Anda di halaman 1dari 40

i

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

PEDAGANG BESAR FARMASI

PT DOS NI ROHA

SAMARINDA

DI SETUJUI OLEH :

Pembimbing PSG Guru Pembimbing

PT DOS NI ROHA SMK MEDIKA SAMARINDA

Enggar Vivi P. S. Farm. Apt Dessy Yuliani S. Farm.

Mengetahui :

Kepala Cabang Kepala Sekolah

PT DOS NI ROHA SMK MEDIKA SAMARINDA

A.Jarod Prabowo Mus Mulyadi. S.Pd.M.M

i
ii

Kata Pengantar

Segala Puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta semesta
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Praktek
Sistem Ganda (PSG) pada tepat waktunya.

Pada kesempatan ini kami melakukan Praktek Sistem Ganda di PBF Dos Ni Roha
yang dimulai dari tanggal 6 januari 2020 sampai dengan 3 Februari 2020. Dalam
penyusunan laporan ini dibuat sedemikian rupa, sehingga secara umum dan khusus dapat
mengetahui gambaran mengenai PBF Dos Ni Roha dari segi pendistribusian perbekalan
farmasi. Kami menyadari dalam pelaksanaan Praktek Sistem Ganda banyak menghadapi
kesulitan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan serta dukungan dari segala pihak,
maka Kami sebagai Anak magang dapat menyelesaikan Praktek Sistem Ganda dengan
lancar.

Oleh sebab itu kami ingin mengucapkan kata terimakasih sebanyak banyak nya
kepada seluruh pihak yang membantu dan membimbing kami selama kegiatan Praktek
Sistem Ganda berlangsung dan ucapan terimakasih itu kami tunjukkan kepada :

1. Bapak Mus Mulyadi.S.Pd.M.SI selaku Kepala Sekolah SMK MEDIKA


SAMARINDA.
2. Ibu Dessy Yulianti S.Farm.Apt selaku pembimbing Praktek Sistem Ganda di
SMK MEDIKA SAMARINDA
3. Ibu Enggar S.Farm.Apt selaku pembimbing PSG di PT. Dos Ni Roha
4. Kak Ayu, Bu septi, Kak Marwansyah, Pak Johan, Kak Sandro, Pak Arif, Kak
Bambang dan seluruh pegawai PBF yang telah membimbing dan mengajarkan hal
yang tidak kami ketahui selama satu bulan ini dari awal kedatangan kami hingga
selesai kami Praktek Kerja Industri.
5. Kepada semua guru dan staff yang telah mendukung berjalannya Praktek Sistem
Ganda sehingga dapat berlangsung lancar
6. Kepada teman teman yang telah memberikan ide dan referensi sebagai bahan
pemikiran dan sebagai bahan untuk penulisan laporan ini
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama Praktek
Sistem Ganda berlangsung terutama Orang Tua dan Para Guru.

ii
iii

Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
dibutuhkan saran dan kritik untuk membuat kami dapat lebih baik dan lebih bersemangat
lagi dalam mengerjakan laporan yang lebih sempurna. Harapan kami semoga laporan ini
dapat memberikan semangat bagi kami maupun pembaca yang membutuhkan. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa berkenan untuk selalu memberikan kami ilmu yang bermanfaat
dalam bidang kefarmasian.

iii
iv

Daftar Isi

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... i

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

Daftar Isi .................................................................................................................................. iv

BAB I (PENDAHULUAN) ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri .............................................................................................. 3

1.3 Manfaat Praktek kerja industri ............................................................................................. 3

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) ........................................................................................... 4

2.1 Gambaran Umum Tentang PBF........................................................................................... 4

2.2 Perizinan Pendirian PBF ...................................................................................................... 4

2.3 Penyelenggaraan PBF .......................................................................................................... 4

2.4 Pelaporan Kegiatan .............................................................................................................. 5

2.5 Cara Distribusi Obat Dengan Baik ...................................................................................... 5

BAB III (PEMBAHASAN PBF DOS NI ROHA) ............................................................... 15

3.1 Teknis Pelaksanaan Praktek kerja Industri ........................................................................ 15

3.2 Sejarah PBF DOS NI ROHA ............................................................................................. 15

3.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia di PBF ...................................................................... 16

3.4 Pengelolaan Bangunan dan Sarana di PBF ........................................................................ 18

BAB IV (PENUTUP) ............................................................................................................. 28

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 28

4.2 Saran .................................................................................................................................. 29

LAMPIRAN............................................................................................................................ 31

Struktur Organisasi ........................................................................................................... 31


iv
v

Kartu Stock ........................................................................................................................ 32

Faktur penjualan ............................................................................................................... 33

Foto Kegiatan ..................................................................................................................... 34

v
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Praktek Sistem Ganda (PSG) adalah bentuk kegiatan pembelajaran akademik pada
mahasiswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan tenaga kerja yang
berkualitas. Dengan kegiatan prakerin tersebut diharapkan dapat meningatkan keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman siswa dalam memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Maka
dari itu siswa dapat mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum masuk ke dalam dunia
industri atau dunia usaha.

Kegiatan Praktek Sistem Ganda ini juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan
siswa terutama pada bidang Kefarmasian terkait materi yang dibahas sebelumnya. Semua
siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam dunia industri melalui kegiatan ini.
Selain itu kegiatan Praktek Sistem Ganda berfungsi sebagai penghubung antara dunia
pendididikan dengan dunia industri yang tidak lain tujuannya untuk memperoleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan meningkatkan pendidikan terkait bidang Farmasi. Praktek
Sistem Ganda ini adalah wujud aplikasi antara keterampilan, sikap dan kemampuan siswa
yang diperoleh ketika dibangku Sekolah Menengah Kejuruan. Praktek Sistem Ganda tersebut
dilaksanakan diberbagai instansi dan perusahaan yang dapat digunakan untuk menambah
pengalaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa. Siswa dapat lebih bertanggung
jawab dan disiplin dengan apa yang ditugaskan kepada mereka melalui kegiatan Praktek
Sistem Ganda ini.

Maka dari itu berbagai materi dan teori yang dipelajari sebelumnya dapat dipraktekkan
langsung dalam Dunia Kefarmasian yang ada di negara ini. Seperti yang kita ketahui bahwa
materi dan teori yang diperoleh merupakan salah satu pendukung terjadinya pelaksanaan
kerja yang baik dan benar. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa praktek
tersebut berasal dari teori yang dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu untuk menyelesaikan
program studinya, para siswa harus melaksanakan Praktek Sistem Ganda ini.

1
Oleh karena itu, Perlaksanaan Praktek Sistem Ganda di rumah Sakit, Apotek, Pedagang
Besar Farmasi (PBF) SMK MEDIKA SAMARINDA sangat perlu dilakukan dalam rangka
mempersiapkan diri untuk berperan aktif di Apotik sesuai dengan fungsi dan kompetensi
Asisten Apoteker maupun di Distributor agar bisa mepelajari cara Pengadaan, Penerimaan,
penyimpanan,dan Penyaluran Barang.

2
3

1.2 Tujuan Praktek Sistem Ganda

1. Mengimplementasikan materi yang selama ini didapatkan di sekolah.

2. Membentuk Pola pikir yang membangun siswa dan siswi Praktek Sistem Ganda

3. Melatih siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara profesional didunia kerja
yang sebenarnya

4. Membentuk semangat kerja yang baik bagi siswa – siswi Praktek Sistem Ganda

5. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa dan
siswi Praktek Sistem Ganda sesuai bidangnya masing masing.

6. Menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar dapat dikembangkan dan di
implementasikan dalam kehidupan sehari – hari.

7. Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia industri ataupun dunia usaha.

1.3 Manfaat Praktek Sistem Ganda

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional, yaitu tenaga kerja yang
memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan semangat kerja yang sesuai dengan
tuntunan lapangan kerja.

2. Memperkokoh hubungan sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha

3. Meningkatkan Efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas

4. Memberikan Pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidikan

5. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman di era
teknologi informasi dan komunikasi.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tentang PBF

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi yang dimaksud dengan
PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan UU.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, PBF harus mengacup kepada Cara Distribusi


Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah petunjuk cara distribusi obat dan/ atau bahan
obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai
persyaratan dan tujuan penggunaannya.

2.2 Perizinan Pendirian PBF

Pada Permenkes No 1148MENKES/PER/VI/2011 membahas tentang perizinan


pendirian PBF dan PBF cabang, dimana didalamnya terdapat 4 bagian dan 11 pasal dan
pada Permenkes No 34 tahun 2014 tentang perubahan Atas Permenkes RI Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi diantara pasal 12 pada
BAB III disisipkan 1 (satu) bagian baru, yakni Bagian kelima tentang pembahuran izin
PBF dan pengakuan PBF Cabang berisi psal 12A.

2.3 Penyelenggaraan PBF

Menurut Permenkes No 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PBF


Tercantum bahwa PBF hanya dapat mengadakan, menyimpan, dan menyalurkan obat
yang memiliki persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Menteri. Untuk pengadaan obat di
PBF, PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi atau PBF.
Setiap PBF harus memiliki Apoteker penanggung jawab yang telah memiliki izin yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan
5

penyaluran obat. Namun, dilarang merangkap jabatan sebagai pengurus PBF. Setiap
pergantian Apoteker penanggung jawab ataupun pengurus PBF wajib melaporkan kepada
Direktur Jendral atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat lambat nya dalam
jangka waktu 6 (enam) hari kerja PBF dalam penyelengggaraan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat wajib menerapkan pedoman teknis CDOB. PBF yang
telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.

2.4 Pelaporan Kegiatan

Setiap PBF wajib menyampaikan Laporan setiap 3 (tiga) bulan sekali namun
dapat meminta setiap saat, meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat kepada
Direktur Jendral dengan tembusan kepada Kepala Badan Dinas Kesehatan Provinsi dan
kepala BPOM. Laporan tersebut dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
informasi dan komunikasi selain itu, laporan dapat setiap saat harus diperiksa oleh
petugas yang berwenang.

2.5 Cara Distribusi Obat Dengan Baik

Menurut panduan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan ada beberapa aspek-aspek
untuk melaksanakan pendistribusian obat dalam panduan Cara Distribusi Obat dengan
Baik atau yang biasa disingkat dengan CDOB, antara lain ;

1. Manajemen Mutu
Kegiatan managemen mutu meliputi kesesuaian infrastruktur seperti organisasi, SOP,
proses serta sumber daya yang digunakan dan tindakan sistematis yang diperlukan guna
menjamin proses distribusi berjalan sesuai GDP (Good Distribution Practice) sehingga
memenuhi persyaratan kualitas. Setiap aspek dalam proses distribusi sediaan farmasi
harus dapat bertanggung jawab terhadap kualitas dan keamanan dari produk. Dalam
pelaksanaannya, sistem yang memadai harus tersedia untuk memastikan produk dapat
ditelusuri. Prosedur pengadaan dan perilisan harus dikeluarkan secara resmi, guna
memastikan bahwa produk farmasi yang akan didistribusikan bersumber dari pemasok
yang legal.
6

Semua entitas dalam proses rantai pasok harus dapat terlacak berdasarkan jenis
produk farmasi tersebut dan harus dilengkapi prosedur dan catatan tertulis yang dapat
menjamin ketelusuran produk. Kegiatan penjaminan mutu dalam proses distribusi
meliputi managemen mutu, manajemen resiko mutu, kajian dan pemantauan manajemen
serta pengelolaan kegiatan distribusi berdasarkan kontrak. SertifikatSertifikat kesesuaian
sistem mutu yang berlaku baik nasional maupun internasional (seperti International
Standardization Organization (ISO)) sangat direkomendasikan untuk suatu PBF. Jika
tidak memiliki sertifikat tersebut, dapat digantikan dengan guidelines pelaksanaan prinsip
GMP terkait produk farmasi. SOP resmi untuk setiap kegiatan operasional harus tersedia.

2. Organisasi, Manajemen dan Personalia


A. Organisasi, kualifikasi, dan tanggung jawab

Pelaksanaan operasional baik bagi distributor → struktur organisasi → karyawan dipilih


sesuai kualifikasi → mengetahui tugas & tanggung jawab

B. Petugas

 Kualifikasi kemampuan & pengalaman


 Tidak boleh mempunyai kepentingan lain
 Jumlah karyawan cukup & diberi pelatihan (sanitasi & higiene)
 Memiliki kesehatan fisik & mental yang baik
 Memiliki sikap & kesadaran tinggi
 Penentuan tugas, batas kewenangan, & prosedur kerja
 Pelatihan

C. Hazardous obat (toksisitas & produk infeksius/sensitif) → pakaian sesuai & proteksi
diri

 Diisi oleh tenaga kompeten → berkesinambungan & frekuensi yang memadai


 Prosedur yang berhubungan dengan higiene perorangan, kesehatan & pakaian
 SOP pertolongan pertama & peralatan untuk keadaan darurat
7

3. Bangunan dan Peralatan


Acuan → GoodStoragePractice (GSP) WHO 2003.

Sistem → First Expire First Out (FEFO)/First In First Out (FIFO)

 Melindungi obat dari suhu & kelembaban, banjir, rembesan lewat tanah, &
binatang
 Cukup luas, tetap kering & bersih, ruang terpisah untuk narkotika & psikotropika
 Sirkulasi udara baik
 Bersih, bebas dari tumpukan sampah & barang yang tidak diperlukan
 Penerangan cukup
 Perlengkapan memadai → disertai alat monitor
 Pengamanan fisik khusus
 Wadah dalam keadaan bersih & kering, bebas dari kotoran, sanitasi jelas,
frekuensi & metode yang digunakan

4. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan
bahwa Identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus menggunakan
semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau
bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain
yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko
obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi

5. Inspeksi Diri

Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan
terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-langkah perbaikan
yang diperlukan. Pada dasarnya mekanisme Inpeksi Diri dalam sebuah industri yaitu
untuk mendeteksi kekurangan atau kesalahan yang beroperasi dalam sistem apapun.
8

Menuntut seseorang untuk mengkoreksi diri mereka sendiri serta memeriksa


kesesuian dan kepatuhannya dengan tindakan koretif yang sesuai. Hal ini merupakan cara
pasti untuk mengevaluasi keselurahan sistem operasi dari setiap aspek serta untuk
memastikan dan menjaga kualitas produk

6. Keluhan, Obat dan Bahan Obat Kembalian Diduga Palsu dan Penarikan Kembali.

Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi
rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis. Obat
dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari personil
yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. Diperlukani dari setiap instansi,
industri farmasi dan fasilitas distribusi dalam menangani obat dan/atau bahan obat yang
diduga palsu.

Jika diperlukan, dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif untuk menangani


semua kasus, termasuk cara penarikan kembali. HarusHarus tersedia dokumentasi untuk
setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta
dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

KELUHAN

 Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan. Harus


dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan yang
berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan obat
harusdiberitahukangkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.

 Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan
untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.

 Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan.

 Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat harus
dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk mengidentifikasi asal atau alasan
keluhan, termasuk penyelidikan terhadap bets lainnya.
9

 Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu
harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
menjelaskan tentang tindakan yang harus dilaksanakan.

 Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend
analysis terhadap keluhan.
10

OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN

 Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau
bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal berikut:

a) Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat


pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan;

b) Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus dicatat
dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang.

 Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian sesuai dengan
persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain. Kedua belah pihak harus
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses pengembalian obat tidak
memungkinkan masuknya obat dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.

 Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat yang
bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu yang diperlukan
sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh industri farmasi.

 Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau bahan
obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label yang jelas
sampai ada keputusan tindak lanjut.

 Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat
tersebut harus dilakukan oleh personil yang berwenang.
11

 Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara lain jika:

a) obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi syarat
serta memenuhi ketentuan;

b) obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan


ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;

c) obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung
jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang;

d) Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal-usul


obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat palsu.

 Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan yang rendah
tidak dapat dikembalikan.

 Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang layak jual
atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan penanggung jawab dan
terdokumentasi.

 Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat kembalian harus
dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan dan persyaratan lainnya yang
relevan.

 Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga sistem pengeluaran barang dapat dijamin sesuai dengan FEFO.
12

OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT DIDUGA PALSU

 Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau
bahan obat diduga palsu.

 Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat diduga palsu
kepada instansi yang berwenang, industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.

 Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang terpisah,
terkunci dan diberi label yang jelas.

 UntukUntuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus dihentikan,
segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut dari instansi yang
berwenang.

 Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu, maka harus
segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi yang berwenang.

 Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi.

7. Transportasi

Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang memadai.


Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan sesuai dengan
informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus digunakan mencakup
transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas. Apapun moda transportasi
yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan/atau bahan obat tidak mengalami
perubahan kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis
risiko harus digunakan ketika merencanakan rute transportasi.
13

8. Dokumentasi

Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu.
Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan
untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi, prosedur.
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait
dengan pemastian mutu.

 Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan data,
dalam bentuk kertas maupun elektronik.

 Dokumentasi yang jelas dan rinci merupakan dasar untuk memastikan bahwa setiap
personil melaksanakan kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga memperkecil risiko
kesalahan.

 Dokumentasi harus komprehensif mencakup ruang lingkup kegiatan fasilitas


distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh personil dan tidak
berarti ganda.

 Prosedur tertulis harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang
berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus tercetak.

 Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani, diberi tanggal
dan memungkinkan pembacaan informasi yang asli. Jika diperlukan, alasan
perubahan harus dicatat.

 Dokumen harus disimpan selama minimal 3 tahun.

 Seluruh dokumentasi harus tersedia sebagaimana mestinya.


14

 Semua dokumentasi harus mudah didapat kembali, disimpan dan dipelihara pada
tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah, kerusakan
dan/atau kehilangan dokumen.

 Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Jika
suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku.

 Dokumentasi permanen, tertulis atau elektronik, untuk setiap obat dan/atau bahan
obat yang disimpan harus menunjukkan kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk bahan
obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan farmakope dan peraturan nasional
terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi.

 Dokumentasi distribusi harus mencakup informasi berikut: tanggal, nama obat


dan/atau bahan obat; nomor bets; tanggal kedaluwarsa; jumlah yang diterima /
disalurkan; nama dan alamat pemasok / pelanggan.

 Dokumentasi harus dibuat pada saat kegiatan berlangsung, sehingga mudah untuk
ditelusuri.
15

BAB III

PEMBAHASAN PBF DOS NI ROHA

3.1 Teknis Pelaksanaan Praktek kerja Industri

1. Waktu pelaksanaan

Praktek Kerja Industri di PBF Dos Ni Roha Cabang Samarinda adalah selama 4 (empat)
minggu terhitung dari tanggal 8 januari 2020 – 3 Februari 2020 dimana setiap harinya dibagi
menjadi 1 (satu) shif.

2. Tempat Pelaksanaan

Untuk melengkapi penilaian untuk kurikulum program pendidikan 3(tiga) tahun di SMK
Medika Samarinda jurusan Farmasi maka dilaksanakanlah Praktek Kerja Industri yang
dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan masing masing bulan di tempat yang berbeda :
Apotek, PBF, dan Rumah Sakit. Pada kesempatan ini penulis dapat melaksanakan Praktek
Kerja Industri ini di PBF Dos Ni Roha.

3. Teknis pelaksanaan

PBF DOS NI ROHA memiliki jam kerja dalam seminggu :

 Senin-Jum’at : 08.00-16.00 WITA


 Istirahat : 12.00 – 13.00
 Sabtu : 08.00 - 13.00 WITA

3.2 Sejarah PBF DOS NI ROHA

PBF DOS NI ROHA adalah Perusahaan Distribusi terkemuka di Farmasi, Produk


Konsumen, & Medical Equipment, dengan operasi dan jaringan distribusi di seluruh
Indonesia. PT. Dos Ni Roha didirikan pada 16 september 1963 dan selama lebih dari
empat dekade telah berhasil dalam memenuhi tuntutan khusus untuk distribusi di
16

Indonesia sebagai distributor benar-benar profesional. Didukung oleh manajemen yang


kuat, kita memiliki pemahaman terbaik dari kondisi lokal untuk merebut peluang bisnis
dan menyediakan fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan unik di Indonesia pasar. Misi
dan Visi PT Dos Ini Roha yaitu untuk memberikan layanan kelas dunia distribusi untuk
Indonesia didorong oleh semangat untuk melayani.

PBF Dos Ni Roha didukung oleh 30 Cabang dan 19 Depo. Sehingga perusahaan ini
berkembang pesat lebih dari 50 tahun lamanya.

3.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia di PBF

PBF Dos Ni Roha memiliki 1 (satu) orang apoteker yang merupakan Apoteker
penanggung jawab (APJ) seluruh penyelenggaraan CDOB di PBF dan Asisten Apoteker
(AA). Di Pbf Dos Ni Roha dalam melakukan penyelenggaraan CDOB, seorang Apoteker
dibantu oleh Asisten Apoteker dalam menjalankan penyelenggaraan CDOB, manajemen
dan pembagian tugas SDM (sumber daya manusia) di PT DOS NI ROHA Cabang
Samarinda.

Kepala Cabang : A.Jarod Prabowo

1. Apoteker Penanggung jawab : Enggar Vivi Pratama.S.S.Farm.Apt


2. Apoteker Penanggung Jawab (Alkes) : Nur Aida Ayu Shinta
Dewi.Amd.Farm

3. Kepala Depo : Exwan Udin


4. Sales Supervisor General Trade : -
a. Sales Supervisor J&J : Tri Yuli Dian R
b. Sales Suprvisor Wyeth : M. Asman
5. Sales Supervisor Ethical : Angga Budiman
6. Branch logistic : Hariyono
a. IQM : Bastoni
b. Checker : Bambang A. Saragih
17

c. Picker : Safi’i

Marwansyah

d. Admin Logistik : Asep Setia Nugraha

Denny Wijaya

e. Deliveryman : J. Sandro

Wahyudi

Dzulkifli

Suseno

Arif Dani S

7. Branch K & A : Lily Nor Avendiana


a. Staff Credit Analistik : Rano Yulianto

Fatmawati

Ayu Lestari

b. Collector : Rofik

Handoko

c. Chasier : Asniati

Drajat Eric W

d. Order Processing Staff : Septi Saparianti

8. Personal General Affair : Supiansyah


a. Security Guard : Susetyo Bisri

Ade Wardani

Misranto
18

3.4 Pengelolaan Bangunan dan Sarana di PBF

Kantor dan gudang PBF atau PBF cabang boleh terpisah selama tidakmengurangi
efektivitas pengawasan internal oleh direksi /pengurus dan penanggung jawab, dan
gudang tersebut harus memiliki seorang apoteker penanggung jawab dan tenaga teknis
kefarmasian penanggungjawab. PBF boleh melakukan penambahan gudang atau
perubahan gudang dengan syarat mendapat persetujuan dari Dirjen Bidang Pembinaan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan.Gudang tambahan hanya
melaksanakan penyimpanan dan penyaluran sebagai bagian dari PBF pusat atau PBF
cabang. PBF cabang juga boleh melakukannya bila mendapat persetujuan dari Ka.Dinkes
Provinsi setempat.

3.5 perbekalan Farmasi di PBF Dos Ni Roha

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1332/Menkes/SK/X/2002. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari
obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.

Pada PBF Dos Ni Roha memegang beberapa jenis perbekalan farmasi yang akan
didistribusikan ke beberapa instansi, antara lain :

 Obat

Menurut Wikipedia Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk
merawat penyakit, meredakan atau menghilangkan gejala, atau mengubah
proses kimia dalam tubuh. Obat merupakan bahan atau paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik
dan psikis pada manusia atau hewan.

Pada PBF Dos Ni Roha ada beberapa bentuk sediaan yang didistribusikan ke outlet
outlet, antara lain :
19

1. Tablet
Merupakan sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
2. Kaplet (Kapsul Tablet)
Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval
seperti kapsul.
3. Pil
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
4. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan
5. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan,
atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga
dikatakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum)
dan larutan topikal (kulit).
6. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam
20

fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk
susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga
(telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.
7. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
8. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
9. Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
10. Obat tetes (guttae)
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk
obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes
baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa
antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes
telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).
11. Injeksi (injectiones)
Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
 Prekuror (Bahan Obat)
Menurut Permenkes NOMOR 44 TAHUN 2010 Prekursor adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan
21

Psikotropika. Pada PBF Dos No Roha terdapat ruangan yang dipisahkan sendiri sebagai
penyimpanan Prekursor. Cotoh obat prekursor di PBF Dos Ni Roha : UltraFlu
 Alkes (Alat Kesehatan)

Pengertian alat kesehatan berdasarkan Menteri Kesehatan RI. no.


220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976 adalah : Barang, instrumen
aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapan yang diproduksi,
dijual atau dimaksudkan untuk digunakan dalam penelitian dan perawatan
kesehatan, diagnosis penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan
keadaan badan atau gejalanya pada manusia.

Berdasarkan fungsinya alat kesehatan dapat digolongkan menjadi beberapa penggolongan


antara lain fungsinya, sifat pemakaiannya, Kegunaannva, umur peralatan, macam &
bentuknya, kepraktisan penyimpanan.
Berikut ini beberapa macam untuk alat kesehatan dasar :
1. Abocath (jarum infus).
2. Infus set / Transet ( selang infus)
3. Cairan infus.
4. Stetoskop
5. Tensi (tensimeter)
6. Termometer
7. Pinset (Jepitan)
8. Spuit (suntikan)
 Kosmetik
Definisi kosmetik dalam peraturan Mentri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut:
kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit

3.6 Penyelenggaraan CDOB di PBF


22

a) Pengadaan Pbf
PBF Dos Ni Roha mengadakan kebutuhan obat dari PBF pusat. Stok barang yang
diadakan di PBF, sekali pengadaan tergantung kebutuhan obat yang dibutuhkan, dan PBF
DNR tidak memesan dari PBF luar karena barang atau obat dipesan dari PBF pusat.
Untuk pengadaan psikotropika dan prekusor didatangkan dari pusat dengan surat pesanan
khusus yang kirim oleh apoteker penanggung jawab PBF cabang, kemudian akan
diproses dan siap dikirimkan sesuai dengan pesanan melalui ekspedisi. Pemesanan
tentunya terdapat batasan pemesanan tertentu yang harus ditaati, sehingga pemesanan
tidak boleh berlebihan hanya sesuai kepentingan. Untuk pelayanan pengadaan sediaan
psikotropika harus dari surat pesanan (SP) asli dilengkapi dengan tanda tangan
direktur perusahaan atau kepala cabang dan apoteker, stempel perusahaan yang
bersangkutan serta dengan syarat-syarat kelengkapan lainnya.

b) Penerimaan Obat dari Pbf Pusat Ke Pbf Cabang

Obat-obatan di PBF Dos Ni Roha diterima dari pusat / Depo Central.Barang yang
diterima rutin dikirim melalui tim ekspedisi untuk tiap pesanan. Penerimaan barang
merupakan segala awal arus barang yang bergerak di Gudang. Penerimaan barang dari
pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah, namun bila hal ini tidak memiliki
sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan akan mengganggu Produktifitas.
Berikut adalah hal-hal penting dalam penerimaan barang :
 Bukti Pesanan Barang dari Gudang ( untuk memastikan pesanan barang dalam
spesifikasi tepat)
 Bukti Tanda Barang diterima ( untuk penagihan )
 Cek Bukti Pemesanan dengan fisik barang
 Cek Expired Date dan kondisi barang ke penyimpanan.
 Barang-barang / obat-obat yang masuk dicatat dalam pembukuan Gudang kemudian
dilakukan pengeditan di computer

c) Penyimpanan Obat dengan persyaratan yang ditentukan


23

Setelah barang diterima dan dicek, selanjutnya adalah proses penyimpanan barang
atau obat di gudang. Penyimpanan obat harus disesuaikan dengan suhu tertentu sesuai
jenis obatnya.Tetapi tidak semua obat harus disimpan pada suhu tertentu, adapula obat
yang disimpan pada suhu normal.Pengaturan suhu dilakukan dengan tujuan agar obat
yang disimpan digudang, pada saat dilakukan pengepakan obat dalam keadaan baik atau
bagus.

Suhu yang tidak sesuai akan merusak obat. Misalnya saja pada tablet salut gula,
apabila tablet salut gula disimpan pada suhu yang panas, maka obat tersebut dapat
meleleh dan tidak dapat digunakan sehingga harus disimpan pada suhu yang sejuk.Selain
itu obat yang harus disimpan pada suhu yang dingin adalah vaksin, injeksi dan
supositoria.Vaksin harus disimpan pada kulkas, tetapi suhunya harus diatur sesuai
ketetapan suhunya (suhu kamar), dengan menyesuaikan sediaan dengan ketentuan
suhunya sehingga kualitas dari sediaan dapat terjaga.

Penyimpanan injeksi selain vaksin, dapat disimpan seperti obat biasa lainnya, yakni pada
suhu normal.
 Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu dengan dua buah kunci
yang kuat dengan merek yang berlainan.
 Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi.
 Dilengkapi dengan lemari besi yang beratnya tidak kurang dari 150 kg dan
mempunyai kunci yang kuat.
 Gudang dan lemari tidak boleh untuk menyimpan barang lain kecuali ditentukan lain
oleh Menteri.
d) Pendistribusian Obat Ke Pelayanan Kefarmasian
Alur pendistribusian di PBF Dos Ni Roha yaitu, pelanggan mengorder barang atau
obat (viatelepon, fax, email, e-katalog, dan dari kunjungan salesman), setelah diterima
surat pesanan maka Sp (surat pesanan) sdiberikan kepada Op (Order Proscessing) untuk
diverifikasi (Nama Outlet, barang yang dipesan, alamat tempat, dll) setelah itu faktur
picking dicetak oleh admin logistik dan diberikan kepada tatalaksana gudang lalu
tatalaksana gudang menyiapkan barang .
24

Selanjutnya barang dibawa ke checker disertai dengan kertas picking untuk di periksa
kesesuaiannya, sesudah barang telah diverifikasi oleh checker dan sudah sesuai, maka
faktur diberikan kembali kepada pihak admin logistik untuk dicetak faktur. Faktur PBF
Dos Ni Roha memiliki 4 rangkap atau lembar, faktur yang berwarna merah untuk
Apoteker Penanggung Jawab, kuning untuk K&A, faktur hijau untuk pegangan
pelanggan danPutih adalah faktur asli yang diberikan kepada pelanggan jika telah
melakukan pelunasan terhadap barang atau obat yang dipesan.

Selanjutnya terjadi serah terima antara pihak admin logistik dengan pihak pengantar
barang, checker menyerahkan barang dan pihak pengantar mengemas barang dan barang
siap diantarkan sesuai dengan pelanggan. Pada saat barang telah tiba dipelanggan,
dilakukan pengecekan kembali. Mencocokkan faktur dengan barang serta batch dan ed
(expire date) obat. Dan apa bila telah sesuai, maka faktur putih, hijau,kuning dan merah
akan ditandatangani serta distempel. Jika pembayaran lunas, maka dapat diberikan faktur
asli yaitu berwarna putih Dan faktur hijau akan dipegang oleh pelanggan.

e) Penanganan terhadap keluhan

penarikan kembali produk, dan produk kembalian merupakan hal penting yang
harus diperhatikan dalam pembuatan obat yang baik pada industri farmasi. Hal ini
disebabkan keluhan kosumen terhadap obat yang dikonsumsi dapat menjadi masalah
yang serius jika tidak ditangani dengan baik. Produk yang tidak memenuhi syarat mutu
obat maka harus dilakukan penarikan kembali produk yang telah beredar di pasaran.
Produk kembalian yang telah di tarik dari peredaran kemudian di olah lagi dan jika tidak
bisa diolah maka harus dimusnahkan.

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk
menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui cacat dari peredaran secara cepat
dan efektif.

Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh:


25

 Keluhan mengenai mutu dan berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari
produk atau kemasannya.
 Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi
fatal atau reaksi hampir fatal dan reaksi medis lain.
 Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat
atau respon klinis yang rendah.

Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak


lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk, dalam
menanggapi keluhan terhadap obat yang diduga cacat. Tiap laporan dan keluhan
hendaklah diselidiki dan dievaluasi secara menyeluruh dan mendalam mencakup:

 Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan.


 Inspeksi atau pengujian sampel obat yang dikeluhkan dan diterima serta, bila perlu
pengujian sampel dari batch yang sama.
 Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan batch, catatan distribusi
dan laporan pengujian dari produk yang akan dikeluhkan atau dilaporkan.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau
beberapa batch atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali
produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan
mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan
kembali produk dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat
tersebut.Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau
alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan
akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan


dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian
dapat diproses ulang atau harus dimusnakan setelah dilakukan evaluasi. Produk
kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
26

 Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan.
 Produk kembalian yang dapat diproses ulang.
 Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.

f) Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan

Pedagang Besar Farmasi wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan


dan/atau pengeluaran Narkotika,Psikotropika,dan Prekursor Farmasi. Pencatatan
sebagaimana dimaksud terdiri atas:
 nama, bentuk sediaan,dan kekuatan Narkotika,Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi
 jumlah persediaan
 tanggal,nomor dokumen, dan sumber penerimaan
 jumlah yang diterima
 tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan
 jumlah yang disalurkan/diserahkan;
 nomor batchdan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/
penyerahan; dan
 paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.

Pencatatan yang dilakukan sebagaimana dimaksud harus dibuat sesuai dengan


dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran termasuk dokumen impor,
dokumen ekspor dan/atau dokumen penyerahan

Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran,


dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekusor Farmasi wajib disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga)
tahun. Hal ini ditujukan agar, apabila ada pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan atau
27

Balai besar POM dapat dipertanggung jawabkan. Pembukuan yang dimaksud


mencakup surat pesanan, faktur pesanan, faktur pengiriman dan penyerahan, kartu
persediaan digudang maupun dikantor PBF.

PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor


Farmasi dalam bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan
Prekusor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.

Pelaporan sebagaimana yang dimaksud diatas paling sedikit terdiri atas:


• nama, dan bentuk sediaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras dan obat
Prekusor Farmasi
• jumlah persediaan awal dan akhir bulan
• tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
• jumlah yang diterima
• tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran
• jumlah yang disalurkan
• nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan
awal dan akhir.
28

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Sistem Ganda (PSG) di pedagang besar farmasi yaitu PT. Dos Ni Roha
selama kurang lebih satu bulan dapat kami simpulkan :

1. PT Dos Ni Roha melayani pendistribusian perbekalan farmasi seperti obat-obatan, Alkes


dan kosmetik. Selain itu yang perlu di ketahui yaitu pedagang besar farmasi hanya dapat
mendistribusikan barang-barangnya kepada apotek, rumah sakit, balai pengobatan, PBF
lain, toko obat berizin dan instalasi lain yang telah di tentukan dalam peratuan pemerintah
yang berlaku.

2. Adapun tugas seorang asisten apoteker adalah menjadi penanggung jawab penuh dalam
selagakegiatan pendistribusian di dalam Pedagang Besar Farmasi yang berlaku sesuai
peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah dan instalasi terkait.

3. Pelaksanaan PSG di Pedagang Besar Farmasi PT. Dos Ni Roha sangat bermanfaat bagi
calon asisten apoteker menyangkut berbagai aspek pengelolaan perbekalan farmasi
meliputi perencanaan, pengadaan dan distribusi.
29

4.2 Saran

Sebagai akhir dari penulisan ini maka kami ingin menyampaikan saran-saran yang di
harapkan dapat berguna untuk perusahaan,sekolah dan siswa-siswi SMK Farmasi.Adapun
saran yang dapat kami berikan antara lain

A. Saran untuk PBF

1. PT. Dos Ni Roha di harapkan dapat meningkatkan pelayan dalam penjualan dan
pendistribusian obat, alkes atau yang lainnya di seluruh instalasi kesehatan atau instalasi
terkait lainnya.
2. Sebaiknya Fasilitas penunjang yang sekiranya belum di lengakapi hendaknya segera di
lengkapi.
3. Semoga PT. Dos Ni Roha dapat mempertahankan serta mengembangkan usahanya,
sehingga dapat menjadi distributor yang lebih besar dan di kenal anyak pihak.
4. Sediaan farmasi yang penyimpanannya di atur oleh ketentuan suhu tertentu hendaknya di
simpan sesuai suhunya agar sekiranya sediaannya tetap terjaga kualitasnya dan bentuk
sediaanya.
5. Semoga kerja sama antara PT. Dos Ni Roha dengan pihak SMK Farmasi samarinda
dapat terus di pertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya.

B. Saran untuk sekolah :


Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan PRAKERIN
lebih di perbanyak dan di perluas sehingga siswa dan siswi dapat lebih mantap lagi
dalam melaksanakan PRAKERIN

C. Saran untuk siswa-siswi yang melaksanakan Prakerin :


1. Sebaiknya siswa/ siswi yang hendak melaksanakan Praktek Sistem Ganda (PSG)
kiranya bisa menguasai pelajaran kefarmasian khususnya sinonim, mengetahui
nama-nama obat baik generic maupun paten serta pengetahuan mengenai cara
pemakaian komputer.
30

2. Hendaknya siswa/siswi Praktek Sistem Ganda (PSG) dapat lebih disiplin,


menjaga sikap dan mengikuti segala atruran yang telah di tetapkan oleh instalasi
yang menjadi tempat Praktek Sistem Ganda (PSG)
31

LAMPIRAN

 Struktur Organisasi
32

 Kartu Stock
33

 Faktur penjualan
34

 Denah Lokasi

 Foto Kegiatan
35

Anda mungkin juga menyukai