0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan7 halaman
Teori psikoanalisis Freud dan Jung membahas sifat dasar manusia, struktur kepribadian, dinamika psikoseksual, dan proses terapi. Freud membagi struktur kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Ia juga mengemukakan tahapan psikoseksual yang meliputi oral, anal, phallic, latency, dan genital stage. Sedangkan Jung menekankan pada kesadaran diri yang bersifat objektif dan subjektif. Kedua teori ini berfokus pada
Teori psikoanalisis Freud dan Jung membahas sifat dasar manusia, struktur kepribadian, dinamika psikoseksual, dan proses terapi. Freud membagi struktur kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Ia juga mengemukakan tahapan psikoseksual yang meliputi oral, anal, phallic, latency, dan genital stage. Sedangkan Jung menekankan pada kesadaran diri yang bersifat objektif dan subjektif. Kedua teori ini berfokus pada
Teori psikoanalisis Freud dan Jung membahas sifat dasar manusia, struktur kepribadian, dinamika psikoseksual, dan proses terapi. Freud membagi struktur kepribadian menjadi Id, Ego, dan Superego. Ia juga mengemukakan tahapan psikoseksual yang meliputi oral, anal, phallic, latency, dan genital stage. Sedangkan Jung menekankan pada kesadaran diri yang bersifat objektif dan subjektif. Kedua teori ini berfokus pada
Sifat dasar manusia Menurut freud, sifat dasar manusia itu ditentukan oleh kekuatan yang belum diketahui, ketidaksadaran motivasi, faktor biologi serta insting yang berkembang selama masa awal hidupnya termasuk pengalaman psychosexual. Titik central teori freud yaitu terdapat dalam insting tiap manusia. Tujuan utama teori ini adalah untuk mendapatkan kebahagiaan dan menghindari masalah. Freud menggolongkan insting menjadi dua yaitu life instincs (sexuality or pleasure) dan death instincts (aggressive behaviour) seperti keinginan untuk mati atau menyakiti diri sendiri. Kesadaran dan Ketidaksadaran Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni: 1. Sadar (conscious) Berisi semua yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk dalam kesadaran (consciousness). Hasil daerah sadar merupakan hasil dari proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-external. Isi dari kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, ketika seseorang memindahkan perhatiannya ke cue yang lain. 2. Prasadar (preconscious) Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak-sadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, akan diarahkan dan ditekan sehingga berpindah ke daerah prasadar. Materi taksadar yang sudah ada pada daerah prasadar itu bisa muncul ke kesadaran yang tidak simbolis, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri. 3. Tak sadar (unconscious) Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetis tetapi itu adalah kenyataan empiris. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drivers yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatis (biasanya pada masa kanak-kanak) yang ditekan oleh kesadaran sehingga berpindah ke daerah ketidaksadaran. Isi dari ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran, yang mana pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak disadari. Struktur Kepribadian Freud membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga : 1. Id (pleasure principle), adalah kepribadian yang berprinsip pada kepuasan. Cara kerjanya yaitu dengan menolak ancaman yang mungkin terjadi dan menghindari kesakitan demi mendapat kebahagiaan. Oleh karena itu, Id biasanya bersifat tidak masuk akal dan tidak bermoral. Id juga biasanya terjadi tanpa disadari. 2. Ego (reality principle), adalah kepribadian yang mengkomando dan mengontrol keseimbangan antar kepribadian lain agar tetap berdasar pada realita. Berbeda dengan Id yang selalu bersifat subjektif, ego dapat membedakan antara kondisi mental dan realita kehidupan. 3. Superego (Judical branch of personality), adalah kepribadian yang berisi tuntunan tata moral atau yang melakukan penilaian antara baik dan buruk, benar dan salah. Fungsi superego adalah untuk mencegah Id dan menuntun ego untuk mempertimbangkan kepribadian yang muncul berdasar realita. Superego biasanya telah diinternalisasi oleh standar sosial serta nilai dan norma sosial yang berlaku. Superego sendiri adalah semacam pemberi penghargaan dan hukuman atas kepribadian yang muncul. Penghargaan dapat berupa seperti merasa berharga dan self-love. Sedang hukuman seperti merasa bersalah atau merendah. Ego Defense Mechanisms Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat\ biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi. Adapun bentuk-bentuknya, antara lain seperti repression (penahanan), denial (bantahan), reaction formation (pembentukan formasi), projection (proyeksi), displacement (pemindahan), rationalization (rasionalisasi), sublimation (penyaluran), regression (pemulihan), introjection (introyeksi), identification (menyamakan), dan compensation (compensasi). Dinamika kepribadian Freud, mengelompokkan tahap psychosexual seorang individu menjadi 3: 1. Oral Stage (0-1 thn) : pada tahap ini, organ yang paling peka adalah mulut, yakni yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia seperti makan dan minum. 2. Anal stage (1-3 thn) : pada tahap ini libido terdistribusi ke bagian daerah anus atau dubur. Freud menyatakan bahwa penting mengenalkan kebersihan pada anak-anak sejak dini. Beberapa orang tua mungkin menyebutnya sebagai toilet training. 3. Phallic stage (3-6 thn) : tahap ini merupakan tahapan dimana anak sudah tahu dan sudah mengerti bagaimana bersikap, bagaimana dan siapa mereka, apa yang ada pada tubuh mereka dan lainnya. 4. Latency stage (6-12 thn) : tahap ini disebut juga masa tenang seksual, dimana segala sesuatu yang berkaitan dengan seksual akan tertahan dan digantikan dengan ketertarikan pada duania sekolah, bermain, berolahraga, dan aktivitas lainnya. 5. Genital stage (12-18 thn) : tahap ini disebut juga sebagai tahap puberty atau pubertas. Selain itu, pada masa ini juga remaja berusaha berpikir seperti apa kehidupan di masa depan mereka termasuk karir dan impian mereka. 6. Genital stage continues (18 thn +) : tahap ini adalah tahap kedewasaan. Tahap dimana seseorang memiliki kebebasan untuk bekerja dan bertindak, juga kebebasan untuk menjadi orang tua dan merawat anak. Proses terapi Tujuan dari terapi psikoanalisis Freud adalah untuk membuat ketidaksadaran menjadi sebuah kesadaran dan memperkuat ego sehingga seorang individu dapat berperilaku sesuai realita serta terhindar dari kesalahan yang tidak masuk akal. Sedangkan fungsi dari terapi ini adalah untuk membantu klien mendapatkan kebebasan dalam hal mencintai, bekerja, dan menjalani aktivitas kesehariannya. Fungsi lainnya adalah membantu klien mengurangi rasa cemas dan dapat mengontrol segala stimulus agar dapat bertingkah laku sesuai dengan realita. Adapun teknik-teknik dalam psikoanalisis yaitu: 1. Mempertahankan kerangka analisis (Maintaining the analytic framework) Dalam hal ini, terapis dan klien diharapkan dapat menjaga seluruh prosedur terapi untuk tetap teratur, konsisten dan bersifat objektif. Yang mana, hal tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan seperti memulai dan mengakhiri sesi tepat waktu, kejelasan biaya, serta menjaga klien agar tidak melakukan penyimpangan atau melakukan hal-hal yang dapat merusak proses terapi seperti bercerai selama proses terapi atau mengundurkan diri dari pekerjaannya. 2. Asosiasi bebas (Free association) Tahap ini adalah tahap yang paling central dalam terapi psikoanalisis. Pada tahap ini klien akan didorong untuk mengungkapkan semua masalah yang dialaminya tidak peduli apakah itu menyakitkan, sepele atau tidak masuk akal. Klien juga diharapkan tidak menutup-nutupi apapun yang sedang mereka rasakan atau pikirkan. Sederhananya, dalam tahap ini klien akan menceritakan seluruh pengalaman hidupnya untuk bisa dianalisis terapis. 3. Penafsiran (Interpretation) Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik- teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. 4. Analisis mimpi (Dream analysis) Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran. Karena, pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Dalam kata lain, Pada teknik ini difokuskan untuk menganalisis mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu. 5. Analisis daya tahan (Analysis of resistance) Tujuan dari analisis daya tahan ini adalah untuk mengungkap seluruh rasa keberatan klien terhadap sesuatu yang mengacu pada ide, sikap, perasaan atau aksi. Freud melihat bahwa alam bawah sadar manusia biasanya berpengaruh terhadap perilaku pertahanan yang mereka tunjukkan. Yang mana perilaku pertahanan ini dilakukan untuk menghindar dari rasa takut dan kecemasan. 6. Analisis tranferensi (Analysis of transference) Tugas terapis adalah membuat ketidaksadaran menjadi sebuah kesadaran sehingga klien bisa menghadapi ketakutan atau kecemasan mereka secara rasional. Pada tahap ini, klien akan didorong untuk kembali menyadarkan pengalaman masa lalunya yang menyebabkan perubahan pada masa kini. Perasaan tersebut dihadirkan kembali untuk memancing ketidaksadaran pasien agar menjadi disadari. B. Teori Psikoanalisa Carl Jung Menurut Jung, kepribadian manusia diawali dengan kesadarannya mengenai dua sisi dirinya yang bersifat objektif dan subjektif. Hal ini dikarenakan setiap manusia tidak memiliki kemutlakan kepribadian, seseorang dapat saja menjadi introvert maupun ekstrovert. Selain itu, Jung juga mengungkapkan bahwa manusia tidak hanya memiliki ketidaksadaran pribadi, tetapi juga memiliki ketidaksadaran kolektif. Tingkatan Kepribadian Jung mengelompokkan perihal kesadaran dan ketidaksadaran di dalam kepribadian manusia yang diantaranya adalah: 1. Kesadaran, yaitu hal yang dapat dirasakan oleh ego (pusat kesadaran utuh). 2. Ketidaksadaran personal, yaitu pengalaman yang terlupakan. Ketidaksadaran ini diperoleh oleh seseorang selama hidupnya. 3. Ketidaksadaran kolektif, yaitu ketidaksadaran yang mengakar dari masa lalu leluhur. Ketidaksadaran ini diperoleh dari generasi terdahulu. Ketidaksadaran ini berkaitan dengan pikiran, emosi, dan tindakan seseorang. Selain itu, ketidaksadaran ini juga berhubungan dengan kepercyaan, mitos dan legenda. Menurut Feist dan J. Fiest (2006, h. 103-109), ketidaksadaran kolektif terdiri atas: a. Persona : sisi kepribadian yang ditunjukkan seseorang kepada dunia atau lingkungannya karena tuntutan sosial b. Shadow : represi yang menampilkan kualitas-kualitas yang tidak diakui keberadaannya dan berusaha disembunyikan dari diri sendiri dan orang lain. c. Anima : sisi feminim pada pria yang dapat berupa penjiwaan seperti wanita d. Animus : sisi maskulin pada wanita yang berkaitan dengan proses berpikir dan bernalar yang sebenarnya tidak dimiliki seorang wanita. Tipe Kepribadian Konsep pertama dari tipe kepribadian yang dikemukakan oleh Jung ada dua, yakni ekstrover dan introver. Tipe kepribadian ekstrover adalah tipe yang berorientasi pada lingkungan, sedangkan introver adalah tipe yang berorientasi dalam diri. Kedua tipe ini kemudian memiliki empat fungsi yang terpisah yaitu dua fungsi rasional atau objektif (pikiran dan perasaan), dan dua fungsi irasional atau subjektif (pengindraan dan intuisi). Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 1. Pikiran: aktivitas berpikir yang mengacu pada aktivitas intelektual logika yang memproduksi serangkaian ide 2. Perasaan: digunakan untuk mendeskripsikan proses evaluasi sebuah ide atau kejadian 3. Pengindraan: aktivitas yang menerima rangsangan fisik dan mengubahnya ke dalam bentuk kesadaran perseptual 4. Intuisi: aktivitas yang meliputi pesepsi yang berada jauh di luar sistem kesadaran. Dari dua tipe dan empat fungsi tersebut, Jung kemudian mengkombinasikannya menjadi 8 tipe kepribadian, diantaranya sebagai berikut: No Tipe Kepribadian Ciri-ciri Tidak memiliki emosi, kurang ramah, kurang bisa bergaul, memiliki kecenderungan memperhatikan nilai abstrak dibanding orang lain, mengejar dan 1 Pemikir-introver memperhatikan pemikirannya tanpa peduli apakah ide tersebut diterima atau tidak, biasanya keras kepala, sombong dan berpendirian Dingin, sombong, sangat objektif dan menginginkan 2 Pemikir-ekstrover orang lain berpikiran sama Memiliki emosi yang kuat namun enggan mengungkapkan, bisanya mengekspresikan emosi 3 Perasa-introver melalui seni, lebih sering menampilkan keselarasan dalam dirinya atau self-efficacy, dapat meledakkan perasaan secara tiba-tiba Cenderung emosional dan moody, mudah 4 Perasa-ekstrover menyesuaikan diri, periang dan bersemangat Biasanya adalah orang yang tenang, kalem self- 5 Pengindra-introver controlled, membosankan dan kurang bisa berkomunikasi Realistik, praktis, pekerja keras, mudah dipengaruhi 6 Pengindra-ekstrover aturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal Sulit berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis 7 Intuitif-introvert namun memiliki intuisi yang sangat tajam Suka mencari sesuatu yang baru, sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru, tidak dapat 8 Intuitif-ekstrovert bertahan pada satu ide, pekerjaan atau lingkungan, berubah-ubah dan kreatif Daftar Pustaka
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah, 2008
Corey, Gerald. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Ninth Edition. USA: Cengage Learning. 2013 Septiarini, Tri dan Renni Handayani Sembiring, “Kepribadian Tokoh Dalam Novel Mencari Perempuan Yang Hilang (Kajian Analisis Psikoanalisis Carl Gustav Jung)”, Jurnal LiNGUA, vol. 12, no. 2, Desember 2017