Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PSIKOTERAPI SOSIAL DAN PERILAKU

A. DEFINISI PSIKOTERAPI

Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan
dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya
jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau
perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran.

Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang


psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang apa saja yang
mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi.

Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien
dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien.

Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:

1. Dari segi proses : berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan
menganut kode etik psikoterapi.

2. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah
psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.

3. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu
psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.

B. TUJUAN PSIKOTERAPI

Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti cara berpikir,
proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola perilaku bisa diubah dengan
pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara lain:

 Menghapus, mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.

 Mengatasi pola perilaku yang terganggu.

 Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.


 Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.

 Menghilangkan atau mengurangi tekanan emosional.

 Mengembangkan potensi klien.

 Mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

 Memodifikasi struktur kognisi (pola pikiran).

 Memperoleh pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.

 Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.

 Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan.

 Membantu penyembuhan penyakit fisik.

 Meningkatkan kesadaran diri.

 Membangun kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.

 Penyesuaian lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.

Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan


psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan-
anggapan yang kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul
dan kurang wawasan ilmiahnya.

Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu.
Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti berhasil
mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat mistik. Klien
psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.

Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya). Justru
psikoterapi hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah
psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan
pikirannya. Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
C. MANFAAT PSIKOTERAPI
Psikoterapi terbukti dapat membantu mengobati banyak masalah psikologis. Statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 75% pasien yang sangat tertolong dengan menjalani
psikoterapi. Metode ini juga sangat membantu mereka yang sedang mengalami krisis
atau perubahan hidup yang tidak diinginkan. Manfaat dari psikoterapi meliputi:

 Membantu pasien untuk lebih memahami diri sendiri termasuk nilai dan tujuan hidup
mereka

 Mengajari pasien untuk memiliki keterampilan dalam hidup yang sangat penting agar
dapat meningkatkan hubungan pribadi mereka

 Menolong pasien untuk menemukan solusi yang dapat menangani masalah mereka

 Menolong pasien untuk mengerti masalah mereka dan memahaminya dari sudut pandang
yang berbeda

Selain itu, psikoterapi juga diketahui sangat efektif dalam mengatasi kondisi berikut:
 Depresi

 Kegelisahan

 Gangguan kegelisahan, termasuk fobia (takut akan sesuatu)

 Alkoholisme

 Kecanduan

 Krisis percaya diri

 Krisis emosional

 Perselisihan keluarga

 Masalah pernikahan

D. JENIS – JENIS TERAPI MENURUT TEORI BESAR PSIKOLOGI


1. PSIKOANALISIS

Teori psikologi Freud sangat luas menjangkau bidang kehidupan sadar maupun tak sadar. Ia
menggambarkan jiwa manusia sebagai sebuah gunung es dengan tiga tingkatan susunan.
Yang paling atas mengerucut dan merupakan bagian yang paling kecil disebut counsciousnes
(tahap sadar) menyusul bagian tengah dari gunung es itu disebut pracounsciousnes (prasadar)
dan yang sewaktu – waktu dapat muncul ke kesadaran. Adapun yang paling dasar yang
merupakan bagian terbesar dari kehidupan manusia adalah unconsciousness (tahap tak sadar).
Isi dari consciousness adalah segala sesuatu yang kita sadari dalam hidup kita saat ini. Freud
mengatakan bahwa hanya sebagian kecil dari mental kehidupan (pemikiran, persepsi,
perasaan, ingatan) merupakan isi dari tahap kesadaran itu. setiap [engalaman baru selalu
masuk ke dalam consciousness untuk beberapa saat lalu kemudian mengendap masuk ke
dalam praconscious atau uncoscious. Prakesadaran sering disebut sebagai persediaan ingatan
yang berisi pengalaman – pengalaman yang tidak diingat saat itu namun siap dipanggil ke
tingkat kesadaran. Bagian yang paling besar dan dasar dari keseluruhan pikiran manusia
adalah unconscious, karena sebelumnya sudah ada filsuf yangberbicaara mengenai hal ini.
Namun, bedanya bahwa Freud melihat tahap unconscious sebagai dasar kehidupan yang
mengendallikan seluruh kehidupan sadar manusia. Isinya adalah dorongan – dorongan
manusiawi yang mendesak terus ke atas, sedangkan tempat di atas sangat terbatas. Juga berisi
libido dan ingatan – ingatan yang ditekan yang dianggap Freud menjadi tingkat paling
penting dari jiwa.

Dalam pembicaraanya mengenai struktur kehidupan mental Freud menggolongkannya


menjadi tiga yang terdiri dari :

1. Id, merupakan sistem kepribadian yang paling dasar yang berisi naluri bawaan.
Fungsinya sebagai penyedia dan penyalur energi kegiatan – kegiatan yang dilakukan. Fungsi
lainnya adalah meredakan sekaligus menurangkan ketegangan yang meninggi serta
mengembalikannya pada tahap normal.

2. Ego, adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia
objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Dalam
memainkan peranannya ego melibatkan fungsi psikologis yang lebih tinggi yakni fungsi
kognitif atau intelektual.

3. Superego, adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai – nilai dan aturan – aturan
yang sifatnya evaluatif , memberikan pertimbangan baik-buruk. Terbentuk dari internalisasi
nilai – nilai atau aturan –aturan dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau
berartibagi individu seperti orang tua dan guru. Fungsinya adalah pengendali dorongan atau
impuls agar disalurkan dalam cara yang dapat diterima masyarakat, mengarahkan ego pada
tujuan yang sesuai moral, dan mendorong individu kepada kesempurnaan.

Selanjutnya Freud mengemukakan bahwa untuk menyalurkan dorongan – dorongan primitif


yang ditolak oleh superego, maka ego menggunakan defense mechanism untuk menjaga
keseimbangan :

a. Represi (repression)

Represi adalah mekanisme pertahanan yang paling dasar, karena muncul juga pada bentuk-
bentuk mekanisme pertahanan lain.

b. Pembentukan Reaksi (reaction formation)

Pembentukan Reaksi adalah salah satu mekanisme pertahanan diri agar dorongan yang
ditekan bisa disadari dengan cara menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali
bertentangan dengan bentuk semula.

c. Pengalihan (displacement)

Pengalihan adalah salah satu mekanisme pertahanan diri dengan cara mengarahkan dorongan-
dorongan yang tidak sesuai pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya
terselubung atau tersembunyi.

d. Fiksasi (fixation)

Fiksasi adalah keterikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang
lebih primitif dan bersifat universal.

e. Regresi (regression)

Regresi adalah langkah mundur pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu di
masa-masa penuh stres dan kecemasan, sehingga libido bisa kembali ke tahap yang
sebelumnya.

f. Proyeksi (projection)

Proyeksi adalah dorongan atau perasaan orang yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya
perasaan atau dorongan tersebut ada di alam tidak sadar dari diri sendiri.

g. Introyeksi (introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan di mana seseorang meleburkan sifat-sifat positif
orang lain ke dalam egonya sendiri.

h. Sublimasi (sublimation)

Sublimasi adalah represi dari tujuan genital dari Eros dengan cara menggantinya ke hal-hal
yang bisa diterima, baik secara kultural ataupun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan secara
jelas terutama melalui pencapaian kultural kreatif, seperti pada seni, musik dan sastra. Lebih
tepatnya pada segala bentuk hubungan antar manusia dan aktivitas-aktivitas sosial lainnya.

JENIS TERAPI PSIKOANALISIS

Terapi yang berorientasi psikoanalitik mampu membantu klien yang mencari bentuk
– bentuk perawatan yang lebih singkat dan kurang mahal,yang mungkin dilakukan sekali atau
dua kali dalam seminggu. Seperti psikoanalisis freudian, pendekatan – pendekatan baru ini
juga bertujuan untuk mengungkapkan motivasi tak sadar serta mematahkan resistensi dan
pertahanan – pertahanan psikologis. Akan tetapi, terapis mungkin juga memusatkan
perhatian pada membantu klien dalam melakukan perubahan yang produktif dan juga pada
hubungan – hubungan klien sekarang, bukan pada masa kanak – kanak awal. Akan tetapi,
karena formatnya lebih singkat, terapi membutuhkan penyelidikan lebih langsung mengenai
pertahanan dan hubungan – hubungan tranferensi klien. Pada waktu terapi, terapis pada
umumnya duduk berhadapan dengan klien. Ini hal ini berbeda dengan pendekatan
psikoanalisis tradisional dimana terapis (psikoanalis) duduk di belakang klien yang berbaring
di depan sambil berasosiasi bebas atau menceritakan mimpi – mimpinya. Juga lebih sering
dilakukan percakapan dibandingkan dengan terapi psikoanalisis tradisional.

1. Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman


masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu,
yang kemudian dikenal dengan katarsis. Kartarsis hanya menghasilkan perbedaan sementara
atas pengalaman-pengalaman menyakitkan pada klien, tetapi tidak memainkan peran utama
dalam proses treatment. Terapis meminta klien agar membersihkan pikirannya dari pikiran-
pikiran dan renungan-renungan sehari-hari, serta sedapat mungkin mengatakan apa saja yang
muncul dan melintas dalam pikiran. Cara yang khas adalah dengan mempersilakan klien
berbaring di atas balai-balai, sementara terapis duduk dibelakangnya sehingga tidak
mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas.

2. Penafsiran (Interpretasi)

Penafsiran merupakan prosedur dasar di dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi-


mimpi, resistensi, dan transferensi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk
menyatakan, menerangkan dan mengajarkan klirn makna-makna tingkah laku apa yang
dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Fungsi dari penafsiran ini adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan
mempercepat proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjud. Penafsiran yang
diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah
sadar pada diri klien.

3. Analisis Mimpi

Jenis terapi ini merupakan prosedur atau cara yang penting untuk mengungkap alam
bawah sadar dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang
tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-
perasaan yang direpres akan muncul kepermukaan, meski dalam bentuk lain. Freud
memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena
melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat
diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak dapat diterima oleh seseorang, sehingga
akhirnya diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau disimbolkan dalam bentuk yang
berbeda. Pada jenis terapi ini terdapat dua taraf mimpi, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten
terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena
begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif
tak sadar (yang merupakan isi laten) ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat
diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Sementara tugas
terapis adalah mengungkapkan makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-
simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta
klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk
mengungkapkan makna-makna yang terselubung.
4. Resistesi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien
mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien
dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman
tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang
digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang
akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
Dalam proses terapi, resistensi bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena merupakan
perwujudan dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari. Resistensi ini dapat
dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan, meski sebenarnya
menghambat kemampuannya untuk menghadapi hidup yang lebih memuaskan.

5. Transferensi

Transferensi dalam keadaan normal adalah pemindahan emosi dari satu objek ke objek
lainnya, atau secara lebih khusus pemindahan emosi dari orangtua kepada terapis. Dalam
keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme
pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Seperti ketika
klien menjadi lekat dan jatuh cinta pada terapis sebagai pemindahan dari orangtuanya. Dalam
hubungannya dengan terapis, klien mengalami kembali perasaan sebagaimana yang dulu
dirasakan kepada orangtuanya. Tugas terapis adalah membangkitkan neurosis transferensi
klien dengan kenetralan, objektivitas, keanoniman dan kepasifan yang relatif. Dengan cara
ini, maka diharapkan klien dapat menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi dan
memungkinan klien mampu memperoleh pemahaman dan sifat-sifat dari fiksasi-fiksasi,
konflik-konflik atau deprivasi-deprivasinya, serta mengatakan kepada klien suatu
pemahaman mengenai pengaruh masa lalu terhadap kehidupannya saat ini.

2. BEHAVIORISME

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah
lakunya.Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

a. Thorndike menghasilkan hukum belajar, diantaranya:

1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin
tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang
terjadi antara Stimulus- Respons.

2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-
unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu.

3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau
tidak dilatih.

b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

1. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

2. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

1. Jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.

2. Jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak
diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

d. Social Learning menurut Albert Bandura

Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang
dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

JENIS TERAPI BEHAVIORISME

1. Desentisasi Sistematik

Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten
dengan kecemasan. Desentisasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta
untuk menggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik di mana
klien tidak merasa cemas. Selama relaksasi, klien diminta untuk rileks secara fisik dan
mental. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan menghadapi ujian,
ketakutan secara umum, kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas seksual. Terdapat tiga
penyebab teknik desentisasi sistematik mengalami kegagalan, yaitu klien mengalami
kesulitan dalam relaksasi yang disebabkan karena komunikasi terapis dan klien yang tidak
efektif atau karena hambatan ekstrem yang dialami klien, tingkatan yang menyesatkan atau
tidak relevan, hal ini kemungkinan disebabkan karena penanganan tingkatan yang keliru, dan
klien tidak mampu membayangkan.

2. Pelatihan Asertivitas

Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif, dan
asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran (role playing). Teknik ini dapat
membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di
hadapan orang lain. Pelatihan asertif biasanya digunakan untuk kriteria klien sebagai berikut,
tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan
kesopanan secara berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak serta mengalami kesulitan mengungkapkan afeksi
dan respons positif lainnya. Melalui teknik permainan peran, terapis akan memperlihatkan
bagaimana kelemahan klien dalam situasi nyata. Kemudian klien akan diajarkan dan diberi
penguatan untuk berani menegaskan diri di hadapan orang lain.
3. Implosion dan Flooding

Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang


mengancam secara berulang-ulang, karena dilakukan terus-menerus sementara konsekuensi
yang menakutkan tidak terjadi, maka diharapkan kecemasan klien akan tereduksi atau
terhapus. Terapi implosion adalah teknik yang menantang pasien untuk "menatap mimpi-
mimpi buruknya, teknik implosion sangat bagus digunakan untuk pasien gangguan jiwa yang
berada di rumah sakit, klien neurotik, klien psikotik, dan fobia. Flooding merupakan teknik di
mana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang-ulang
tanpa pemberian reinforcement. Klien akan membayangkan situasi dan terapis berusaha
mempertahankan kecemasan klien tersebut. Flooding bersifat lebih ringan karena situasi yang
menimbulkan kecemasan tidak menyebabkan konsekuensi yang parah.

4. Reinforcement positif

Teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul. Pemberian reinforcement positif dilakukan agar klien dapat
mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk.

5. Token Economy

Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan lainnya tidak
memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini menekankan penguatan yang
dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang dapat ditukar oleh
klien dengan objek atau hak istimewa yang diinginkannya. Token economy dapat dijadikan
pemikat oleh klien untuk mencapai sesuatu.

3. HUMANISTIK

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarki
Kebutuhan. Humanistik percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri.
Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang
dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan
masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami
"puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun
sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat
memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi
dirinya.

JENIS TERAPI HUMANISTIK

1. Person Centered Therapy

Pendekatan client centererd adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris
bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan
client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti
jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. terapi client centered merupakan tekhnik
konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk
menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini
memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai
pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.
Terapi client centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana seorang
konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian
terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.

2. Logo Terapi

Kata logoterapi berasal dari dua kata, yaitu “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos”
yang berarti makna atau meaning dan juga rohani. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa
Inggris “theraphy” yang artinya penggunaan teknik-teknik untuk menyembuhkan dan
mengurangi atau meringankan suatu penyakit. Jadi kata “logoterapi” artinya penggunaan
teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui
penemuan makna hidup. Logoterapi bertugas membantu pasien menemukan makna hidup.
Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani
yang tak terpisahkan. Seorang psikoterapis tidak mungkin dapat memahami dan melakukan
terapi secara baik, bila mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber
kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian pada kualitas-
kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani, kreativitas, rasa humor dan
memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan pengembangan kesehatan
mental. Logoterapi percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna dalam hidup
seseorang merupakan motivator utama orang tersebut.
E. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA

Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang mana memiliki relasi satu sama
lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan norma yang sama. Theraphy
aktivitas kelompok atau TAK adalah kegiatan yang ditujukan pada sekelompok klien yang
mana memiliki tujuan untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh anggota di dalam kelompok
tersebut.
Dengan adanya kelompok terapi tersebut maka dapat meningkatkan kualitas hidup serta
meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas kelompok ini berupaya memfasilitasi beberapa
klien yang bertujuan untuk membina hubungan sosial sehingga nantinya dapat menolong
klien untuk berhubungan sosial dengan orang lainnya semisal mengajukan pertanyaan,
menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi, menyapa teman kelompok, dan masih banyak
lainnya.

Tujuan Terapi

Ada beberapa tujuan yang didapatkan dari terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:

 Mengembangkan stimulasi persepsi


 Mengembangkan orientasi realitas
 Mengembangkan stimulasi sensoris
 Mengembangkan sosialisasi.

Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dalam segala usia, termasuk kelompok usia
lansia. yang dimaksud dengan kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang memiliki
rentang usia 60 tahun keatas. Pada masa lanjut usia, akan mulai terjadi proses menghilangkan
kemampuan jaringan yang digunakan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi
normalnya dengan perlahan sehingga nantinya tidak bisa bertahan lagi pada infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Jika dilihat dari sisi biologis, kaum lansi merupakan orang yang mengalami proses penuaan
yang terjadi secara terus menerus, ditandai dengan adanya penurunan daya tahan fisik seperti
semakin renatn terhadap penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan
adanya perubahan di dalam struktur sel, jaringan , dan organ di dalamnya.
Jika dilihat dari sisi ekonomi, maka lansi dapat dipandang sebagai sebuah beban
dibandingkan sebuah sumber daya. Banyak yang beranggapa jika kehidupan di masa tua
tidak dapat memberikan banyak manfaat. Bahkan banyak pula yang beranggapan jika
kehidupan di masa tua dipersepsikan secara negatif sebagai sebuah beban dalam sebuah
keluarga dan masyarakat.
Namun jika dipandang dari segi sosial, maka lansi dapat dikatakan sebuah kelompok sosial
tersendiri. Di Negara Barat, penduduk yang masuk ke dalam kategori lansia menduduki strata
sosial yang berada di bawah kaum muda. Hal ini dapat dipandang dari keterlibatannya dalam
sumber daya ekonomi. Namun jika di Indonesia sendiri, penduduk lanjut usia malah
menduduki kelas sosial yang paling tinggi yang mana harus diharomati oleh kaum yang lebih
muda.
Jenis Terapi

Berikut ini terdapat beberapa jenis terpi yang bisa diterapkan sebagai aktivitas kelompok para
lansia, diantaranya:

1. Stimulasi Sensori (Musik)


Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk ungkapan perhatian, baik itu bagi pendengar maupun
bagi pemusik. Kualitas dari musik sendiri memiliki andil terhadap fungsi-fungsi untuk
mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada struktur dan ururan matematis, yang
mana mampun untuk menunjukkan pada ketidak beresan di dalam kehidupan seseorang.
Peran dan sertanya akan nampak dalam sebuah pengalaman musikal, semisal menyanyi,
menghasilkan integrasi pribadi yang dapat mempersatukan fisik, pikiran, dan roh. Ada
beberapa manfaat yang diberikan musik di dalam proses stimulasi ini, antara lain adalah:

 Musik memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam stuktur


 Musik memberikan pengalaman untuk mengorganisasi diri
 Musik memberikan kesempatan yang digunakan untuk pertemuan kelompok yang mana di
dalamnya individu telah mengutamakan kepentingan kelompok dibanding kepentingan
individu.

2. Stimulasi Persepsi
Di dalam proses stimulasi ini klien akan dilatih mengenai cara mempersepsikan stimulus
yang telah disediakan ataupun yang sudah pernah dialami. Kemmapuan untuk
mempersepsikan inilah yang akan dievaluasi dan ditingkatkan di dalam setiap sesinya.

Tujuan dari proses ini diharapkan respon klien menjadi lebih adaptif dalam berbagai
stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan persepsi. Ada beberapa stimulus
yang diberikan mulai dari membaca majalah, menonton televisi, pengalaman dari masa lalu,
dan masih banyak lainnya.

3. Orientasi Realitas
Klien nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada di sekitarnya, mulai dari diri
sendiri, orang lain yang ada di sekitar klien, hingga lingkungan yang memiliki hubungan dan
kaitanya dengan klien. Hal ini juga berlaku pada orientasi waktu di saat ini, waktu yang lalu,
hingga rencana di masa depan. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa orientasi orang,
tempat, waktu, benda, serta kondisi yang nyata.

4. Sosialisasi
Klien akan dibantu untuk bisa melakukan sosialisasi dengan individu-individu di sekitar
klien. Sosialiasi akan dilakukan secara bertahap secara interpersonal, kelompok, maupun
massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa latihan sosialisasi yang ada di dalam
kelompok.

5. Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran, kebersamaan, serta
bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan semisal
penanaman kangkung, lombok, bayam, dan lainnya.
6. Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang serta mengisi kesepian
di sehari-harinya dengan cara bermain bersama binatang. Semisal memiliki peliharaan
kucing, bertenak ayam, sapi, dan lainnya. Hal ini ,merupakan cara pencegah gangguan jiwa
pada lansia yang cukup efektif.

7. Terapi Okupasi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang dimiliki lansia serta
meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk membuat dan
menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas,
membuat sulak, membuat bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.

8. Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya ingat seseorang
tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengadakan cerdas cermat,
mengerjakan tebak-tebakan, puzzle, mengisii TTS, dan lainnya.

9. Life Review Terapi


Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta harga diri. Proses nya
dengan menceritakan berbagai pengalaman-pengalam di dalam hidupnya. Misalnya saja
menceritakan tentang masa muda nya.

10. Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup, menghilangkan rasa bosan,
bahkan dapat melihat pandangan yang mana digunakan sebagai cara mengatasi stres dan
depresi. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari mengikuti senam lansia,
bersepesa, posyandu lansia, rekreasi ke kebun raya, mengunjungi saudara, dan masih banyak
lainnya.

11. Terapi Keagamaan


Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan, memberikan rasa kenyamanan,
bahkan persiapan untuk menjelang kematian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dapat
berupa pengajian, sholat berjamaah, kebantian, dan lainnya.

12. Terapi Keluarga


Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh anggota keluarga yang
mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari terapi keluarga ini adalah untuk mampu
melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai keluarga. Sasaran utama dari dari terapi ini adalah
keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi, tidak dapat melaksanakan fungsi yang mana
dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga akan diidentifikasikan
dan dikontribusikan dari masing-masing anggota di dalam keluarga pada penyebab
munculnya masalah tersebut. Misalnya saja penyebab keluarga tidak harmonis. Sehingga
nantinya masing-masing anggota keluarga dapat lebih mawas diri pada masalah yang terjadi
dalam keluarga dan mencari solusi yang tepat untuk mengembalikan fungsi keluarga
sebagaimana sebelumnya.

Proses terapi ini memiliki 3 tahapan di dalamnya, fase pertama adalah perjanjian, fase kedua
adalah kerja, dan fase ketiga adalah terminasi. Pada fase pertama, perawat dan klien akan
mengembangkan hubungan untuk saling percaya satu sama lainnya. Isu di dalam keluarga
kan diidentifikasi dan tujuan dari terapi akan ditetapkan bersama. Fase kedua atau fase kerja
merupakan fase dimana keluarga akan dibantu dengan perawat yang dijadikan sebagai terapis
yang nantinya berusaha untuk mengubah pola interaksi yang terjadi di dalam anggota
keluarga, peraturan di dalam keluarga, dan eksplorasi batasan di dalam keluarga.

Kemudian di dalam fase terakhir keluarga akan melihat kembali bagiaman proses yang telah
dijalani selama ini untuk bisa mencapai tujuan terapi. Keluarga juga memiliki peran yang
penting dalam mempertahankan perawatan secara berkesinambungan.

Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok

Prinsip di dalam memilih pasien yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok adalah dengan
homogenitas, yang dijelaskan pada poin-poin berikut ini:

1. Gejala Yang Sama


Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut dikhususkan untuk pasien penderita
depresi, halusinasi, atau lainnya. Setiap terapi aktivitas kelompok tentunya memiliki tujuan
masing-masing yang spsifik untuk anggotanya. Setiap tujuan tersebut tentunya dapat dicapai
jika pasien-pasien di dalanya memiliki gejala atau masalah yang sama. Sehingga nantinya
pasien-pasien di dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama dalam proses terapi.

2. Kategori Sama
Disini mengartikan jika pasien yang memiliki skor hampir sama dari kategorisasi. Pasien
yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok merupakan pasien yang akut
dengan skor rendah hingga pasien pada tahap pro motion. Bila dalam sebuah terapi pasien-
pasien di dalamnya memiliki skor yang hampir sama tentu saja tujuan dalam terapi akan
tercapai dengan mudah.

3. Jenis Kelamin Sama


Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani pasien dengan memiliki gejala
yang sama, biasanya laki-laki akan mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan.
Sehingga akan lebih baik jika dibedakan.

4. Kelompok Umur Hampir Sama


Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan lebih memudahkan interaksi yang
terjadi antara pasien satu sama lainnya.
5. Jumlah Anggota Yang Efektif
Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya harus efektif. Jumlah yang efektif
biasanya sekitar 7-10 orang di dalamnya. Jika terlalu banyak pasien di dalamnya maka tujuan
terapi akan terasa sulit untuk dicapai karena kondisinya akan terlalu ramai dan kurangnya
perhatian terapis untuk pasien. Namun jika terlalu sedikit maka tentu saja interaksi yang
terjadi akan terasa sepi dan tujuan menjadi sulit tercapai.

Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia

Ada bebrapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti terapi aktivitas
kelompok, antara lain adalah:
 Agar anggota di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki, serta dihargai
eksistensinya oleh anggota lainnya di dalam kelompok
 Membantu agar anggota kelompok lain yang berhubungan satu sama lainnya dan merubah
sikap dan perilaku yang maladaptive dan destrkutif
 Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta saling memantau satu sama
lainnya yang dipertuntukkan untuk menemukan solusi menyelsaikan masalah

F. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIAL PADA LANSIA


1. DEFINISI
Sosialisasi merupakan suatu upaya membantu klien berhubungan dengan
orang lain, sosialisasi bisa dilakukan malaluui komunikasi dan hubungan
interpersonal.
Terapi Kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Sedangkan
TAK (Terapi Aktivita Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama
yang bertujuan untuk memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga terjadi
identifikasi diri yang baru, menghilangkan rasa isolasi diri, meningkatkan
kepercayaan diri serta bertambahnya pengetahuan tentang berbagai cara pemecahan
masalah dalam kehidupan individu.
TAK ini perlu dilakukan agar para anggota kelompok (pasien) mampu
melakukan interaksi sosial, yaitu dengan cara sosialisasi yang dapat memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal klien, yang dapat dimulai dari saling mengenal
satu sama lain dan meniptakan hubungan harmonis dengan oranglain.
2. TUJUAN
a. Membantu klien meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain dala suatu kelompok.
b. Klien dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbal.
c. Klien dapat meningkkatkan kemampuan komunikasi nonverbal.
d. Klien dapat berlatih mematuhi peraturan.
e. Klien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain.
f. Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok.
g. Klien dapat mengungkapkan pengalamannya yang menyenangkan.
h. Klien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
3. STRUKTUR KELOMPOK
Hari, Tanggal : 08 Oktober 2018
Tempat : Kelas C
Waktu : 09.00 s/d 10.00 WIB
Lama kegiatan
 Pekenalan an pengarahan (5 menit)
 Roleplay (10 menit)
 Permainan dan diskusi (30 menit)
 Evaluasi (10 meit)
 Penutupan (5 menit)

Jumlah peserta 4 orang

Perilaku yang diharapkan :


 Klien dapa melakukan permainan
 Klien dapat memberikan pendapat atau komentar
 Klien dapat berperan aktif dalam kelompok
 Klien dapat mengontrol emosi
 Klien tidak meninggalkan kelompok saat permainan

4. PENGORGANISASIAN
 Leader : Eka Fajar Dwi M
 Co Leader : Boby Wahyu Nusantara
 Fasiliator : Ayu Istiqomah
 Observer : Yurike Pratika Putri
 Peserta : Mita Agustina
Saufi Ilham
Maya Seftia
Wahyu Eka
5. METODE DAN MEDIA
Metode : Roleplay dan Diskusi
Media : LCD, HP, bola
6. PEMBAGIAN TUGAS
 Leader
- Memimpin jalan TAK
- Merencanakan, mengatur, mengontrol jalannya TAK
- Membuka acara TAK
- Menjelaskan tujuan TAK
- Memberikan informasi
- Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat menyimpulkan
hasil
- Menutup acara
 Co Leader
- Mendampingi leader
- Mengambil posisi leader jika pasif
- Menyampaikan tata tertib
- Mengoreksi dan mengingatkn leader jika salah
- Menyerahkan kembali posisi pemimpin kepada leader
- Menjadi motivator
 Fasilitator
- Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai
anggota kelompok
- Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang kegiatan
- Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melakukan
TAK
 Observer
- Mengobservasi persiapan pelaksanaan TAK
- Mencatat semua aktifitas kelompok
- Mengevaluasi hasil kegiatan TAK

7. PROSES PELAKSANAAN
Persiapan
a. Memilih lien sesuai indkasi
b. Membuat kontra dengan klien
c. Mempersiapkan alat –alat dan tempat
Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik: salam dari terapis
b. Penjelasan tugas TAK sesuai dengan tujuan khusus yaitu: klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap yaitu: klien
mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
c. Penjelasan auran main jika ada klien yang meninggalkan kegiatan kelompok
harus meminta izin kepada terapis, klien mengikuti kegiatan dari awal hingga
akhir.
d. Kontrak waktu lama kegiatan 20menit.
Kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu lagu pada laptop akan dihidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan raha jarum jam yaitu kearah kiri dan pada saat lagu
berhenti maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan
dirinya.
b. Lagu dimulailagi dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pda saat lahu berhenti makaanggota yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, hobi, asal dan dimulai
dari terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas papan nama lalu tempel dimeja atau dipakai.
e. Ulang a sampai d sampai semua angggota kelompok mendapatkan giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota.
Terminasi
a. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah
mengikuti permainan.
b. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang mengikuti
permainan.
Evaluasi
a. Menanyakan persaan klien setelah mengikuti TAK.
b. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
Rencana tindak lanjut
a. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri kepada
oranglain dikehidupan sehari-hri.
b. Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian
klien.

8. ANTISIPASI MASALAH
 Klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan
memberikan motivasi oleh fasilitator.
 Bila klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan
alasan klien meninggalkan permainan, berikan motivasi agar klien kembali
mengikuti permainan.
 Klien lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan ada klien tersebut
bahwa permainan ini ditujuan pada klien yang dipilih, katakan pada klien
tersebut bahwa akan ada waktu khusus untuk mereka.
9. KRITERIA EVALUASI
Sesi1 TAKS
Kemampuan Memperkenalkan Diri
 Kemampuan Verbal
NO Aspek yang Nama Klien
dinilai
1. Menyebutkan
nama lengkap
2. Menyebutkan
nama
panggilan
3. Menyebutkan
asal
4. Menyebutkan
hobi
Jumlah
 Kemampuan Verbal
NO Aspek yang Nama Klien
dinilai
1. Kontak Mata
2. Duduk Tegak
3. Menggunakan
bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti
kegiatan dari
awal sampai
akhir
Jumlah
Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yangikut TAK.
2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (O)
jika ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (X) jika tidak
ditemukan.
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 2-3 klien mampu, 1-2 klien
tidak mampu.
10. DOKUMENTASI
Kemampuan yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Misalnya, klien mengikuti sesi1 TAKS. Klien mampu memperkenalkan diri
secara verbal dan nonverbal, dianjurkan memperkenalkan diri pada klien lain diruang
rawat (buat jadwal).

Naskah roleplay

10 tahun kemudian..
Kini nenek anis sudah berusia 70 tahun, dengan usia yang sudah memasuki fase lanjut
usia nenek anis telah mengalami menurun produktivitasnya. Namun anak dan menantunya
yang sangat sibuk dengan pekerjaannya, tidak memiliki waktu untuk merawat dan
memperhatikan orang tuanya sehingga anak dan menantunya sepakat untuk menitipkan ibunya
ke panti Werda, dengan tujuan agar ibunya tidak kesepian dan ada yang merawatnya.
Suatu hari setelah selesai melakukan kegiatan rutin seperti senam, sarapan dan MCK.
Kemudian perawat melakukan TAK untuk meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok
secara bertahap.
Perawat Caca : Assalamualaikum nek, sudah siap – siap belum ?
Nenek – nenek: Waalaikumsalam, sudah sus
Perawat Caca : Sudah jam 11 nih nek. Seperti yang kita sepakati kemarin, kita kali ini
akan melakukan kegiatan TAK nek, nah kalau nenek – nenek sudah siap
ayo saya temani ke aula sekarang nek
Perawat dan nenek pun menuju ke ruang aula
Leader : Assalamualikum wr wb
Nenek – nenek: Waalaikumsalam wr wb
Leader : Bagaimana nek kabarnya hari ini ? Sehat nek ?
Nenek – nenek: Alhamdulillah sehat
Leader : Perkenalkan saya perawat Tri sebagai leader yang akan memimpin
Terapi Aktivitas Kelompok / TAK pada hari ini. Ini perawat Ananda
sebagai Co Leader silahkan sus memperkenalkan diri
Co Leader : Assalamualaikum nek, perkenalkan saya perawat Ananda yang
bertugas untuk membantu Leader dan membacakan aturan permainan
hari ini.
Leader : Terimakasih sus, ada perawat Teguh sebagai fasilitator. Silahkan
Teguh memperkenalkan diri
Fasilitator : Perkenalkan nek saya perawat Teguh sebagai fasilitator yang bertugas
untuk memfasilitasi pada kegiatan TAK ini
Leader : dan yang terakhir ada perawat Caca sebagai observer
Perawat Caca : Perkenalkan nek saya perawat Caca yang bertugas untuk
mengobservasi dan mencatat jalannya terapi.
Leader : Ok baiklah, terapi ini akan berlangsung selama 10 menit diruangan ini
tujuannya agar nenek – nenek sekalian dapat saling mengenal dengan
baik satu sama lain, dapat berkomunikasi lebih dekat lagi. Aturannya
jika nenek sekalian ada yang merasa ingin BAK maka harus ijin terlebih
dahulu kepada perawat teguh ya nek. Nanti setelah diberi ijin nenek baru
boleh meninggalkan ruangan untuk ke toilet. Oke langsung saja perawat
Ananda untuk menjelaskan jalannya terapi
Co Leader : Terimakasih leader. Nah nek cara mainnya begini, ini saya mempunyai
sebuah botol dan tape / alat pemutar musik. Ketika musiknya saya
putarkan botolnya akan saya operkan dari satu ke yang lainnya, mulai
dari sebelah kanan saya. Jika musik berhenti, nenek yang sedang
memegang botol akan menyebutkan Nama Lengkap, Nama Panggilan,
Asal dan Hobinya nenek. Kemudian akan diulang seperti itu seterusnya
sampai semuanya mendapatkan giliran. Bagaimana nek ? apakah bisa
dimengerti ?
Nenek – nenek: Baik sus, mengerti
(Memulai permainan dan musik berhenti di kepada nenek Rinda)
Leader : Ya nenek rinda silahkan
Rinda : Saya Rinda Farlina, boleh dipanggil oma Rinda. Asalnya dari
ketapang, emmm ape gik ye ?
Perawat : Hobinya apa nek ?
Rinda : Ha ? apa sus ?
Nenek ulfa : Ubi ! Ubi ! kau nanam ubi yee ?
Anis : Iih ngape kau tak pernah bawa, tanam gak lah disini bise gak jualan
keripik.
Nenek maya : Oalah ubi ubi, piye sih. Perawatnya loh kon nyanyi ! lagu neee
Anis : Oooh nyanyiiii. Musiikk
Fasilitator : Neneekkk tenang dulu tenang dulu, pertanyaannya itu hobi. Hobi
nenek rinda apa ? sukanya bikin apa kalau lagi waktu kosong pada
biasanya ?
Nenek – nenek: ooooooh hobi, ngomong ket mau.
Rinda : Hobi saya biasanya sih saya suka buat bunga pakai sedotan sus.
Kegiatan diulangi secara terus menerus hingga semua nenek mendapatkan giliran. Pada
saat terapi perawat menyadari bahwa nenek rinda lebih diam dari hari – hari biasanya dan
tampak seperti ada yang ia pikirkan.
Pada sore harinya ditaman panti Werda perawat melihat nenek Rinda sedang duduk
sendirian dan melamun.
Perawat : Nenek, lagi apa ? kok sendirian ?
Rinda : Lagi lihat pemandangan suster
Perawat : Nenek suka bunga ya ?
Rinda : (terdiam dan termenung)
Perawat : (memegang tangan dan menatap mata pasien) ada apa nek ? nenek
kenapa ? jika ada yang nenek pikirkan silahkan nenek ungkapkan
kepada saya nek. saya akan mendengarkan nenek kok nek (tersenyum)
Rinda : Nenek tu kesal sus sama anak nenek, anak nenek tak pernah jenguk
nenek sedangkan kawan – kawan nenek tu nanyain terus ‘anak kamu
mana’ ‘kenapa tidak jenguk’. Mereka minta nenek kenalin anak nenek
ke mereka tapi anak nenek belum pernah jenguk jenguk.
Perawat : Mungkin anak nenek sedang sibuk jadi belum sempat berkunjung,
nanti kalau sudah sempat pasti datang kok nek
Rinda : Tapi ini sudah 1 bulan nenek tidak dijenguk sama anak nenek
Perawat : Ia nek nanti saya coba hubungin anak nenek ya agar segera berkunjung
Rinda : Mungkin anak nenek sudah lupa sama nenek, tidak mungkin datang
kesini lagi
Perawat : Tidak nek, anak nenek pasti datang. Sekarang nenek lebih baik tidak
usah bersedih karena kalau nenek bersedih itu bisa mempengaruhi
kondisi kesehatan nenek. Disini kan nenek juga banyak teman yang bisa
menemani nenek, nenek suka bikin bunga dari sedotan kan ya nek ? nah
besok ada kegiatan ketrampilan nanti kita akan bikin bunga dari sedotan
nek besok
Rinda : Oh ya sus ? waahh saya sudah lama tidak meronce lagi, saya senang
mendengarnya
Di aula panti werda
Perawat : siang nenek ……
Nenek : siang
Perawat : hari ini kita membuat kerajinan tangan dengan menggunakan sedotan
air ini ya (sambil menunjukkan sedotan air)
Perawat : gimana nenek rinda bisa buatnya ? kemaren kan nenek bilang nenek
hobi dalammembuat kerajinan tangan dari sedotan
Nenek : ia sus, ini saya buat. Saya masinh ingat cara buatnya.
Perawat : oke, silahkan di teruskan ya nek. Kalau nenek yang lain mau belajar
sama nenek rinda silahkan ya..
Nenek : iya sus.
Sementara nenek sedang melakukan kegitan. Perawat menelfon anak dari nenek rinda.
Perawat : Ass…
Anak : ini siapa ?
Perawat : saya perawat dari panti werda di ruangan mawar. Apa benar ini
dengan anak dari nenek rinda ?
Anak : iya saya riki anak dari nenek rinda. Ada apa pak ?
Perawat : begini pak, pada saat kami bercakap-cakap nenek rinda mengatakan
bahwa ia ingin bertemu anda, apakah bapak bisa dating menemui nenek
rinda ?
Anak : oh iya, kebetulan saya besok tidak sibuk, saya usahakan datang
kesana. Terimakasih pak atas informasinya.
Perawat : baik lah nanti akan saya sampaikan ke nenek rinda. Selamat siang.
Anak : siang…
Keesokan harinya anak dan menantu nenek rinda datang untuk menemuinya di anti werda
Anak : ass buk …..
Nenek : assalamualaikum ya ALLAH riki anak ku sini nak ibu kangen.
Anak : iya bu, maaf ya riki baru bisa ke sini. Ibu sehat kan ?
Nenek : iya Alhamdulillah sehat. Kenapa baru kesini nak ?
Menantu : maaf ya bu akhir-akhir ini banyak pekerjaan jadi baru bisa datang
temuin ibu.
Nenek : ibu sedih nak, semua teman ibu bertanya anak ibu kenapa tidak
datang-datang, sedangkan yang lain anak nya pada datang.
Anak : iya bu , mulai sekarang kami akan lebih sering datang menemui ibu
Berpelukkan SELESAI ………..

Anda mungkin juga menyukai