Anda di halaman 1dari 4

Pendekatan Behaviourisme

Didirikan oleh john B.Watson pada tahun 1913 namun baru dipopulerkan oleh Ivan Petrovic
Pavlov, Pada akhir abad ke-19 di Rusia. Steven Jay Lynn dan John P. Garske (1985) menyebutkan bahwa
di kalangan Konselor/Psikolog, teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai modifikasi perilaku
(behavior modification) dan terapi perilaku (behavior therapy), sedangkan menurut Carlton E. Beck
(1971) istilah ini dikenal dengan behavior therapy, behavior counseling, reinforcement therapy, behavior
modification, contingency management. Istilah pendekatan behavior pertama kali digunakan oleh
Lindzey pada tahun 1954 dan kemudian lebih dikenalkan oleh Lazarus pada tahun 1958. Istilah
pendekatan tingkah laku lebih dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat lebih terkenal dengan
istilah behavior modification. Di kedua negara tersebut pendekatan tingkah laku terjadi secara
bersamaan. Adapun tokoh-tokoh pengembang behaviorisme adalah ; Skinner, Pavlov, Eysenck, Joseph
Wolpe, Albert Bandura, Albert Ellis, Aaron T. Beck, Ricard Walters, Arnold Lazarus, dan J. B. Watson.

B.F. Skinner pada tahun 1953 menulis buku Science and Human Behavior, menjelaskan tentang
peranan dari teori operant conditioning di dalam perilaku manusia. Pendekatan behavior merupakan
pendekatan yang berkembang secara logis dari keseluruhan sejarah psikologi eksperimental.
Eksperimen Pavlov dengan classical conditioning dan Bekhterev dengan instrumental conditioning-nya
memberikan pengaruh besar terhadap pendekatan behavior. Pavlov mengungkapkan berbagai
kegunaan teori dan tekniknya dalam memecahkan masalah tingkah laku abnormal seperti hysteria,
obsessionel neurosis dan paranois.

Berdasarkan pada hakikat manusia, teori dan pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada
dasarnya manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas,
hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif dalam menentukan martabatnya. Manusia
memulai kehidupannya dan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh intensitas
dan beragamnya jenis penguatan (reinforcement) yang diterima dalam situasi hidupnya. Dalam konsep
behaviorisme modern, perilaku manusia dipandang dalam mekanisme dan pendekatan ilmiah yang
diimplikasikan pada pendekatan secara sistematis dan terstruktur dalam proses konseling. Manusia
tidak diasumsikan secara deterministik tetapi merupakan hasil dari pengkondisian sosio kultural. Trend
baru dalam behaviorisme adalah diberinya peluang kebebasan dan menambah keterampilan konseli
untuk memiliki lebih banyak opsi dalam melakukan respon.

Fokus utama dalam konsep Behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang
menstimulasinya serta pentingnya kontrol terhadap perilaku. Pendekatan behavior bertujuan untuk
menghilangkan tingkah laku yang salah suai (dapat merusak diri) dan membentuk tingkah laku baru.
Pendekatan tingkah laku dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari
yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok. Pendekatan behavioristik
banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan klinis, sehingga pendekatan behavioristik
merupakan usaha untuk mengubah penyimpangan tingkah laku dengan menggunakan conditioning atau
proses belajar lainnya. Pendekatan behavioristik mencoba mengubah tingkah laku yang termasuk
abnormal, baik yang tergolong neurotik, psikotik ataupun tingkah laku manusia yang tergolong normal.
Penyimpangan tingkah laku dapat berbentuk ngompol, gagap, pobia, obsesi dan kompulasi, histeria, tiks,
psikopat, kriminalitas, ketimpangan sosial, psikosa alcoholism, dan mental deficiency pada manusia yang
tergolong normal.

Empat pilar utama dalam behavioristik adalah classical conditioning, operant conditioning, social
learning theory dan cognitive behavior therapy. Dalam teori pengkondisian klasik, perubahan perilaku
yang diharapkan adalah adanya stimulus langsung. Terjadinya perilaku tertentu disebabkan oleh
stimulus tertentu yang secara langsung terkait, sedangkan dalam operant conditioning perilaku yang
terbentuk diakibatkan oleh stimulus yang telah dikondisikan. Cognitive behavior therapy
mengemukakan empat komponen penting pada manusia yaitu fisik, perilaku, kognisi dan emosi, di mana
gangguan emosional akan mempengaruhi perilaku pada manusia sehingga terapi yang dikembangkan
adalah mensikapi gangguan emosi secara kognitif dan perilaku yang menunjukkan kestabilan kognitif.

Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:

1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman.
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan
sendiri.
4. Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.

Pendekatan Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah suatu pandangan dalam dunia Psokologi yang dicetus dan diprakarsai oleh
ilmuwan Jerman yaitu Sigmund Freud. Pendekatan psikoanalisa memiliki ciri : menekankan pada
pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus genetik
(insting), pengaruh energi hidup (libido), pengaruh pengalaman dini, dan pengaruh irasional dan sumber
ketidaksadaran perilaku. Tujuan psikoanalisa adalah untuk memperkuat ego (ego strangth) klien dan
menempatkan dalam posisi yang benar sehingga mampu memilih secara rasional. Ego strength
bermakna kemampuan klien mengintegrasikan id dan superego tanpa ada konflik dan usaha represi.
Dalam artikel yang ditulis Freud pada tahun 1923, ia membedakan tiga arti Psikoanalisa, yaitu:
1) Psikoanalisa adalah sebuah ilmu yang merupakan penemuan terbaru.
2) Psikoanalisa merupakan teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran atau alam bawah
sadar manusia misalnya seperti mimpi yang sebelumnya hampir terjangkau oleh penelitian ilmiah.
3) Psikoanalisa merupakan metode interpretasi dan penyembuhan gangguan neurosis. Teknik
pengobatan ini bertumpu pada metode penelitian tadi.

Teori Psikoanalisa memandang kepribadian manusia terbagi menjadi tiga sistem utama yaitu
id, ego, dan superego.
a) Id bersifat warisan genetik dan sudah ada sejak lahir. Banyak ahli yang setuju dengan freud, mereka
meyakini id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, karena itu menyediakan dorongan menuju
pengejaran keinginan pribadi. Id. berisi dorongan tentang agresi dan Seksualitas.
b) Sedangkan ego adalah sebaliknya, dilihat sebagai unsur yang paling rasional dalam struktur
kepribadian manusia. Ego bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia realitas. Oleh karena itu,
ego disebut beroperasi menurut prinsip realitas dan karena kontak dengan realitas inilah ego
menjadi pengontrol utama kesadaran, menyediadakan pemikiran dan perencanaan yang realistik
dan logis, dan akan sanggup meredam hasrat-hasrat irasional yang dilakukan oleh id. Ego biasanya
juga disebut sebagai jembatan penengah antara id dengan superego.
c) Superego mempersentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip mekanisme moral dan nilai
masyarakat. Superego mempersentasikan kode moral pribadi, biasanya Perannya bertanggung
jawab memberikan penghargaan seperti rasa bangga dan cinta diri, dan hukuman seperti rasa
bersalah dan rendah diri bagi pemiliknya.

Kepribadian Sehat Psikoanalisa:

1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan.

Menurut Frued, ada mekanisme lain yang juga berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Mekanisme ini dinamakan defence mechanisme. Sebagian cara individu mereduksi perasaan tertekan,
kecemasan, stress atau pun konflik adalah dengan melakukan mechanisme pertahanan diri baik yang ia
lakuakan secara sadar maupun tidak sadar.
1) Rasa cemas merupakan kondisi yang menyedihkan sehingga kita tidak dapat mentoleransinya untuk
waktu yang lama. Kita mengembangkan cara untuk menyaring realitas dan mengecualikan perasaan
dari kesadaran sehingga kita tidak merasakan cemas. Mekanisme pertahanan ini merupakan fungsi
yang dibawa oleh ego; mereka merupakan upaya strategi ego untuk mengatasi implus id yang tidak
dapat diterima secara sosial.
2) Penyangkalan/penolakan (denial). Dalam pemikiran sadar mereka, orang bisa saja menyangkal
keberadaan fakta traumatis atau fakta yang tidak dapat diterima secara sosial; ada fakta yang
begitu “buruk” sehingga mereka menolak bahwa fakta tersebut “benar” adanya.
3) Proyeksi, apa yang bersifat internal dan tidak dapat diterima diproyeksikan keluar dan dipandang
sebagai sesuatu yang eksternal.
4) Isolasi, mengisolasi peristiwa dalam pikiran atau mengisolasi emosi dari konten ingatan dan implus.
Dalam isolasi, implus, pikiran, atau tindakan tidak menolak akses kepada kesadaran, tetapi menolak
emosi yang bisa menyertainya.
5) Reaksi formasi, individu bertahan dari ekspresi implus yang tidak dapat diterima dengan hanya
mengakui dan mengekspresikan kebalikannya. Pertahanan ini tampak dalam perilaku yang
dikehendaki secara sosial, yang rigid, berlebih-lebihan, dan tidak sesuai. Orang yang menggunakan
formasi reaksi tidak dapat menerima perasaan lain.
6) Sublimasi, merupakan perangkat lain yang digunakan untuk mengekspresikan implus id dalam cara
yang bebas dari rasa cemas adalah Sublimasi.
7) Represi, dipandang berperan dalam semua mekanisme pertahanan lain dan memasayarakatkan
pengeluaran energi yang konstan untuk menjaga agar hal-hal yang dianggap berbahaya terus
menerus berada diluar kesadaranujuan psikoanalisa adalah “untuk memperkuat ego (ego strangth)
klien dan menempatkan dalam posisi yang benar sehingga mampu memilih secara rasional. Ego
strength bermakna kemampuan klien mengintegrasikan id dan superego tanpa ada konflik dan
usaha represi.

Anda mungkin juga menyukai