MENGAPA PENTING UNTUK MENGGOLONGKAN PERILAKU ABNORMAL ? Penggolongan adalah inti dari ilmu pengetahuan Klasifikasi merupakan sebuah cara para peneliti untuk mengorganisir, mendeskripsikan, serta menghubungkan dengan disiplin keilmuannya, untuk menetapkan suatu diagnosis pada klien atau pasien. Labeling: memberikan cap pada orang ke dalam suatu klasifikasi Sejarah Perkembangan Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder (DSM)
Pertama kali dipublikasikan:1952 treatment yang digunakan
Psikoanalisa Edition kedua pada tahun 1968, neurological and biological factor for etiology, drug treatment Edition ketiga pada tahun 1980, improving the organization and classification of mental disorder DSM-R III dipublikasi pada tahun 1987, updated information
DSM IV dipublikasi pada tahun 1994.
DSM IV-TR was published in 2000
DSM V was published in 2013 - masih banyak perdebatan dalam
DSM V –Di Indonesia menggunakan PPDGJ CIRI-CIRI (DSM)
Menggunakan kriteria diagnostik yang
spsifik
Pola perilaku abnormal yang mempunyai
ciri-ciri klinis sama di kelompokan menjadi satu
Sistem bersifat multiaksial
SISTEM PENGGOLONGAN MULTIAKSIAL Aksis I: berisi sindrom klinis dan kondisi-kondisi lain yang mungkin merupakan fokus perhatian klinis. Aksis II: gangguan kepribadian, termasuk ciri kepribadian yang menonjol, dan retardasi mental Aksis III: berisi kondisi medis umum
Aksis IV: berisi problem psikososial dan lingkungan
Aksis V: berisi penilaian fungsi secara global (GAF), ditulis
dalam bentuk skala angka yang berkisar antara 0-100 ISU-ISU RELIABILITAS DAN VALIDITAS DALAM ASESMEN Reliabilitas : mengacu pada konsistensi alat ukur Validitas : mengacu pada sampai derajat mana instrumen tersebut mengukur apa yang di ukur METODE-METODE ASESSMEN Wawancara Klinis 1. Data identifiaksi 2. Deskripsi permasalahan 3. Riwayat psikososial 4. Riwayat medis/psikiater 5. Problem-problem medis/pengobatan Bentuk-Bentuk Wawancara 1. Wawancara tidak terstruktur : klinisi bertanya dengan gaya sendiri dan tidak mengikuti suatu format standar 2. Wawancara semi terstruktur: klinisi mengikuti suatu panduan umum pertanyaan yang di rancang namun bebas untuk membelok ke arah lain 3. Wawancara terstruktur: mengikuti serangkaian pertanyaan yang sudah disusun dengan suatu urutan tertentu. Contoh pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka TES-TES PSIKOLOGI 1. Tes inteligensi: WBIS, WISC, Binet, IST 2. Tes kepribadian self-report: Back depression inventory (BDI), Minnetosa multiphasich personality inventory (MMPI), Millon Clinical Multiaxial Inventory (MCMI) 3. Tes proyektif : Thematic appreception test (TAT), Children appreception test (CAT), tes Rorschach CONTOH-CONTOH ALAT TES ASESMEN NEUROPSIKOLOGIS Asesmen ini mencangkup penggunaan tes-tes psikologi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau sistem saraf pada otak. BEHAVIORAL ASESSMEN Pendekatan terhadap asesmen klinis yang memfokuskan pada pencatatan objektif dan deskripsi dari perilaku bermasalah yg melibatkan waktu, setting, perasaan dll. Pemeriksaan ini mungkin mengaitkan perilaku bermasalah dengan anteseden dan konsekuensinya. Metode behavioral asesmen diantaranya : 1. Wawancara behavioral 2. Self monitoring 3. Penggunaan analog/bermain peran 4. Observasi langsung 5. Skala penilaian perilaku ASESMEN KOGNITIF Asesmen ini memfokuskan pada pengukuran pikiran- pikiran, keyakinan, dan sikap dalam rangka mengidentifikasi pola berfikir yang mengalami distorsi. PENGUKURAN FISIOLOGIS Pengukuran fungsi fisiologis mencakup denyut jantung, tekanan darah, ketegangan otot, aktivitas gelombang otak. Alat yang digunakan untuk mengungkapkan cara kerja otak dan struktur dari otak seperti EEG,CT scan, PET scen, MRI dan BAEM. TERIMAKASIH