorongan agresif, prasangka, cemburu, benci, ketakutan terhadap
bahaya eksternal, dan perasaan diperlakukan tidak adil dalam diri diekspresikan ke dunia luar tanpa
disadari, dengan cara melimpahkan semua hal negatif tersebut ke orang lain sehingga kita
mempersepsikan bahwa orang lain, dan bukan kita yang memiliki semua hal negatif tersebut.

3. Hipokondriasis: transformasi perasaan negatif kepada oarang lain menjadi perasaan negatif kepada
diri sendiri, nyeri, penyakit, dan ansietas. Contoh klasik, seseorang akan merasa mual ketika melihat
kelakuan orang lain yang buruk.

4. Pasif-agresif: mengekspresikan agresivitas kepada orang lain secara tidak langsung atau secara pasif.

5. Acting out: ekspresi langsung keinginan dan dorongan yang tidak disadari tanpa menyadari emosi
atau menghindari afek yang mendorong atau menyertai perilaku ekspresif ini.
6. Idealisasi: mempersepsi bahwa seseorang memiliki kualitas positif dalam kadar yang lebih tinggi dari
kualitas positif aktual orang tersebut.

7. Identifikasi: yang berperan menentukan pada perkembangan ego dapat digunakan sebagai
mekanisme pertahanan mental.

8. Introjeksi: internalisasi seluruh kualitas orang lain yang menjadi objek cinta menjadi kualitas diri
sendiri sehingga seolah-olah telah menjadi bagian integral dari diri sendiri, termasuk semua kekurangan
dan kelebihannya.

9. Regresi: perubahan sementara ego kembali ke tingkat perkembangan yang lebih awal untuk
menghindari atau mengatasi dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima dengan cara yang sesuai
dengan tingkat maturitas perkembangan.

10. Somatisasi: upaya mengatasi dorongan insting diubah menjadi gejala somatik sehingga individu
bereaksi terhadap gejala somatik tersebut, dan bukan terhadap aspek-aspek psikis.

Kesepuluh mekanisme pertahanan mental imatur tersebut masih dijumpai pada orang dewasa, dan
sering terdapat pada remaja dewasa. Individu yang menggunakan mekanisme ini secara berlebihan
dapat mengalami gangguan pada interaksi sosialnya karena cenderung tidak objektif, penuh prasangka,
bersifat skizoid sehingga sulit berinteraksi dengan orang lain. Mekanisme ini adalah dasar depresi,
gangguan kepribadian dan kecenderungan paranoid. Pada remaja dewasa, mekanisme tersebut masih
normal atau dapat ditoleransi

Mekanisme pertahanan mental tingkat 3 (neurotik)

1. Displacement: mekanisme yang mengubah sasaran dorongan seksual atau agresivitas ke sasaran lain
yang lebih diterima atau kurang berbahaya, mengarahkan ekspresi emosional kesasaran yang lebih
aman dalam upaya menghindari konflik langsung dengan orang atau objek yang lebih berbahaya.

2. Disosiasi: modifikasi identitas personal atau karakter secara drastis untuk sementara dalam upaya
menghindari distres emosional.

3. Isolasi: pemisahan perasaan dari ide-ide dan peristiwa.

4. Intelektualisasi: suatu bentuk isolasi yang berkonsentrasi pada komponen intelektual dari suatu
situasi sehingga memungkinkan seseorang yang menghadapi situasi tersebut untuk memisahkan dirinya
dari emosi yang mencetuskan ansietas yang ditimbulkan. Contoh: seseorang bersikap tidak sopan
kepada kita, tetapi kita tidak marah karena kita berpikir mungkin ia tidak dididik oleh orang tuanya
dengan baik.

5. Reaksi formasi: mengubah keinginan dan dorongan tidak disadari yang dianggap berbahaya menjadi
sesuatu yang berlawanan sehingga individu tersebut berperilaku berlawanan secara diametral dari apa
yang sebenarnya diinginkan atau dirasakannya.
6. Represi: proses menekan pikiran yang memberi emosi tidak menyenangkan ke alam tidak sadar atau
mencegah masuknya pikiran tersebut ke alam sadar sehingga emosi disforik tersebut disadari secara
tersamar, tetapi pikiran yang menimbulkan emosi tersebut tidak disadari.

7. Inhibisi: terjadi pembatasan atau penghentian fungsi ego secara sadar, baik pada fungsi tunggal
maupun beragam fungsi sekaligus dalam upaya menghindari ansietas yang timbul akibat konflik antara
berbagai dorongan insting, superego, dan kekuatan atau figur ekternal.

8. Rasionalisasi: penjelasan rasional yang diajukan seseorang dalam upaya membenarkan sikap,
keyakinan, atau perilaku yang dianggapnya sendiri tidak dapat diterima, yang motivasi dasarnya
ditentukan dorongan insting.

9. Pengendalian (controling): upaya berlebihan untuk mengelola atau meregulasi suatu peristiwa atau
objek untuk meminimalkan ansietas dan menyelesaikan konflik internal.

10. Eksternalisasi: kecenderungan untuk mempersepsi di dunia luar dan objek eksternal unsur-unsur
dari kepribadian diri, termasuk dorongan insting, konflik, sikap, mood, dan model berpikir, terutama
pada objek eksternalyang dikagumi, dihargai atau takuti.

11. Seksualisasi: suatu objek atau fungsi dianggap memiliki makna seksual yang sebenarnya tidak dimiliki
atau bila dimiliki.

Mekanisme mental tersebut merupakan mekanisme neurotik yabg dijumpai pada orang dewasa.
Penggunaan jangka pendek sebagai mekanisme penyelesaian masalah cukup efektif untuk mengatasi
tantangan eksternal dan konflik internal. Namun, bila digunakan dalam jangka panjang sebagai
mekanisme penyelesaian masalah utama terhadap tantangan dunia luar, dapat menimbulkan persaan
disforik karena mnimbulkan kendala hubungan antarpersonal (termasuk di dalam keluarga).

Mekanisme pertahanan tingkat 4 ( matur)

Mekanisme ini ditemukan pada orang dewasa yang telah matang secara emosional dan kognitif.

1. Altruisme: mencapai kepuasan personal melalui perilaku insting konstruktif untuk orang lain.

2. Antisipasi: antisipasi atau perencanaan realistik ketika seseorang selalu mengantisipasi baik
keberhasilan atau kegagalan, dan secara kognitif siap dengan pilihan penanganan terhadap kegagalan,
dan secara emosional siap untuk menghadapi afek disforik dari kegagalan perencanaan.

3. Asketisme: pola pikir dan perilaku asketik ketika efek menyenangkan yang umumnya bersifat banal
dari perilaku tersebut dihilangkan. Dasarnya adalah unsur moralistik pada penilaian suatu kenikmatan
spesifik.

4. Humor: mengekspresikan ide-ide dan perasaan atau mengerikan ke orang lain dengan cara yang
menyenangkan orang lain dan diri sendir, bukan melucu, tetapi ide-ide tersebut tetap dipahami
sebagaimana adanya.
5. Sublimasi: mencapai pemuasan dengan tujuan yang sama melalui perubahan dorongan insting atau
emosi negatif menjadi perilaku positif.

6. Supresi: keputusan yang disadari atau di bawah sadar untuk menangguhkan perhatian terhadap
dorongan atau konflik yang disadari dalam upaya penyelesaian masalah terhadap realitas.

Penggunaan mekanisme ini membantu integritas emosional yang sebelumnya sedang berkonflik dan
pikiran-pikiran secara efektif sehingga meningkatakan kenikmatan dan kemampuan menguasai
kehidupan.

http://indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme-pertahanan-ego-psikoanalisa-sigmund-freud/

Nurdin, A. E. (2009). Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai