Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Praktek sistem ganda (PSG) merupakan program khusus yang harus dilaksanakan
oleh sekolah menengah kejuruaan SMK sesuai dengan kurikulum program ini
dilaksanakan di luar sekolah dalam bentuk praktek kerja di dunia usaha atau industri
instansi dengan mempertimbangkan struktur program kurikulum dan kesediaan usaha
atau Instalasi Farmasi untuk dapat menerima Praktek sistem ganda (PSG) ini

Praktek sistem ganda (PSG) dimaksudkan untuk mendekatkan siswa kepada


lingkungan kerja atau industri yang sekaligus diharapkan mampu sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan formal sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai kebutuhan kerja di dunia usaha atau
industri serta masuk - masukkan yang berarti bagian pengembangan mutu pendidikan
khususnya di SMK MEDIKA SAMARINDA

Salah satu Instalasi bidang kesehatan masyarakat adalah RSJD ATMA HUSADA
MAHAKAM SAMARINDA memegang peran yang sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam kesehatan ,di dalam laporan yang ini saya menjelaskan
tentang RSJD ADMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA terdapat ruang lingkup
dan permasalahan yang sangat beragam sehingga diperlukan suatu manajemen yang baik
sehingga dapat berjalan dengan baik

Organisasi merupakan salah satu sarana yang dipergunakan oleh manajemen untuk
mencapai tujuan tujuan pokok usaha perusahaan dalam pencapaian tujuan pokok tersebut
akan dilalui tahapan-tahapan yang berkaitan satu sama lain bagi dari segi urutan kerja
maupun dari segi fungsi masing-masing

1.2 Tujuan Praktek sistem ganda (PSG)

Praktek sistem ganda (PSG) bertujuan agar siswa dapat mengaplikasikan kompetensi
yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi
sebenarnya di tempat kerja

1. Disamping itu melalui pendekatan pembelajaran ini peserta Praktek sistem ganda
(PSG) diharapkan
Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang di persyaratan oleh dunia kerja.
3. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu ekonomi bisnis kewirausahaan dan
produktif.
4. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budidaya kerja untuk kepentingan
membanggakan diri.

1.3 Manfaat Praktek sistem ganda (PSG)

Kerjasama antar SMK dengan RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA


dilaksanakan dalam prinsip saling membantu saling mengisi dan saling lengkapi untuk
keuntungan bersama berdasarkan prinsip ini pelaksanaan praktek pendidikan sistem
ganda akan memberikan nilai tambah and atau manfaat bagi pihak-pihak yang
bekerjasama sebagai berikut

1. Manfaat Bagi RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

Penyelenggaraan psg memberikan keuntungan nyata bagi rumah sakit antara lain:

a) Rumah sakit dapat mengenal kualitas peserta Praktek sistem ganda (PSG)
yang belajar dan bekerja di Instalasi.
b) Umumnya peserta Praktek sistem ganda (PSG) telah ikut dalam proses
pelayanan secara aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta Praktek
sistem ganda (PSG) adalah tenaga kerja yang memberikan keuntungan
c) Rumah sakit dapat memberi tugas kepada peserta psg untuk kepentingan
pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki
d) Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan peserta Praktek sistem
ganda (PSG) lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap
peraturan rumah sakit oleh karena itu sikap peserta Praktek sistem ganda
(PSG) dapat dibentuk dengan sesuai ciri khas kerja di Rumah Sakit
e) Memberikan kepuasan bagi Rumah Sakit karena diakui ikut serta menentukan
masa depan anak bangsa melalui praktek sistem ganda Praktek sistem ganda
(PSG)
2. Manfaat bagi sekolah

Tujuan pendidikan untuk memberikan keahlian profesional bagi peserta didik


lebih terjamin pencapaian nya terhadap kesesuaian yang lebih pas antara program
pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja sesuai dengan prinsip Link and
match memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah karena
tamatnya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermanfaat baik untuk
kepentingan tamatan kepentingan dunia kerja dan kepentingan bangsa

3. Manfaat bagi praktek atau peserta psg

Hasil belajar peserta pkl akan lebih bermakna karena setelah tamat akan betul
betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf
hidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan diri secara berkelanjutan

Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa
percaya diri tamatan yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk
meningkatkan kalian profesional pada tingkat yang lebih tinggi peserta psg akan
dapat menambah wawasan yang diperoleh dari dunia kerja di rumah sakit
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut WHO (world health organization) rumah sakit adalah bagian dari
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(Preventif) kepada masyarakat rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik

Menurut undang-undang no 4 tahun 2018 tentang rumah sakit adalah institusi


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan layanan rawat inap rawat jalan dan gawat darurat

Secara singkat rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan rumah sakit dapat dipandang suatu struktur terororganisasi yang
menggabungkan berbagai profesi kesehatan dengan tugasnya masing-masing

2.2 Tugas dan fungsi instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)

Berdasarkan PERMENKES No.72 tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi


Rumah Sakit memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan formasi yang optimal


2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan formasi profesional berdasarkan prosedur
ke farmasi dan etiketprofesi
3. Melaksanakan komunikasi informasi dan edukasi
4. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi
5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
2.3 Persyaratan Rumah Sakit

Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi bangunan persyaratan sumber daya
manusia kefarmasian dan peralatan

1. Persyaratan lokasi harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan keselamatan


lingkungan dan tata ruangan serta sesuai dengan hasil kaji
2. Bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
3. Prasarana rumah sakit harus memenuhi standar pelayanan keamanan serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit
4. Sumber daya manusia yaitu rumah sakit harus memiliki tenaga tetap yang
meliputi tenaga medis dan penunjang medis tenaga keperawatan tenaga ke farmasi
and tenaga manajemen rumah sakit dan tenaga non kesehatan
5. Kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang bermutu bermanfaat aman dan terjangkau
6. Peralatan meliputi peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar
pelayanan persyaratan motor keamanan keselamatan dan layak pakai

2.4 Jenis dan klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan penggolongan


berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus

Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan pada semua
bidang dan jenis penyakit :

1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
pelayanan medis spesialistik luas serta berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan
dengan kapasitas lebih dari 1000 unit tempat tidur
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub
spesialistis terbatas rumah sakit umum kelas b dibagi menjadi kelas b pendidikan
dan non pendidikan dengan kapasitas 500 - 1000 unit tempat tidur
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesial dasar yaitu spesialis penyakit dalam
spesialis penyakit anak spesialis kebidanan dan spesialis bedah dengan kapasitas
1000 sampai 500 unit tempat tidur
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis dasar seperti pelayanan medis kedokteran gigi dan
mampu menampung pelayanan medis yang berdasarkan dari puskesmas dengan
kapasitas tempat tidur kurang dari 1000 unit

Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus memberikan layanan utama pada suatu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu golongan umur organ jenis penyakit atau
khususan lainnya.

1. Rumah Sakit Khusus Kelas A


2. Rumah Sakit Khusus Kelas B
3. Rumah Sakit Khusus Kelas C

2.5 Standar pelayanan ke farmasi di Rumah Sakit

Menurut Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan ke farmasi


di Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah Sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi
kepada pelayanan pasien penyediaan obat yang bermutu termasuk pelayanan permisi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat farmasi rumah sakit
bertanggung jawab terhadap semua pembekalan farmasi yang beredar di rumah sakit
tersebut.

1. Pengelolaan sediaan farmasi alkes dan bahan habis pakai

Menurut Permenkes 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan ke


permainan di rumah sakit pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan dan
bahan habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan meliputi perencanaan pengadaan penerimaan penyimpanan
pemusnahan pengendalian pencatatan dan pelaporan.

a) Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah


dan periode pengantaran sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhi nya kriteria tepat jenis tempat jumlah tepat waktu dan efisien
b) Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau
dan sesuai standar mutu pengadaan merupakan kegiatan
berkesinambungan dimulai dari pemilihan penentuan jumlah yang
dibutuhkan penyesuaian antara kebutuhan dan dana pemilihan metode
pengadaan memiliki pemasok penentuan spesifikasi kontrak pemantauan
proses pengadaan dan pembayaran
c) Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi jumlah mutu waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima
d) Penyimpanan
1. Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik
dalam hal pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada
wadah lain maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
2. Dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru wadah
sekurang-kurangnya memuat nama obat nomor batch dan tanggal
kadaluarsa
3. Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitas nya
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
e) Pemusnahan
1. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota atau BPOM
pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan oleh tenaga koper mas ian lainnya yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan
2. Resep obat bebas bebas terbatas dan bebas keras yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5 tahun dapat dimusnahkan sedangkan resep
narkotika dan psikotropika hanya disimpan selama 3 tahun dan dapat
dimusnahkan pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apoteker dengan
cara dibakar atau pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan resep.
f) Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan penyimpanan dan pengeluaran hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan kekurangan kekosongan kerusakan
kadaluarsa kehilangan serta pengembalian pesanan pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stop baik dengan cara manual
atau elektronik kartu stok sekurang-kurangnya membuat nama obat
tanggal kadaluarsa jumlah pemasukan jumlah pengeluaran dan sifat
persediaan

g) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediakan formasi alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan surat pesanan
faktur penyimpanan kartu stok penyerahan nota atau struktur penjualan
dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dilaporkan paling
lambat sebelum tanggal 10 setiap bulannya.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal pelaporan internal


merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen rumah
sakit meliputi keuangan barang dan laporan lainnya
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
meliputi pelaporan narkotika psikotropika dan pelaporan lainnya.

h) Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan


atau menyerahkan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau pasien
dengan tetap menjamin mutu stabilitas jenis jumlah dan ketetapan waktu
rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin
terlaksana pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara :

1) Sistem persediaan lengkap di ruang (floor stock)


a. Pendistribusian sedang farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola
oleh instansi farmasi
b. Sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan
c. Dalam kondisi sementara di mana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola diatas jam kerja maka pendistribusian nya dilengkapi
kepada penanggung jawab ruangan
d. Setiap hari dilakukan sarah terima kembali pengelolaan obat floor
stok kepada petugas formasi dari penanggung jawab ruangan
e. Apoteker harus menyediakan informasi peringatan dan
kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis kombat yang
disediakan di floor stok
2) Sistem resep perorangan

Pendistribusian sediaan farmasi allah kesehatan dan bahan medis habis


pakai berdasarkan resep perorangan atau pasien rawat jalan dan rawat
inap melalui instalasi farmasi
3) Sistem unit dosis

Pendistribusian sedang farmasi allah kesehatan dan bahan medis habis


pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit besi
sini digunakan untuk pasien rawat inap.

4) Sistem kombinasi

Sistem pendistribusian sedang farmasi alat kesehatan dan bahan medis


abis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi
a+b+atau b+c atau a+c.

Sistem distribusi unit dose dispensing (UUD) sangat dianjurkan untuk


pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan
pemberian obat dapat di minimalkan sampai kurang dari 5%
dibandingkan dengan sistem floor stok atau resep individu yang
mencapai 18% .

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh


pasien dengan mempertimbangkan :

a. efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada dan


b. metode sterilisasi atau desentralisas

2. Pelayanan farmasi klinik

Menurut Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan ke


farmasi di rumah sakit pelayanan permisi klinik merupakan bagian dan
pelayanan ke permainan yang berlangsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan habis pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien pelayanan farmasi klinik meliputi :

a. Kajian resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi :

Administrasi kesesuaian farmasitik dan pertimbangan klinis


-kajian administrasi meliputi :

1. Nama pasien umur jenis kelamin dan berat badan


2. Nama dokter nomor surat ijin praktik (SIP) alamat

-kajian kesuaian ferasetik meliputi :

1. Bentuk dan ke kuatan sediaan


2. Stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat )

-pertimbangan klinis meliputi :

1. Ketepatan indikasi dan dosis obat


2. Aturan cara dan lama penggunaan obat
3. Duplikasi dan atau polifarmasi
4. Reaksiobat yang tidak diinginkan (alergi efek samping obat
manifestasi klinis lain)
5. Kontra indikasi dan interaksi

b. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan penyerahan dan pemberian informasi


obat

Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep menghitung


kebutuhan jumlah ber sesuai dengan resep mengambil obat
yang dibutuhkan pada arab penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik
obat.
2. melakukan perhatikan obat bila diperlukan.
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih
untuk obat dalam atau orang warna biru untuk obat luar dan
suntik menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyimpanan obat dilakukan hal sebagai berikut

1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan


pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat makanan dan
minuman yang harus dihindari kemungkinan efek samping cara
penyimpanan obat dan lain-lain
6. Penyerahan obat kepada pasien ndak kalah dilakukan dengan
cara yang baik mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di para
boleh apoteker apabila diperlukan
9. Menyiapkan resep ada tempatnya
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan
menggunakan formulir lima sebagai terlampir

Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau


pelayanan swamedikasi apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dan
memiliki obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai
c. Pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan


oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat-obat yang
tidak memihak dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain pasien
atau masyarakat informasi mengenai obat termasuk obat resep obat
bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis bentuk sediaan formulasi khusus rute


dan metode pemberian farmakoknetik farmakologi aplikasi keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui efek samping interaksi
stabilitas ketersediaan harga sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-
lain

- kegiatan pelayanan informasi obat di apotik meliputi:

1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan


2. Membuat dan menyebarkan buletin brosur liapelit
pemberdayaan masyarakat penyuluhan
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktek profesi
5. Melakukan penelitian menggunakan obat
6. Membuat atau menyampaikan makalah dan perum ilmiah
7. Melakukan program jaminan mutu

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan


informasi obat

1. Topik pertanyaan
2. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan
3. Metode pelayanan informasi obat ( lisan tertulis lewat telepon)
4. Data pasien( umur jenis kelamin berat badan informasi lainnya
seperti riwayat alergi apakah pasien sedang hamil atau menyusui
data laboratorium)
5. Uraian pertanyaan ;
6. Jawaban pertanyaan ;
7. Referensi ;
8. Metode pemberian jawab (lisan tertulis per telpon dan data
apoteker yang memberikan pelayanan informasi obat)

d. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan


pasien atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadinya perubahan perilaku
dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien untuk mengawali konseling apoteker menggunakan three prime
question apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah perlu
dilanjutkan dengan metode health belief model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.

- kriteria pasien atau keluarga pasien yang perlu diberikan konseling

a. Pasien kondisi khusus (gangguan fungsi hati dan atau ginjal ibu
hamil dan menyusui)
b. Pasien dengan terapi jaga panjang penyakit kronis (misalnya
TB, DM, AIDS, EPILEPSI )
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down /off)
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indikasi terapi sempit
(digoksin, fenitoin, teofilin)
e. Pasien dengan poli farmasipasien menerima beberapa obat
untuk indikasi penyakit yang sama dalam kelompok ini juga
termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
e. Pelayanan ke permainan di rumah sakit (home pharmacy care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat


melakukan pelayanan ke permainan yang bersifat kunjungan rumah
khususnya untuk kelompok manusia dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya

- jenis pelayanan ke farmasi andi rumah yang dapat dilakukan


oleh apoteker meliputi:
1. Penilaian pencarian masalah yang berhubungan dengan
pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien
3. Pendampingan pengelolaan obat dan atau alat kesehatan di
rumah misalnya cara pemakaian obat asma penyimpanan
insulin
4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan efektivitas dan keamanan penggunaan
obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan ke farmasi di rumah
f. Pemantauan terapi obat (PTO)

Merupakan proposisi yang memastikan bahwa seorang pasien


mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan aplikasi dan meminimalkan efek samping

- kriteria pasien
1. Anak-anak dan lanjut usia ibu hamil dan menyusui
2. Menerima obat lebih dari lima jenis
3. Adanya multiagonis
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
5. Menerima obat dengan indikasi terapi sempit
6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi
obat yang merugikan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat


yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan diagonis dan terapi atau
modifikasi fungsi fisiologis

- kegiatan:
1. Mengidentifikasikan obat dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami efek
2. Samping obat
3. Mengisi formulir monitoring efek samping obat atau meso
4. Melaporkan ke pusat monitoring epic samping obat nasional
dengan menggunakan formulir 10 sebagai terlampir

3. Pengelolaan sumber daya kefarmasian

a. Sumber daya manusia

Menurut Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan


kefarmasian di rumah sakit bahwa pelayanan kefarmasian di
diselenggarakan oleh apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping
dan atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat tanda registrasi
surat izin praktek atau surat izin kerja dalam melakukan pelayanan
kefarmasian apoteker harus memenuhi kriteria :

1. Persyaratan administrasi
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi
dan memiliki surat.
b. tanda registrasi apoteker (STRA) dan memiliki sertifikat
kompetensi yang masih berlaku.
c. Memiliki surat izin praktik apoteker (SIPA) .
2. Menggunakan atribut praktek antara lain baju praktek tanda pengenal
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan dan mampu memberikan
pelatihan yang berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan
pengembangan diri baik melalui pelatihan seminar workshop
pendidikan berkelanjutan atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan sampai apoteker profesi standar pendidikan
standar pelayanan standar kompetensi dalam melakukan pelayanan
kefarmasian seorang apoteker harus menjalankan peran yaitu :
a. Pemberian layanan apoteker harus berinteraksi dengan pasien
harus meningkatkan pelayanan pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan.
b. Pengambilan keputusan apoteker harus memiliki kemampuan
dalam pemberian keputusan dengan menggunakan seluruh
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Komunikator apoteker harus mampu berkomunikasi dengan
pasien maupun profesi kesehatan lainnya berhubungan dengan
terapi pasien oleh karena itu harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang baik.
d. Pemimpin apoteker daratan memiliki kemampuan untuk
menjadi pemimpin, kepemimpinan yang diharapkan meliputi
keberanian mengambil keputusan yang empati dan efisien
secara kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil
keputusan.
e. Pengelolaan apoteker harus mampu mengelola sumber daya
manusia fisik anggaran dan informasi secara efektif apoteker
harus mengikuti kemajuan teknologi informasi dan bersedia
berbagi informasi tentang obat dan hal-hal yang berhubungan
dengan obat.

b. Sarana dan Prasaran

Rumah sakit harus mudah diakses oleh masyarakat sarana dan prasarana
rumah sakit dapat menjamin mutu sediaan farmasi alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai serta kelancaran pelayanan kefarmasian sarana
dan prasarana yang diperlukan untuk menunjukkan pelayanan kefarmasian
di rumah sakit meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang penerimaan resep ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya


terdiri dari tempat penerimaan resep satu set meja dan kursi serta satu
set komputer ruang penerimaan resep di tempatkan pada bagian paling
depan dan mudah terlihat oleh pasien
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan produksi sedangkan secara
terbatas ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara terbatas meliputi rak obat sesuai dengan kebutuhan dan meja
peracikan ruangan perhatikan sekurang-kurangnya di mineral kan
untuk pengenceran sendok obat bahan pengemasan obat lemari
pendingin termometer ruangan blanko salinan resep etiket dan label
obat beruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara
yang cukup dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan
3. Ruangan penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep
4. ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling lemari buku-buku referensi poster atau bantu konseling buku
catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien
5. Ruang penyimpanan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi
kelembaban ventilasi pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak
lemari obat pilek pendingin ruangan AC lemari pendingin lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika lemari penyimpanan
obat khusus nya pengukuran suhu dan kartu suhu
6. Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan kefarmasian jangka waktu tertentu
Bab III

Pembahasan Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada

3.1 Teknis Pelaksanaan Praktek Kerja Industri

Prakerin (Praktek Kerja Industri) dilaksanakan pada tanggal 6 Februari – 29

Februari 2020, bertempat pada RSDJ Atma Husada Mahakam Samarinda yang

terletak di Jl. Kakap, sungai dama Samarinda. Teknis Pelaksanaan Praktek Kerja

Industri di RSDJ Atma Husada Mahakam sebagai Berikut :

1) Shift Pagi dimulai dari pukul 07.30 – 14.30 wita.

2) Shift Sore dimulai dari pukul 14.30 – 21.00 wita.

3) Istirahat 12.00 – 13.00 wita / 18.00 – 19.00 wita.

3.2 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Samarinda

Rumah sakit jiwa Pusat (RSJP) samarinda didirikan pada tahun 1933 di atas tanah

seluas 20.157 m2 yang dibiayai oleh kesultanan Kutai dan merupakan Rumah

Keperawatan Sakit Jiwa Pada tahun 2005 Luas Rumah sakit bertambah dengan

adanya bangunan baru Gedung Narkoba seluas 1.035,8M2.

Pada awalnya RSPJ didirikan bersama dengan Rumah Sakit Umum yang

ditetapkan ketua Bestwer College Samarinda. Tanggal 20 April 1949 No. 558/IH-9-

Fed, masalah pembiayaan Rumah Sakit Umum danRumah Sakit Jiwa Samarinda

diserahkan oleh kesultanan Kutai dan Kerajaan di Kalimantan Timur. Pada tanggal 1

Januari 1951, pembiayaan diambil alih oleh pemerintah pusat. Berdasarkan Surat

Keputusan bulan November 1951, kantor Rumah Sakit Jiwa dipisahkan dari Rumah

Sakit Umum. Struktur organisasi berdasarkan SK Menkes


No135/Menkes/SK/IV/1978, Rumah Sakit Jiwa ditetapkan sebagai Rumah Sakit Jiwa

kelas B

Sejalan Dengan pelaksanaan otonomi Daerah UPTD, Rumah Sakit Jiwa Pusat

Samarinda dilimpahkan kepada pemerintah Daerah sesuai surat Menkes No.

1732/Menkes-Kesos/XII/2000 tentang pengalihan UPTD ke Pemerintah

Kabupaten/kota dan surat revisi Depkes no. 196/Menkes-sos/III/2001, tanggal 7

Maret 2001 tentang revisi penentaan UPTD kepada pemerintah provinsi,

pengoperasian Rumah Sakit Jiwa Samarinda dalam tahun 2001 di bawah pemerintah

kota Samarinda. Pada tahun 2005, untuk menghilangkan stigma di masyarakat,

Rumah Sakit Jiwa Samarinda berubah nama menjadi Rumah Sakit Atma Husada

Mahakam dengan Surat Keputusan Gubernur no. 03 tahun 2005, tanggal 17 Januari

tahun 2005.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam bertujuan untuk memberi

pelayanan kesehatan jiwa bagi seluruh masyarakat Kaltim yang tersebar di 4

kotamadya dan 10 kabupaten. Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam

bekerja sama dengan instansi terkait seperti Fakultas Kedokteran Universitas

Mulawarman dan instansi pendidikan lainnya sebagai fasilitas prevensi, promosi,

kuratif dan rehabilitasi serta riset di bidang kesehatan jiwa. Rumah Sakit Jiwa Daerah

Atma Husada Mahakam melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa intra mural dan

ekstra mural serta melakukan pembinaan dan integrasi ke puskesmas dan Rumah

Sakit Umum di Provinsi Kalimantan Timur dengan cara mengirim psikiater ke

puskesmas dan Rumah Sakit Umum secara berkala.


3.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam merupakan Rumah Sakit Jiwa

dengan klasifikasi kelas A

3.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi di instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

1) Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan perbekalan farmasi di instalasi farmasi Rumah Sakit Jiwa

Daerah Atma Husada Mahakam menggunakan metode konsumsi. Metode

yang melakukan perencanaan obat yang didasarkan pada jumlah rata rata

kebutuhan obat periode sebelumnya, dengan melihat jumlah kunjungan dan

kebutuhan pasien.

Penggunaan Stock pada tahun sebelumnya X 12 + Buffer Stock (stock 3 bulan)

+ Lead Time ( Stock 3 bulan) – Sisa Stock

2) Pengadaan

Rumah Sakit Atma Husada melakukan pengadaan dengan 3 (tiga) metode

yaitu :

a. Pembelian secara langsung

b. Pembelian E-catalog ( pembelian Elektronik)

c. Dropping ( Sumbangan)
3) Penerimaan

Penerimaan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada dilakukan dengan

beberapa tahap sebelum dilakukan penyimpanan pada Gudang Farmasi yaitu :

a. Diperiksa kesesuaian barang antara surat pesanan dengan faktur dan

barangnya yang meliputi ; nama barang, jumlah fisik, bentuk sediaan,

tanggal ED (Expire Date).

b. Diperiksa kondisi fisik barang (rusak/pecah, segel atau tidak).

c. Dilakukan penandatangani oleh Apoteker atau Asisten Apoteker.

d. Diambil copy faktur sebanyak 2 (dua) kali sebagai arsip IFRS dan

bidang penunjang medic.

e. Diserahkan copy faktur ke pihak Administrasi untuk diinput kedalam

data Sistem Informasi dan Manajemen (SIM).

f. Dicocokkan harga barang dengan data yang di komputer dengan harga

yang di faktur baru, apakah ada kenaikan harga atau tidak.

g. Ditandatangani faktur yang telah di entry data di komputer, kemudian

di arsipkan sesuai dengan nama PBF.

h. Dimasukkan jumlah stock obat yang diterima ke masing masing kartu

stock.

4) Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan Farmasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma

Husada Mahakam dilakukan dengan metode FEFO (First Expire First Out)

dan FIFO (First In First Out) untuk menghindari penumpukkan obat pada

Gudang Farmasi. Sistem FEFO adalah Obat yang sudah mendekati ED

(Expire Date) akan dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan Sistem FIFO Obat

yang pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu.

Obat-obatan sebaiknya disimpan sesuai syarat kondisi penyimpanan

masing masing obat. Kondisi penyimpanan yang dimaksud antara lain adalah

suhu sekitar 20-25°C, pencahayaan dan kelembapan ruangan. Tempat

penyimpanan dapat menggunakan berupa ruangan atau gedung yang terpisah,

lemari knci, lemari kulkas atau ruangan sejuk. Tempat penyimpanan diisi oleh

obat sesuai dengan masing masing karateristik obat.

Obat digudang dapat dikelompokkan dengan 7 (tujuh) cara yaitu berdasarkan :

a. Kelompok farmakologi / terapeutik

b. Indikasi klinik

c. Kelompok alphabet

d. Tingkat penggunaan

e. Bentuk sediaan

f. Random Bin

g. Kode barang
Selain barang disimpan dalam temperatur/suhu yang sesuai, pastikan barang

ditempat yang terlindung dari kerusakan dan mudah diambil.

5) Pendistribusian

Pendistribusian obat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam

Samarinda didistribusikan ke :

a. Floor Stock ( Emergency Kit ).

b. Resep Individual.

6) Pemusnahan dan Penarikan

Sistem pemusnahan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada

Mahakam adalah untuk obat yang sudah melewati batas ED (Expire Date)

atau obat yang sudah rusak dengan dimusnahkan melalui Incinerator.

Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker kemudian dibuat pelaporan dan artikel

berita yang meliputi ; nama dan alamat Rumah Sakit, nama kepala Instalansi

Farmasi, perincian perbekalan farmasi yang akan dimusnakan, tanggal, tempat

dan cara pemusnahan.


Jika obat yang dalam bentuk tablet maka bisa dilakukan dengan cara

dihancurkan terlebih dahulu lalu dibakar, sedangkan jika sediaan dalam bentuk

cair maka bisa dilakukan dengan cara dibuang cairannya terlebih dahulu, lalu

botol dihancurkan dan dibakar dalam incinerator, sisa pembakaran akan

dimasukkan dan ditimbun dalam tanah. Pemusnahan dilakukan oleh Kepala

Apotek yang disaksikkan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kepala Balai Obat

dan Makanan (BPOM).

Obat yang ada di ruangan akan diperiksa secara keseluruhan meliputi ;

bentuk sediaan, bentuk kemasan, dan juga tanggal ED (Expire Date), apabila

ditemukan obat yang tidak ada kemasan ataupun tidak jelas tanggal ED

(Expire Date) maka akan dilakukan penarikan dan pemusnahan.

7) Pencatatan penggunaan dan pelaporan Psikotropika dan Narkotika

Pencatatan penggunaan Psikotropika dan Narkotika bisa dilihat melalui

kartu stock pengeluaran obat. Pelaporan Psikotropika dan Narkotika bisa

dilakukan secara media online dengan menggunakan aplikasi yang bernama

SIPNAP (Sistem Informasi Penggunaan Narkotika dan Psikotropika) yang

dilakukan secara berkala setiap bulan.


3.5 Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

1. Skrining Resep

Rumah Sakit jiwa Daerah Atma Husada Mahakam mempunyai proses dalam

Skrining Resep sebagai berikut :

a) Pasien atau keluarga pasien datang membawa resep dan menyerahkannya

ke petugas.

b) Petugas memeriksa kelengkapan resep

c) Petugas akan memeriksa ketersediaan sediaan dan mengecek harga

d) Petugas mengkonfirmasi harga obat kepada pasien atau keluarga pasien

e) Bila pasien atau keluarga pasien setuju maka data pasien akan diinput

dengan lengkap.

f) Kemudian pasien akan dipersilahkan untuk membayar obat, setelah itu

dicetak bukti pembayaran dan diberikan kepada pasien.

g) Pasien dipersilahkan menunggu di ruang tunggu

h) Obat distock terlebih dahulu di dalam kartu stock, diberi harga (jika belum

diberikan harga pada resep), menulis etiket dengan meliputi ; nama pasien,

tanggal, nama obat, aturan minum, aturan pemakaian yang disesuaikan

dengan sediaan obat dan ditempelkan etiket pada obat, lalu diberikan pada

petugas untuk diperiksa ulang sebelum diserahkan.


2. Coumponding (Peracikan)

Rumah Sakit jiwa Daerah Atma Husada Mahakam mempunyai proses dalam

Peracikan Resep sebagai berikut :

a) Memeriksa kesesuian obat yang telah disiapkan oleh petugas berdasarkan

nama obat, jumlah obat dan berdasarkan sediaan.

b) Sebelum memulai peracikan disiapkan terlebih dahulu alat-alat untuk

membantu peracikan seperti ; blender, sudip, alat untuk cangkang kapsul

jika dibuat sediaan kapsul, alat untuk puyer dan kertas puyer jika dibuat

sediaan puyer.

c) Obat akan dimasukkan terlebih dahulu kedalam blender lalu dblender

hingga halus.

d) Jika sediaan obat yang dibuat adalah kapsul maka ditentukan terlebih

dahulu no cangkang kapsul, kemudian disiapkan jumlah kapsul sesuai

permintaan resep. Obat yang sudah diblender hingga halus akan

dimasukkan kedalam kapsul dengan bantuan alat untuk cangkang kapsul,

lalu diratakan dengan sudip, jika sudah maka cangkang kapsul ditutup

dengan ditekan rapat agar obat tidak bocor.

e) Jika sediaan obat yang dibuat adalah puyer maka obat yang telah

dihaluskan dengan blender diletakkan di atas kertas perkamen dengan

jumlah yang sesuai diresep, kemudian diratakan satu sama lain, jika

sudah rata maka dimasukkan kedalam kertas perkamen lalu dipres

dengan alat khusus puyer.


f) Setelah selesai, kapsul dimasukkan kedalam plasti klip dan diberikan

etiket, sama seperti kapsul, puyer akan dimasukkan plastik lalu dipres

bersamaan etiket, setelah itu diberikan ke meja stock agar dicek ulang.

3. Dispensing ( Penyerahan)

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam melakukan penyerahan

obat dengan memberikan penjelasan kepada pasie yang meliputi aturan pakai, dan

khasiat obat. Jika persediaan obat tidak ada maka diinformasikan kepada pasien,

pasien akan diusulkan pergantian obat dengan kandungan yang sama, jika pasien

tidak setuju maka dibuatkan copy resep

4. Pelayanan Psikotropika dan Narkotika

Pelayanan resep Psikotropika dan Narkotika dibutuhkan resep asli. Jika pasien

hanya meminta setengahnya maka akan diperboleh untuk membuat copy resep,

tetapi salinan resep tersebut hanya bisa ditebus kembali di Rumah Sakit yang

menyimpan resep asli, tidak boleh di Rumah Sakit lain. Obat yang keluar akan

dicatat dalam kartu stock untuk memudahkan proses pelaporan.

5. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada yaitu

memberikan infomasi obat kepada pasien yang meliputi aturan pakai, indikasi

obat dan menjawab pertanyaan dari pasien.


3.6 Pengelolaan Sumber Daya Kefarmasian Rumah Sakit

Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdapat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma

Husada Mahakam adalah sebagai berikut :

Kepala Instalansi Rumah Sakit : Nalendra Nugraha, S.Si.Apt.

1. Koor. Administrasi : Dyan Puspita Wulandari,Amd.Far.

a) Pelaksana Administrasi : Erika Dwi Yunits

2. Koor. Distribusi Gudang : Mardiyono,Amd.Far

a) Pelaksana Distribusi Obat : Misnah Artati

3. Koor. Farmasi Klinis & Manajemen Mutu : Nurul Qamariyah

Syammarhan,M.Si.Apt

4. Koor. Distribusi Rawat Jalan : Dita Rani Puspitasari,S.Farm.Apt

a) Pelaksana Distribusi Rawat Jalan : Navi Ariesta, Amd.Far

Aisyah Fadiayah Harsosno,Amd.Far

5. Koor. Distribusi Rawat Inap : Meti. S.Farm.Apt

a) Pelaksana Distribusi Rawat Inap : Keterina,Amd.Far

Ray Hannah F, Amd.Far

Rahma,Amd.Far

Estrin Paramban,Amd.Far

Yudha Prasetya Pratama, Amd.Far


3.7 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang terdapat di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam meliputi

1. Ruang Tunggu

RSJD Atma Husada Mahakam memiliki ruang tunggu khusus untuk pasien yang

menunggu resep maupun pasien yang menunggu untuk diperiksa oleh dokter.

2. Ruang Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat

Ruang Penerimaan resep di Instalansi Farmasi Rawat Inap sejajar dengan

penyerahan obat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Industri (Prakerin) di RUMAH SAKIT JIWA ATMA HUSADA

MAHAKAM selama kurang lebih satu bulan dapat kami simpulkan :

Kesimpulan

1) Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Daerah ATMA HUSADA

MAHAKAM menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In First

Out (FIFO).

2) Obat di Farmasi Rumah Sakit Jiwa Daerah ATMA HUSADA MAHAKAM

didistribusikan dari gudang obat ke Pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Rawat Jalan

yang kemudian di serahkan kepada pasien.

3) Kegiatan dalam pengelolaan obat yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Jiwa Daerah ATMA HUSADA MAHAKAM sudah sesuai dengan prosedur yaitu

meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan

pelaporan.

4.2 Saran
1) Sebaiknya dibutkan ruangan khusus untuk tempat meracik obat agar lebih

berkonsentrasi dan leluasa dalam meracik obat.

2) Sebaiknya kartu stok dijalankan sebagaimana mestinya agar memudahkan dalam

pendataan penerimaan dan pengeluaran obat-obatan dan alat kesehatan.


3) Adanya penambahan tenaga farmasi untuk memudahkan tercapainya

pelayanan kefarmasian yang maksimal untuk pasien.

Saran untuk sekolah :

Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan Praktek

Sistem Ganda (PSG) lebih di perbanyak dan di perluas sehingga siswa dan siswi dapat

lebih mantap lagi dalam melaksanakan PSG

Saran untuk siswa-siswi yang melaksanakan Prakerin :

Sebaiknya siswa/ siswi yang hendak melaksanakan Praktek Sistem Ganda (PSG)

kiranya bisa menguasai pelajaran kefarmasian khususnya sinonim, mengetahui nama-

nama obat baik generic maupun paten serta pengetahuan mengenai cara pemakaian

komputer.

Hendaknya siswa/siswi Praktek Sistem Ganda (PSG) dapat lebih disiplin, menjaga

sikap dan mengikuti segala atruran yang telah di tetapkan oleh instalasi yang menjadi

tempat Praktek Sistem Ganda (PSG)

Anda mungkin juga menyukai