Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI PSIKOANALISIS FREUD DI LINGKUNGAN KESEHATAN MENTAL DAN

LINGKUNGAN KERJA/INDUSTRI

Psikoanalisis merupakan salah satu aliran besar dalam sejarah ilmu psikologi. Layaknya aliran
besar lainya, marxisme misalnya, psikoanalisis telah merambah ke berbagai sektor keilmuan.
Tokoh penting aliran ini adalah Sigmund Freud, Carl Gustav Jung dan Alffred Alder. Ada tiga
hal yang membuat Freud dengan psikoanalisis menarik. Pertama, batu pijakan psikoanalisis
yaitu seks dan agresi begitu populer. Kedua, oleh pengikutnya yang antusias dan setia, di mana
Freud dianggap tokoh pahlawan kesepian seperti dalam mitos, membuat teorinya tersebar luas.
Ketiga, kepiawaian Freud berbahasa membuat penyajian teorinya inspiratif dan hidup.Menurut
Gunarsa yang dikutip oleh Dede Rahmat Hidayat, psikoanalisis merupakan upaya
mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis. Pembahasan mengenai
psikoanalisis tidak dapat dipisahkan dari tokoh Sigmund Freud yang membangun teori ini.
Pengalaman subyektif Freud dalam usaha penyembuhan pasien neurosis sangat berkontribusi
pada lahirnya psikoanalisis yang berkaitan erat dengan konsep kepribadian. Secara umum,
psikoanalisis dapat dikatakan merupakan sebuah pandangan baru tentang, di mana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Freud sendiri menjelaskan arti istilah psikoanalisis
tidak selalu sama. Salah

satu yang terkenal berasal dari tahun 1923 dan terdapat dalam suatu artikel yang dia tulis bagi
sebuah kamus ilmiah Jerman. Di situ Freud membedakan psikoanalisis menjadi tiga arti.

1) Istilah “psikoanalisis” dipakai untuk menunjukan suatu metode penelitian terhadap proses-
proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah.

2) Psikoanalisis menunjukan suatu teknik untuk mengobati gangguangangguan psikis yang


dialami oleh pasien neurosis.

3) Istilah yang juga dipakai dalam arti lebih luas, untuk menunjukan seluruh pengetahuan
psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik di atas. Dalam arti terakhir
ini,”psikoanalisis” mengacu pada suatu ilmu yang dimata Freud benar-benar baru.

Psikoanalisis terbagi menjadi dua segi, kerja klinis dan kerja akademik. Kerja klinis dijalankan
dengan pasien-pasien yang mengalami masalah psikis, seperti phobia, kegelisahan, obsesi,
halusinasi dan sebagainya. Sedangkan kerja akademik bertujuan mempelajari kehidupan mental
pada umumnya, dan termasuk di dalamnya studi-studi pustaka dan ilmu sosial. Kedua hal
tersebut sangat berkaitan erat, karena dalam psikoanalisis terapi atau perawatannya hanya
menggunakan kata-kata. Uraian di atas dapat kita pahami berbagai pengertian dan penjelasan
mengenai psikoanalisis. Ada dua hal yang perlu digaris bawahi dalam uraian psikoanalisis
tersebut. Pertama, dalam arti luas, psikoanalisis merupakan pengetahuan psikologis yang
diperoleh melalui penelitian terhadap proses psikis. Kedua, psikoanalisis sebagai teknik dalam
mengobati ganggua-ngangguan psikis. Inilah yang akan menjadi pembahasan ruang lingkup
psikoanalisis dalam penelitian ini. Psikoanalisis sebagai pengetahuan psikologi mencakup teori
kepribadian yang diungkap oleh Freud. Teori kepribadian menjadi dasar dalam pelaksanaan
terapi/pendekatan psikoanalisis.

Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

Artikel Ilmiah Populer 28 September 2020, 14.18 Oleh: cpmh 0

Lingkungan kerja yang penuh tekanan akan membuat pekerja tidak memiliki kesejahteraan
psikologis yang optimal. Hal ini tentunya dapat menyebabkan pekerja mengalami stres yang
tinggi dan burnout (Johson et al., 2020). Tingkat stres yang tinggi dikhawatirkan dapat
memengaruhi kesejahteraan keluarga, yang ujung-ujungnya mempengaruhi ketahanan keluarga
pekerja.

Sebaliknya, ketika seorang pekerja mengalami tekanan karena masalah keluarga, keuangan
maupun kesehatan, kesejahteraan mental dan fisik mereka dapat terganggu (Mavridis, et al.,
2019). Ujung-ujungnya, produktivitas mereka juga akan menurun sebagai efek dari
memburuknya kondisi kesejahteraan psikologis.

Sebagai tempat di mana banyak individu menghabiskan sebagian besar waktunya,


perusahaan/organisasi perlu memperhatikan kondisi lingkungan kerja yang akan mendukung
kesejahteraan psikologis seseorang.

Menurut Littlefield, Stitzel, & Giese (2014), terdapat lima pilar dalam tempat kerja yang sehat
secara psikologis, yaitu kepemimpinan yang suportif, kejelasan peran, keterlibatan karyawan,
pengembangan dan pertumbuhan, dan antusiasme.

Kepemimpinan yang suportif

Kepimpinan yang suportif berarti sejauh mana para pemimpin mengerti kebutuhan-kebutuhan
karyawan dan menyediakan sebuah lingkungan yang memicu keterlibatan karyawan,
pengembangan dan dukungan.

Kejelasan peran
Kejelasan peran berarti sejauh mana karyawan memiliki “sense of purpose” dan mengetahui apa
yang diharapkan dari mereka. Hal ini akan membantu karyawan untuk bekerja sesuai dengan
ekspektasi yang diharapkan.

Keterlibatan Karyawan

Keterlibatan karyawan berarti sejauh mana karyawan berkolaborasi, berbagi ide-ide dan
mengatasi persoalan bersama, menuju ke pemahaman bersama dan satu tujuan. Aspek
keterlibatan karyawanterdiri dari:

Kerja tim, yakni kesempatan untuk staf untuk bekerja bersama-sama.

Pemberdayaan, yakni kesempatan untuk terlibat dalam keputusan yang berpengaruh pada kinerja
harian.

Kepemilikan, yakni menyamakan tujuan karyawan dengan tujuan dan pendekatan tim dan
organisasi.

Pengembangan dan Pertumbuhan

Pengembangan dan pertumbuhan berarti sejauh mana organisasi menghargai usaha karyawannya
dan menyediakan pembelajaran yang sesuai serta kesempatan untuk berkembang, termasuk di
antaranya adalah

Umpan balik dan penghargaan, yakni memampukan pegawai untuk menerima umpan balik dari
performansi kerja mereka.

Pembelajaran dan pengembangan, yakni memampukan pegawai untuk belajar dan berkembang
sesuai dengan peran mereka masing-masing.

Antusiasme

Antusiasme meliputi elemen emosional karyawan ketika berada di tempat kerja, seperti motivasi
dan komitmen mereka, termasuk antusiasme individu dan kerja tim.
Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, psikolog dan sarjana psikologi yang bekerja di
ranah ini dapat mempromosikan kesejahteraan psikologis di tempat kerja dan membuat sistem
deteksi dini kesehatan jiwa di lingkungan kerja agar orang-orang yang memerlukan pertolongan
dapat ditangani sejak dini. Contoh program yang telah teruji dan diterapkan dirintis oleh
pemerintah Australia, yaitu Beyondblue Workplace National Program yang merupakan program
edukasi yang dikembangkan untuk membantu perusahaan/organisasi mengatur gangguan-
gangguan kesehatan mental yang sering muncul, seperti depresi dan kecemasan. Sasaran dari
program ini, yaitu para karyawan, manajer, HRD, dan eksekutif. Contoh program lainnya, yaitu
the SANE Mindful Employer Program, sebuah program yang dikembangkan oleh SANE
Australia. Program ini bertujuan untuk memberikan keterampilan-keterampilan dan
meningkatkan kepercayaan diri para karyawan untuk merespon secara efektif tanda-tanda
gangguan mental di tempat kerja.

Promosi kesejahteraan psikologis (well-being) individu juga dapat dilakukan oleh pihak
manajemen organisasi/perusahaan dengan menyusun kebijakan yang ramah terhadap keluarga,
atau yang dikenal dengan istilah “kebijakan ramah keluarga” (family friendly policy). Family-
Friendly Policy atau kebijakan ramah keluarga didefinisikan sebagai kebijakan yang membantu
menyeimbangkan dan menguntungkan baik pekerjaan maupun kehidupan keluarga yang
biasanya menyediakan tiga jenis sumber daya penting yang dibutuhkan oleh orang tua dan
pengasuh anak kecil: waktu, keuangan, dan layanan (UNICEF, 2019). Misalnya, kebijakan cuti
melahirkan bagi pekerja wanita selama 1-3 bulan. Contoh kebijakan lainnya adalah cuti bagi
pekerja lelaki yang istrinya baru saja melahirkan.

Fondasi yang menjadi dasar psikoanalisis klasik adalah:

a) Konsep seksualitas kekanak-kanakan;

b) Kompleks oedipus;

c) Teori insting atau dorongan;

d) Prinsip kesenangan dan prinsip realitas;

e) Tiga struktur jiwa menjadi id, ego, dan superego; dan

f) Pentingnya pusat kecemasan dan mekanisme pertahanan dalam reaksi neurotik.

Teknik aplikasi psikoanalis


a. Asosiasi bebas

Ini merupakan teknik utama dalam psikoanalisis. Asosiasi bebas adalah

metode pemanggilan kembali pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-

emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu. Pelepasan ini dikenal dengan
katarsis. Klien diminta untuk berbaring dan mengungkapkan apa saja yang
terlintas dalam pikiran atau perasaan meskipun sesuatu yang menyakitkan,

remeh, tolol, tidak logis dan mungkin terdengar tidak relevan. Secara singkat klien melaporkan
apa saja tanpa ada yang disembunyikan.

b. Analisis mimpi

Analisis mimpi didasarkan kepada asumsi bahwa pada saat tidur, ego menjadi lemah untuk
mengontrol dorongan-dorongan id ataupun hal-hal yang disadari, dorongan-dorongan tersebut
akan mendesak ego untuk memuaskannya. Proses pemuasan dilambangkan dalam bentuk mimpi.
Untuk menganalisis akar masalah

pasien, seorang psikoanalis harus dapat mengungkapkannya dengan cara

menganalisis mimpi. Dalam hal ini pasien diminta untuk menceritakan isi mimpinya

kemudian dianalisis.

c. Interpretasi

Setelah masalah diketahui, kemudian diinterpretasi dan pskonalis akan

mendorong pasien untuk mengakui ketidaksadarannya, baik yang terkait

dengan pikiran, kegiatan atau keinginan-keinginannya. Interpretasi menjadi


cara untuk memfasilitasi pasien dalam memahami ketidaksadarannya

sehingga muncul insight.

d. Resistensi

Terkait dengan interpretasi, tujuan yang diharapkan adalah klien mencapai

insight (kesadaran), tetapi hal ini tidaklah mudah, karena mungkin akan muncul

resistensi (penolakan). Hal ini disebabkan oleh ketidaksadaran dan perasaan

terancam. Bentuk resistensi ini antara lain adalah tidak menepati janji,

menolak interpretasi dan banyak menghabiskan waktu dengan berdiskusi.


e. Transferensi

Terjadi ketika pasien merespon psikoanalis sebagai figur pada waktu kecil (orang tua). Respon
ini dapat berupa respon positif maupun respon negatif, tergantung kepada suasana emosi yang
dialaminya. Transferensi memberikan petunjuk tentang hakikat masalah pasien, sehingga
memudahkan psikoanalis
untuk menginterprestasinya. Transferensi ini dapat dimunculkan dalam bentuk pujian, celaan
ataupun kemarahan. Pasien mungkin akan menyerang analis yang dianggap tidak bermanfaat
baginya, ataupun sebaliknya akan memuji analis. Untuk itu seorang psikoanalis harus meneliti
reaksi-reaksi tersebut agar memperoleh pemahaman lebih mendalam terhadap masalah pasiennya

Anda mungkin juga menyukai