PENDAHULUAN
Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas
ketidaksadaran (bawah sadar). Psikoanalisis adalah metode interpretasi
dan penyembuhan gangguan mental. Pendiri psikoanalisis adalah
Sigmund Freud (1856-1940).
Tujuan dari psikoanalias dari Freud adalah membawa ke tingkat
kesadaran mengenai ingatan atau pikiran pikiran yang direpres atau
ditekan yang diasumsikan sebgagai sumber perilaku yang tidak normal
dari pasiennya.
Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai psikoanalisis yang
meliputi id, ego dan superego. Selain itu juga akan dibahas mengenai
tujuan dan peran konselor, kelemahan dan kelebihan psikoanalisis
klasik.
D. Perkembangan Kepribadian
PENUTUP
Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas
ketidaksadaran (bawah sadar). Psikoanalisis adalah metode interpretasi
dan penyembuhan gangguan mental. Pendiri psikoanalisis adalah
Sigmund Freud (1856-1940).
Menurut pandangan psikoanalisis, struktur kepribadian terdiri dari tiga
sistem, id, ego dan superego. Id merupakan tempat bersemayam naluri-
naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak. Ego
adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan
mengatur. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya
adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah.
Salah satu tujuan konseling psikoanalisis klasik adalah menjadikan
hal-hal yang tidak disadari menjadi disadarinya. Fase-fase
perkembangan kepribadian terdiri atas Fase Oral, fase anal, fase phallic,
fase laten dan fase genital.
Ada lima teknik dasar dalam psikoanalisis, yaitu asosiasi bebas,
analisis mimpi, interpretasi, analisis resistensi dan transferensi.
Psikoanalisis klasik memiliki kelemahan diantaranya ialah cenderung
meminimalkan rasionalitas dan data penelitian empiris kurang banyak
mendukung sistem dan konsep psikoanalisis. Selain itu psikoanalisis
juga memiliki kelebihan salah satunya ialah psikoanalisis berupaya
menjelaskan bagaimana kepribadian manusia berkembang dan bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Hendri, Novi. 2013. Model-Model Konseling. Medan: Perdana
Publishing
Metia, Cut. 2011. Psikologi Kepribadian. Medan: Cita Pustaka
Darminto, Eko. 2007. Teori-teori Konseling: Teori dan Praktik
Konseling dari Berbagai Orientasi Teoritik dan Pendekatan. Surabaya
http://arif-riduan.blogspot.com/2012/04/psikoanalisis.html
MATERI KE 2
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
B. Tingkatan Kesadaran
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
1. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental
yang masuk ke kesadaran.
2. Prasadar (preconscious)
Berisikan ingatan-ingatan tentang peristiwa-persitiwa masa lampau yang
siap masuk ke dalam kesadaran sewaktu-waktu diperlukan.
3. Tidak sadar (Unconscious)
Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran berisi
insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-
pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh
kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.
C. Stuktur Kepribadian
Struktur kepribadian terdiri dari 3 aspek atau divisi yakni id, ego dan
super Ego. Meskipun ketiganya berbeda, namun dalam menjalankan
fungsinya, ketiga aspek kepribadian tersebut seringkali tumpang tindih dan
tidak dapat menjadi entitas yang benar-benar diskrit.
1. Id: sistem dasar kepribadian, libido yang meliputi istink-
instink manusia. Di dalam id terdapat dorongan-dorongan instingtif yang
cenderung primitif dan menimbulkan ketegangan karena menuntut untuk
dipenuhi. Untuk memuaskan dorongan-dorongan, id menggunakan dua
mekanisme yakni tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks
berisikan tindakan-tindakan otomatis, seperti mengedipkan mata, menarik
tangan ketika menyentuh benda panas, dan batuk. Proses primer
melibatkan tindakan yang lebih kompleks yang mengarahkan manusia
untuk membentuk suatu imej mental seperti impian, khayalan, lamunan
atau fantasi.
2. Ego: adalah aspek kepribadian yang berada dalam kesadaran. Ia
berfungsi untuk membantu id memenuhi dorongan-dorongannya secara
nyata dan bukan hanya sekedar membayangkan atau melamun. Ego
bukan merupakan bawaan namun terdiferensiasi dari id ketika anak
berkembang menjadi matang.
3. Super ego. Superego adalah kekuatan moral dan etik dari
kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle)
sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari
Ego.Menurut Freud super ego dibentuk dari 2 subsistem :
a) Kata hati/hati nurani: apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh
individu
b) Ego-ideal: apa yang seharusnya saya menjadi prinsip:
moral dan kesempurnaan.
D. Perkembangan Kepribadian
Menurut freud, perkembangan kepribadian sehat-tidak sehat sangat
berhubungan dengan cara-cara yang digunakan oleh individu dalam
melewati fase-fase perkembangannya. Freud berpandangan bahwa
konsep dasar yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu
adalah pada usia 5 (lima) tahun pertama (litama), kemudian periode
tenang, dan aktif kembali pada periode remaja (adolesen).
Pada setiap periode perkembangan dari bagian tubuh tertentu
yang menjadi pusat kepuasan diri. Freud membagi tahap perkembangan
sebagai berikut:
1. Fase Oral 0 sampai kira 1 tahun. Pada fase ini mulut merupakan
daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih
oleh insting seksual. Tahap ini secara khusus ditandai oleh
berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perlindungan dari
orang lain, khususnya ibu.
2. Fase anal: kira-kira 1 tahun sampai kira-kira 3 tahun. Pada fase ini
dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis, dan
antikateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Freud
yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id dan
superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah
defekasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau
tuntunan sosial untuk mengontrol kebutuhan defekasi. Semua bentuk
kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery) berasal dari
fase anal.
3. Fase Phallis; 3 tahun sampai 5 atau 6 tahun.
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama
terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting.
Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan
penis envy (pada perempuan).
Oedipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua
yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada
mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah
memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan
dalam merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan
ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya
untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya
akan dipotong oleh ayahnya yang disebut cemas dikebiri atau castration
anxiety. Kecemasan ini mendorong anak laki-laki mengidentifikasi
ayahnya. Ketakutan ini juga menyebabkan ditekannya keinginan seksual
terhadap ibu dan rasa permusuhan terhadap ayahnya. Pada anak
perempuan rasa sayang kepada ibu berubah menjadi kecewa dan benci
ketika tahu kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya dianggap
bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak
perempuan mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ
berharga (yang juga ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur
dengan perasaan iri penis (penis envy) baik kepada ayah maupun kepada
laki-laki secara umum. Oedipus kompleks pada wanita tidak direpres, cinta
kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami modifikasi karena
hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri.
4. Fase laten: 5 tahun sampai usia remaja. Pada tahapan ini anak laki-
laki dan perempuan menekam semua isu-isu oedipal dan kehilangan minat
seksualnya. Sebaliknya mereka melibatkan diri pada kelompok bermain
yang berjenis kelamin sama.
5. Fase Puberitas. Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan
fisologi dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon
yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut,
buah dada, dll), dan pertmbuhan seksual primer. Pada fase ini impuls seks
mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik terjadi
perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi
sosial, realistik, dan altruistik.
proses yang panjang dan intensif. Konselor dan klien melakukan pertemuan
sebanyak tiga hingga lima kali dalam seminggu selama tiga hingga lima tahun
menit dengan lima menit untuk break setiap sesi. Dalam proses ini, konselor
membawa klien mencapai keadaan rileks dan bersikap netral dan seanonim
maka ada beberapa teorinya yang dapat aplikasikan dalam bimbingan, yaitu:
1. Konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki
kebutuhan dan keinginan. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses
bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor
dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang
dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang
dilakukan benar-benar efektif.
2. Konsep kunci tentang kecemasan yang dimiliki manusia dapat
digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu
individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-
hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami dan bertindak sesuai
dengan norma agama, sosial dalam masyarakatnya. Dengan demikian
kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi
dengan baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan
selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah,
kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan
banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang dialami manusia, jadi untuk
itu maka bimbingan ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi
kecemasan.
3. Konsep psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa
kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang
mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep
pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual.
Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar
keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat
tumbuh berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-
norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi
yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan
tumbuh menjadi manusia yang baik.
4. Teori Freud tentang tahapan perkembangan kepribadian individu
dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun
pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola
bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian
individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang
berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah
selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya
menjadi efektif.
5. Konsep Freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam
proses bimbingan yang dilakukan pada individu dengan harapan dapat
mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga
berubah menjadi rasional.
B. Saran
Mengingat pendekatan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan
proses konseling, oleh sebab itu bagi calon konselor, dosen, konsultan dan
peneliti sangat disarankan untuk memahami secara baik mengenai
pendekatan-pendekatan tersebut.
KEPUSTAKAAN