Anda di halaman 1dari 29

1

Interpersonal Learning

(I. Yalom)
2 Menurut Yalom, Interpersonal
Learning, meliputi :
 Faktor terapeutik yang luas dan kompleks
 Faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu proses
terapeutik
 Didalamnya terkandung proses insight, transferensi dan
koreksi terhadap pengalaman emosional serta proses-proses
yang khas dalam setting group therapy.
3
Tiga Konsep Utama

Pentingnya relasi interpersonal


Koreksi terhadap pengalaman
emosional
Kelompok sebagai social
microcosm
4 (1) Pentingnya Relasi
Interpersonal

Berbagai penelitian mengenai budaya


manusia primitif dan primata
menunjukkan bahwa sejak dulu,
manusia selalu hidup dalam
kelompok yang ditandai dengan
interaksi yang kuat serta adanya
relasi timbal balik antara
anggotanya.
5  John Bowlby: attachment antara ibu & anak mulai
terjalin sejak awal perkembangan anak. Keterpisahan
dengan figur attachment pada awal perkembangan,
menyebabkan timbulnya kecemasan akan figur afeksi.

 William James: kesepian banyak terjadi dalam


kondisi kesendirian, perceraian & ditinggal suami.
 Sullivan: kepribadian merupakan hasil interaksi
individu dengan significant other. Kebutuhan untuk
menjalin relasi yang erat dengan orang lain dianggap
sebagai kebutuhan dasar yang penting, sebagaimana
kebutuhan biologis, sebagai suatu hal yang penting
untuk bertahan hidup. Akhirnya individu
mengembangkan konsep dirinya (self-dynamism)
didasari pada penilaian significant others.
6

 Sullivan menggunakan istilah parataxic distortions, yang


menggambarkan kecenderungan penyimpangan persepsi
mengenai orang lain.
Hal ini terjadi, ketika individu memandang orang lain, tidak dengan
atribut yang realistis, melainkan hanya menggunakan
generalisasi, atau bahkan menggunakan personifikasi.

Kondisi ini menyebabkan adanya distorsi/kekeliruan persepsi


terhadap hubungan interpersonal, yang kemudian
mempengaruhi interaksinya di masa yang akan datang.
Contoh : Kasus Robin
7

 Wanita bermasalah dengan pria.


 Tiga kali bercerai
 Ternyata Robin mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan
dengan figur laki-laki dalam keluarganya: ayah, kakak & suaminya.
 Kurun waktu 3-6 bulan
 Diharapkan terjadi perubahan secara bertahap dalam fungsi-fungsi
interpersonal pasien.
Terdapat beberapa aspek dalam interpersonal teori:
8

Perkembangan kepribadian
Kematangan
Psikopatologi
Psychiatric treatment
yang perlu diketahui terapis untuk dapat
memahami setiap pasien secara personal,
sehingga terapis dapat memfasilitasi
terjadinya interaksi yang mendalam dalam
kelompok.
9

Sejalan dengan Sullivan, bahwa


keseluruhan proses & pencapaian
tujuan terapi harus disertai
dengan kedalaman interaksi
dalam group therapy.
10 (2) Mengoreksi Pengalaman
Emosional :

 Merupakan salah satu bagian penting dalam proses group


therapy.
 Prinsip yang dilakukan: membuka kondisi internal, dengan
segala macam pengalaman & kondisi emosi yang mungkin
tidak dapat teratasi pada masa lalu.
 Melalui prosedur ini, anggota akan belajar untuk mengoreksi
emosinya & mentransformasikannya ke dalam situasi
kelompok.
11

 Salah satu hal yang dapat digunakan untuk memahami


pengalaman emosional pasien ialah dengan memahami
critical insident, yang merupakan kejadian penting yang
bermakna sepanjang rentang kehidupannya.
 Melalui hal ini dapat dipelajari berbagai event personal
setiap anggota, termasuk penghayatan emosional setiap
anggota group therapy.
12 Minimal ada 3 hal penting dalam memahami
critical insident:

A. Terapis harus mampu mengajak pasien untuk


mengekspresikan perasaan/emosi secara spontan. Untuk bisa
melakukannya terapis harus memperhatikan:
1. Biarkan pasien mengekspresikan segala bentuk emosi
negatif yang dirasakan.
2. Terapis harus memahami bahwa ekspresi yang muncul
merupakan hal unik, yang menjadi bagian tersendiri dalam
pengalaman hidup pasien.
3. Terapis tidak perlu terburu-buru untuk menuntut pasien
melakukan reality testing secara baik.
4. Pasien dimungkinkan untuk berinteraksi secara lebih bebas
& mendalam.
13

B. Selain mengajak pasien untuk


mengekspresikan emosinya secara
bebas, terapis juga harus mampu
membuat pasien belajar
mengekspresikan emosinya secara lebih
positif.
C. Pasien diminta untuk me-recall
berbagai kejadian penting pada masa
lalu untuk dapat menghayati
lingkungan terapinya.
Terdapat 5 landasan pentingnya melakukan koreksi
terhadap
14 pengalaman emosional pasien:

 Reaksi emosi yang kuat biasanya dirasakan sebagai suatu hal yang
mengandung resiko bila ditampilkan secara individu.
 Sebaliknya dalam kelompok, resiko ini dapat diminimalisir karena
kelompok dapat memberikan fungsi suportif.
 Kelompok membantu pasien untuk melakukan reality testing yang
lebih baik karena kelompok memberikan feedback melalui konsensus.
 Kelompok juga dapat berfungsi untuk meluruskan persepsi individu
yang salah/keliru mengenai lingkungannya.
 Kelompok akan memfasilitasi kemampuan anggota untuk bisa
berinteraksi lebih mendalam & lebih jujur.
15

Perlu diperhatikan :

Terapi kelompok
mengandung fungsi
sebagai faktor korektif.
16
Fokus group therapy dalam
tingkah laku here-and-now,
menjadi kekuatan tersendiri,
karena memungkinkan adanya
interaksi yang spontan & jujur
antar anggota, sehingga refleksi
pengalaman emosional setiap
individu dapat dievaluasi secara
efektif.
17 (3) Kelompok sebagai
Mikrokosmos Sosial
 Interaksi yang terjadi dalam kelompok haruslah terjadi
dengan bebas, namun disertai dengan beberapa pembatasan
struktural, yang kemudian berkembang ke dalam suatu
mikrokosmos sosial yang menjadi bagian dari anggota group
therapy.
 Setiap anggota kelompok selalu memiliki keinginan untuk
saling berinteraksi dalam suatu situasi sosial.
 Apapun sudut pandang terapis dalam menangani pasien,
pasien tetap akan menampilkan personal style-nya, termasuk
pasien yang memiliki masalah.
18 Contoh The Grande Dame

 Valerie, musisi 27 tahun, bermasalah dalam pernikahan.


 Merasa tidak dihargai, penuh pertimbangan & individual.
 Mengeluhkan suaminya yang alkoholik yang enggan
melibatkan Valerie dalam bersosialisasi atau berhubungan
seksual.
 Dalam terapi kelompok, para anggota mengidentifikasi
masalah Valerie.
 Perselisihan yang terjadi, gangguan yang dimiliki suami
termasuk konflik yang dialaminya.
19

 Anggota memberikan saran mengenai perilaku baru yang


dimungkinkan dilakukan Valerie, seperti untuk melakukan
perpisahan, tapi ia memiliki perhitungan mengenai
pernikahannya, sehingga saran tersebut sia-sia.
 Beberapa perilaku Valerie muncul seperti terlambat, selalu
tampil beda, selalu memulai untuk berbicara, tidak memberi
kesempatan orang untuk berbicara.
 Ternyata perilaku yang muncul diduga Valerie memiliki
kecenderungan sebagai narcisistik.
20

 Pertemuan berikutnya Valerie memperlihatkan perilaku


anxiety & rasa bersalah, yang mengharuskan ia melakukan
pertemuan tersendiri dengan terapis.
 Namun setelah itu, ia yang membuka pertemuan kelompok.
21

 Beberapa pertemuan berikutnya, ia ikut terlibat dalam


memberikan saran, tapi ketika ia memberikan saran, seolah
ingin ikut campur.
 Ia terlihat berusaha untuk mendominasi kelompok, bahkan
berusaha untuk mengendalikan terapis.
 Terapis menyarankan untuk mengirimkan Valerie pada
terapis yang lebih kompeten.
 Dalam kelompok ia mengatakan bahwa apa yang dilakukan
terapis adalah taktik yang cerdas.
 Perilaku Valerie semakin ingin mengalahkan terapis.
22

Kasus Valerie merupakan contoh nyata munculnya perilaku


patologi dalam terapi kelomopok, yaitu:
 Perilaku narcisistik
 Kebutuhan untuk mengontrol
 Relasinya yang kasar dengan laki-laki
23 Contoh kasus :
Merasa seperti Robin Hood
 Ron, 48 tahun, ditinggal istri bercerai, yang membuatnya
depresi, anxiety & merasa kesepian.
 Bermasalah dalam relasi dengan pria & wanita.
 Dalam kelompok terapi ia sama sekali tidak pernah bertanya
atau menerima saran terapis/co-terapis.
 Ia cenderung diam, mengobservasi seperti bukan bagian dari
kelompok.
 Ia cenderung menyembunyikan perasaan & masalahnya.
24

 Selanjutnya diketahui bahwa ia mengadakan pertemuan


dengan beberapa orang dalam kelompok di luar jadual,
seperti memancing, melakukan penerbangan, termasuk
memberikan saran kepada beberapa anggota.
 Bahkan ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
salah seorang anggota kelompok, Irene.
 Co-terapis juga diundang.
 Namun ia menolak untuk menceritakan aktivitasnya dalam
kelompok inti, sehingga seolah-olah ia melakukan sabotase.
25

 Diketahui Ron menyukai ceritera Robin Hood. Ia merasa


harus seperti Robin Hood yang menyelamatkan wanita dari
kejahatan.
 Dalam group therapy, pada fase interpersonal learning,
perilaku patologis harus diperhatikan.
 Perilaku Ron sangat mempengaruhi kelompok.
 Ia menganggap bahwa terapis adalah saingan, sehingga ia
menjadikan teman-teman dalam kelompoknya sebagai alat
untuk mengalahkan terapis
 Anggota kelompok sadar & menjauhi Ron.
 Setelah ia memperbaiki relasi dengan terapis, ia dapat
membina relasi kembali dengan anggota yang lain.
26 Contoh kasus :
Individu yang Tidak Mampu Merasa

 Allen, 30 tahun, ilmuwan yang tidak menikah.


 Ia ingin memiliki kemampuan menghayati perasaan seksual
karena wanita.
 Dalam beberapa sesi, ia mendengarkan ceritera anggota
kelompok, seperti pengalaman seseorang yang hampir
melakukan aborsi serta kecanduan mariyuana.
 Ia mendengarkan bahkan sampai menangis, yang juga
mempengaruhi anggota lain.
 Setelah beberapa bulan, akhirnya ia mengungkapkan
ketidakmampuan menghayati secara seksual pada wanita.
27
Interaksi Dinamis antara Anggota
& Lingkungan Kelompok
 Terdapat hubungan yang signifikan antara anggota dengan
lingkungan kelompok.
 Setiap anggota dalam group therapy berespon secara
individual dalam sosial mikrokosmosnya.
 Semakin spontan interaksi dalam kelompok, semakin
dinamis kelompok tersebut.
 Dalam proses terapi, terapis bukan hanya berperan sebagai
pengamat, namun juga harus mampu mengidentifikasi
faktor-faktor internal yang mendasari terjadinya respon dari
setiap anggota kelompok.
28

Salah satu indikator kesuksesan


dalam group therapy ialah ketika
anggota dapat secara bebas
mengekspresikan diri & secara
aktif memberikan konstribusi
dalam proses terapi.
29

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai