KLINIS
LIDYA CATRUNADA, M.PSI.PSI
GROUND RULES:
1. Aktif dalam
pembelajaran (video
on)
2. Saling menghargai satu
sama lain (mekanisme
mute & unmute)
3. Disiplin dalam hal
kehadiran maupun
pengumpulan tugas
Gambaran Umum Perkuliahan
Mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai pendekatan dalam
psikologi klinis dan penerapannya, memahami prinsip-prinsip
asesmen klinis, memahami berbagai pendekatan dalam intervensi
klinis, memahami prinsip-prinsip psikologi komunitas. psikologi
kesehatan, dan psikologi forensik, serta memahami isu-isu
professional dan etika dalam penelitian ataupun praktek psikolog
klinis.
BUKU REFERENSI
Freeman, A., Felgoise S, H., & Davis, D.D. (2008). Clinical psychology : Integrating science and
practice. New jersey : John Wiley & Sons, Inc. Pomerantz, A. M. (2013).
Clinical psychology : science, practice, and culture (3th edition). SAGE Publications, Inc. Sundberg, N.
D., Wineberger, A.A., & Taplin, J.R. (2002).
Clinical psychology : Evolving theory, practice, and research (4th edition). New Jersey : Prentice hall.
*Trull, T. J. (2005).
Clinical psychology (8th edition). Belmont CA : Thomson Wadsworth. Young, Kimberly, S., & De
Abreu, Cristiano, N. (2011).
Internet Addiction-A Handbook and Guide To Evaluation and Treatmen. New Jersey: John Wiley and
Sons, Inc.
Pekan ke - 1
Dasar-dasar psikologi lklinis
A. Pengantar :Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan psikologi
klinis secara umum
B. Sejarah :Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan sejarah dan
perkembangan ilmu psikologi klinis
C. Isu-isu dalam psikologi klinis :Mahasiswa dapat memahami dan
menjelaskan isu-isu aktual dalam psikologi klinis
PSIKOLOGI KLINIS SECARA UMUM
Psikologi klinis adalah applied psychologist, psikologi terapan sama seerti psikolog sekolah, psikolog industry dan
organisasi, dan lain-lain. Psikologi klinis adalah aplikasi pada berbagai masalah dan kemungkinan hidup manusia
Clinical diambil dari Bahasa Yunani yang artinya klinike, yang berarti praktis medis d tempat tidur untuk orang sakit
(sickbed). Jadi wajar bila orang menganggapnya sebagai perawatan terhadap orang-orang yang sakit secara fisik atau
mental.
Beberapa kamus menyebutkan psikologi klinis adalah “bidang psikologi yang berhubungan dengan perilaku yang
menyimpang, maladaptive, atau abnormal. (Rober, 1995).
Meskipun memang benar bahwa pemahaman tentang penyimpangan manusia merupakan bagian penting bidang ini,
psikologi klinis telah menjangkau area yang lebih luas daripada sekedar perilaku abnormal atau sakit mental yang
bersifat individual.
Definisi psikologi klinis dari APA
Bidang psikologi klinis mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teori, dan praktik
untuk memahami, memprediksi, dan mengurangi maladjustment, disabilitas, dan
ketidaknyamanan dan memperbaiki adaptasi, penyesuaian, dan perkembangan
pribadi manusia. Psikologi klinis difokuskan pada aspek-aspek intelektual,
emosional, biologis, psikologis, social, dan perilaku dari fungsi manusia seumur
hidupnya, diberbagai macam budaya dan di semua tingkat social ekonomi.
(American, Psychological Association/APA, 1992)
Pemain kunci dalam drama psikologi klinis terdiri dari 2 orang, klien dan psikolognya, tetapi juga
selalu ada situasi dan orang-orang lain di seputar mereka.
Kantor praktik swasta yang dilaksanakan secara individual atau kelompok, rumah sakit jiwa dan
umum klinik, penjara, pengadilan, badan pemerintahan, sekolah, universitas, militer, dunia industri
3 Aspek psikologi klinis:
Klien psikolog termasuk orang-orang dari segala umur dan latar belakang, mereka yang datang
dengan atau diluar kemauannya sendiri, mereka yang kaya, miskin, atau biasa-biasa saja.
Kisarannya mulai dari orang-orang dengan sedikit maslaah yang ingin mengembangkan diri
secara psikologis dan mereka yang mengalami depresi atau konflik transisional samapi orang
yang sama sekali tidak dapat berfungsi di masyarakat karena mengalami sakit atau retardasi
mental berat. Klien mereka bisa perorangan, pasangan, keluarga kelompok, dan organisasi.
3 Aspek psikologi klinis:
Aktivitas utamanya termasuk asesmen psikologis dengan tes, wawancara, psikoterapi, konseling,
terapi perkawinan dan keluarga, merancang program penanganan atau pencegahan, melakukan
penelitian atau mengembangkan berbagai tes atau prosedur baru, dan mengadministrasikan atau
mengevaluasi berbagai program atau prganisasi kesehatan mental.
HISTORY PSIKOLOGI KLINIS
Terimakasih
PSIKOLOGI
KLINIS
LIDYA CATRUNADA, M.PSI.PSI
Psikologi Klinis: Definisi APA
1905 Jung : metode asosiasi kata 1937 L.K. Frank : istilah “teknik Proyektif”
1938 Bender – Gestalt Test
1913 Kraepelin : diagnosis psikiatrik
1939 Wechsler-Bellevue Intelligence Scale
1914: Terman → versi Amerika
1943 MMPI
skala Binet 1949 Halstead : baterei tes neuropsikologi
KRONOLOGI ASESMEN & DIAGNOSIS
1952: publikasi DSM IV 2000: DSM IV-TR
1968: DSM II
1890 William James publikasi :Principles of 1943 Hathaway & McKinley publikasi data
Psychology MMPI
1905 Binet & Simon : validitas tes yang 1952 Eysenck : kritik thd Psikoterapi
dibuatnya
1954 Rotter : Social Learning Theory
1916 Terman : penelitian skala Binet
KRONOLOGI PENELITIAN
1954 : Roger & Dymond : laporan riset 1990-an: minat dalam behavior genetics
proses konseling meningkat
Competence:
◦ Harus merepresentasikan pendidikannya. Jangan mengaku Ph.D kalau
hanya master.
◦ Kalau meragukan sesuatu yang spesifik → cari supervisi dari klinikus lain
yang lebih berwenang
◦ Sensitif untuk isu gender, latar belakang etnik, agama, disabilitas, status
sosial ekonomi.
◦ Menyadari masalah pribadi atau titik sensitif yang dapat mengganggu
performa
Isu: Key area …
▪Privacy and Confidentiality:
Menghargai dan melindungi konfidensialitas informasi
Apakah semua informasi bersifat konfidensial? Kapan boleh
dilanggar?
Komplikasi konfidensialitas sangat banyak. Bagaimana dengan
klien anak? HIV?
Umumnya ada kesepakatan untuk broken confidentiality pada
suspected child abuse, potensi untuk bunuh diri atau
membunuh, dan situasi lain yang mengancam hidup.
Isu: key area ….
▪Human relations:
Dual relationship? Sexual relation, employing a client, selling a
product, becoming friends
Yang paling parah: sexual harrassment dan sexual intimacies
Menurut penelitian dilemma etis yang paling sering dihadapi adl:
Breaching confidentiality because of actual or potential risks to third parties(suspected
child abuse)
Blurred, dual, conflicting relationships (maintaining therapeutic boundaries, personal vs
professional)
Involving payment, settings
Isu: prescription privilege
▪Boleh menulis resep?
Pro:
Memungkinkan psikolog klinis untuk memberi treatment yang lebih
bervariasi dengan jenis klien yang lebih beragam
Potential increase in efficiency and cost-effectiveness
Competitive advantage in the health care market
Con:
“deemphasize” psychological forms of treatment
Merusak hubungan dengan psikiater dan dokter umum
Metode Penelitian Dalam
Psikologi Klinis
Research Methods
1. Observation
2. Case Studies
3. Epidemiological research
4. Correlational research
5. Cross-sectional >< longitudinal approaches
6. The experimental method
7. Single-case designs
8. Mixed designs
Observation
Unsystematic observation : casual observation, & developing hypotheses that can
be tested
Naturalistic observation :
(+) carried out in real-life settings, more systematic, carefully planned, no real
control by observer
(-) Limited to a relatively few individuals/situations
Controlled observation : same as naturalistic observation, except the investigator
exerts a degree of control over the events being observed
Case studies
Intensive study of a client or patient who is in treatment
Information from : interviews, test responses, & treatment
Such material might also include biographical & autobiographical
data, letters, diaries, life-course information, medical histories, etc.
Epidemiological research
Is a study of the incidence, prevalence, & distribution of illness
or disease in a give population
Incidence : the rate of new cases of the illness/disorder is on
increase (ex. AIDS cases increasing this year compared with last
year)
Prevalence : percentage of the target population is affected by
the illness/disorders
Ex : “smoking and health”, “relationship between schizophrenia
and either socioeconomic class & factor
Correlational Methods
The technique : Correlating 2 variables. Commonly using The
pearson product-moment correlation coefficient to determine
the degree of relationship between 2 variables
The questions of causality : no matter how logical it may
appear, we cannot, on the basis of correlation alone, assert that
one variable has caused another. Correlational >< experiment
Factor analysis : examining the interrelationship among a
number of variables at the same time
Cross sectional & longitudinal
Birth date Age
1980 65 70 75 80 85
1895 60 65 70 75 80
1900 55 60 65 70 75
1905 50 55 60 65 70
1910 45 50 55 60 65
1915 40 45 50 55 60
1920 35 40 45 50 55
1925 30 35 40 45 50
A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan satu baseline dan satu treatment, dan
tidak mempertimbangkan variabel-variabel ekstra yang mempengaruhi perubahan
perilaku.
A-B-A-B : Merupakan sebuah eksperimen dengan dua (atau lebih) baseline dan dua
(atau lebih) treatment, untuk perilaku yang sama, pada satu subyek.
Multiple-baseline-across-behaviors : Fase baseline dan treatment diberikan pada dua
atau lebih perilaku yang berbeda, pada subyek yang sama.
Multiple-baseline-across-subject : Fase baseline dan treatment diberikan pada
perilaku target yang sama, dengan dua atau lebih subyek yang berbeda.
Multiple-baseline-across-settings : Fase baseline dan treatment diberikan pada dua
atau lebih seting, dengan perilaku dan subyek yang sama.
Mixed designs
Experimental + correlational design
Research & ethics
Informed consent
Confidentiality
Deception
Diagnosis & klasifikasi
masalah psikologis
What is abnormal behavior?
10 different people have 10 different definition of ‘abnormal
behavior’. Why?
1.No single descriptive feature is shared by all forms of abnormal
behavior, & no one criterion of “abnormality” is sufficient
2.No discrete boundary exists between normal & abnormal behavior
3.Abnormal behavior : bizarre behavior, dangerous behavior, shameful
behavior
Conformity to norms (1)
Statistical infrequency or violation of social norms
When a person’s behavior tends to conform to prevailing social norms or
when this particular behavior is frequently observed in other people, the
individual is not likely to come to the attention of mental health
professionals
When a person behavior becomes patently deviant, outrageous, or
otherwise nonconforming, then he/she is more likely to be categorized as
“abnormal”
Conformity to norms (2)
1. Advantages :
Cutoff points : the statistical infrequency approach is appealing
because it establishes cutoff points that are quantitative in
nature
Intuitive appeal : those behaviors we ourselves consider
abnormal would be evaluated similarly by others
Conformity to norms (3)
2 Problems with this definition:
Choice of cutoff points
The number of deviations
Cultural relativity
Subjective distress (1)
The perceptions of observer >< the perceptions of the affected
individual
The basic data of behavior that are not observable : subjective
feelings & sense of well-being
Subjective distress (2)
1. Advantages :
Every person can assess whether they are experiencing emotional
or behavioral problems and can share this information when
asked to do so ( ex. Self-report inventories)
2. Problems :
The judgment depends on one’s criteria or values
Disability or Dysfunction
First step : create some degree of social (interpersonal) or
occupational problems for the individual.
Advantages : individuals come to realize the extent of their emotional
problems, when these problems affect their family & social
relationship, their performance at work/school
Problems : Who should establish the standards for social or
occupational dysfunction? The patient? The therapist? Friends? Or the
employer?
Mental Illness
Like abnormal behavior, the term ‘mental illness’ or ‘mental disorder’
is difficult to define
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR)
Mental disorder
Is conceptualized as a clinically significant behavioral or psychological syndrome
or pattern that occurs in an individual and that is associated with present
distress or disability or with significantly increased risk of suffering, death, pain,
disability, or an important loss of freedom. In addition, this syndrome or pattern
must not be merely an expectable and culturally sanctioned response to a
particular event...............whatever its original cause, it must currently be
considered a manifestation of a behavioral, psychological, or biological
dysfunction in the individual. Neither deviant behavior (e.g. religious, political, or
sexual) nor conflicts that are primarily between the individual and society are
mental disorders, unless the deviance or conflict is a symptom of the
dysfunction in the individual as described above
The Importance of diagnosis
Why? Categorization is essential to our survival because it allows us
to make important distinctions
Function :
1.Information/communication
2.Empirical research in psychopathology
3.Research into etiology (causes)
4.May suggest which mode of treatment is most likely to be
effective
Classification systems (1)
DSM-I (1952), DSM-II (1968), DSM-III (1980), DSM-III-R
(1987), DSM-IV (1994), DSM-IV-TR (2000) :
Axis I : indicate the presence of any clinical disorders, or other
relevant conditions, with the exception of the personality disorders
& mental retardation.
Axis II : personality disorders and mental retardation
Classification Systems (2)
Axis III : is used to highlight any current medical condition that may
be relevant to the conceptualization or treatment of an individual on
Axis I or II
Axis IV : Diagnosis, treatment, & prognosis of psychosocial and
environmental problem
Axis V : a quantitative estimate (1 to 100) of an individual’s overall
level of functioning.
General issues in classification
Categories vs dimensions
Bases of categorization
Pragmatics of classification
Description
Reliability
Validity
Bias
Coverage
Causes of abnormal behavior & mental illness
Model Explanation Example of abnormal behv
Biological Processes in central nervous system have gone Schizophrenia is caused by an
awry excess of dopaminergic activity
Psychodinamic Intrapsychic conflict Specific phobia is due to
displacement of an intraphysic
conflict onto an external object
that can be avoided
Learning Learned the same way normal behavior is Specific phobia is learned
learned
Cognitive Due to maladaptive cognitions Depression results from negative
views
Humanistic Relative neglect of one’s own self-view and Generalized anxiety disorder
overreliance on the appraisals of others when reflects this overreliance and
the two are incongruous incongruity
Clinical Assessment (I) :
The Assessment Interview
DOSEN: LIDYA CATRUNADA, M,PSI., PSI.
Clinical assessment
The assessment interview is at once the most basic and the most serviceable
technique used by clinical psychologist
Characteristics :
1. Patients realize that the clinician is trying to understand their problems in
order to help them
2. Patients accepts the clinician’s ultimate goal of helping.
3. Patients recognize that the clinician is not seeking a personal satisfaction in
the interview
Communication
1. Beginning a session
2. Language
3. The use of question
4. Silence
5. Listening
6. Gratification of self
7. Impact of the clinician
8. The clinician's values and background
Five type of interview questions
Multiphasic posisi yang sangat baik, mungkin saja itu suatu kebohongan
K Scale (Defensifness) : ada 15 pernyataan yang
mengindikasikan bahwa subjek tersebut sedang menutupi
Personality permasalahannya
FB Scale (Back-page Infrequency) : 40 pernyataan terakhir
dalam Tes MMPI
Rorschach • Pada tes ini klien diminta untuk melihat kartu tersebut dan
memberitahu apa saja yang diihatnya dalam kartu tersebut.
• Tiap kartu yang ditunjukan tester selalu bertanya “Apa yang
Anda lihat?”
• Untuk mengurangi kebingungan pasien, maka perlu
ditekankan jika tidak ada jawaban yang benar atau salah
dalam tes ini
• Tester memberikan waktu kepada pasien untuk
memberikan respon pada tiap kartu
• Ada tester yang mencatat semua respon yang keluar dari
pasein dan mencatat berapa waktu yang diperlukan pasien
untuk menghasilkan semua respon itu
•
• Skoring :
Rorschach Skoring pada tes ini dilakukan dalam 3 isi, yaitu
• Location: mengacu pada area mana pasien menunjukan respon
tersebut (seluruh bagian tinta, bagian yang besar saja, bagian
yang kecil-kecil atau bagian yang berwarna putih
• Content : mengacu pada sifat responnya ( binatang, manusia,
pakaian, benda atau hal lain)
• Determinant: mengacu pada aspek yang ditunjukan kartu, yang
dikeluarkan pasien sebagi responnya (warnanya, teksturnya,
bayangan dll)
• Pada tes ini skoring dilakukan dengan cara
Rorschach menghitung jumlah respon, menghitung waktu
yang diperlukan pasien untuk memberikan respon
tersebut dan juga kesesuaian gambar dengan
respon yang diberikan pasien
• Reliabilitas dan validitas
Rorschach Reliabilitas
• Tes Rorschach mengungkap hal-hal yang kualitatif, dengan
begitu sulit bagi para pakar untuk menilai reliabilitas dari tes ini,
karena respon yang muncul bisa saja berbeda dari waktu ke
waktu
Validitas
• Pada beberapa tes yang dilakukan perhitungan angka validitas
tes ini memang sangat rendah ika dibandingkan tes objektif
seperti MMPI,
• Contohnya Parket et al melaporkan bahwa nilai validitas tes Ro
adalah sebesar 0,29
Gambar Rorschach
Gambar Rorschach
Gambar Rorschach
Gambar Rorschach
Gambar Rorschach
• Dikembangkan oleh Morgan dan Murray tahun 1935
TAT • Mengungkap karakteristik dari kepribadian
seseorang
(Thematic dari TAT, karena begitu banyak variasi respon yang mungkin
muncul
Apperception Validitas
• Dalam melihat nilai validitas dari TAT, kita tidak terlepas dari
interpretasi respon, evaluasi pasien dari terapisnya dan teknik
Test) penyamaan dari berbagai reiew. Dan itu pun hasilnya sangat
sulit untuk didapatkan, sama dengan Ro test hasilnya lebih kecil
daripada tes objektif
Gambar kartu TAT
Gambar kartu TAT
Gambar kartu TAT
Gambar kartu TAT
Gambar Kartu CAT
• Sangat mungkin sekali terjadi diskriminasi dalam
Tes tes proyektif. Tidak semua lingkungan sosial sama,
suatu alat tes proyektif mungkin bisa diterima
3. Split-half reliability
→ Tes dibagi menjadi dua (biasanya nomor item yg ganjil & genap), dan skor partisipan pada dua bagian tsb
dibandingkan.
4. Internal consistency reliability
→ Apakah item2 dlm tes dapat mengukur hal yg sama?
→ Apakah item2 tsb berkorelasi tinggi satu sama lain?
→ Pengukuran reliabilitas ini meliputi penghitungan rata2 pada
semua korelasi split-half utk tes yg diberikan (alpha Cronbach)
5. Interrater or interjudge reliability
→ Goal: menunjukkan bahwa observer yg independen
dapat menyetujui rating atau penilaian beberapa
aspek perilaku sso
3. Concurrent validity
→ Meliputi hubungan skor tes saat ini dengan skor kriteria yg didapat bersamaan (tidak ada tenggang waktu
untuk mendapatkan skor kriteria)
4. Construct Validity
→ meliputi hubungan skor tes Ketika dikaitkan dengan pengukuran atau perilaku lain secara logika dan
teoritis.
INTELIGENSI
DEFINISI
Tidak ada definisi yg diterima secara universal, karena berbeda-beda pada setiap
tokoh.
- L. L. Thurstone (1938)
→ Teori: 7 faktor kelompok (Thurstone’s Primary Mental Ability):
number, word fluency, verbal meaning, perceptual speed, space, reasoning,
dan memory
Teori Cattell
- Tokoh: R. B. Cattell (1987)
- Teori: menekankan sentralitas factor g, juga memberikan daftar
tentatif dari 17 konsep kemampuan primer.
- Membagi faktor g Spearman ke dlm 2 komponen, yaitu fluid ability
(secara genetik seseorang memiliki kapasitas intelektual), crystallized
ability (kapasitas, diketahui dgn tes inteligensi terstandar, yg dilengkapi
dgn p’belajaran culture-based)
Klasifikasi Guilford
- Dua orang yang secara keseluruhan memiliki skor IQ yg sama, dapat berbeda pada
kemampuan spesifiknya
INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ)
Merupakan angka normatif dari hasil tes intelegensi yang dinyatakan dalam
bentuk rasio (quotient)
Rasio IQ
- Binet b’pendapat bhw mental age (MA) sbg indeks dari performa mental
- Stern (1938), mengembangkan konsep intelligence quotient (IQ) antara chronological
age (CA) dan MA utk menunjukkan deviansi
- Rumus: IQ = MA/CA x 100
- IQ tidak dapat ditambah atau dikurangi
Deviasi IQ
- Rasio IQ scr signifikan terbatas dalam pengaplikasiannya pada kelompok usia yg
lebih tua. Alasan: kekonsistenan skor MA disertai dgn peningkatan skor CA yg akan
m’hasilkan IQ rendah → IQ terlihat semakin menurun walaupun kenyataannya
kemampuan intelektual seseorang terus dipertahankan
- Solusi: Wechsler mengenalkan konsep deviasi IQ. Asumsi dibuat bhw inteligensi
secara normal didistribusikan pada seluruh populasi. Deviasi IQ selanjutnya meliputi
perbandingan antara performa individu dlm tes IQ dgn umur sebayanya.
- Skor IQ 100 mengindikasikan kemampuan inteligensi pada tingkat rata-rata dalam
kelompok usianya
Korelasi IQ
- Kesuksesan sekolah* Skor IQ dpt m’prediksi kesuksesan sekolah
* Umumnya, skor IQ berhubungan dgn kesuksesan sekolah & tes prestasi
yg mengukur hasil belajar
* Korelasi antara skor IQ & nilainya: 50% → Kesuksesan sekolah juga
dipengaruhi oleh motivasi, ekspekstasi guru, latar belakang budaya, perilaku
orang tua, dsb
* So, jika sekolahnya gagal, penyebabnya?
- Status & Kesuksesan Pekerjaan Skor inteligensi menjadi prediktor yg bagus bagi
performa kerja
- Perbedaan kelompok
* Laki2 & perempuan → Perbedaan scr signifikan t’lihat pada kemampuan
spesifiknya, & bukan pada skor IQ secara keseluruhan → Laki2 cenderung lebih tinggi
skornya pada kemampuan spasial & setelah pubertas, pada kemamuan kuantitatifnya
→ Perempuan cenderung lebih tinggi skornya pada kemampuan verbal
* Ras/ Etnis → Amerika Hispanik & Amerika-Afrika cenderung lebih rendah skor
IQnya dibanding Amerika-Eropa→ Apa yg menyebabkan perbedaan tersebut?
Hereditas & Stabilitas Skor IQ
* Hereditas IQ. IQ berkorelasi dgn faktor genetik sebesar 51% - 81% → sisanya adalah
faktor lingkungan
* Stabilitas skor IQ
- Uji reliabilitas dgn mengunakan test-retest correlation, dapat menunjukkan kestabilan
skor sepanjang waktu
- Skor IQ cenderung kurang stabil utk anak kecil, dan lebih stabil utk orang dewasa.
- Krn itu, klinisi seringkali dalam laporan tes menggambarkan ‘present level of intellectual
functioning’
- Berbagai faktor (mis., motivasi & perubahan emosi) dpt mempengaruhi skor individu.
ASESMEN KLINIS PADA INTELIGENSI
Skala Stanford-Binet
Revisi Binet:
Binet (1905) – Terman (1916) – Stanford-Binet (1937) – Standford-Binet (1960) –
revisi norma (1972) – Standford-Binet 4th Ed.(SB-4) (1986)
Deskripsi:
Stanford Binet ditandakan dengan skala usia. Ada 20 level usia, mulai dari
Tahun II hingga Superior Adult level III. Masing-masing level memiliki enam
item. Tiap item dikonversikan dalam 1 atau 2 bulan kredit usia mental.
Item-item dikelompokkan berdasarkan usia
Versi 1986 berdasarkan model hirarki inteligensi.
SB-4 terdiri dari empat kelas general, dimana masing-masing kelas tediri dari beberapa subtes:
1. Verbal reasoning:
Vocabulary, comprehension, absurdities, verbal relations
2. Quantitative reasoning:
Quantitative, number series, equation building
3. Abstract/ visual reasoning:
Pattern analysis, copying, matrices, paper folding & cutting
4. Short-term memory:
Bead memory, memory for sentences, memory for digits, memory for objects
Skala Wechsler
David Wechsler mengembangkan Wechsler-Bellevue Intelligence Scale di th.1939 → respon thd skala
Standford-Binet awal yg kurang menguntungkan
Didesain utk dewasa
Item2 dikelompokkan berdasarkan subtes
T’diri dari skala performance & skala verbal
→ ada IQ masing2 skala tsb & ada IQ total
Menggunakan konsep deviasi IQ
→ Membandingkan individu dgn indvd yg seusianya → IQ 100 sbg rata2 utk tiap kelompok usia
* WAIS-III
2
PENGERTIAN
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang
yang melakukannya
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
- fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik
frekuensi, durasi dan intensitasnya
- ruang, suatu perilaku mempunyai dampak
kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana
perilaku itu terjadi
- waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan
masa lampau maupun masa yang akan datang
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada
hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan
perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang
menyebabkan perilaku tersebut
Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt
- overt artinya nampak (dapat diamati dan
dicatat)
- covert artinya tersembunyi (hanya dapat
diamati oleh orang yang melakukannya)
BEHAVIOR TRADISIONAL
1. Sample Vs Sign
Sample : jika dalam suatu pengukuran subjek memberikan respon perilaku
agresif, hal itu dapat diasumsikan bahwa jika subjek dihadapkan pada
situasi yang lain dia akan mengeluarkan respon yang sama
Sign : perilaku agresif yang muncul pada diri subjek merupakan
karakteristik dari subjek
BEHAVIORAL TRADITION
2. FUNCTIONAL ANALYSIS
Mengacu pada penelitian dilakukan B.F Skinner
Penyebab dari suatu perubahan perilaku dapat diukur dari cara dari subjek
merespon berbagai stimulus yang berhubungan dengan perubahan perilaku.
Perilaku dapat dipelajari dan menjadi adaptif karena akibat dari pembelajaran.
Begitu juga dengan perubahan perilaku tidak baik, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi stimulus dan menentukan penguatan apa yang cocok untuk itu
PENGUKURAN PERILAKU TRADISIONAL
Model pengukuran functional analysis :
S = Stimulus yang ada dalam perilaku bermasalah
O = variabel dari organisme yang berhubungan dengan perilaku bermasalah (Organistic Variable)
R = respon dari perilaku bermasalah
C = akibat dari perilaku bermasalah (Consequences)
Contoh :
Anak yang berperilaku agresif di kelas (Organismic variable),
akan mengganggu anak yang lainnya, karena dia mencoba
untuk menimbulkan rasa puas dalam dirinya. Perilaku ini muncul
jika dia tidak mendapat perhatian dari gurunya (Stimulus). Dia
akan mulai mengambil pensil milik temannya (respon) Dan
gurunya diharapkan memberikan perhatian itu agar perilaku
ini tidak terjadi terus-menerus (Consequences)
BEHAVIORAL TRADITION
3. ONGOING PROCESS
Terapi dalam pengukuran perilaku tidak dengan mudah dievaluasi dan berubah
Terapi perilaku merupakan suatu proses yang akan ditunjukan sebelum, selama dan
sesudah terapi
Pengukuran perilaku sangat penting, karena itu akan membantu untuk menentukan
terapi apa yang tepat untuk diberikan
Perlu juga diadakan feedback setelah terapi, agar mengetahui kefektifan terapi
yang sudah dijalani.
BEHAVIORAL INTERVIEWS
Definisi: Wawancara klinis adalah
percakapan yg bertujuan (Bingham & Moore, 1924
dalam Korchin, 1976)
WAWANCARA PERILAKU
functional analysis tidak bisa dilakukan sebelum kita mengetahui apa saja perilaku
bermasalah yang ada pada subjek
Yoman (2008) mengatakan bahwa terapis harus menanyakan pada subjek apa yang
dia harapkan dari terapi perilaku yang akan dijalani
Perlu diadakan interview awal
Hasil dari interview ini akan mengiformasikan, apa terapi yang cocok untuk
mengubah perilaku subjek, apa konsekuensi yang akan timbul dari terapi perubahan
perilaku ini dan bagaimana efek jangka panjangnya, apakah akan sesuai dengan
yang diharapkan subjek?
TUJUAN WAWANCARA
Membantu klien dalam menemukan masalah
yang dihadapinya
Untuk memahami klien dengan teliti dari awal
hingga akhir dalam rangka mengurangi
penderitaannya
TUGAS DARI KLINISI
1. Mencatat atau mengingat cerita klien
2. Mengobservasi perilaku klien
3. Mengases pengaruh tindakan-tindakannya
terhadap apa yang dia lihat dan dia
dengar dari klien.
TAHAP-TAHAP INITIAL (ASSESSMENT) INTERVIEW
FASE PEMBUKA
1.Membuat suasana nyaman
2.Membangun raport
3.Mencari informasi tentang
• Cara pandang klien terhadap masalah
• Tanggung jawab klien terhadap masalah
• Bagaimana klien memahami masalahnya apakah
disebabkan karena masalah psikologis dalam dirinya
atau oleh orang lain atau situasi luar dirinya
YANG DILAKUKAN KLINISI PADA WAKTU FASE PEMBUKA
Anecdotal Records
Catatan Berkala
Check List
Rating Scale
Mechanical Devices
KECERMATAN OBSERVASI
Dari sana akan terbentuk perilaku-perilaku baru yang jika diadakan penguatan
secara baik, akan menjadi karakter dari subjek
Banyak terapis klinis yang menggunakan metode ini, karena lebih efektif, efisien dan
hasilnya baik
Pengertian Role Playing
Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa Model role playing
(bermain peran) adalah “Model pembelajaran dengan cara
memberikan peran-peran tertentu kepada peserta
didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam
sebuah pentas”.
Tujuan Role Playing
1. Konflik Interpersonal
2. Konflik antarkelompok
3. Dilema individu
4. Masalah historis
INVENTORY & CHECKLIST
▪Klinisi perilaku banyak menggunakan alat ukur (inventory & checklist) utk
m’identifikasi perilaku, respon emosional, dan persepsi terhadap
lingkungannya.
COGNITIVE-BEHAVIORAL
ASSESMENT
▪Kelemahan
1. Pengukuran dengan melihat perilaku dinilai tidak praktis
2. Untuk observasi secara alami membutuhkan banyak waktu
dan mahal
Menangani Anak-anak
(Intervensi Lintas-lingkungan)
DOSEN: LIDYA CATRUNADA, M.PSI.
Pengetahuan yang adekuat tentang perilaku (normative) tipikal
merupakan salah satu dasar untuk membedakan antara perilaku yang
normal dan abnormal.
Penelitian tentang perkembangan normal menemukan ada berbagai
macam perilaku yang tipikal untuk anak-anak dengan usia yang berbeda
Pertimbangan umur sebagai variable kunci dalam psikopatologi disebut
developmental perspective (perspektif perkembangan), sebuah istilah
yang dikemukakan oleh psikolog Inggris terkemuka Michael Rutter.
Usia merupakan indeks kasar dari factor-factor penting seperti
kematangan biologis, perkembangan kognitif, dan pengalaman hidup
Pertimbangan lain yang diperlukan dalam mengembangkan definisi
tentang kenormalan dan keabnormalan pada anak-anak menurut
perspektif oleh Garber adalah:
A. umur dan sex trend (trends terkait jenis kelamin)
B. Taraf fungsi dan progresi perkembangan anak
C. Tugas perkembangan
Studi longitudinal menunjukkan bahwa sebagian masalah perkembangan
bersifat spesifik umur dan cenderung menghilang seiring perjalanan waktu
Salah satu isu kritis dalam psikopatologi untuk anak adalah penetapan
tentang apakah kesulitan anak ini harus dilihat sebagai fase yang temporer
dan tidak membahayakan atau sesuatu yang abnormal dan patologis. Ada 3
aspek dalam isu ini:
a. Bagaiman kontinuitas antara gangguan-gangguan yang onsetnya pada
masa kanak kanak dan gangguan-gangguan pada masa dewasa
b. Berapa lama sebuah pola perilaku harus tampak sebelum dapat dianggap
patologis
c. Berapa lama pola perilaku ini harus tampak sebelum perlu dilakukan intervensi
Berbagai model pelayanan untuk
menangani anak-anak
Perspektif perkembangan
Pengumpulan data berdasarkan asesmen yang komprehensif dan
berkelanjutan
Pendekatan penanganan behavioral
3 aspek primer psikologi pediatric