Anda di halaman 1dari 104

Bahasan psikologi anak tidak hanya berhubungan dengan tahap

perkembangan beserta ciri khas pada setiap fase. Sejalan dengan


problematika tentang perkembangan anak, dalam psikologi anak juga
dibahas berbagai jenis gangguan perkembangan pada anak beserta
faktor pencetusnya.

PSIKOLOGI ANAK
Mengenal Autis hingga Hiperaktif

10 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif


Doktor Spranger menulis buku, “Psycologie des Jugendalters”
(Psikologi dari masa muda). Sedang sarjana-sarjana Belanda dalam
ilmu pendidikan yang banyak menulis buku antara lain: Gunning,
Kohnstamm, Bigot, Palland, Sis Heyster, J.Bijl, Roels dan Lievegoed,
sarjana lainnya adalah :Meumann, Koffka dan Kroh (Jerman), Dr.
Schuyten, Tobie Jonkheere, Decroly, (Belgia), Sikorski, dan Pavlov
(Rusia). Tokoh lain dari Belanda adalah V. Wagenburg, Van Ginneken,
Frater Rombouts, Casimir, Waterink, Langeveld.
Disamping tokoh-tokoh tersebut di atas, ada pula beberapa tokoh-
tokoh pendidik pada abad-abad sebelumnya, yang banyak berjasa
dalam pemikiran tentang hakekat anak dan perkembangan anak-anak.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain ialah : Johan AmosComenius
(1592-1671). Ia dipandang sebagai seorang ahli pendidik pertama
yang mengemukakan sifat-sifat khas anak, yang berbeda dengan ciri
dan sifat-sifat orang dewasa.
Kemudian Jean Jacquis Rosseau (1712-1778), yang mencoba
melukiskan perkembangan anak dalam bukunya” Emile et Shopy”
(yang menuntut anak berkembang dan tumbuh dalam kebebasan).
Juga Heinrich Pestalozzi (1746-1852) menaruh minat yang sangat
Sanksi pelanggaran Pasal 72: besar pada masalah kehidupan anak. Kemudian Dr. Maria Montessori
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 (1870-1952) dari Italia, sangat berminat pada masalah kejiwaan anak.
Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Pasal 44 Tentang
Hak Cipta Dan mencoba mengembangkan satu metodik mengajar yang berprinsip
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana pada “auto-education”.
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana Tokoh-tokoh diatas menginspirasi para ahli psikologi modern
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun untuk terus mengadakan kajian tentang perkembangan anak. Hingga
dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
saat ini terjadi ledakan yang luar biasa dari para pemerhati anak
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau
untuk mengembangkan pendekatan dan motode yang paling tepat
hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling guna lebih memahami kejiwaan. Berbagai penelitian dan temuan
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) ber­munculan sebagai upaya memberikan layanan terbaik bagi anak
dan mengoptimalkan potensi anak.

Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 9


pandangan John Locke pada abad 17 yang mengemukakan pandangan
tentang ‘tabula rasa’ atau meja lilin, menyangkal pandangan bahwa
Dra. Lilik Sriyanti, M.Si.
anak lahir sudah membawa bakat jahat. John Locke berpandangan
bahwa anak lahir dalam keadaan bersih, putih seperti kertas, per­
kembang­an anak selanjutnya ditentukan oleh pengalaman hidup
se­lanjutnya bersama lingkungannya yaitu orang tua atau guru.

PSIKOLOGI
Pada akhir abad ke 19 mulai timbul perhatian umum terhadap
pribadi dan hakekat anak, sehingga anak dijadikan “objek” yang
dipelajari secara ilmiah. Masa baru ini dipelopori antara lain oleh

ANAK
Wilhelm Preyer, seorang tabib yang menulis buku “Die Seeledes Kindes”
(jiwa anak) pada tahun 1882. Tidak lama kemudian tampillah para
doktor, ahli psikologi dan ahli pendidik yang meneliti anak, serta
menulis buku-buku psikologi anak. Antara lain William Stern menulis
buku “Psichologie der fruhen kindheit”. Psikologi anak-anak usia sangat
muda, yang menuliskan anak sebagai struktur kepribadian yang aktif, Mengenal Autis hingga Hiperaktif
dan merupakan satu totalitas bulat yang dinamis.
Karl Buhler manulis buku “Die geistige Endwicklung des Kindes”
(perkembangan jiwani anak) pada tahun 1918. Dan Koffka menulis
buku ‘’Die Grundlagen der psychischen Entwicklung “ (Azas dasar dari
perkembangan psikis) pada tahun 1921.
Di Amerika Serikat tokoh-tokoh terkenal yang mempelajari
masalah kanak-kanak antara lain Tracy. Juga G. Stanley Hall dari
Clark University. Yang menulis buku “Adolescence” sedang di Inggris
antara lain ialah Sully dan Baldwin. Di Perancis kita kenal antara lain
Compayre, Perez dan Claparede. Tokoh Swiss yang terkenal adalah
Jean Piaget. Tokoh lain yang tak kalah terkenal sebagai pelopor
psikologi anak adalah istrinya Karl Buhler yaitu Charlotte Buhler yang
menulis buku “Kindheit und Jugend” (masa kanak-kanak dan anak
muda) serta “Genese des Bewustseins” (kejadian dari kesadaran).

8 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif


orang dewasa. Bahkan struktur kejiwaan anak dan manusia dewasapun
berlainan pada setiap masa perkembangan (Boeree, 2007).
Sebaliknya psikologi modern/baru, mempunyai pendirian KATA PENGANTAR
yang sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip psikologi asosiasi,
dengan tegas mengemukakan pendirian bahwa totalitas/ keseluruhan
itu adalah lebih dari pada jumlah bagian-bagiannya. Setiap peristiwa
kejiwaan itu tidak dapat dipisahkan dari subjeknya, tidak bisa
diceraikan dari pribadi seseorang (anak) yang menampilkan peristiwa
kejiwaan tadi. Setiap unsur atau bagian hanya akan mempunyai makna
bila dalam konteks keseluruhan.
Psikologi modern sifatnya subjektif, memandang jiwa sebagai tenaga
batiniah yang kreatif dinamis serta aktif (Sevilla, 1995). Psikologi Segala puji bagi Allah Al-Klaaliq dan Allah Al-Mutakabbir, Yang
modern menyatu padukan semua proses kejiwaan menjadi satu totalitas Maha menciptakan, Yang Maha memiliki keagungan dengan segala
yang berarti dan mempunyai fungsi tersendiri. Jiwa itu dianggap sebagai kekuasaan dan kasih sayangnya hingga setiap anak lahir ke dunia di
pusat tenaga batin, yang memberi nafas kehidupan pada manusia dengan sambut dengan suka cita. Segala puji bagi Allah Al-Musawwir, yang
segenap tingkah lakunya, dan membuat manusia menjadi seorang maha membentuk rupa, yang telah menciptakan manusia sebaik-baik
individu yang khas unik serta berbeda dengan orang/subjek lain. ciptaanNya. Atas bimbingan dan kasih sayangNya buku tentang dunia
Untuk memahami manusia dan untuk mengerti hakekat anak perlu anak ini bisa hadir di tengah-tengah pembaca yang senantiasa haus
menyelami pusat tenaga batin (jiwa) nya, dengan menggunakan metode akan ilmu.
pemahaman atau metode Verstehen. Untuk menyelami perasaan dan Anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dikembangkan
kehidupan batin orang lain, perlu memiliki kemampuan menyatukan potensinya sesuai dengan fitrahnya. Kelahiran seorang bayi ke dunia
batin diri sendiri dengan batin orang lain. Dalam bahasa lain, perlu selalu membawa perubahan di sekeliling, mendatangkn suka cita,
ada empati agar bisa memahami kondisi batiniah orang lain. keceriaan, kebanaggaan, bertambah nikmat dan rizkinya bagi yang
Pada abad ke 19, psikologi anak mulai dipelajari secara insentif bersyukur. Telah lahir generasi penerus yang dapat mengalirkan pahala
se­bagai ilmu pengetahuan. Sebelumnya, selama kurang lebih 18 abad, ketika orang tua kelak tiada. Dunia anak adalah dunia yang penuh
anak-anak dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil: keceriaan, kepolosan, dan kegembiraan.
bentuk badan kecil, akal belum sempurna, dan memerlukan waktu Buku yang saat ini menemani pembaca adalah bagian kecil dari
untuk tumbuh dan berkembang. Plato (427-347 SM) menyatakan ke­hidupan anak, sebagai anugrah Allah yang luar biasa tersebut. Untuk
bahwa anak adalaah miniatur orang dewasa, perkembangan di­ memudahkan pemahaman tentang dinamika kehidupan anak, penulis
tentukan oleh faktor genetis, sehingga perbedaan individual yang ada

6 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ v
menyajikan sekelumit seluk beluk psikologi anak, sejarah singkat sifatnya. Karena itu gejala-gejala kejiwaan bisa diselidiki dengan
psikologi anak dan letak psikologi anak diantara ilmu-ilmu lainnya. metode-metode yang dipakai dalam penelitian ilmu alam, khususnya
Bagian dua buku ini membicarakan tentang teori-teori yang me­ mempelajari sebab dan akibat, menurut hukum-hukum kausalitas.
ngupas perkembangan anak dari sudut pandang beberapa ahli, teori Segala sesuatu terjadi karena ada penyebabnya. Psikologi asosiasi
tersebut mempengaruhi cara pandang dan cara bersikap terhadap berpendirian, bahwa setiap peristiwa psikis itu merupakan akibat
ber­bagai perilaku yang muncul pada anak. Mengapa anak bisa suka langsung dari perangsang-perangsang fisik yang berasal dari luar,
ber­bohong, mengapa anak bisa mempunyai kebisaan mencuri, malas sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam organisme manusia
belajar, membangkang dan berbagai perilaku anak lainnya dapat dan dalam susuna urat syarafnya. Menurut prinsip psikologi kuno,
dikupas dari sudut teori ini. Pandangan teori Social Learning misal­ keseluruhan adalah sama dengan jumlah (totalitas) dari bagian-
nya, mengatakan bahwa perilaku anak diperoleh dari hasil belajar. bagiannya. Oleh karena itu proses kejiwaan yang lebih tinggi tarafnya
Pe­r­­ubahan sikap dan perilaku anak diperoleh dengan mengamati dan (seperti berfikir, menghayal, menimbang, merasa, berkemauan, dan
men­contoh perilaku orang dewasa. lain-lain) itu terbentuk karena adanya hubungan dan kombinasi dari
unsur-unsur kejiwaan yang sederhana dan bertaraf lebih rendah.
Perkembangan anak mengikuti prinsip atau hukum tertentu
Maka hubungan dan kombinasi dan unsur-unsur inilah yang lazimnya
yang berlaku umum untuk setiap anak, hukum tempo perkembangan
disebut sebagai asosiasi. Oleh pendirian semacam ini ilmu kuno
menuntun orang tua untuk tidak panik dengan kemampuan bicara
disebut sebagai psikologi asosiasi.
anak yang dianggap lebih lambat dibanding anak lain. Hal ini karena
tempo perkembangan tiap anak tidak sama, ada anak yang bisa Sehubungan dengan prinsip asosiasi tersebut, psikologi lama
jalan usia 12 bulan tetapi anak lain usia 20 bulan baru bisa berjalan. me­mandang anak sebagai objek penelitian, yaitu mereka meneliti
Walau begitu orang tua harus selalu mendampingi anak dari waktu proses-proses jiwa dan gejala-gejala kesadaran yang umumnya terlepas
ke waktu karena prinsip kematangan mengharuskan orang tua/guru dari orangnya atau subjek yang menampilkan gejala–gejala psikis
mem­berikan stimulasi pada saat kematangannya. tadi. Mereka menyamakan pribadi anak dengan gejala fisik lainnya.
Disamping itu, psikologi kuno menganggap anak sebagai orang dewasa
Perkembangan anak mengikuti pola umum yang sama, tiap
dalam bentuk kecil (mini). Anak yang “status kedudukannya” belum
anak juga mempunyai karakteristik khas yang berbeda dengan anak
dewasa ini dianggap tidak ada bedanya dengan orang dewasa. Maka
lain, perkembangan anak usia TK tidak sama dengan anak usia SD.
bentuk mini tersebut masih harus tumbuh dan bertambah besar, agar
Uraian tentang karakteristik anak usia TK dan usia SD dibahas secara
bisa serupa betul dengan bentuk manusia dewasa.
men­­dalam pada bab III. Adakalanya perkembangan tidak berjalan
mulus, melainkan ada gangguan atau hambatan-hambatan yang Psikologi kuno hanya mempelajari tingkat-tingkat perkembangan
menyebabkan perkembangan anak tidak sejalan dengan pola umum menurut usia saja, serta gejala-gejala jiwa yang sifatnya umum, dan
yang berlaku. Autis, hiperaktif, retardasi mental merupakan contoh tidak memandang anak sebagai satu totalitas psiko-fisik, yang menurut
gangguan perkembangan pada anak. hakekatnya sangat berlainan struktur kejiwaanya dengan kejiwaan

vi ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 5
1) Psikologi anak, yaitu psikologi yang membahas fase-fase Rutinitas penulis bergumul dengan anak-anak autis, hiperaktif,
perkembangan anak dan karakateristiknya dari pranatal retardasi mental di sekolah yang penulis kelola, serta pengalaman
hingga usia 11/12 tahun. Fase anak dibagi lagi menjadi meng­hadapi berbagai gangguan perilaku anak di Biro Konsultasi
fase bayi, fase anak-anak awal, fase pertengahan dan Psikologi Tazkia STAIN Salatiga mendorong penulis untuk menulis­
fase akhir masa anak-anak kan berbagai fenomena perilaku anak, yang adakalanya sulit untuk
2) Psikologi remaja mengupas karakteristik pubertas dan dimengerti orang tua. Di samping karena penulis mengajar mata kuliah
remaja, berkisar usia 11/12 tahun hingga 15/16 tahun; Psikologi Anak, Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan di
3) Psikologi orang dewasa, mengupas fase perkembangan kampus tersebut.
orang dewasa beserta karakteristiknya, dari usia 17/18 Berbagai pihak telah membantu demi terbitnya buku ini, karena
hingga meninggal dunia. Fase dewasa dibedakan itu ucapan terimakasih tercurah pada para budiman tersebut, ter­
menjadi masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan utama untuk suami Alfred L yang senantiasa mendampingi dalam
dewasa akhir atau masa lanjut usia segala situasi, serta anak-anak Alfisyah Liasari dan Sabrina Alya
e. Psikologi sosial, merupakan cabang psikologi yang mengupas Adzhani yang menjadi pemicu muncul ide-ide baru.
perilaku individu dalam relasi sosial.
f. Psikologi pendidikan, merupakan psikologi yang membahas
Salatiga, 2014
perilaku individu dalam situasi pendidikan

g. Gerontology, yaitu psikologi yang mempelajari semua perma­
salahan yang terdapat pada usia tua. Penulis

Saat ini mulai berkembang berbagai cabang psikologi khusus


yang menitik beratkan kajiannya pada aspek khusus dari dinamika
kehidupan manusia, seperti psikologi dakwah, psikologi sholat dan
sebagainya.

B. Sejarah Psikologi Anak


Sejarah perkembangan psikologi anak tidak bisa lepas dari per­
kembangan psikologi itu sendiri. Kartono (1995) menguraikan sejarah
psikologi anak dimulai dari psikologi lama hingga psikologi modern
saat ini. Psikologi lama atau psikologi sebelum 1900, bisa disebut se ­
bagai psikologi asosiasi. Berpendapat bahwa jiwa itu adalah pasif

4 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ vii
2. Psikologi praktis, merupakan cabang psikologi yang menekankan
kajian ilmunya untuk kepentingan praktis dalam bidang tertentu
atau ilmu tersebut diterapkan dalam bidang tertentu, untuk
mengatasi masalah tertentu. Yang tergolong psikologi praktis
antara lain: psikodiagnostik, psikologi klinis, psikologi konseling,
psikologi dakwah.
Sementara itu, psikologi juga dibedakan menjadi psikologi umum
dan psikologi khusus (Walgito, 1986).
1. Psikologi umum, adalah psikologi yang mengupas perilaku dan
kondisi kejiwaan orang dewasa, normal dan beradap. Kajian
psikologi umum berisikan aspek dan kondisi kejiwaan yang terjadi
pada individu secara umum, seperti aspek kecerdasan, motivasi,
emosi, kesadaran, ingatan dan sebagainya.
2. Psikologi khusus, merupakan cabang psikologi yang membahas
kekhasan dari suatu perilaku atau kondisi kejiwaan seseorang
dan diterapkan dalam kondisi yang khusus pula. Yang termasuk
psikologi khusus antara lain:
a. Psikologi genetis atau psikologi perkembangan mengupas
perkembangan manusia dimulai dari periode masa bayi,
kanak-kanak, anak sekolah, masa remaja, sampai periode
adolesens menjelang dewasa. Psikologi anak, psikologi remaja
dan psikologi orang dewasa termasuk dalam kelompok
psikologi perkembangan.
b. Psikologi wanita, merupakan bagian dari psikologi yang
membahas karakteristik khas wanita
c. Psikologi keluarga, merupakan bagian psikologi yang
mengupas kondisi kejiwaan setiap anggota keluarga (ayah
ibu dan anak) serta relasi yang terjadi diantara mereka.
d. Psikologi perkembangan, meliputi:

viii ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 3
Psikologi perkembangan memulai pembahasannya dari sejak
pra-natal, karena itu ruang lingkup psikologi anak juga sudah di­­
mulai sejak konsepsi, yaitu sejak awal terbentuknya individu, yaitu DAFTAR ISI
saat bertemunya sel telur dengan sprema. Psikologi perkembangan
di­­bedakan menjadi beberapa bidang kajian karena beberapa alasan
(Kartono, 1995):
1. Sifat-sifat/karakteristik yang khas,
2. Peperbedaan-perbedaan tertentu antara satu tahap perkembangan
dengan tahap lainnya,
3. Adanya ciri-ciri khusus pada anak manusia.
Taraf perkembangan anak manusia selalu berlainan sifat dan ciri-
cirinya, Bayi mempunyai sifat yang berlainan dengan anak-anak dan KATA PENGANTAR ~ v
remaja. Anak usia 2 tahun berbeda perilaku dan sifat-sifatnya dengan DAFTAR ISI ~ ix
anak usia sekolah. Kehidupan psikis anak usia sekolah berbeda dengan
kehidupan psikologis anak puber, sedang anak puber berbeda keadaan BAB I RUANG LINGKUP DAN SEJARAH PSIKOLOGI
jasmaniah dan kehidupan psikisnya dengan keadaan orang dewasa. ANAK ~ 1
Bahkan sama-sama orang dewasa akan terdapat perbedaan antara A. Ruang Lingkup dan Kedudukan Psikologi Anak ~ 1
orang dewasa muda/awal dengan dewasa madya. Orang dewasa usia B. Sejarah Psikologi Anak ~ 5
50 tahun mempunyai kehidupan psikis dan fisik yang berbeda dengan
orang lanjut usia. BAB II TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ~ 11
Perbedaan karakteristik setiap fase perkembangan tadi menye­ A. Teori-teori Perkembangan ~ 11
babkan perbedaan bidang kajian, sehingga psikologi juga dibedakan B. Hukum atau Prinsip-prinsip Perkembangan ~ 16
menjadi beberapa kelompok. Secara garis besar psikologi dibedakan
menjadi dua yaitu psikologi teoritis dan psikologi praktis, juga dibe­ BAB III PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DAN MASA
dakan atas psikologi umum dan psikologis khusus (Mangal, 1998). SEKOLAH DASAR ~ 37
A. Aspek-aspek Perkembangan ~ 37
1. Psikologi teoritis, yaitu jenis psikologi yang menguraikan ilmunya
B. Perkembangan Anak Usia Dini ~ 52
dalam tataran teoritis, untuk kepentingan ilmu psikologi itu
C. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD/MI) ~ 70
sendiri. Yang termasuk psikologi teoristis antara lain : psikologi
perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi remaja.

2 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ ix
BAB IV G ANGGUAN-GANGGUAN PERKEMBANGAN
PADA ANAK ~ 101 BAB I
A. Faktor Penyebab Gangguan Perkembangan pada
Anak ~ 101
B. Mengenal Perkembangan pada Setiap Usia ~ 104 RUANG LINGKUP DAN SEJARAH
C. Bentuk-bentuk Gangguan Perkembangan ~ 111
D. Gangguan-gangguan Perilaku ~ 142
PSIKOLOGI ANAK

DAFTAR PUSTAKA ~ 187


BIO DATA PENULIS ~ 193

A. Ruang Lingkup dan Kedudukan Psikologi Anak


Psikologi anak termasuk bagian dari psikologi perkembangan, yang
mempelajari tentang perkembangan anak. Psikologi perkembangan
meliputi beberapa bidang psikologi, yaitu psikologi anak, psikologi
remaja, psikologi orang dewasa dan psikologi lansia (lanjut usia). Psikologi
perkembangan sendiri diartikan sebagai cabang psikologi yang mempelajari
perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan
dari masa konsepsi sampai meninggal dunia. Psikologi perkembangan
mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses
perkembangan yang terjadi di dalam diri pribadi yang khas (Monks,
1992).
Objek dari psikologi perkembangan anak adalah kehidupan
kejiwaan anak secara total sebagai person (bukan sebagai mahluk sosial).
Psikologi anak tidak mempelajari gejala kejiwaan anak satu persatu
secara terpisah, melainkan mempelajari gejala kejiwaan sebagai totalitas.
Ketika membahas tentang perkembangan motorik anak, selalu berkaitan
dengan aspek perkembangan lainnya. Hal ini karena perkembangan
bersifat integral, setiap aspek perkembangaan berhubungan dengan
aspek lainnya.

x ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif 1


anak (sebagai akibat dari defisiensi anak). Untuk selanjutnya
men­cari cara sebaik-baiknya guna memperbaiki dan mengatasi BAB II
kekurangan-kekurangan anak tersebut. Tanpa pendidikan dan
pengasuhan anak akan tetap berada dalam keadaan lemah.
Tanpa uluran tangan orang lain anak menjadi tidak berdaya TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP
dalam hidup dan menggantungkan sepenuhnya pada orang lain.
Anak-anak dengan kekurangan tertentu yang tidak mendapatkan
PERKEMBANGAN
pendidikan yang baik selamanya akan merepotkan diri sendiri
dan orang lain. Bagaimanapun kondisi bawaan tadi memerlukan
peran lingkungan, tetapi lingkungan tidak bisa mengubah anak
di luar kodratnya.
6. Dorongan spontan dari dalam sebagai tanda kemampuan tumbuh A. Teori-teori Perkembangan
Jika kapasitas-kapasitas untuk bergerak, berpikir dan me­
Perkembangan individu berjalan sejak pralahir hingga meninggal.
rasakan pada anak sudah matang, maka anak-anak didorong oleh
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang proses perkembangan
impuls-impuls yang kuat dari dalam untuk menggunakannya.
individu. Monks (1992) dan Shaffer (2010) menguraikan teori yang
Misalnya, bila organ-organ tubuh untuk menelungkup sudah
mengupas perkembangan individu meliputi teori nativisme, teori
cukup matang maka anak secara spontan akan melakukan gerak­
empirisme, teori konvergensi, teori psikodinamika, dan teori belajar
an menelungkup. Demikian juga bila lengan dan kaki anak sudah
sosial.
cukup matang untuk melakukan gerakan merangkak, maka secara
1. Teori Nativisme
spontan anak akan melakukan gerakan merangkak. Hal ini juga
Tokoh teori nativisme adalah Schopenhauer. Menurut teori
terjadi pada aktivitas lain. Terdapat dorongan dari dalam diri anak
ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus,
untuk melakukan aktivitas walaupun tidak ada rangsangan dari
yaitu faktor- yang dibawa sejak lahir, hasil keturunan dari nenek
luar. Terdapat dorongan dari dalam membuat anak melakukan
kakek sebelumnya. Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling
sesuatu. Demikian juga terdapat dorongan dari dalam untuk
memengaruhi perkembangan anak adalah pem­bawaan sejak lahir
merasa dan berpikir.
atau ditentukan oleh faktor genetis. Para ahli yang menganut
Jika tulang-tulang kakinya sudah cukup kuat untuk me­
teori ini mengklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi
nyangga tubuh dan menggerakkan kedua kakinya, maka anak
perkembangan anak adalah unsur genetik anak yang diturunkan
secara terus-menerus berusaha untuk berdiri dan berjalan sekali­
dari orang tuanya. Perkembangan ditentukan oleh faktor endogen,
pun dia mengalami banyak kesakitan karena berulang kali jatuh.
artinya perkembangan tidak terjadi secara spontan, melainkan
Pada masa ini anak akan selalu berusaha mencoba kemampuan
merupakan pemekaran pre-disposisi yang sudah ditentukan
26 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif 11
secara biologis dan tidak dapat berubah lagi. Lingkungan hanya dalam mengasuh anaknya. Paham environmentalisme berpendapat
menyediakan kesempatan yang baik. sebagai berikut: “tidak ada anak yang sukar, yang ada ialah orang
Individu berkembang dalam cara yang terpola, setiap orang tua yang sukar. Problem children are the product of problem parents”.
akan memiliki kemampuan duduk sebelum mampu berjalan, Kelompok behaviorisme bahkan menyatakan bisa menjadikan
tumbuh cepat pada masa bayi dan berkurang pada masa anak, bayi-bayi seperti apa yang dikehendaki orang tuanya.
berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja, dan Pada setiap bayi yang normal mempunyai dorongan dari
seterusnya. Kemampuan untuk bicara, berjalan, mencari puting dalam untuk mengekspresikan macam-macam bunyi suara, lagu
susu ibunya dan mengisap merupakan faktor bawaan yang suara, dan irama yang berbeda-beda. Setiap anak normal dam
sudah ada sejak anak lahir. Menurut teori ini faktor lingkungan sehat akan melakukan hal itu, walaupun tidak ada pengaruh dari
termasuk pendidikan kurang memberikan pengaruh terhadap luar. Namun tidak ada seorang anakpun akan pandai bercakap-
perkembangan anak. Kondisi dan kualitas anak pada dasarnya cakap jika pada umur tertentu tidak bisa menirukan bunyi-
sudah ditentukan sejak lahir, hasil bawaan dari kedua orang tuanya. bunyi ucapan dari pendidiknya, ayah,ibu, saudara-saudara atau
pengasuhnya. Anak tidak akan bisa bercakap-cakap bila dia tidak
2. Teori Empirisme
pernah mendengar orang lain bercakap-cakap. Anak tidak akan
Teori Empirisme adalah teori yang berpaham lingkungan
dapat mengucapkan kata ‘ibu’ bila orang lain tidak mengajarkan
se­bagai pembentuk perilaku anak. Teori ini bersifat sosiologis,
padanya kata’ibu’. Faktor ekstern yang amat penting dalam hal
karena orang-orang di sekitar anak memberikan pengaruh besar
ini adalah:pengasuh atau pendidik yang bercakap-cakap dengan
terhadap perkembangan anak. Tokoh teori antara Francis Bacon
anak. Yang menjadi syarat mutlak, agar kemampuan bicara anak
dan John Locke. Pandangan dari teori ini adalah bahwa anak lahir
bisa berkembang sepenuhnya.
seperti kertas putih, yang menentukan perkembangan anak faktor
Interakasi faktor pembawaan dan lingkungan juga menandas­
lingkungan, faktor pendidikan. Perkembangan anak ditentukan
kan bahwa kualitas pendidikan tidak akan mampu membentuk
oleh faktor orang tua, guru dan orang lain di sekitar anak.
anak menjadi manusia super diluar potensi yang sebenarnya. Anak
Anak yang lahir dianggap dalam kondisi kosong, putih bersih
yang lahir dalam kondisi mental deficit (ganggua mental), seperti
seperti meja lilin (abularasa), pengalaman (empiris) anaklah
idiot, debil, autis, cerebral palse, dengan pendidikan modern dan
yang menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.
pendidikan yang sudah teruji tidak akan dapat mencetak anak-
Dengan demikian menurut teori ini, pendidikan atau pengajaran
anak tadi menjadi superior. Walau begitu kondisi abormalitas
anak pasti berhasil membentuk anak sesuai ke­hendak pendidik.
dan kelemahan pada anak tadi bisa dioptimalkan sesuai kapasitas
Teori ini dikenal dengan teori tabularasa, karena anak dipandang
yang dimiliki anak, hingga menjadi berdaya guna. Orang tua harus
putih bersih seperti lilin. Teori ini juga dikenal sebagai teori
memahami betul kekurangan tersebut, dan bersedia melindungi
yang optimistik, karena apapun keadaan anak sejak dilahirkan
serta membela anaknya. Kemudian berusaha meringankan beban
dapat diubah, dapat dibentuk melalui proses pendidikan. Teori

12 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 25
lahir akan mempunyai arti bila tidak ada campur tangan dari empirisme berorientasi enviromentalisme, hal ini karena lingkungan
lingkungan, dari orang dewasa lainnya. Kemampuan, kecerdasan lebih banyak menentukan corak perkembangan. Tokoh lain
yang tinggi atau bakat melukis, menari, bakat–bakat lainnya tidak penganut aliran ini adalah JB Watson. Watson meyakini bahwa
akan aktual bila tidak ada aktivitas belajar, bakat anak tidak ber­ apapun keadaan anak ketika lahir dapat dibentuk, ditentukan
kembang tanpa faktor latihan. dan dipengaruhi oleh lingkungan. Watson pernah menantang
Kontribusi faktor lingkungan terhadap perkembangan “berikan saya seribu bayi, maka saya dapat membentuk seribu bayi
anak dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap anak kembar tersebut seperti apa yang Anda inginkan”. Perkataan ini menyiratkan
identik yang dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda ternyata bahwa lingkungan adalah penentu segalanya.
menunjukkan perilaku dan kapasitas mental yang berbeda
3. Konvergensi
pula. Demikian juga banyak anak dari orang tua yang tinggal
Salah satu tokoh teori konvergensi adalah William Steren.
di pedesaan bisa jauh lebih sukses dan berhasil dibanding orang
Penganut paham konvergensi menyakini bahwa perkembangan
tuanya setelah anak tersebut mendapatkan pendidikan yang
anak ditentukan oleh perpaduan antara faktor pembawaan dan
lebih baik di kota. Sementara peran faktor heridetas terhadap
faktor lingkungan. Pendapat ini diperkuat oleh hasil penelitian
pembentukan anak dapat dilihat dari adanya kesamaan ciri
terhadap anak kembar yang diasuh oleh orang yang berbeda.
dan sifat antara beberapa saudara sekandung. Anak-anak dari
Ternyata kondisi anak dikemudian hari setelah besar merupakan
keluarga yang sama cenderung menunjukkan kesamaan baik
cermin dari faktor bawaan kedua orang tuanya, disamping
se­cara fisik maupun kemampuan lainnya.
terdapat pengaruh faktor lingkungan dimana dia dibesarkan.
Lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga, yaitu peri­
laku dan sifat dari ayah ibu dan saudara lainnya. Karena itu 4. Teori Psikodinamika
peri­laku, karakter, gaya pengasuhan orang tua akan memberikan Penganut teori ini menyatakan bahwa perkembangan anak
pengaruh terhadap perilaku dan karakter anak. Orang tua yang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-afektif,
berperilaku tidak baik, mencuri misalnya, menendang atau yaitu ketegangan dalam diri anak. Unsur-unsur yang sangat di­
memukul ketika marah, cenderung akan ditiru oleh anak. Apabila tentukan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek
kemudian anak mempunyai kebiasaan mencuri dan memukul internal lainnya. Para penganut psikodinamika percaya bahwa
orang lain pada saat marah, hal itu bukan karena faktor keturunan perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang
tetapi karena pengaruh lingkungan, yaitau pengaruh dari orang sangat dipengaruhi oleh dorongan- dorongan atau impuls-impuls
tua, pengaruh dari perilaku orang tuanya. Gejala-gejala kolik individual yang dibawa sejak lahir serta pengalaman-pengalaman
(kekejangan pada usus), tics (gerak-gerak facial), tingkah laku yang sosial dan emosionalnya. Pencetus pandangan ini adalah Sigmund
stereotipis berupa ngompol, menghisap ibu jari, sukar makan, dan Freud dari Swiss, menurutnya seorang anak dilahirkan dengan dua
lain-lain, pada umumnya disebabkan oleh kesalahan orang tua macam kekuatan (energi) biologik yaitu libido dan nafsu mati.
Kekuatan atau energi ini menguasai semua orang atau semua

24 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 13
benda yang berarti atau yang penting bagi anak, melalui proses dia ada bersama dengan orang lain. Asosiasi dengan pendapat
yang oleh Freud disebut khatexis. Khatexis berarti konsentrasi ini dapat dikemukakan, bahwa anak manusia itu bisa memasuki
energi psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik dunia manusia jika dia dibawa atau dimasukkan oleh dan ber­
atau terhadap suatu person yang spesifik. sama-sama dengan manusia lain. Itulah sebabnya diperlukan
Freud mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam ke­ pen­didikan khususnya bagi anak-anak yang masih muda dan
hidupan anak menentukan perkembangan anak di masa yang dalam kondisi “masih kuncup”.
akan datang. Menurutnya perkembangan seksualitas anak sudah Bahwa anak manusia itu menurut kodratnya adalah mahluk
per­kembang pada masa anak-anak, bukan ketika masa puber. sosial dapat dibuktikan pula bahwa ketidakberdayaannya (ter­
Freud juga mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat tiga utama pada usia bayi dan kanak-kanak) itu menuntut adanya
unsur penggerak yaitu id, ego dan super ego. Id adalah dorongan per­lindungan dan bantuan orang tua. Anak selalu membutuhkan
dari dalam yang dibawa sejak lahir berupa libido yang bergerak tuntutan dan pertolongan orang lain untuk menjadi manusia
mengikuti prinsip kenikmatan. Sementara ego merupakan bagian yang sempurna. Anak akan berkembang secara penuh apabila
dari pribadi yang berjalan menurut prinsip realitas. Tidak semua dia mendapat tuntutan da bantuan dari orang lain dan kelak juga
dorongan id bisa terpuaskan karena ada benturan dengan realitas memberikan bantuan dan bekerjasama dengan anak-anak lain.
yang dikendalikan oleh ego. Dalam kondisi demikian maka ego
5. Hukum Konvergensi
bekerja untuk memenuhi dorongan id. Bagian terakhir dari pribadi
Sebagaimana pendapat William Stern, bahwa perkembangan
adalah super ego yang terbentuk karena seseorang berinteraksi
anak merupakan produk interaksi antara faktor hereditas dan
dengan orang lain. Super ego bekerja menurut prinsip norma
faktor lingkungan. Konvergensi artinya: kerjasama atau bertemu
yang ada masyarakat (Corey, 2005). Super ego bertugas mensensor
pada satu titik. Hukum konvergensi menyatakan adanya kerja
dorongan libido yang bersumber dari id agar sesuai dengan norma
sama antara faktor kodrati dan faktor lingkungan. Faktor hereditas
yang ada di masyarakat.
merupa­kan faktor endogen yang berasal dari diri anak sebagai hasil
Freud menguraikan tentang fase perkembangan anak, di­
pem­bawaan dari orang tuanya. Sementara dan faktor lingkungan/
mana lima tahun pertama kehidupan menjadi dasar pembentuk
milieu merupakan faktor eksogin atau faktor sosial, atau faktor yang
kepribadian anak di masa yang akan datang. Fase perkembangan
berasal dari lura diri anak. Kedua-duanya saling berhubungan
lima tahun pertama tersebut meliputi (Corey, 2005) sebagai
dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
berikut.
Menurut pendirian psikologi modern yang bersifat subjek­
a. Fase oral, usia 0-1 tahun. Oral atau mulut menjadi sumber
tivistis dan aktivis, subjek anak yang aktif dengan bakat
ke­­nikmatan. Pada usia ini anak mendapatkan kenikmatan
dan kemampuan yang orisinil harus diperhatikan dengan
dari organ mulutnya, melalui menghisap puting susu ibu.
baik, sebab subjek merupakan pendukung utama dari semua
Pengasuhan masa ini bisa mengembangkan kasih sayang
perkembangannya Bakat dan potensi yang dimiliki anak sejak

14 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 23
dan lingkungan sosial itu dihayati oleh anak sebagai bagian dari ataupun perilaku sadisme di masa yang akan datang
dirinya sendiri. Karena itu anak manusia adalah individu sosial b. Fase anal, usia 1-2/3 tahun. Anal atau anus adalah alat
yang harus hidup ditengah lingkungan sosial. pem­buang­an. Pada masa ini anak mencurahkan energi
Kemampuan untuk bisa berbicara, kemampuan berjalan dan psikisnya pada daerah pembuangan. Pengasuhan pada masa
melakukan aktivitas lainnya tidak terlepas dari bimbingan dan ini akan menentukan apakah ketika dewasa kelak akan
tuntunan orang lain. Demikian selanjutnya untuk belajar ilmu menjadi anak yang jorok, tidak rapi atau terlalu pembersih.
yang lebih luas anak selalu memerlukan orang lain. Kondisi dan c. Fase phalis, usia 3-5 tahun. Pada fase ini energi psikis anak
situasi sosial akan menguntungkan dan berpengaruh positif bagi dicurahkan pada alat kelamin, anak mulai memberikan
anak apabila kombinasi dari pengaruh lingkungan sosial dan perhatian pada organ kelaminnya. Pada fase ini pula ber­
semua potensi psiko-fisik anak bisa bekerja sama secara baik dan kembang fenomena oidipus complex, yaitu kecenderungan
bisa membantu realisasi diri serta proses sosialisasi anak sebagai dalam diri anak untuk mencintai orang tua yang berjenis
manusia. Kondisi menjadi tidak sehat dan tidak menguntungkan, kelamin berbeda serta cemburu pada orang tua yang berjenis
jika perkembangan anak terhambat atau rusak oleh pengaruh- kelamin sama dengannya. Anak perempuan akan mencintai
pengaruh dari luar. ayahnya dan cemburu pada ibunya, sementara anak laki-laki
Anak sebagai pribadi sosial yang memerlukan relasi dan mencintai ibunya dan merasa cemburu pada ayahnya. Masa
komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. ini menentukan perkembangan seksualitas anak di masa
Anak ingin dicintai, ingin diakui dan dihargai, dan mengadapat yang akan datang, apakah mempunyai kehidupan seksual
tempat dikelompoknya. Hanya dalam komunikasi relasi dengan yang sehat atau tidak.
orang lain (dengan guru, pendidik, pengasuh, orang tua,
Erikson (1964) meluaskan teori Freud dengan mencoba
anggota keluarga, teman sebaya) anak bisa berkembang menuju
meletakkan hubungan antara gejala-gejala budaya masyarakat
kedewasaan.
dipihak lain. Erikson juga membagi hidup manusia dalam fase-
Ada determinasi sosial yang menentukan perkembangan anak,
fase berdasarkan proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya.
dan setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, sebab
Proses-proses tadi bisa berakibat baik atau tidak baik. Bila
mempunyai relasi/kaitan dengan orang lain. Hubungan anak
berakhir baik dapat memperlancar perkembangan, bila berakhir
dengan orang dewasa, juga dengan orang tua, adalah relasi yang
tidak baik dapat menghambatnya.
timbal-balik dan saling pengaruh-mempengaruhi. Individualitas
dan sosialitas itu adalah “unsur-unsur” yang komplementer (saling 5. Teori Belajar Sosial
mengisi dan melengkapi) dalam ekstensi anak. Teori belajar sosial menyatakan bahwa anak berkembang
Anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa me­­lalui proses mengamati perilaku orang lain serta belajar dari
bantuan orang lain. Dan kehidupan anak bisa berlangsung, jika efek perilaku orang lain. Tokoh teori ini adalah Albert Bandura,
menyatakan belajar didapat dari perilaku orang lain yang

22 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 15
dijadikan model. Karena itu teori ini dinamakan juga sebagai kemampuan anak memegang sendok atau alat tulis. Anak belum
teori belajar model. Perilaku anak diperoleh melalui proses imitasi mampu menggunakan alat tulis dengan tepat, belum dapat
terhadap perilaku orang-orang disekitarnya (Bandura, 1977), memegang sendok dengan benar. Kemampuan anak dalam
sehingga teori juga dikenal dengan teori imitasi. Model yang mengkordinasikan jari jemari masih bersifat umum, yaitu semua
dijadikan objek imitasi bisa berupa model hidup maupun model jari digunakan bersama-sama. Sejalan dengan bertambahnya
mati. Model hidup yang dicontoh anak antara lain, perilaku dan usia, anak mulai melakukan diferensiasi fungsi jari, antara ibu
sikap orang tua, guru, teman sebayanya serta orang di sekitar anak jari, jari telunjuk, jari manis dan fungsi jari-jari lainnya secara
lainnya. Sementara model mati bisa berupa tokoh dalam cerita, berbeda-beda.
dongeng, komik serta tokoh fiktif lainnya.
4. Anak sebagai mahluk Sosial
Filsafat tentang perkembangan dan pertumbuhan itu di­
B. Hukum atau Prinsip-prinsip Perkembangan
samping memperhatikan individualitas anak juga harus mem­
Perkembangan anak pada dasarnya mengikuti prinsip atau hukum per­­hatikan masyarakat tempat anak diasuh dan dibesarkan.
tertentu yang berlaku secara umum untuk perkembangan manusia. Lingkungan sosial inilah yang memberikan fasilitas dan wahana
Prinsip atau hukum perkembangan bisa digunakan sebagai dasar bermain pada anak untuk realisasi diri. Seorang anak yang berdiri
untuk menentukan adanya penyimpangan dalam perkembangan, sendiri, dan terpisah secara total dari masyarakat serta pengaruh
serta dasar untuk memacu perkembangan anak. Prinsip atau hukum kultural orang dewasa, tidak mungkin dia menjadi anak normal.
per­kembangan bermanfaat untuk memprediksi perilaku anak. Prinsip Tanpa bantuan orang dewasa, anak tidak akan berkembang.
perkembangan juga bermanfaat bagi orang tua/guru agar bisa lebih Tanpa bantuan manusia lain dan lingkungan sosialnya, anak tidak
memahami dan memperlakukan anak sesuai taraf perkembangannya. mungkin mencapai taraf perkembangan yang normal.
Prinsip perkembangan yang aktif itu terletak didalam diri anak Anak akan menemukan diri sendiri dalam realisasinya
sendiri. Perkembangan bukan proses yang selalu digerakkan oleh dengan manusia lain, terutama dalam relasi dengan ibu, ayah,
faktor/pengaruh dari luar (di luar diri anak), akan tetapi setiap kakak-kakak, keluarga dekat dan lingkungan tetangga. Anak
gejala perkembangan dikendalikan dan diberi corak tertentu oleh akan mempunyai pengalaman tentang penghayatan rasa malu,
pem­bawaan, bakat dan kemauan anak. Watak dan pribadi seorang tersudut, dan kehilangan martabat diri didalam satu lingkungan
dewasa selalu dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu, sosial pula.
khususnya pengalaman pada masa kanak-kanak. Jadi setiap periode Anak manusia tidak mungkin bertahan hidup (survive) tanpa
perkembangan erat hubungannya dengan periode perkembangan masyarakat, tanpa lingkungan sosial tertentu. Anak dilahirkan
yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan, bahwa hidup manusia dirawat, dididik, tumbuh, berkembang, dan bertingkah laku
merupakan kesatuan yang bulat. Tujuan setiap perkembangan adalah sesuai dengan martabat manusiawi, di dalam lingkungan kultural
menjadi manusia yang dewasa yang sanggup berdiri sendiri (mandiri). sekelompok manusia. Maka keluarga (ayah, ibu, sanak saudara)

16 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 21
sendiri, yang patut dihargai dan diperhitungkan dalam usaha Sesuai dengan individualitas anak yang memiliki ciri khas, maka
merawat, mengasuh, dan mendidik anak. perkembangan dua individu anak tidak akan sama persis. Sekalipun
Perkembangan anak mengarah pada difenrensiasi, yaitu terdapat perbedaan perkembangan yang individual, namun terdapat
mulai nampak perbedaan yang tajam antara anak satu dengan hukum yang berlaku umum, yang terjadi pada setiap anak. Istilah
anak lainnya. Perbedaan individual ini menampilkan nilai “hukum” merujuk pada suatu kecenderungan atau tendensi, artinya
kanak-kanak sendiri. Dalam diri anak selalu terjadi perbedaan tidak semua anak harus mengikuti hukum tersebut tetapi cenderung
baik secara fisik maupun psikis. Setiap anak akan berbeda secara meng­ikuti hukum perkembangan tertentu. Beberapa hukum atau
fisik, seperti satu anak bertubuh tinggi tetapi hitam, se­mentara prinsip perkembangan tersebut dirangkum dari Keenan (2009) dan
lainnya bertubuh pendek dan berkulit lebih putih. Perbedaan Shafeer (2010) sebagai berikut.
secara psikologis mengakibatkan perbedaan dalam merespons/ 1. Perkembangan sebagai proses menjadi
ber­eaksi terhadap stimulus dari lingkungan, serta terjadi per­ Pertumbuhan dan perkembangan pada setiap organisme
bedaan dalam merespon perintah atau instruksi dari orang pada dasarnya selalu dalam berproses untuk “menjadi”. Organisme
tua. Ada yang cepat tanggap terhadap stimulus atau arahan atau anak merupakan sistem yang hidup dan merupakan sistem
orang tua, ada pula yang lambat dalam merespon. Ada anak yang terbuka, yang selalu mengalami kemajuan dan perubahan.
yang cepat tanggap terhadap upaya-upaya pembelajaran, dilain Anak mempunyai sifatnya tidak statis, akan tetapi dinamis. Per­
pihak ada anak yang lebih pasif atau terlambat dalam merespon kembangan yang dinamis dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu:
upaya-upaya pendidikan. Perbedaan unsur-unsur tempo dan a. Heriditas (pembawaan)
irama perkembangan, keinginan harapan, tuntutan, sensivitas/ b. Dirangsang oleh pengaruh lingkungan atau alam sekitar dan
kepekaan ataupun kecenderungan “berkulit tebal” dan bersikap c. Diperlancar/ditunjang oleh usaha belajar
kurang sensitive, semua ini merefleksikan ciri-ciri yang bersifat
Dengan kemauannya anak mampu melakukan seleksi atau
individual dari masing-masing anak.
pilihan, juga mampu melatih fungsi-fungsinya dengan satu
Diferensiasi juga akan terlihat dari cara berpikir anak dan
kebebasan. Dikemudian hari anak berusaha menjadi pribadi
cara kerja anggota tubuh. Anak pada mulanya memandang
me­nurut pikiran, cita-cita dan keinginan sendiri. Sehubungan
segala sesuatu secara global. Misalnya setiap lembaran kertas
dengan kebebasan tadi, anak merupakan perilaku atau author
akan disebut sebagai buku, lama kelamaan anak akan mampu
yang bebas merdeka, leluasa memilih satu pola hidup tertentu
membedakan antara lembaran kertas yang dinamakan majalah
yang mengarah pada satu tujuan hidup tertentu pula. Sejalan
dengan koran, buku tulis dengan buku pelajaran, komik
dengan perkembangannya, anak akan memahami bahwa
dengan novel dan sebagainya. Anak pada awalnya belum
kebebasan pada hakekatnya dibatasi oleh faktor-faktor hereditas
bisa menggunakan satu jarinya untuk menunjuk, belum bisa
atau pembawaan kodrati, dan di batasi pula oleh kondisi-konsisi
mengkordinasikan jari jemarinya dengan baik, hal terlihat pada
lingkungan hidupnya.

20 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 17
2. Panduan antara dorongan mengembangkan diri dan mem­per­ berwujud implus realisasi-diri dan upaya transendensi-diri (penga­
tahankan diri tasan diri sendiri untuk meningkat pada niveau hidup lebih
Pada setiap proses perkembangan terdapat perpaduan antara tinggi).
dorongan mempertahankan diri dan dorongan mengembangkan
3. Individualitas anak dan diferensiasi
diri. Pada setiap orang terdapat dorongan fisik dan psikis untuk
Sejak dilahirkan bayi sudah menampakkan ciri-ciri dan
mempertahankan diri dan mempertahankan hidupnya. Pen­cer­
tingkah laku khas yang bersifat individual. Setiap anak mem­
naan dan pernafasan, merupakan upaya pemeliharaan diri secara
punyai ciri khas yang berbeda dengan anak lainnya, walau anak
jasmaniah. Sedang pencapaian ilmu pengetahuan di­tujuk­an
dari keluarga yang sama. Bayi yang satu terlihat gesit, kuat dan
untuk pemeliharaan dan mengembangkan dirinya.
aktif, cepat lapar dan suka menyusu, suara dan tangisannya
Disamping dorongan mempertahankan diri terdapat pula
keras nyaring jika dibanding dengan bayi lainnya. Sementara
dorongan untuk mengembangkan diri guna mendapatkan ke­
bayi lainnya sangat peka terhadap rangsang, mudah terkejut dan
majuan baru, jadi ada realisasi diri menuju pada progress. Hal
merasa takut, sering rewel, mudah tersinggung, selalu gelisah,
ini mutlak perlu untuk mencapai keadaban dan menciptakan
sedang bayi lain tampak lebih tenang manis (tidak pernah rewel),
ke­budayaan dalam usia dewasa. Dorogan mengenmbangkan diri
banyak tidur dan suka tertawa. Karena perbedaan-perbedaan
di­lakukan melalui proses belajar dan latihan-latihan.
individual yang khas tersebut anak merupakan pribadi yang khas
Dorongan mempertahankan dari berpadu dengan dorongan
dan unik.
mengembangkan diri artinya apa yang sudah dicapai oleh sese­
Ciri-ciri karakteristik yang tampak sejak lahir itu cenderung
orang berkat perkembangan dirinya, akan dipertahankan (tidak
kuat sekali untuk tetap “bertahan” sampai usia dewasa. Misalnya
dilepaskan), dan dijadikan miliknya. Lalu dijadikan modal dasar
saja seorang bayi yang sering menjerit dengan suara melengking
bagi pengembangan selanjutnya.
untuk disusui, akan bertingkah laku sedemikian pula dalam me­
Berkat dorongan mempertahankan diri tersebut seseorang
nuntut perhatian orang tuanya pada usia kanak-kanak. Ke­mudian
akan menyimpan segala pengalaman yang berguna. Selanjutnya
dilanjutkan dengan menggeletarnya suara bentakan dan teriaknya
dengan pengalaman-pengalaman tadi anak akan bertambah
kepandaiannya dan makin matang. Penghayatan hidupnya se­ ketika anak tersebut mulai pandai berbicara.
makin kaya serta mendalam. Setiap stadium hidup yang baru saja Dengan bertambahnya usia, secara berangsur-angsur anak
tercapai merupakan bentuk keseimbangan sementara (sesaat), yang perlu diarahkan menjadi orang dewasa yang matang, hal ini
dijadikan titik-tolak bagi usaha-usaha dan aktivitas baru. Jadi ada tidak akan terlaksana, kalau anak tetap berada pada masa ke­
tingkat aspirasi yaitu tingkat perjuangan mengarah pada taraf kanak-kanakan dan taraf infantile-nya. Usaha pendidikan akan
yang lebih tinggi. me­ngalami kegagalan apabila seseorang menerapkan secara
Paduan antara dorongan mempertahankan diri dan pengem­­­ murni kadar nilai orang dewasa pada pada pribadi anak-anak.
bang­an diri ini merupakan proses sintesi-intregrasi baru. Yaitu Individualitas anak memiliki ciri-ciri khas, dan punya sistem nilai

18 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 19
Santrok (2007) mengungkapkan ada dua tipe kakinya dengan berjalan kesana kemari, sehingga terlihat banyak
perkembang­an bahasa anak, yaitu: gerak. Anak cenderung tidak bisa diam, ingin terus bergerak se­
1). Eqocentric Speech, atau berbicara monolog (dengan diri hingga kadang merepotkan orang tua.
sendiri ) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan Jika fungsi bicaranya sudah cukup matang akan akan
berpikir anak, pada umumnya di lakukan oleh anak me­rancau, mulai merepak dan meraban, kemudian belajar
berusia 2-3 tahun. meng­ucapkan kata-kata dan frase-frase tertentu berulang kali.
2). Socialized Speech, atau bahasa sosial terjadi ketika ber­ Pada awalnya perkembangan bahasa anak masih terbata, anak
langsung kontak antara anak dengan dengan teman­nya mengeluarkan kata-kata yang belum jelas pengucapannya. Ketika
atau dengan lingkungannya. Kemampuan Sociaized kemampuan intelektualnya sudah cukup berkembang, anak
speech berfungsi untuk mengembangkan kemampuan akan mulai mengajukan banyak pertanyaan yang adakalanya
penyesuai­an sosial (social adjustment). Perkembangan me­repotkan orang tua. Hal ini karena mulai timbul rasa ingin
ini dibagi ke dalam lima bentuk: tahu yang positif.
(a) adapted information, di sini terjadi saling tukar Sejak masa bayi, anak senantiasa menunjukkan usaha untuk
gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, maju dengan bantuan segenap peralatan fisik dan psikisnya,
(b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap untuk mencapai kemungkinan-kemungkin baru yang terletak di
ucapan atau tingkah laku orang lain, depannya. Anak terlihat sangat aktif dan menunjukkan kemauan
(c) command (perintah), request (permintaan) dan untuk berkembang. Ciri khas anak dalam perkembangan ke­
threat (ancaman), mampu­an/kapasitas adalah:
(d) questions (pertanyaan), a. Kecenderungan untuk menggunakan semua kapasitas,
(e) answers (jawaban). kekuat­an, kemungkinan, dan kemampuannya secara spontan
b. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif dan aktif.
b. Mekanisme perkembangan anak sudah sejak semula di­
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang
lengkapi dengan self-starter yang dinamis.
padanan­n ya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti
yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, 7. Tempo dan Irama perkembangan
dan penggunaan pengetahu­an (Neisser, 1976). Dalam Perkembangan setiap anak itu berlangsung menurut tempo
perkembangan selanjut­n ya, istilah kognitif menjadi atau kecepatannya sendiri-sendiri. Ada anak yang dapat berjalan
populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah usia 12 bulan, sementara anak lain baru bisa berjalan usia 18
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental bulan, demikian juga dalam hal kemampuan berbicara, ada
yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, anak yang usia 15 bulan sudah menguasai beberapa kosa kata,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, sementara ada anak usia 24 bulan baru bisa berbicara dengan

42 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 27
lancar. Artinya waktu atau tempo untuk menguasai ketrampilan melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang
atau kemampuan mengikuti tempo yang berbeda-beda antara didengar anak dan orang lain (terutama orangtuanya).
anak satu dengan anak lainnya. Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya
Disamping itu irama perkembangan anak juga berbeda- anak belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-
beda, sesuai dengan pembawaan kodratinya. Pada setiap anak kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti
ter­dapat dorongan/implus untuk berkembang dengan caranya maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia
sendiri dalam melatih semua bakat serta kemampuannya. Segala sekitar tiga tahun. Walau begitu tiap anak mempunyai
sesuatu yang sudah dicapai anak, dijadikan persiapan atau titik- tempo perkembangan yang berbeda sehingga ada
tolak baru bagi pengalaman dan kemampuan berikutnya. Karena anak yang ucapan vokalnya sudah sangat jelas pada
itu gejala baru dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan usia 2 tahun. Sebagian anak mengalami kesulitan
sebelumnya. Maka terdapat apa yang disebut sebagai proses mengucapkan huruf-huruf tertentu.
“kematangan” yaitu matang untuk berfungsi, sebagai produk
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh aspek
dari satu keberhasilan dan berlalunya satu fase perkembangan.
biologis, yaitu kesempurnaan alat-alat ucap seperti pita suara,
Demikian juga, perkembangan setiap aspek kemampuan
kondisi lidah, struktur gigi, rahang dan langit-langit dan
mengikuti irama tertentu, kadang naik, kadang turun, kadang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Stimulasi lingkungan
meng­alami perkembangan yang cepat dan dinamis, kadang lambat
atau faktor belajar mempengaruhi perkembangan bahasa
tidak mengalami perkembangan apapun.
anak. Anak yang miskin stimulasi bisa mengalami gangguan
Tempo perkembangan disamping ditentukan oleh pembawaan
per­kembangan bahasa, berupa speach delay, bisa juga kurang­
bio-fisik, dipengaruhi juga oleh temperamen (faktor intern) serta
nya perbendaharaan bahasa anak.
faktor kesempatan dari luar. Faktor luar/ekstern ini antara lain
Bahasa merupakan produk lingkungan, apa yang
berupa pemeliharaan jasmaniah dan rokhaniah yang cukup
diucap­kan anak adalah apa yang direkam, yaitu segala
sehat dan memadai. Pemeliharaan fisik dan psikis yang berlebih-
sesuatu yang pernah didengar anak. Kesalahan bahasa
lebihan atau overprotection berakibat buruk serta merugikan
yang digunakan anak serta speech delay bisa bersumber dari
perkembangan anak dikemudian hari. Sebaiknya pemeliharaan
faktor lingkungan, yang sering mengajarkan bahasa yang
yang sangat kurang atau minim sekali dan kelalaian dalam
salah. Orang tua adakalanya justru mengikuti bahasa anak
pendidikan, bisa memperlambat tempo perkembangan.
yang kurang jelas, misalnya telor, diucapkan “elot”, makan
Ritme atau irama perkembangan akan makin jelas tampak
diucapkan “mamam”. Cara ini mengacaukan perkembangan
pada saat kematangan fungsi-fungsi pada saat itu terlihat adanya
bahasa anak, dan tidak men­dukung pertambahnya perben­
selingan diantara cepat dan lambatnya perkembangan, yang
daharaan bahasa. Lurang stimulasi bahasa dari lingkungan
kurang lebih tetap konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai
menyebabkan speech delay.

28 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 41
2. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif irama perkembangan. Pendidik perlu mengenal tempo dan irama
a. Perkembangan Bahasa perkembangan agar bisa menyesuaikan upaya pendidikan dengan
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi tempo serta irama perkembangan anak tersebut.
dengan orang lain, sebagai alat untuk menyampaikan Perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat,
pikir­a n dan perasaan, yang dinyatakan dalam bentuk akan tetapi mengikuti pola tertentu dengan tempo dan irama ter­
lambang atau simbol. Simbol dalam bahasa digunakan tentu pula, yang dipastikan oleh kekuatan-kekuatan/implus dari
untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan dalam diri anak. Sebelum anak dapat berjalan, diawali dengan
menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, kemampuan berdiri diatas dua kaki, sebelum dapat melempar
dan mimik muka. Dalam berbahasa, anak dituntut untuk bola, anak terlebih dahulu mempunyai kemampuan memegang
meng­uasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling benda. Mempercepat perkembangan dengan menerjang tempo
ber­kaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang perkembangan anak bisa mengakibatkan kejadian fatal bagi
satu, maka berarti anak dapat menuntaskan tugas-tugas anak. Misalnya memaksakan anak usia 6 bulan untuk belajar
yang lain­nya (Monks, 1992). Santrok (2007) dan Hurlock berjalan, sementara kondisi kaki anak usia tersebut belum
(1987) meng­uraikan keempat tugas tersebut sebagai berikut: cukup kuat, bisa menyebabkan cidera. Mengetahui irama dan
1) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna tempo perkembangan membuat orang tua/pendidik bisa lebih
ucap­an orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, memahami kondisi anak beserta perkembangannya, sehingga
bukan me­mahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi tidak memaksakan anak dengan kemampuan tertentu diluar
dengan memahami kegiatan /gerakan atau gesture-nya tempo yang dimilikinya.
(bahasa tubuh­nya).
8. Kematangan dan masa peka
2) Pengembangan perbendaharaan kata-kata anak ber­
Kematangan merupakan masa siap bagi anak untuk me­­ngem­
kembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun
bang­kan suatu fungsi atau ketrampilan tertentu. Sedangkan masa
per­­tama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada
peka adalah masa yang paling tepat untuk untuk mengembangkan
usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak
suatu fungsi/ketrampilan tertentu karena anak dalam kondisi
masuk sekolah.
matang. Masa peka disebut juga masa emas, yaitu masa yang
3) Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan
paling cemerlang bagi anak untuk mempelajari sesuatu.
menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya
Kematangan dan masa peka merupakan dua kondisi yang saling
berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat per­
berhubungan dan mempengaruhi perkembangan anak. Selama
tama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan
rentang perkembangan anak, akan terdapat masa paling matang
disertai: “gesture” untuk melengkapi cara berpikirnya.
atau masa peka, hingga pada masa tersebut akan mendapatkan
4) Ucapan. Kemampuan kata-kata merupakan hasil belajar
kemudahan untuk berlatih sesuatu.

40 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 29
Memberikan latihan atau rangsang tepat pada masa ke­ kompleks, dan (2) dari sesuatu yang bersifat yang kasar
matangan anak, atau tepat pada masa pekanya akan meng­untung­ dan umum/global (gross bodily movements) menuju kepada
kan perkembangan anak dan memudahkan anak mendapatkan yang lebih halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely
ketrampilan baru. Sebaliknya memberikan latihan sebelum atau coordinated movements).
setelah lewat masa peka atau kematangannya merupakan kegiatan Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan
yang sia-sia atau penuh perjuangan, karena anak akan mengalami psikomotor dasar (locomotion) yang harus dikuasainya se­lama
kesulitan. Pertumbuhan dan kematangan itu berlangsung diluar tahun pertama dari kehidupannya. Perkembangan psiko­
kontrol anak manusia, dan diluar kemauan anak. Namun dengan motorik dasar itu berlangsung secara sekuensial, sebagai
tegas dapat dinyatakan, bahwa setiap pengalaman yang positif berikut:
dapat mengembangkan pribadi anak. Oleh pengalaman tersebut, 1) keterampilan bergulir (roil over) dan telentang menjadi
anak jadi matang dan penghayatan hidupnya akan bertambah telungkup (5 : 8 bulan),
luas. Sebaliknya, pengalaman yang negatif bisa menghambat atau 2) gerak duduk (sit up) yang bebas (8,3 bulan),
melumpuhkan perkembangan anak. 3) berdiri bebas (9,0 bulan),
Anak yang baru lahir dalam keadaan lemah dan tidak ber­ 4) berjalan dengan bebas (13,8 bulan) (Lorre, 1970: 75).
daya dibadingkan anak binatang sekalipun. Anak ayam yang
Mulai usia 4-5 tahun bermain konstruksi yang fantastik
baru menetas sudah bisa mencari makan, mempunyai instink
itu dapat beralih kepada berbagai bentuk gerakan bermain
mem­p ertahankan hidup dengan mencari makan (nuthul).
yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-
Sementara pada anak manusia, masih memerlukan bantuan
aturan tertentu yang ketat.
orang lain untuk bisa bertahan hidup. Hal ini karena semua fungsi
Proses perkembangan fisik dan psikotorik dipengaruhi
jasmaniah dan rokhaniah anak baru merupakan lembaga yang
oleh faktor heriditas dan faktor lingkungan. Faktor heriditas
belum mekar. Faktor waktu dan usaha belajarlah yang memupuk
yaitu faktor genetis yang diturunkan dari orang tua,
perkembangannya. Suatu fungsi yang baru dilatih atau baru
sedangkan faktor lingkungan antara lain dipengaruhi oleh
saja berkembang belum membuahkan prestasi yang tinggi. Bayi
faktor sosial kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan
berumur 11 bulan terlihat kesulitan dalam berjalan dibandingkan
latihan. Anak dari keluarga berpostur tinggi akan memiliki
dengan keterampilan berjalan anak pada usia 5 tahun.
tubuh tinggi pula, anak dari keluarga yang berpostur pendek
Hampir semua fungsi jiwani itu memerlukan periode berlatih
tetapi gesit, akan mempunyai postur tubuh yang pendek
atau periode belajar kadang kala periode tersebut berlangsung
tetapi gesit. Anak dari keluarga yang berpostur tinggi dan
pendek, tapi ada kalanya berlaku agak lama. Ada anak yang perlu
gesit bisa jadi tidak me­miliki postur tubuh yang tinggi dan
waktu berbulan-bulan untuk mengucapkan kata umi, namun ada
aktivitas motoriknya tidak gesit bila anak tersebut tidak
anak yang cukup dengan waktu beberapa minggu sudah dapat
cukup terpenuhi asupan gizinya.

30 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 39
Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala mengucapkan ‘abi dan umi’. Berkaitan dengan irama dan tempo
dengan tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan. perkembangan, terdapat beberapa hukum atau aturan khas
2). Perkembangan fisiologi, ditandai dengan adanya tentang hal ini yaitu:
per­ubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif a. Dalam melatih fungsi-fungsinya anak tidak memerlukan
dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti stimulus dari luar.
konstraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, per­ b. Tidak membutuhkan dorongan dari siapapun juga, bahkan
syaratan, sekresi kelenjcar dan pencernaan. juga tidak dari orang tuanya. Sebab fungsi-fungsi tersebut
di­latih oleh anak sendiri secara spontan dan dengan usaha
Aspek fisiologi yang sangat penting bagi kehidupan
kemampuan sendiri.
manusia adalah otak (brain). Otak dapat dikatakan sebagai
pusat atau sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Pengembangan dan peningkatan beberapa fungsi/ketrampilan
Otak ini terdiri atas 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap harus di bantu oleh orang dewasa, misalnya, dengan jalan mem­
sel syaraf tersebut, rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi berikan sarana pokok dan alat bantu yang tepat dan diberikan
(hubung­an) dengan sel-sel syaraf yang lainnya. Neuron ini pada saat tepat pula. Misalnya menatih (menuntun) anak dalam
terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang berfungsi se­ belajar berjalan, mengajak anak bercakap-cakap untuk me­
bagai penyalur aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang rangsang perkembangan bahasa, serta memberikan sarana untuk
lainnya. Kecerdasan anak ditentukan oleh banyak koneksi mengembangkan kemampuan kognitif dengan permainan, gambar
antar sel, makin banyak koneksi makin tinggi kecerdasan dan bentuk yang dapat merangsanag kerja otak. Berkembangnya
seseorang anak suatu fungsi itu didorong oleh suatu kekuatan dari dalam, se­
hingga pada saat itu terdapat kepekaan dan kematangan untuk
b. Perkembangan perilaku psikomotorik
me­­­latih fungsi tadi, karena itu saat sedemikian ini disebut sebagai
Loree (1970) menyatakan bahwa ada dua macam
masa peka atau saat kematangan.
perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus
Proses kematangan (maturation) itu ditandai oleh kematangan
dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal
potensi-potensi dari organisme, baik yang fisik maupun psikis,
masa kanak-kanak, yaitu berjalan (walking) dan memegang
untuk terus maju menuju pemekaran/perkembangan secara
benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik
maksimal. Maka prestasi dari penggunaan atau penggeladian
ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang
keterampilan atau fungsi itu bergantung pada derajat kematangan
lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan
tadi, sebab kematangan ini mempengaruhi kualitas hasil
bermain (playing) dan bekerja (working). Dua prinsip
belajar anak. Anak yang sudah masak untuk belajar berjalan,
perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk
namun tidak ada latihan atau rangsang dari lingkungan maka
perilaku psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan
kematangan untuk belajar berjalan akan terlewati dan anak akan
itu berlangsung dari yang sederhana menuju pada yang

38 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 31
mengalami kesulitan belajar berjalan bila masa kematangannya
sudah lewat. Demikian juga bila saat matang anak untuk ber­ BAB III
cakap-cakap tidak mendapat stimulus dari lingkungan maka
ke­mampuan berbicara anak akan terhambat, bahkan bisa terjadi
speakdelay (kemampuan berbicara yang terlambat). Saat ini PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
banyak ditemukan anak-anak dengan perkembangan bahasa
yang terlambat, hal sangat mungkin sebagai akibat perkembangan
DAN MASA SEKOLAH DASAR
tehnologi dan modernisasi, dimana banyak orang tua (ayah-ibu)
meninggal anak untuk bekerja, hingga kurang ada kesempatan
berkomunikasi dengan anak.
Tugas pendidik, orang tua dan guru adalah mengusahakan agar
pada saat-saat kematangan tadi tidak terdapat rintangan-rintangan
A. Aspek-aspek Perkembangan
yang menghambat perkembangan fungsi-fungsi ter­sebut. Sebab
penghalang terhadap kelangsungan macam-macam fungsi fungsi 1. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
fisik dan psikis pada saat peka itu bisa meng­akibatkan kemunduran a. Perkembangan fisik
pada individu anak. Bahkan ada kalanya perkembangan jiwa anak Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ
mengalami kerugian besar untuk selama-lamanya. yang kompleks dan sempurna sebagai tanda kesempurnaan
Kematangan anak untuk belajar berjalan umumnya terjadi penciptanya. Semua organ tubuh terbentuk pada periode
antara usia 10-20 bulan, kematangan untuk belajar berbicara pranatal yaitu ketika dalam kandungan. Kuhlen dan Thompson
terjadi antara usia 12-24 bulan, kematangan untuk belajar mem­ (dalam Hurlock, 1987) mengemukakan bahwa perkembangan
baca menulis terjadi antara usia 5-7 tahun. Melatih anak belajar fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf,
membaca setelah usia 7 tahun biasanya akan lebih sulit karena mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2)
diluar batas kematangannya. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan
dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar endokrin, yang
9. Perkembangan sebagai proses diferensiasi
menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti
Perkembangan harus diartikan sebagai proses diferensiasi,
pada usia remaja berkembang perasaan cinta dan keinginan
bukan sebagai proses asosiasi dan kombinasi dari unsur-unsur yang
terlibat dengan lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh, yang
lebih rendah (seperti pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
psikologi kuno). Proses diferensiasi artinya ada prinsip totalitas
Perkembangannya fisik ini mencakup dua aspek, yaitu:
pada diri anak, yang lambat laun bagian-bagianya menjadi
1). Perkembangan anatomis, ditunjukkan dengan adanya
semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
perubahan kuantitatif pada struktur tulang belulang.

32 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif 37


Sejak bayi dilahirkan, dia telah mempunyai gambaran total/
gambaran lengkap dari dunia ini, hanya saja gambaran tersebut
masih kabur dan samar-samar. Sejalan dengan perkembangan
anak, kesamaran tadi berangsur-angsur jadi berkurang. Bagian-
bagian yang dilihat anak akan bertambah menjadi nyata, jelas,
dan memperoleh struktur yang semakin lengkap. Timbullah pe­
mahaman terhadap unsur-unsur yang lebih komplek.
Pada mulanya anak memegang dengan seluruh jari-jarinya,
artinya pengenalan anak terhadap lingkungan masih global,
lambat laun anak makin mampu menggerakkan jari-jemarinya
satu persatu sesuai dengan fungsinya. Pada awalnya anak
menunjuk sesuatu dengan tangannya, kemudian mampu hanya
menggunakan jari telunjuk. Perkembangan anak mengarah pada
pembedaan-pembedaan, dari menunjuk dengan tangan, menjadi
dengan satu jari. Anakpun bisa mengetahui fungsi jari tengah,
telunjuk, jari manis, ibu jari dsb.
Anak usia 3-5 tahun, pengenalan terhadap benda misalnya
buku masih bersifat global. Semua lembaran kertas akan di­
katakan sebagai buku. Lama kelamaan anak mulai dapat mem­
beda­kan beberapa jenis buku menjadi buku tulis, komik, novel,
majalah dan sebagainya. Itulah bukti bahwa perkembangan
me­nuju kearah diferensiasi
10. Masa Trotzalter
Proses perkembangan anak yang normal tenang teratur pada
suatu saat akan berubah menjadi proses “revolusi”, yang ditandai
oleh gejala-gejala eksplosi/ledakan, “pemberontakan” dan pe­
nentang­an. Masa inilah yang disebut sebagai masa trotzalter,
yang ditandai oleh timbulnya emosi yang meluap-luap. Saat
se­demikian ini berlangsung dua kali dalam masa perkembangan
anak, yang pertama pada usia antara 3-4 tahun, dan yang kedua

36 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 33
kalinya pada permulaan masa pubertas sekitar 12-15 tahun. serta kematangan pribadinya. Sikap membangkang dan agresif
Saat-saat pemberontakan dan penentangan ini dikenal sebagai tersebut muncul antara lain karena beberapa sebab yaitu:
TROTZALTER (usia keras kepala, usia tegar). Orang Jawa a. Adanya keinginan untuk menuntut hak-haknya
menyebut sebagai masa “kemratu-ratu” b. Menuntut pengakuan atas status dan martabat dirinya,
Ciri yang sangat menonjol pada periode Trotzalter tadi menuntut pengakuan terhadap kemampuan baru yang sudah
ialah sikap keras kepala dan suka menentang orang lain sehingga dimiliki (walau pada kenyataannya belum sempurna)
anak terkesan bandel. Pada umumnya anak pada usia ini akan
Perilaku menentang anak tidak ada sangkut-pautnya dengan
mendapat label sebagai anak ’nakal’ atau anak ‘bandel’, karena
“pembawaan buruk”, yang diperkirakan tampil pada masa itu.
perilaku anak yang cenderung susah diatur. Fase trotzalter terjadi
Sikap memberontak menentang tersebut merupakan gejala per­
karena anak sedang dalam fase menemukan diri sendiri atau
kembangan yang wajar pada setiap perkembangan individu anak.
menemukan AKU-nya, dan tengah mengkhayati kemampuan
Bahkan merupakan suatu keharusan dalam perkembangan yang
diri serta harga diri.
normal.
Berkat penemuan tersebut, anak ingin mencoba segala
Kesukaran-kesukaran pada Trotzalter tadi timbul pada saat
potensi dan kemampuannya yang ditujukan pada dunia luar. Anak
tertentu, tanpa ada sumber penyebab dari luar. Dan beberapa saat
menjadi tidak puas pada otoritas orang tua atau pengasuhnya,
kemudian gejala-gejala tersebut bisa lenyap dengan sendirinya.
yang dianggap terlalu “menguasai dan banyak mengatur pribadinya”.
Oleh karena itu menentang dianggap sebagai saat pancaroba,
Anak mencoba menerapkan sikap baru, dengan memakai
penuh badai-badai emosi yang tidak menentu dan dorongan
mekanisme reaktif yang lain dari pada biasanya terhadap
implus yang meledak-ledak. Maka Trotzalter juga disebut periode
lingkungan­nya. Anak belum menemukan kemantapan batinnya,
Strum und Drang (periode badai dan paksaan/desakan batin).
sehingga cara baru dalam merespon lingkungan disertai dengan
Trotzalter disebut pula sebagai masa peralihan (masa transisi)
luapan emosi-emosi yang kuat, antara lain berupa rasa marah
dalam proses perkembangan, yaitu peralihan dari masa kanak-
(agresi), kecenderungan memberontak, menentang, berkepala
kanak pindah ke masa pubertas/remaja.
batu, tegar, rasa kebingungan, kecaman-kecaman pedas terhadap
orang tua atau guru, keengganan (serba emoh/tidak mau), sikap
mogok, bermulut besar, bimbang hati, berduka hati, dan lain-lain.
Sikap tidak bersahabat yang ditunjukkan anak pada dasarnya
bukan merupakan kesengajaan anak untuk memberontak atau
membantah dan menentang. Anak mengekspresikan segala se­
suatu yang dirasakan sebagai kurang memuaskan dengan cara yang
agresif pada dasarnya merupakan bentuk kematangan kognitif­nya

34 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 35
mampu berbagi dengan teman, sabar menunggu giliran, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini
Ketika ditempat umum, anak harus mampu menyesuaikan juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
peri­lakunya, seperti ketika ditempat ibadah tidak boleh ber­ (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin,2008).
teriak-teriak dan berlari-lari. Terdapat hubungan yang amat erat antara perkembangan
g. Menunjukkan perasaan dengan cara yang sehat. Pada usia bahasa dan perilaku kognitif. Taraf-taraf penguasaan ke­
ini, diaharapkan anak dapat membedakan lebih banyak terampil­an berbahasa dipengaruhi, bahkan bergantung pada
jenis perasaan, tidak hanya senang dan sedih. Jenis perasaan tingkat-tingkat kematangan dalam kemampuan intelektual.
yang seharusnya dikenal anak antara lain rasa takut, sayang, Sebaliknya, bahasa merupakan sarana dan alat yang strategis
bersemangat, cemas, sedih, senang. Anak diharapkan mampu bagi lajunya perkembangan perilaku kognitif. Perkembangan
memahami perasaan dirinya dan perasaan orang lain, fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loree (1970),
sehingga ketika mengekspresikan perasaan, anak seharusnya dapat dideskripsikan dengan dua cara ialah secara kualitatif
memahami perasaan orang lain. Dengan cara ini anak tidak dan secara kuantitatif.
melampiaaskan perasaannya dengan cara memukul atau 1) Perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif
atau menghardik. perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif
h. Memulai dan mempertahankan hubungan dengan orang- dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan
orang di sekitarnya. Anak sudah bisa bercerita dan men­ berbagai studi pengukuran dengan menggunakan
dengar­kan orang lain, kemampuan ini diperlukan dalam tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan
per­temanan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dan
i. Mengindari bahaya. Anak diharapkan paham terhadap hal- sampai ke tingkatan usia tertentu (3-5 tahun sampai
hal yang membahayakan seperi api, lalu lintas, tempat tinggi, usia 30-35 tahun, misalnya) secara test-retest yang alat
racun, binatang buas, kolam yang dalam dan sebagainya. ukurnya disusun secara sekuensial (Standford Revision
Anak diharapkan mampu menghindari bahaya. Binet Test). Dengan meng­gunakan hasil pengukuran
j. Berani menunjukkan keinginannya. Anak mampu bercakap- tes yang rnencakup General Information and Verbal
cakap dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga Analogies, Jones and Conrad (dalam Loree, 1970)
anak mampu mengekspresikan keinginannya, bertanya dan telah mengembangkan se­buah kurva perkembangan
melakukan sesuatu. inteligensi, yang dapat di­tafsir­kan antara lain sebagai
Hal yang sama disampaikan oleh Morrison (2012:235) berikut.
bahwa sasaran pendidikan anak prasekolah dalam aspek sosial (a) Laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat
dan ketrampilan intrapersonal meliputi hal berikut. pesat sampai, masa remaja awal, setelah itu ke­
a. Membantu anak mempelajari cara menyesuaikan diri dengan pesatan­nya ber­angsur menurun.

58 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 43
(b) Puncak perkembangan pada umumnya dicapai di Anak usia dini berada pada fase tumbuh dan berkembang,
penghujung masa remaja akhir (sekitar usia dua sehubungan dengan beberapa keterbatasan anak. Ada beberapa
puluhan); perubahan-perubahan yang amat tipis kemampuan yang harus diajarkan pada usia 3-6 tahun untuk
sampai usia 50 tahun, setelah itu terjadi plateau menyempurnakan perkembangannnya, meliputi hal berikut.
(mapan) sampai usia 60 tahun, untuk selanjutnya a. Melakukan jadwal beraktivitas dan beristirahat yang sehat.
ber­angsur menurun (deklinasi). Anak seharusnya sudah tahu kapan waktu istirahat dan
(c) Terdapat variasi dalam waktu/tempo dan laju ke­ kapan waktu beraktivitas. Ia tidak perlu lagi dipaksa untuk
cepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan berhenti bermain kala berada di sekolah atau diminta tidur
khusus tertentu ketika di rumah.
2) Perkembangan perilaku kognitif secara kualitatif. Piaget b. Memperlihatkan kebiasaan makan yang sehat. Anak diharap­
membagi proses perkembangan fungsi kognitif ke dalam kan sudah bisa makan sendiri dengan rapi. Ia juga mau
empat tahapan utama yang secara kualitatif, setiap mencoba berbagai rasa atau jenis makanan baru.
tahapan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda, c. Dapat buang air besar dan kecil sendiri di tempatnya. Anak
diuraikan dalam Berk (1993). usia 3-6 tahun diharapkan bisa memberi tahu kapan akan
(a) Sensorimotor period (0,0–2,0). Periode ini ditandai buang air besar (BAB) atau kecil (BAK) dan mau belajar
penggunaan sensorimotorik (dalam pengamatan untuk dapat BAB atau BAK sendiri, dengan cara yang sesuai
penginderaan) yang intensif terhadap dunia jenis kelaminnya.
sekitar. Prestasi intelektual yang dicapai dalam d. Mampu melakukan aktivitas fisik yang diperlukan sesuai
periode ini ialah perkembangan bahasa, hubungan usianya, seperti memanjat, menyeimbangkan diri, berlari,
tentang objek kontrol skema, kerangka berpikir, meloncat, mendorong, menarik, menangkap. Motorik halus
pembentukan pengertian, pengenalan hubungan seperti mengancing baju, menarik ristliting, menggunting,
sebab-akibat. menggambar, mewarnai, membentuk tanah liat.
Perilaku kognitif tampak antara lain: e. Ikut serta dalam kegiatan keluarga. Anak seharusnya sudah
(1) menyadari dirinya berbeda dengan benda- mampu terlibat dalam berbagai kegiatan keluarga seperti
benda sekitarnya; ke acara pernikahan dan memikul tanggung jawab walau
(2) sensitive terhadap rangsangan suara dan sederhana seperti membantu membereskan mainan.
cahaya; f. Menunda dan mengendalikan keinginan. Bayi yang masih
(3) mendefinisikan objek/benda serta membe­ kecil belum mampu menunda keinginannya untuk men­
dakan benda satu dengan benda lain dan dapatkan sesuatu, sejalan dengan bertambahnya usia, anak
manipulasinya; harus mampu mengedalikan keinginannya, seperti harus

44 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 57
Sujiono (2009: 7-8) mengemukakan beberapa karakteristik (4) mulai memahami ketetapan makna suatu objek
khas anak usia dini adalah : a). anak berada pada masa peka, meskipun lokasi dan posisinya berubah.
karena itu guru/pembimbing perlu menyiapkan sarana dan (b) Preoperational. period (2,0–7,0). Periode ini terbagi
permainan yang dapat merangsang potensi anak yang sedang ke dalam dua tahapan ialah preconceptual (2,0-4,0)
tumbuh, b). egosentris, ditunjukkan dengan merasa paling benar, dan intuitive (4,0–7,0). Periode preconceptual di­
keinginannya harus dituruti, mau menang sendiri, kondisi tidak tandai dengan cara berpikir yang bersifat transduktif
mendukung perkembangan sosial anak apabila tidak mendapat (menarik konklusi tentang sesuatu yang khusus;
bimbingan yang tepat, c). senang meniru, anak akan meniru sapi disebut juga kerbau). Pemahaman anak belum
segala yang dilihat dan didengar dari lingkungannya, dari orang pada konsep yang sebenarnya atau verbalisme.
tua, guru, teman, serta meniru tokoh khayal yang ada di televisi Periode intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan
atau dalam dongeng. Anak meniru perilaku yang baik tetapi juga yang bersifat egocentric (belum memahami cara
mungkin yang kurang baik, karena itu perlu bimbingan, d). anak orang lain me­mandang objek yang sama), anak
senang berkelompok, ditunjukkan dengan kegemarannya bermain belum dapat ber­p ikir irreversible, kemampuan
dengan anak-anak lain, e). senang bereksplorasi, di­tunjuk­kan konversi belum sempurna. Perilaku kognitif yang
dengan kegemaran membongkar pasang mainan, memanipulasi tampak antara lain:
benda-benda yang ada di sekitarnya, serta senang melakukan (1) self-centered dalam memandang dunianya;
tingkah laku yang penuh tantangan, seperti melompat, memaanjat, (2) dapat mengklasifikasikan objek-objek atas
memasuki gorong-gorong, f). membangkang, anak usia dini berada dasar satu ciri tertentu yang memiliki ciri yang
dalam rentang masa trotzalter, yaitu masa krisis yang ditandai sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam
dengan sikap membangkang (http//www.pikiran-rakyat.com) hal yang lainnya;
Havighurst (dalam Hurlock, 1978) menyatakan bahwa tugas (3) dapat melakukan koleksi benda-benda
perkembangan fase kanak-kanak antara lain : dapat membedakan berdasarkan suatu ciri atau kriteria tertentu;
benar-salah, membangun sikap yang sehat terhadap dirinya, (4) dapat menyusun benda-benda, tetapi belum
belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya dan mulai dapat menarik inferensi dan dua benda yang
me­ngembangkan peran sosial sebagai pria dan wanita yang tidak ber­sentuhan meskipun terdapat dalam
tepat. Untuk menunjang tugas perkembangan ini salah satunya susunan yang sama.
perlu bimbingan untuk mengembangkan kontrol diri, agar (c) Concrete operational (7,0–11 12,0)
anak dapat menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya, serta Periode ini merupakan perbaikan dari masa
dapat mengendalikan keinginannya agar sesuai dengan harapan sebelum­­nya. Tiga kemampuan dan kecakapan
lingkungan. yang baru yang menandai periode ini ialah meng­

56 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 45
klasifikasikan angka-angka atau bilangan, anak Beaty (1994: 83) menjelaskan bahwa perkembangan emosi
mulai pula mengkonservasi pengetahuan tertentu, anak terjadi secara simultan bersamaan dengan perkembangan
serta kemampuannya dalam proses berpikir untuk psikososial, perkembangan bahasa, kognitif dan kreativitas. Bruse
mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun (1987) mengatakan bahwa anak usia 2-6 tahun mempunyai per­
masih terikat dengan objek-objek yang bersifat tumbuhan fisik yang pesat, anak mulai aktif melakukan berbagai
konkret. Pada fase ini anak mulai dapat berpikir kegiatan yang memanfaatkan otot. Pada awal usia ini anak
terbalik dan kemampuan konversinya lebih tepat, sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitar­
pemahaman terhadap konsep benda dan ruang nya, mempunyai daya observasi yang tajam yang membuat anak
mulai sempurna. mengamati semua benda yang ada di sekitarnya. Dalam waktu
(d) Formal operational (11,0/12,0–14,0/15,0) singkat pengamatan anak bisa beralih dari satu benda ke benda
Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk lainnya. Piaget (Sriyanti, 2008) pada fase preoperasinal (usia
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang 2-7 tahun) anak sudah mempunyai perbendaharaan bahasa
tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat yang lebih banyak namun belum tentu memahami konsep
konkrit. Perilaku kognitif yang tampak pada tahap secara tepat. Anak mulai berkomunikasi dan mengungkapkan
ini antara lain: pikirannya. Selanjutnya Bruse menambahkan bahwa anak
(1) kemampuan berpikir hipotetis-deduktif (hypo­ usia ini mulai belajar mengembangkan emosi sebagaimana
thetico-deductive thinking); lingkungan memperlakukan dirinya. Perkembangan kognitif
(2) kemampuan mengembangkan suatu kemung­ anak sangat pesat ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang
kinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan luar biasa terhadap alam sekitar. Aktivitas belajar anak usia 2-6
yang ada (a combinational analysis); tahun terlihat dari keinginan untuk mengeksplorasi benda-benda
(3) kemampuan mengembangkan suatu proporsi yang ada disekitarnya dengan menggunakan seluruh panca
atau dasar proporsi-proporsi yang diketahui indranya. Meniru merupakan gaya belajar anak usia ini dengan
(propor­tional thinking); me­manfaatkan seluruh indranya, meniru yang didengar dan
(4) kemampuan menarik generalisasi dan infe­ meniru yang dilihat (Bruse, 1987). Hurlock (1978) menyatakan
rensasi dan berbagai kategori objek yang perilaku agresif anak meningkat pada usia 2-4 tahun, kemudian
beragam. menurun, bentuk serangan fisik diganti dengan serangan verbal
Tokoh lain yang melakukan studi terhadap dalam bentuk memaki atau menyalahkan orang lain. Pada usia
masalah ini secara mendalam ialah Jerome Bruner 3 tahun mulai timbul perilaku berkuasa, dan usia 4 tahun timbul
(1966) ia membagi proses perkembangan perilaku keinginan untuk menggoda anak lain. Ekspresi marah pada anak
kognitif ke dalam tiga periode ialah: bisa dilampiaskan dengan merusak benda-benda.

46 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 55
sementara Johan Amos Comenius menyebutnya sebagai fase scola (1) enactive stage, merupakan suatu masa ketika
materna (fase sekolah ibu) (Hurlock, 1978) . individu berusaha memahami lingkungannya.
Fase anak usia dini merupakan fase penting yang menjadi Tahap mirip dengan sensorimotor period dari
pondasi bagi perkembangan anak pada masa berikutnya, karena itu Piaget;
perlu mendapat perhatian dengan seksama. Sebagaimana diungkap (2) iconic stage, yang mendekati kepada preo­
Hurlock (1978) bahwa anak usia 2-6 tahun berada pada masa peka, perational period dari Piaget; dan
yaitu masa yang paling tepat untuk mengembangkan berbagai fungsi, (3) symbolic stage, yang juga mendekati ciri-ciri
bila masa ini terlewati anak akan mengalami kesulitan pada fase formal operational period dari Piaget.
per­kembangan berikutnya. Demikian juga dengan Berk (1992 : 18)
memperkuat pandangan bahwa fase anak usia dini merupakan fase 3. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
penting, sebagaimana pernyataannya bahwa anak usia prasekolah a. Perkembangan Perilaku sosial
berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai Secara potensial (fitrah) manusia dilahirkan sebagai
aspek sedang mengalami perkembangan yang sangat cepat. makhluk sosial, sebagaimana kata Plato bahwa manusia se­
bagai zoon politicon. Untuk mewujudkan potensi tersebut
1. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Anak Usia Dini
manusia perlu berinteraksi dengan lingkungan manusia
Piaget (dalam Gallahue, 1982 : 24 dan Seefeldt, 1990 : 34),
lainnya.
me­nyata­kan bahwa anak usia 2-7 tahun mempunyai pandangan
Proses sosialisasi merupakan suatu proses di mana
yang bersifat egosentrik, yaitu tidak memperhatikan pengalaman
individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap
dan perspektif orang lain, melainkan berorientasi pada minat
rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan
dan apa yang diketahuinya. Pemahaman anak terhadap consept of
dan tuntutan kehidupan (kelompoknya); belajar bergaul
conservation belum sempurna, anak memandang sejumlah benda
dengan dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah
tidak berubah, hanya karena berubah bentuk dan tempat, serta
laku di dalam lingkungan sosio-kulturalnya.
mempunyai kemampuan berpikir yang bersifat irreversible yaitu
Branson (dalam Loree, 1970) mengidentifikasi hasil
belum mampu berpikir terbalik.
surve secara longitudinal terhadap anak usia 5-16 tahun,
Anak usia 4-6 tahun mempunyai karakteristik khas yang
bahwa kecenderungan pola orientasi sosialnya mengikuti
berbeda dengan anak lainnya. Hurlock (1978) menyatakan
tiga pola yaitu: (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-
bahwa anak usia ini memiliki karakteristik emosi yang sangat
placidity dan (3) passivity-dominance. Kalau seseorang telah
kuat, meledak-ledak dan kurang stabil. Beberapa emosi yang
memperhatikan orientasinya pada salah satu pola tersebut,
muncul pada anak usia ini antara lain marah, cemburu, benci,
maka cenderung diikutinya sampai dewasa. Sejalan dengan
takut, iri hati, kasih sayang dan gembira. Anak bisa memiliki
meluasnya per­gaulan anak, perkembangan sosial anak
rasa takut yang sangat kuat dan iri hati yang tidak rasional.

54 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 47
juga makin meluas, terutama setelah masuk PAUD. Anak B. Perkembangan Anak Usia Dini
juga mulai mengenal berbagai perilaku orang-orang di
Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, sebagaimana
sekitarnya, teman, guru, kerabat, sepupu adalah individu
tertulis dalam UU No.20 tahun 2003 bahwa pendidikan anak usia dini
lain yang mewarnai ke­hidupan sosial anak. Anak yang
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
kehidupan sosialnya luas, akan belajar merasakan kecewa,
sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan
tidak diterima, merasa marah, jengkel dengan orang lain,
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
disamping perasaan positif seperti kebersamaan, mencintai,
rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pedidikan lebih lanjut
berbagi dan lainnya.
(UU no 20 tahun 2003). Selanjutnya pada pasal 28 ayat 1-3 tertulis
b. Perkembangan Moralitas bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
berarti adat istiadat peraturan/nilai-nilai atau tatacara ke­ formal, nonformal maupun informal. Realisasi pendidikan anak usia
hidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk dini pada jalur formal antara lain berbentuk Taman Kanak-kanak
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip- (TK), Raudaful Atfal (RA), Kelompok Bermain (KB) dan Tempat
prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti 1) seruan untuk Penitipan Anak (TPA).
berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan Taman Kanak-kanak (TK) dan RA merupakan salah bentuk
keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak pendidikan anak usia dini pada pendidikan formal yang menyeleng­
orang lain, dan 2) larangan mencuri, berzina, membunuh, gara­kan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun (Departemen
meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dapat Pendidikan Nasional, 2006 : 1). Berdasar PP No.27 tahun 1990, Bab
dikatakan bermoral, apabila tingkah laku tersebut sesuai I pasal 1 disebutkan bahwa TK merupakan salah satu bentuk pen­
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tingi kelompok didik­an pra-sekolah yang menyediakan pendidikan dini bagi anak usia
sosialnya. empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Jalur pendidikan
Faktor-faktor yang mempenga­ruhi perkembangan moral. untuk anak usia dini dalam jalur pendidikan nonformal antara lain
Perkembangan moral seorang anak banyak dipenga­ruhi kelompok belajar (KB) dan PAUD.
oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah
lingkungannya dan dari orangtuanya. Dia belajar untuk
membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik fisik dan
mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam
psikis yang meliputi moral dan nilai agama, disiplin, sosial emosional,
mengembangkan moral anak, peranan orangtua sangat
kemandirian dan tanggunjawab, kognitif, bahasa, fisik/motorik, dan
penting, terutama pada waktu anak masih kecil (Monks, 1992).
seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Havighurst meng­
Proses Perkembangan Moral. Perkembangan moral anak
golongkan anak usia 0-6 tahun sebagai fase bayi dan fase anak kecil,
dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut.

48 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 53
bagai makhluk Tuhan, dianugerahi fitrah (kemampuan 1) Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman penger­
atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya. tian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau
c. Perkembangan Kepribadian baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa
Kepribadian dapat diartikan sebagai “kualitas perilaku lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri pendidikan moral adalah keteladanan dan orangtua,
terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-
tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian nilai moral
itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut: 2) Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau
a) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi me­niru penampilan atau tingkah laku moral seseorang
etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kiai, artis
memegang pendirian atau pendapat, atau orang dewasa lainnya).
b) Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau 3) Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara
cepat/lambatnya mereaksi terhadap rangsangan- mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.
rangsangan yang datang dari lingkungan, Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau peng­
c) Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma hargaan akan terus. di kembangkan, sementara tingkah
dan sebagainya) yang bersifat positif, negatif atau laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan
ambivalen (ragu-ragu), di­­hentikannya.
d) Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional Kolberg (dalam Santrock, 2007) menguraikan per­
terhadap rangsangan dan lingkungan. Seperti: mudah kembang­a n moral menjadi 6 tahap yang diawali dari
tidak­nya tersinggung marah, sedih atau putus asa, kepatuh­an, ketaatan anak terhadap aturan dilandasi atas
e) ResponsibilitaS (tanggung jawab), kesiapan untuk dorongan ekstrinsik, seperti untuk menghindari hukuman,
menerima risiko dan tindakan atau perbuatan yang ingin mendapat hadiah, ingin dipuji, berangsur-angsur
di­laku­kan. Seperti: mau menerima risiko secara wajar, mangarah pada kepatuhan terhadap moral dan etika atas
cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi, kesadaran sendiri.
f) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan Perkembangan Penghayatan Keagamaan. Sejalan per­
hubungan interpersonal. Disposisi ini seperti tampak kem­bangan kesadaran moralitas, perkembangan pengha­
dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka; dan yatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkem­
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. bangan intelektual disamping emosional dan volisional
(konatif), meng­alami perkembangan. Para ahli seperti
Zakiah Daradjat, Starbuch, William James sependapat

52 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 49
bahwa pada garis besar­nya perkembangan penghayatan terjadinya perilaku. Aspek emosional dari suatu perilaku, pada
keagamaan itu dapat dibagi dalam tiga tahapan yang secara umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu rangsangan
kualitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Tiga yang menimbul­kan emosi (the stimulus variable), perubahan-
tahap perkembangan ke­agama­an tersebut adalah fairy tale perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi
stage (fase dogeng), realistic stage (fase realistis), dan terakhir (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau
individual stage (fase individual). Fase dongeng dialami oleh terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable).
anak-anak, dimana per­kembangan keagamaannya masih Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-
sebatas pada cerita, anak memahami agama sebagai suatu ciri sebagai berikut:
dongeng, sedang pada fase realis anak mulai menghayati 1) Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis
agama secara realistis, sesuai apa yang dilihat di sekitarnya, lainnya, seperti pengamatan dan berpikir
dan pada tahap akhir yaitu fase individualis, penghayatan 2) Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
agama seseorang bersifat personal, khas yang berbeda antara 3) Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan
orang satu dengan lainnya. panca indera.
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu
4. Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis). Emosi sensoris,
a. Perkembangan fungsi-fungsi Konatif dan hubungannya
yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dan luar
dengan pembentukan
ter­hadap tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah,
Fungsi konatif atau motivasi merupakan faktor peng­
kenyang, dan lapar. Sedangakan emosi psikis, di antaranya
gerak perilaku manusia yang bersumber pada kebutuhan-
adalah (Walgito, 1986).
ke­­butuhan dasarnya (basic needs). Jenis-jenis kebutuhan
1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut
manusia berkembang mulai dari sifat yang alami (misalnya,
paut dengan ruang lingkup kebenaran.
kebutuhan dasar/biologis) sampai kepada yang dipelajari
2) Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut
sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya. Di
hubung­an dengan orang lain, baik bersifat perorangan
dalam kenyataan yang berkembang itu bukanlah jenis motif
maupun kelompok.
atau kebutuhan, melainkan beberapa sifatnya, misalnya objek
3) Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan
dan caranya dan itensitasnya.
dengan nilai-nilai balk dan buruk atau etika moral.
b. Perkembangan Emosional dan Perilaku Afektif 4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang ber­
Emosi itu dapat didefinisikan sebagai suatu suasana kait­an erat dengan keindahan dan sesuatu, baik bersifat
yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a kebendaan maupun kerohanian.
strid up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah 5) Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia se­

50 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 51
dan kewajiban anak dalam keluarga tidak dapat dijalankan anak , guru dan orang dewasa lainnya.
dengan baik. Dalam kondisi demikian tak jarang terjadi b. Membantu anak cara membantu orang lain dan mengembang­
konflik antara anak dengan orang tua. Ketegangan dan kan sikap peduli.
peningkatan emosionalitas tak dapat dihindarkan c. Mengajarkan anak cara memenuhi kebutuhan pribadi seperti
b. Dapat terjadi konflik antar kelompok baik dengan kelompok mengancingkan baju dan memilih pakaian yang tepat.
sejenis maupun lawan jenis. Konflik yang berkepanjangan d. Ketrampilan makan dan menggunakan peralatan makan.
dapat memicu timbulnya permusuhan hingga perkelahian. e. Ketrampilan menjaga kesehatan seperti gosok gigi dan mandi.
Bila hal ini terjadi maka energi anak akan tersedot untuk f. Ketrampilan berdandan, seperti menyisir rambut dan me­
aktivitas bertahan dalam kelompok, mencari strategi per­ motong kuku.
lawanan serta memikirkan problem lain yang berkaitan
Tugas-tugas tersebut akan tercapai dengan sempurna
dengan konflik antar kelompok tersebut. Aktivitas belajar
bila anak mempunyai kemampuan mengendalikan dirinya.
ter­ganggu, kelelahan, sering ketinggalan pelajaran, lupa
K­e­mampuan mengendalikan diri anak diperlukan agar anak
mengerjakan PR, tidak siap ketika ulangan, mulai dihinggapi
dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan harmonis,
rasa malas untuk belajar merupakan problem umum akibat
me­nunjukkan perasaan dengan cara tepat, dan kemampuan
keterlibatan anak dalam kelompok
mengendalikan diri memudahkan anak menjalankan tugas
c. Berkembang prasangka, terutama terhadap anak lain yang
belajarnya dan membuat anak mampu menepati jadwal rutin
dari luar kelompok. Prasangka yang berlebihan dapat
sehari-hari dengan disiplin, seperti kapan anak harus bangun
berkembang menjadi yang bersifat ras dan golongan
pagi, kapan anak harus mandi, kapan anak harus makan dan
d. Muncul perlakuan yanga buruk terhadap anak lain di luar
sebagainya. Kemampuan anak mengendalikan diri sangat
kelompoknya
diperlukan agar anak dapat menjalankan tugas sehari-hari yang
Mencari teman merupakan kebutuhan setiap anak, hal ini
berkaitan dengan bina diri seperti memakai baju sendiri, memakai
sangat dirasakan oleh anak baru, pindahan dari kelas lain, sekolah
sepatu dan kaos kaki. Kesuksesan anak untuk belajar di sekolah,
lain atau daerah lain. Menjadi anggota baru suatu sekolah dan
memanjat, meniti, melompat, melempar, belajar mengenal huruf
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan merupakan tugas
dan angka, belajar mengenal waktu dalam jam, belajar mengenal
berat yang harus dilaksanakan. Karena itu pindah-pindah sekolah
macam-macam binatang dana tumbuhan, memerlukan perhatian
tidak selalu menguntungkan bagi anak.
khusus dan ketekunan dari anak, karena itu kemampuan
Anak senang berpetualang dan menjelajah sebagai bentuk
mengendalikan diri sangat diperlukan guna tercapainya hasil
luapan rasa ingin tahu. Anak SD kelas rendah bisa melakukan
belajar yang optimal Perkembangan anak sudah diawali sejak
penjelajahan terhadap mainan yang dimiliki serta benda-benda
dalam kandungan, yaitu sejak terjadi konsepsi yang merupakan
lain yang ada di rumah, namun anak kelas tinggi tidak cukup
proses bertemunya sel telur dengan sel jantan. Perkembangan

74 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 59
akan terus terjadi sepanjang kehidupan anak dengan mengikuti d. Anak memandang nilai sebagai ukuran prestasi belajarnya
hukum dan irama tertentu. e. Mulai membentuk kelompok sebaya serta membuat aturan
Anak usia pra-sekolah merupakan masa emas senagai pem­ sendiri dalam kelompok
bentuk kepribadian anak dimasa mendatang. Anak mempunyai f. Akhir masa ini anak sudah dapat bertanggung jawab atas
karakteristik khas yang berbeda dengan anak pada fase sebelum apa yang dilakukan
dan sesudahnya. Anak usia pra-sekolah berada pada fase transisi, 3. Perkembangan Fisik dan Sosial
dari lingkungan orang tua yang penuh permisivitas beralih Secara fisik, tidak ada perbedaan perkembangan antara
pada lingkungan sekolah yang lebih formal dengan aturan dan anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak menunjukkan
kedisiplinan yang lain dengan di rumah. Pergaulan anak yang postur yang sama. Gerakan motorik anak sangat dipengaruhi
semula terbatas anggota keluarga, sekarang memiliki pergaulan oleh keleluasaan lingkungan serta aturan-aturan yang berlaku.
yang lebih luas, guru-guru dan teman di sekolah. Norma serta aturan orang tua adakalanya membuat gerakan anak
Anak mulai mengenal orang dengan berbagai karakter, menjadi kurang spontan.
sehingga berpeluang mengalami benturan dalam bergaul dengan Hubungan sosial dan mempunyai teman merupakan hal
teman-temannya. Ada perselisihan, perbedaan pendapat, per­ penting bagi anak. Pertemanan yang semula karena melakukan
tengkaran, berebuit mainan dan berbagai persoalan dalam per­ aktivitas bersama, berkembamg menjadi persahabatan. Anak
gaulan. Hasil penelitian Hartup (Monks, 1992) mengemukakan berusaha keras untuk menyesuaikan dengan kelompok teman
bahwa teman sebaya banyak memberikan pengaruh terhadap sebaya, termasuk berusaha mengikuti tuntutan serta norma yang
perilaku anak. Perilaku agresif dan altruistik banyak didapat dari berlaku dalam kelompok. Dalam menyesuaikan ini adakalanya
belajar model yaitu dengan melihat teman-temannya yang juga anak justru memperbudak diri sendiri agar dapat diterima
berperilaku agresif dan altruistik (Bandura, 1977). oleh kelompok. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya
Masa ini menurut Piaget, dimulai dengan penguasaan bahasa berkelompok atau bersosialisasi bagi anak. Tak jarang anak
yang lebih sistimatis, permainan simbolis, imitasi dan bayangan tidak menghiraukan orang tua, bahkan melawan orang tua demi
mental (Hurlock, 1998). Anak mulai melakukan tingkah laku eksistensinya dalam kelompok (Hurlock, 1987).
simbolik, mampu bermain pura-pura, dan melakukan imitasi Beberapa akibat yang dapat timbul dengan masuknya
tertunda yaitu mencontoh sesuatu yang pernah dilihat pada anak dalam kelompok serta terlalu konformis terhadap aturan
hari sebelumnya. Perkembangan lainnya adalah kemampuannya kelompok.
untuk melakukan antisipasi atau berpikir untuk waktu yang akan a. Menolak aturan-aturan orang tua dan lebih conform terhadap
datang (dalam dunia anak). Yaitu dapat memikirkan apa yang tuntutan kelompok. Anak lebih banyak menghabiskan
akan terjadi kemudian (satu jam atau dua jam lagi). Anak dapat waktunya bersama teman-temannya sehingga keberadaan
mengatakan bahwa permainan buatannya belum selesai, karena anak dalam keluarga menjadi berkurang. Akibat lain tugas

60 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 73
Dorongan yang kuat untuk berkelompok membuat anak tahu bagaimana bentuk permainan yang sempurna atau
hubung­­an dengan keluarga menjadi renggang karena banyak yang sudah selesai.
waktu dihabiskan bersama teman sebayanya. Kondisi ini dapat Sebagian besar ketrampilan anak diperoleh dari aktivitas
menyulitkan orang tua dalam melatih tanggung jawab agar anak belajar atau meniru orang lain. Daya imitasi anak sangat
dapat melaksanakan tugas-tugas dalam keluarga. Keterlibatan besar demikian juga dengan daya fantasinya. Anak cenderung
anak dalam kelompok juga menyebabkan anak kurang peduli akan meniru semua yang dilihat dan didengarnya. Sejalan
dengan urusan pribadinya. Kepuasan dan kegembiraan bersama dengan perkembangan daya fantasinya, anak mengembangkan
teman-temannya membuat anak melupakan hal lain yang kemampuan bereksplorasi dan bereksperimen terhadap hal baru.
harus diurus dalam dirinya. Karenanya anak menjadi kurang Anak usia prasekolah sudah memperlihatkan adanya
memperhatikan penampilannya, kurang rapi, kurang peduli per­bedaan peran jenis, termasuk perbedaan jenis kelamin.
dengan kebersihan. Sementara Sigmund Freud dari tokoh Psikoanalisa mengemukan
2. Perbedaan Karakteristik bahwa anak usia ini mencurahkan energi psikisnya pada daerah
Ada perbedaan karakteristik antara anak kelas rendah (kelas seksualitas. Manifestasi dari perkembangan ini antara lain anak
1-3) dengan anak kelas tinggi (kelas 4-6). Anak kelas rendah menaruh perhatian pada daerah alat kelamin, muncul pertanyaan
mempunyai ciri sebagai berikut: tentang seksualitas, seperti dari mana adik lahir, mengapa mama
a. Ada hubungan antara tinggi, kesehatan, dan pertumbuh­an bisa punya adik.
jasmani dengan prestasi belajar di sekolah Sifat khas anak usia pra-sekolah tersebut bila dirangkum adalah:
b. Timbul sikap yang cenderung mematuhi peraturan dalam a. Daya fantasinya tinggi
per­mainan dengan teman sebaya b. Rasa ingintahunya besar-banyak bertanya
c. Senang membandingkan dirinya dengan anak lain jika dirasa c. Daya eksperimen dan ekplorasi tinggi-banyak gerak
menguntungkan d. Emosi meledak-ledak
d. Cenderung memuji diri sendiri e. Ingin melepaskan diri dari otoritas orang dewasa
e. Bila tidak berhasil menyelesaikan tugas/pekerjaan, hal itu f. Daya imitasinya tinggi-mudah meniru
tidak merisaukannya g. Mencurahkan energi psikisnya pada daerah seksulitas
h. Bisa bandel dan susah diatur
Sedangkan anak kelas tinggi (kelas 4-6) mempunyai
2. Perkembangan Kepribadian Anak Usia Dini
karakteristik sebagai berikut.
Perilaku anak merupakan cerminan dari kondisi jiwanya,
a. Perhatiannya tertuju paha hal yang praktis, konkrit dan
karena itu untuk memahami kondisi kejiwaan anak, bisa
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
mem­p erhatikan perilakunya. Anak murung, menggingit
b. Rasa ingin tahun besar, senang belajar dan bereksplorasi
jari, mem­b erontak atau mengamuk merupakan ekspresi dari
c. Mulai timbul minat terhadap mata pelajaran tertentu

72 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 61
kondisi jiwa yang saat itu terjadi. Demikian juga perilaku dalam aktivitas sehari-hari serta senang berkreatifitas. Dikatakan
anak merupakan tanda apakah anak mempunyai rasa percaya berada pada fase bermain, karena pengembangan diri anak banyak
diri yang tinggi atau bahkn mempunyai rasa rendah diri bisa dilakukan sambil bermain. Dikatakan sebagai usia berkelompok
terbaca dari perilaku sehari-hariya Perhatikan beberapa karena dorongan anak untuk berkumpul dengan teman sebaya
perilaku pada tabel berikut, kemudian lihat pada anak-anak sangat kuat. Ahli psikologi memberikan label pada anak sebagai
kita, perilaku mana yang dominan muncul. Deskripsi perilaku usia penyesuaian, fase yang menyulitkan, fase tidak rapi dan sebagai
berikut merupakan gejala khas anak yang sering dirasakan fase bertengkar. Semua merupakan gambaran tentang bagaimana
orang tua. Orang tua bisa menentukan sendiri perilaku mana karakteristik anak yang sebenarnya.
yang sering muncul pada anak, tentukan apakah perilaku Dorongan yang kuat untuk berkelompok membuat anak
itu menguntungkan atau tidak, baik atau tidak. Kemudian tidak senang bermain sendiri, tidak pusa bermain sengan saudara
temukan, mengapa perilaku tersebut muncul, apakah ada satu rumah tetapi selalu mencari teman di luar rumah. Dalam
dari sikap kita yang kurang tepat. upaya memenuhi keinginan untuk selalu berkelompok tersebut,
Beberapa perilaku anak timbul sebagai manifestasi anak dituntut dan berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan
dari rasa percaya diri, tetapi ada beberapa perilaku yang kelompok serta aturan-aturan yang ada. Karena itu julukan anak
merupakan indikasi dari ketidakpercayaan diri anak. Anak sebagai fase penyesuaian karena kemampuan menyesuaikan diri
yang mempunyai rasa kurang percaya diri terbentuk dari dengan teman sebaya merupakan tuntutan utama agar anak
cara pengasuhan yang tidak tepat. Rasa tidak percaya diri diterima oleh kelompok serta bahagia dalam kelompoknya.
dibentuk oleh sikap orang tua yang kurang memberikan Kemampuan penyesuaian yang buruk mengakibatkan anak
penghargaan atau karena sikap orang tua yang overprotected, tidak dapat diterima teman-temannya, tidak mempunyai teman,
terlalu menekan, terlalu menuntut pada anak, atau vonis-vonis terkucilkan dan ini merupakan pengamalan yang menyakitkan
negatif yang diberikan orang tua pada anak. bagi anak.
Masa ini merupakan masa yang menyulitkan bagi anak
Apabila orang tua menemukan beberapa perilaku sebagai
dan orang tua karena bagi anak tidak mudah menyesuaikan
tanda kurang percaya diri, orang tua bersama guru harus me­
diri dengan tuntutan teman sebaya yang beraneka ragam. Bisa
lakukan upaya-upaya membangkitkan rasa percaya diri anak.
terjadi benturan kepentingan antara conform dengan kelompok
Untuk itu harus terlebih dahulu mengenal sumber penyebab
atau mempertahankan egonya. Karena itu tak jarang terjadi per­
mengapa anak tidak mempunyai rasa percaya diri
tengkaran baik secara fisik maupun verbal. Anak laki-laki lebih
Tabel berikut memaparkan perbedaan sikap antara anak yang
banyak terlibat dalam pertengkaran fisik (berkelahi) sedangkan
mempunyai rasa percaya diri dengan anak yang kurang memiliki
anak perempuan cenderung melakukan pertengkaran secara
rasa percaya diri.
verbal. Karena itu usia disebut sebagai fase bertengkar.

62 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 71
dalam permainan adalah perbuatan yang salah, karena itu mereka Tabel 1. Perbedaan sikap/perilaku anak yang peraya diri
perlu dibimbing. Tapi jangan bersikap over-protective sampai dengan anak yang kurang percaya diri
menghalangi kebebasannya. Misalnya, kalau anak bermain lari-
larian dan pernah terjatuh adalah wajar, jadi tidak perlu melarang PERCAYA DIRI KURANG PERCAYA DIRI
anak bermain lari-lari karena takut anak jatuh. Tapi kalau anak • Aktif • Pasif
• Penuh semangat • Mudah putus asa
mengebut ketika bermain sepeda, tentunya perlu dilarang karena
• Banyak gerak • Tidak banyak gerak-
berbahaya. • Wajah cerah cenderung diam
Sekalipun dunia bermain adalah dunia anak-anak, tapi anak • Banyak tanya • Sering murung-sedih
mem­butuhkan peran orangtua untuk dapat berada dalam dunianya itu • Pemberani • Takut bertanya
• Mempunyai banyak teman • Penakut
secara aman dan nyaman. Dengan bermain, tidak hanya anak merasa • Mudah bergaul-mudah • Pemalu
senang dan bahagia ketika melakukannya; tapi dengan bimbingan menyesuaikan diri • Susah menyesuaikan diri
yang tepat dari orangtua, potensi diri anak juga dapat berkembang, • Senang membongkar pasang • Tidak senang bermain
anak dapat menjadi pintar lewat sarana permainan. Anak senang dan mainan • Senang memandang benda/
orangtua bahagia. • Sering bicara sendiri TV
• Gembira • Cengeng
• Mandiri • Manja
C. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD/MI)
1. Label untuk late childhood Mengapa anak tidak percaya diri
Anak usia SD berada pada fase kanak-kanak akhir (late Kini saatnya orang tua dan guru berintropeksi. Kullu mauludin
childhood) dengan rentang usia antara 6-12 tahun (Monks, 1992). yuladu ala fitrah- anak lahir dalam keadaan fitrah, demikian hadist
Masa ini disebut dengan masa intelektual atau disebut juga sebagai nabi menggambarkan tentang kondisi anak. Orang tualah yang
masa keserasian bersekolah, karena anak sudah cukup mampu menjadikan anak nasrani atau majusi. Tokoh psikologi Behavioristik
mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Usia SD merupakan J.B Watson pernah mengatakan: “ Berikan saya seribu bayi, maka saya
masa kematangan anak untuk sekolah yang ditunjang dengan bisa membentuk bayi tersebut sesuai yang Anda mau”
kesiapan organ-organ tubuh untuk melakukan kecakapan baru.
Penjelasan di atas menggambarkan betapa besar peran lingkungan,
Anak usia SD mempunyai beberapa julukan seperti fase
betapa besar peran pendidikan orang tua-guru. Orang tua adakalanya
kritis-kreatif, fase bermain dan masa berkelompok. Julukan ini
mengeluhkan anaknya yang pemalu, penakut dan tidak mau bergaul.
meng­gambarkan ciri anak tersebut. Anak usia SD dikatakan
Orang tua lainnya mengeluh karena anaknya bandel, susah diatur,
berada dalam periode kritis-kreatif, karena perkembangan
tidak penurut seperti anak temannya. Sementara kita semua tahu
imajinasi sangat menonjol, kemampuan berpikir kritis terlihat
bahwa ketika lahir anak tidak mempunyai sifat-sifat seperti itu, anak

70 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 63
lahir dalam keadaan fitrah, lucu dan menggemaskan, tidak bandel, walaupun kadang-kadang terasa abstrak bagi orangtua. Mengingat
tidak berkata kasar, tidak pemalu dan tidak penakut. Dalam hal ini bahwa tidak hanya orangtua yang mengalami stres, anak-anak juga
orang tua perlu menengok pada diri sendiri, mengapa anak sekarang bisa. Stres pada anak dapat disebabkan oleh beban pelajaran sekolah
menjadi seperti itu, siapa yang menyebabkan anak berperilaku mem­ dan rutinitas harian yang membosankan. Bermain dapat membantu
bangkang, pemalu atau penakut. Adakah sikap orang tua yang kurang anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.
tepat?.
Di sekolah adakalanya ditemukan anak yang tidak mau me­ Tugas Guru dan Orangtua
ngerjakan tugas dengan mengatakan :“ aku tidak bisa”, ketika di tegur
Bermain merupakan lebutuhan bagi anak. Bermain membuat
karena pekerjaanya tidak benar anak mengatakan: “ aku khan bodoh..
anak mempunyai banyak pengamalan baik menyenangkan ataupun
jadi ya salah “. Bahkan ketika ditanya mengapa tidak merapikan tempat
tidak. Dalam bermain akaan berkembang rasa senang, ceria, kecewa
tidur, anak mengatakan: “ aku kan anak malas, jadi ya nggak merapi­
dan perasaan lainnya. Banyak orang tua merasa khawatir kalau anak
kan tempat tidur” . Pandangan anak tentang diri sendiri sebagai anak
terlalu banyak bermain dan tidak mau belajar. Kalau memang sebenar­
malas’ atau‘anak bodoh’ diperoleh dari orang lain, khususnya orang
nya anak punya waktu bermain, lalu berlanjut terus hingga tidak mau
tua. Vonis-vonis negatif dari orang tua dan orang dewasa lainnya
belajar, maka masalahnya adalah bagaimana kita memotivasi anak
akan membentuk konsep diri negatif pada anak. Anak mencitra diri
agar mau belajar.
sendiri dengan citra yang buruk, hal ini tidak menguntungkan bagi
perkembangan kepribadian anak. Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk
membimbing anaknya dalam bermain sehingga benar-benar berguna
Sering kita dengar anak-anak mengemukakan kondisi dirinya se­
bagi anak tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
cara negatif seperti : aku tidak bisa, aku bodoh, aku takut, aku tidak
bisa bergaul, dan berbagai penyataan negatif lain tentang dirinya. 1) Pastikan dalam jadwal kesibukan anak sehari-hari, masih terdapat
Anak pada dasarnya lahir dalam keadaan fitrah, tidak penakut, tidak waktu luang yang cukup untuk anak bermain
pemalu, tidak nakal dan tidak bandel. Anak lahir tidak takut cecak, 2) Sesekali ikut bermain bersama anak, pahami dirinya, kegembiraan,
tidak takut guru matematika, tidak berkata kasar, tidak senang men­ ketakutan dan kebutuhannya. Siapa tahu setelah itu tidak lagi
curi, tidak senang berbohong. Semua perilaku tersebut dibentuk oleh men­jadi orangtua yang terlalu ambisius,
lingkungan, oleh pendidikan dan pengasuhan. Orang tua, guru, dan 3) Mendukung kreativitas permainanan anak, sejauh apa yang
orang dewasa lain berperan membentuk perilaku anak. diperbuat anak dalam permainan bukanlah perbuatan yang
kurang ajar, tidak merugikan, tidak menyakiti dan tidak mem­
Banyak orang tua tidak menyadari perlakuan buruk yang telah
bahaya­kan diri sendiri dan orang lain,
ditimpakan pada anak, tidak menyadari bahwa sikap dan tindakannya
4) Membimbing dan mengawasi anak dalam bermain, tapi tidak over-
telah melukai anak, mungkin tidak menyadari telah membentuk anak
protective. Anak mungkin tidak tahu kalau apa yang dilakukannya
menjadi penakut, pemalu atau pendendam.

64 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 69
Manfaat Bermain Berikut adalah pola asuh yang dapat menghancurkan kepercayaan
diri anak:
Membaca uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin
berpikir hal-hal tersebut di atas bisa didapatkan anak dengan cara 1) Sikap tidak bersahabat-keras-ketus-otoriter
belajar (study). Belajar anak bisa pintar, kalau main terus-terusan 2) Menghardik
anak tidak bisa pintar. Pendapat ini ada benarnya juga, terutama jika 3) Tidak menghargai jerih payah anak
kepintaran hanya berhubungan dengan kemampuan akademik seperti 4) Mencela-mencemooh
membaca, menulis dan berhitung. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, 5) Membandingkan dengan anak dengan anak lain
kepintaran bukan hanya sekedar membaca, menulis dan berhitung, 6) Banyak larangan – ” jangan !”
dan juga kemampuan akademis bukan satu-satunya hal yang penting 7) Overprotectif
dan dibutuhkan. Ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya 8) Sering memberikan cap negatif, seperti: “kamu bodoh”, “dasar
kemampuan berkomunikasi, memahami cara pandang orang lain dan anak pemalas”
bernegosiasi dengan orang. Hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan 9) Sering memberikan hukuman fisik, memukul, mencubit,
hanya dengan belajar. Perasaan senang, menikmati, bebas memilih menjewer teliga
dan lepas dari segala beban karena tidak punya target, juga tidak bisa 10) Membuat anak tidak aman- terancam secara psikologis
didapatkan dari kegiatan belajar. 11) Menuntut terlalu tinggi- harus juara-harus jadi bintang
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide Cara pengasuhan tersebut dapat melukai jiwa anak, menghancur­
yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan kan harga diri dan martabatnya. Apa yang dirasakan anak saat ini
yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa akan membekas dalam jiwanya dan terbawa terus sepanjang perjalanan
mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara hidunya, menjadi pengalaman traumatik. Pengalaman traumatik yang
yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang tidak menyenangkan dan terus menerus dialami, akan mengendap
dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat dalam alam bawah sadar dan menjadi sumber munculnya perilaku
bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan agresif di masa datang.
dan kegembiraannya. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak
dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat permainan
Masa Bermain
(terutama bermain pura-pura/role-playing) orangtua juga dapat
menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtuanya Anak usia dini identik dengan masa bermain. Anak sangat me­
dan keluarganya. Bermain pura-pura menggambarkan pemahamannya nikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan,
tentang dunia dimana ia berada. lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang
bermain. Orangtua pun harus tarik urat dahulu jika menyuruh anaknya
Kreativitas anak juga semakin berkembang lewat permainan,
berhenti bermain dan mau mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau
karena ide-ide originallah yang keluar dari pikiran anak-anak,

68 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 65
belajar. Hal ini seringkali menyebabkan orangtua menganggap bahwa indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan
anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja. seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa
Benarkah anak-anak kita lebih banyak menghabiskan waktu diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan
untuk bermain daripada belajar? Jika mau melihat secara cermat dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan
memperbandingkannya dengan anak-anak pada masa sebelumnya harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang
(era 1970-1980an), sebenarnya justru terlihat kalau anak-anak masa menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih,
sekarang lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar daripada kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain
bermain jika dibandingkan dengan anak-anak pada masa sebelumnya. akan berkembang. Bermain juga mengasah daya fantasi dan daya
Beberapa kritikan dari para ahli pendidikan tentang kurangnya imajinasi anak. Melalui
waktu bagi anak untuk bersosialisasi dan mengembangkan hoby atau Bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja.
bakatnya (termasuk bermain) karena sebagian besar waktu terpakai Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam
untuk kegiatan-kegiatan belajar demi mengejar prestasi akademik di bukunya Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5
sekolah sudah sangat sering kita dengar. Ada sekolah untuk anak- (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima
anak bahkan ada yang sudah dimulai dari anak umur 1,5 tahun unsur tersebut adalah:
(walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar). Banyak 1) Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku
TK yang menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, mendapat kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan
menulis dan berhitung, bukan lagi sekedar bermain-main. Hal ini tidak untuk misalnya mendapatkan uang. Inilah yang membedakan
sepadam dengan karakteristik anak. bermain dengan bekerja.
Tuntutan jaman adakalanya membuat orangtua menjadi 2) Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas
sangat ambisius terhadap anak-anaknya, mereka ingin anaknya kehendak sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa
sepintar mungkin, dan diwujudkan dengan mengikutkan anak 3) Menyenangkan dan dinikmati, bermain umumnya menyenangkan
pada berbagai macam les untuk menambah pengetahuan dan walau kadang anak diliputi ketegangan
ketrampilan yang telah diperoleh anak di sekolahnya. Hal 4) Ada unsur kayalan dalam kegiatannya
tersebut memang tidak salah, namun kebutuhan anak untuk 5) Dilakukan secara aktif dan sadar.
bermain hendaknya jangan diabaikan karena bermain adalah Di luar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain
hal yang penting bagi perkembangan fisik dan mental anak. sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya menyenangkan
Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat menggunakan
bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di
dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasa­kan menyenagkan
bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapat di­sebut bermain.

66 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 67
dan rasa putus asa pada anak. Anak akan semakin tidak berani itu, anak mempunyai keinginan melakukan penjelajahan keluar
melakukan tugas-tugasnya karna takut kalau ia mengalami lingkungan rumah dan lingkungan tetangga, anak ingin mengenal
kegagalan. Lalu dimarahi oleh kedua orang tuanya atau dia daerah-daerah lain. Rumah tua yang tidak terpakai, bangunan
takut kalau nantinya mengecewakan hati orang tuanya, dan ke­ kuno serta tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang bisa
hilangan kasih sayang orang tuanya. Akibatnya menjadi semakin men­jadi incaran anak.
mundurlah (rendah) prestasi sekolah anak tersebut. Perkembangan anak pada usia ini amat pesat, lingkungan
Keberhasilan usaha orang tua dalam membimbing anaknya keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas
untuk menghilangkan rasa-rasa takut bergantung pada sikap untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak terutama fungsi
yang bijaksana dan kehalusan tutur katanya yaitu: tutur kata intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern maka anak
yang bisa membantu memperkokoh mental dan moril, dan bisa memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas;
me­­numbuhkan kepercayaan diri pada anak. Sehingga anak ter­ berupa sekolah, untuk mengembangkan semua potensinya.
dorong untuk berbuat apapun juga denga rasa tabah dan berani. Milieu sekolah akan memberikan pengaruh yang sangat
Oleh karena itu unsur instight, pemahaman juga kepercayaan besar kepada anak sebagai individu dan sebagai mahkluk sosial.
diri pada kemampuan sendiri, dan rasa sudah jadi “besar”, akan Peraturan sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar
banyak membantu anak mengatasi ketakutannya. Dengan begitu kebiasaan bergaul, dan macam-macam tuntutan sekolah yang
anak akan berani melakukan setiap tugas kewajibannya dengan cukup ketat akan memberikan segi-segi keindahan dan ke­
kemantapannya hati. senangan belajar pada anak. Misalnya anak bisa belajar secara
Pada batas Trotzalter kedua (±12-14 tahun) juga terdapat sistematika bisa bergaul akrab dengan teman-temannya, bisa
banyak kecemasan pada anak: terutama kecemasan akan hal yang ber­main bersama dan mengadakan eksperimen kelompok,
samar-samar, ketidakpastian dan takhayul. Hal ini disebabkan dapat berlomba dan bercanda gurau, dan seterusnya. Semua
oleh kepicikan fikir dan lkelemahan dirinya. Oleh perasaan- pengalaman ini memberikan pengaruh yang besar sekali bagi
perasaan yang kontradiktif sering bertentangan diantara rasa perkembangan kepribadian anak.
minder dan rasa diri super/besar, anak sering diberati oleh Sampai pada usia ± 3.5 tahun, anak adalah anak keluarga
perasaan-perasaan bersalah dan berdosa. Menghadapi peristiwa seutuh-utuhnya. Sesudah umur tersebut, anak mulai meluaskan
sedemikian ini hendaknya pendidik dengan bijak dan tenang cakrawala pengalamnya di luar lingkungan keluarga. Fungsi
menyadarkan anak akan tidak bermanfaatnya smosi-emssi pengkhayatan emosional yang dominan sampai usia 3.5 tahun lalu
negative yang tidak beralasan itu. Dan berusaha menumbuhkan diganti dengan penghayatan yang sifatnya lebih rasional, dengan
mekanisme kepercayaan sendiri. Hal ini antara lain bisa di­ mana anak menjadi objektif. Gambaran mengenai dunia menjadi
laku­kan dengan memberikan latihan-latihan ketrempilan makin sempurna, sebab anak sudah tidak terlampau subjektif lagi.
jasmani, umpamanya: bela diri, sport, pencak silat, kesenian, Peralihan menuju pada obyetifitas ini antara lain menyebabkan

90 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 75
timbulnya kesadaran akan kewajiban dan prestasi. Jika dalam mata terus-menerus, menggeleng-gelengkan kepala, mengerenyit-
fase terdahulu relasinya dengan kerja dan prestasi. Jika dalam ngerenyitkan alis, menyengir-nyengirkan bibir , hidung dan lain-
fase terdahulu relasinya dengan benda-benda ditentukan oleh lain). Atau anak jadi cepat marah/agresif. Ada kalanya anak jadi
aktivitas bermain, mulai sekarang timbul keinsafan bahwa dirinya pemurung dan penakut. Maka diperlukan bimbingan psikologis
bisa bekerja, dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan untuk memberanikan anak mengatasi rasa-rasa takut yang tidak
bermanipulasi dengan benda-benda disekitarnya (Monks, 1992). perlu itu.
Pada usia sekolah ini sikap yang egosentris diganti dengan Menakut-nakuti anak sebagai satu cara untuk menanamkan
sikap yang “zakelijk”, objektif, dan empiris berdasarkan peng­ kebiasaan dan disiplin. Akan menimbulkan fobi atau ketakutan
alaman. Dan kelak pada usia 13-14 tahun, sikap tersebut ber­ yang tidak wajar/riil. Malahan juga bisa menimbulkan rasa-rasa
kembang menjadi logis rasional. Emosionalitas anak menjadi berdosa yang tiak pada tempatnya. Anak akan merasa selalu ragu-
semakin berkurang, sedang unsur intelek dan akal budi (rasio, ragu da tidak memiliki kepercayaan diri. Anak akan selalu merasa
fikir) jadi semakin menonjol. Minat anak yang obyektif terhadap cemas bimbang dalam setiap usahanya mencari pengalaman hidup
dunia sekitar menjadi besar. Sehubungan dengan ini, masa baru, dan merasa berkecil hati serta takut melakukan eksperimen.
sekolah rendah disebut pula sebagai periode intelektual. Mengancam dan menakut-nakuti anak untuk menanamkan
Pada saat ini anak tidak lagi banyak dikuasai oleh dorongan disiplin, akan menimbulkan rasa kengerian dan di kemudian
endogen atau implus-implus intern dalam perbuatan dan hari akan memunculkan sifat pengecut-penakut pada anak, atau
pikiran­nya, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh stimuli menimbulkan dorongan balas dendam yang patologis sifatnya.
dari luar. Anak sekarang mulai belajar menjadi seorang realis- Rasa takut dan cemas juga sering timbul kalau orang tua
kecil yang berhasrat sekali mempelajari dan “menguasai” dunia ter­lau cerewet dan sangat banyak menenuntut kepada anak.
secara objektif. Untuk aktivitas tersebut ia memerlukan banyak Tuntutan yang tidak riil dan tidak sesuai dengan kemampuan
informasi. Karena ia selalu haus-bertanya, meminta bimbingan anak, akan menimbulkan ketakutan yang kronis pada anak
menuntut pengajaran, serta menginginkan pendidikan. untuk berbuat sesuatu dan untuk berprestasi. Ia menjadi malu
Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang me­ dan segan mencoba sesuatu pengalaman baru yang sebenarnya
masuki lingkungan sekolah yang lebih luas, yang mempunyai ingin dialaminya. Karena takut kalau usahanya tidak akan
kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah ini berhasil, atau tidak memuaskan harapan serta tuntutan orang
hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamannya akan ditranformasikan tua­nya. Hilangilah kepercayaan diri anak. Dia akan selalu
atau ditranmisikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya tadi, bimbang dan ragu, dan berusaha menghindari diri dari tugas-
diharapkan agar anak bisa mempelajari produk-produk kultural tugas disekolahannya.
bangsanya. Untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai Semakin besar tuntutan orang tua yang berlebih-lebihan
dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah. maka akan semakin banyak menimbulkan rasa takut, panik,

76 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 89
siang hari. Misalnya melihat peristiwa kecelakaan, bencana, atau Dengan pengajaran di sekolah anak dipersiapkan mampu
perkelahian yang seru diantara anjing-anjing kampong. Mungkin me­laksanakan tugas kewajiban yang baru, khususnya dipersiapkan
juga disebabkan oleh kondisi tubuh yang sangat letih karena untuk tugas-tugas hidup yang cukup berat pada usia dewasa.
terlalu “ganas” bermain-main pada petang hari. Semua kejadian Struktur keluarga, organisasi kepemudaan, lembaga-lembaga
yang sangat mencekam perasaan pada pagi dan siang hari akan agama bisa ikut memberikan pengaruh pada anak.
menimbulkan rasa ketakutan, sampai terbawa-bawa dalam mimpi. 4. Perkembangan Moral
Untuk mengatasi rasa takut tadi, orang tua bisa menyalakan Perkembangan moral merupakan perkembangan kata hati,
pribadi lampu besar yang sudah dipadamkan, dan memberikan sebagai realisasi dari sesuatu dipandang benar atau salah, baik
penjelasan bahwa ketakutan itu tidak perlu timbul dan tidak atau buruk. Perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi
ber­alasan. Lalu mengarahkan pikiran dan perasaan anak pada rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran
hal-hal positif tidak menakutkan. Dengan bantuan moril tersebut, moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlber
anak akan bisa jadi tenang, dan tidur kembali dengan nyenyak. se­bagai pencetus perkembangan moral. Menurut Piaget, antara
Untuk memberikan rasa tenang, tanpa ketegangan dan usia lima dan dua belas tahun konsep anak mengenai keadilan
ketakutan, dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut. sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar
a. Memberikan kebebasan terpimpin pada saat bermain-main dan salah, yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan
b. Makan malam tidak terlalu kekenyangan. anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar
c. Menyibukkan anak dengan permainan yang tenang. pelanggaran moral. Jadi, menurut Piaget relativitasme moral
d. Menyelesaikan pekerjaan tangan yang ringan sebelum tidur. meng­gantikan moral yang kaku. Misalnya bagi anak lima tahun,
e. Mendengarkan cerita-cerita kepahlawanan penuh kebe­ berbohong selalu buruk, sedangkan anak yang lebih besar sadar
ranian bahwa dalam bebarapa situasi, berbohong dibenarkan, dan oleh
Kejujuran dan keindahan, semua ini bisa mengurangi unsur karena itu, berbohong tidak selalu buruk.
ketegangan pada diri anak, dan menghindari rasa-rasa takut. Kohlberg memperluas teori Piaget dan menamakan tingkat
Sehingga tersingkirkan mimpi-mimpi buruk, igau-igauan dan kedua dari perkembangan moral akhir masa kanak-kanak sebagai
bangun dengan rasa panik dimalam hari (night terror). tingkat moralitas konvensional atau moralitas dari aturan-atur­
Ketakutan dan kekhawatiran juga banyak muncul pada saat an dan penyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari
anak masuk Sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar tingkat ini oleh Kohlberg disebutkan moralitas anak baik, anak
Perasaan takut ini bisa menimbulkan macam-macam gejala mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk
ganggu­an antara lain berupa kekejangan/kesakitan pada perut mempertahankan hubungan-hubungan yang baik. Dalam tahap
sering buang air besar, sering kencing, sakit kepala, dan timbulnya kedua, Kohlberg mengatakan bahwa kalau kelompok sosial
tics (gerak-gerak facial wajah misalnya, mengedap-ngedipkan menerima peraturan-peraturan yang sesuai bagi semua anggota

88 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 77
kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk Untuk mengatasi perasaan-perasaan takut pada anak ini
menghindari penolakan kelompok dan celaan di­­per­lukan sikap orang dewasa yang tenang dan bijaksana.
Pada awalnya anak belajar mengikuti aturan-aturan yang Tuntunan dan pemberian keyakinan dan tuangan kasih sayang
ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-aturan orang tua akan menguatkan unsure kepercayaan pada pribadi
tersebut. Dalam mempelajari moral, ada empat elemen penting, anak. Kepercayaan ini akan menumbuhkan rasa aman, rasa
yaitu peran hukum, tata krama dan aturan; peran kata hati; peran kepercayaan diri, harga diri dan keberanian. Seorang anak
rasa bersalah dan malu; serta peran interaksi social. Perkembang­ dalam periode menjelajah dunia sekitar akan selalu menengok
an moral anak, menurut Kohlberg mengikuti tiga tahap yaitu pada ibunya untuk mendapatkan kepastian terhadap setiap
pre konvensional, konvensional dan pasca konvensional (Duska, langkah dan tindakannya. Anak yang lebih tua akan selalu
1982). Ketiga tahap tersebut dapat diurutkan menjadi tahap mengharapkan support moril orang tuanya dalam setiap usaha
per­kembangan moral sebagai berikut. mencari pengalaman baru. Cinta kasih dan dorongan orang tua
a. Anak menurut untuk menghindari hukuman akan menambah kepercayaan diri dalam setiap tingkah laku anak.
b. Anak bersikap konformistis untuk memperoleh hadiah, Tindak keliru kalau orang tua bersikap keras, serta mengguna­
untuk dipandang baik kan ancaman dan paksaan untuk menghilangkan rasa takut pada
c. Anak bersikap konformistis untuk menghindari celaan dan diri anak. Sebab sekalipun anak tampaknya bisa diam (kelihatan
untuk disenangi orang lain diam tenang), tetapi dia masih belum bisa menghilangkan rasa
d. Anak bersikap konformistis untuk mempertahankan sistem takutnya. Orang tua harus bisa memberikan penjelasan yang
peraturan sosial yang ada dalam kehidupan bersama tenang gambalang terhadap anak mengenai setiap benda atau
e. Konformitas sekarang dilakukan karena memenuhi perjanjian peristiwa, agar anak bisa mendapatkan instight/wawasan yang
bersama yang ada dalam peraturan social benar dan mendalam, lalu mampu menguasai rasa kecemasan/
f. Melakukan konformitas tidak karena perintah atau norma ketakutan. Maka jangan sekali-kali para pendidik dan orang tua
dari luar, melainkan karena kayakinan sendiri ingin mensugestikan perasaan-perasaan takut dan cemas pada anak
melakukannya. untuk mencapai suatu maksud, misalnya untuk dipatuhi, atau
Perkembangan moral dan kata hati anak tidak lagi sesempit untuk menegakkan kewibawaan orang dewasa. Jangan memaksa
ketika berada di usia TK. Menurut Kolberg, anak usia SD berada anak dengan ancaman-ancaman untuk menanamkan tucht dan
pada fase moralitas konvensional. Pada tahap pertama dari tingkat disiplin. Sebab tindakan ini tidak sehat, dan bisa mengakibatkan
ini, anak mengikuti peraturan agar disenangi orang lain dan dampak-dampak patologis pada anak.
untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik dengan Tidur mengigau dan bangun panik, takut di malam hari,
orang lain. Tahap berikutnya, anak mengikuti peraturan untuk sering terjadi pada masa persekolah dan masa sekolah dasar.
menghindari penolakan kelompok atau celaan dari orang lain. Mungkin hal ini disebabkan oleh kejadian-kejadian hebat pada

78 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 87
munculnya. Sehubungan denga hal ini, hendaknya pendidikan Perkembangan moralitas anak, dipengaruhi oleh standar
agama pada anak-anak usia 6-12 tahun itu tidak terlaksanakan moral kelompoknya atau orang tempat identifikasi diri. Adakala­
dengan kekerasan, ancaman-ancaman da paksaan untuk melaku­ nya anak dituntut untuk memilih antara norma-norma keluarga
kan rite-rite keagamaan. Akan tetapi diberikannya sesuai dengan dengan norma kelompok. Anak dengan IQ tinggi, cenderung
perkembangan psikis, kebutuhan, minat, dan keinginan anak. lebih matang dalam menetukan moralitas perilaku. Demikian
Mengenai perasa takut pada anak dapat kami nyatakan juga anak perempuan, cenderung lebih matang dari pada anak
sebagi berikut: perasaan takut dan cemas itu adalah unsur utama laki-laki (Monk, 1992).
dari kehidupan perasaan yang latent, dan merupakan naluri yang Kesungguhan anak-anak dalam mengikuti norma-norma,
memperingatkan manusia akan adanya bahaya, agar ia siap sedia berhubungan dengan mentalitas dalam mengikuti aturan-atur­
melindungi dan mempertahankan diri dari ancaman bahaya. an secara umum. Karena itu perkembangan moralitas dekat
Rasa takut dan cemas ini bukan gejala abnormal pada anak. hubungan­nya dengan kedisiplinan. Penegakkan disiplin yang
Sebab anak secara instinkif memang merasa takuit pada hal-hal ketat dan kaku kurang disukai oleh anak-anak, pada usia ini
yang belum dikenalnya, yang masih samar-samar, dan hal-hal di­­perlukan pendekatan yang khusus sesuai karakteristik anak.
yang sandi atau mengandung rahasia. Hal ini disebabkan oleh: Sejalan dengan bertambahnya pengalaman anak, kata
a. Kurangnya pengetahuan dan pengertian anak, serta hatinya makin berkembang, timbul reaksi khawatir terhadap
b. Kurang adanya kepercayaan diri, juga oleh situasi dan tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan norma.
c. Kesadaran diri anak bahwa ia masih lemah dan bodoh. Suara hati ini merupakan polisi yang diinternalisasikan yang men­
Fantasi anak sering memutar balikkan dan membesar- dorong anak untuk melakukan yang benar dan menghindari
besarkan realitas, sehingga anak melihat bentuk-bentuk bahaya hukuman.
yang sebetulnya tidak ada. Diperlukan waktu dan insight untuk Pada usia ini masih ada peluang terjadi pelanggaran norma
belajar menilai semua benda dengan wajar, dan menempatkan dan aturan. Pelanggaran terhadap aturan dapat terjadi karena
setiap peristiwa pada perspektif yang wajar. Anak harus belajar beberapa sebab.
hidup dengan perasaan takutnya, untuk kemudian belajar meng­ a. Karena salah mengerti peraturan, salah menafsirkan atau
atasi ketakutan tersebut tanpa menimbulkan akibat yang buruk. ketidaktahuan tentang apa yang harus dilakukan.
Anak-anak yang sangat muda memang sering kali merasa b. Pelanggaran terhadap aturan dilakukan anak untuk menguji
cemas. Terutama merasa cemas kalau dia kehilangan kasih sayang, tokoh otoriter (guru dan orang tua).
perhatiann, dan dukungan orang tuanya. Ia merasa takut kalau c. Sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan dan kemandirian­
ayah-ibunya bersikap acuh tak acuh terhadap dirinya dan lebih nya
mencintai saudara-saudara, kakak atau adik-adiknya. Ia cemas d. Terpengaruh oleh kelompok
sekali kalau relasi yang mesra denga ibu terputus oleh kehadiran e. Wujud kebosanan.
adik atau pribadi lain. Dengan bertambahnya usia anak, terjadi peningkatan
86 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 79
pelanggaran aturan baik di rumah maupun di sekolah. Ber­ hadap guru tertentu atau mata pelajaran tertentu lebih banyak
kembang­nya daya analisis, anak mulai melakukan evaluasi karena faktor pengalaman.
terhadap aturan-aturan guru dan orangtua. Anak juga mulai Pada umunya anak itu lebih emosional daripada orang
mem­bandingkan antara aturan-aturan di rumah, aturan-aturan dewasa. Pada Usia Sekolah Dasar anak cepat merasa puas. Sifatnya
dari guru dan teman dalam kelompok. Bisa terjadi perbedaan optimis dan kurang dirisaukan rasa-rasa penyesalan. Kepedihan,
antara aturan di rumah dan aturan dalam kelompok. Seperti, kesengsaraan, dan kegembiraan orang lain kurang dipahami atau
di rumah anak diajarkan untuk meminta ijin ketika akan meng­ di hayati oleh anak. Namun kalau ia ikut merasakannya, maka
gunakan barang orang lain, tetapi dalam kelompok teman perasaan tersebut tidak ditampakkannya, sebab ia merasa segan,
sebaya, barang-barang menjadi milik bersama sehingga tidak ada takut, dan malu memaparkan perasaannya.
keharusan untuk ijin terlebih dahulu. Perasaan intelektual anak pada periode ini sangant besar.
Selama proses analisis terhadap aturan-aturan, anak bisa Teka-teki silang, matematik dan peritungan yang pelik-pelik
merasakan bahwa aturan-aturan untuknya tidak adil. Misalnya (terutama kalau hasilnya berupa angka-angka yang utuh) merupa­
aturan untuknya dan untuk adiknya tidak sama, aturan untuknya kan daya tarik besar untuk dipcahkan oleh anak, baik oleh
dengan aturan oraang tua temannya tidak sama. Seperti anak anak laki-laki maupun anak perempuan. Sebaliknya kehidupan
dilarang bermain sepak bola setelah pulang sekolah karena harus emosionalnya belum begitu berkembang. Kriteria baik dan buruk,
belajar, dilarang pergi ke rumah tua, tetapi orang tua temannya indah atau jelek, susila atau a-susila, semua nilai ini dengan serta-
membolehkan anaknya bermain bola dan mengunjungi rumah tua. serta diperoleh anak dari orang tua dan orang dewasa.
Berbagai pengalaman anak dengan teman sebaya memicu Perasaan religius pada anak dapat dinyatakan bahwa gambar­
timbulnya pelanggaran terhadap aturan. Bentuk-bentuk an-gambaran fantasi anak mengenai surge, neraka, dan tuhan
pelanggaran yang dilakukan anak usia SD antara lain, menipu, jadi makin menipis, bersamaan dengan menghilangnya cerita
berbohong, menggunakan kata-kata kasar dan kotor, membolos, dongeng-dongeng fantasi “Jaka Kendil” dan “Abu Nawas”. Sebab
merusak barang milik orang lain dan sekolah, mengganggu anak minat anak kini begitu tercekam oleh realitas disekitar dirinya,
lain, menggertak, mengejek, membawa mainan atau komik di sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk menyibukkan diri
kelas, berbisik-bisik ketika mengikuti pelajaran, melucu atau dengan masalah “dibalik kehidupan” atau JENSEITS (masalah-
gaduh dikelas, berkelahi, mencuri. masalah alam barzakh, alam sesudah hidup ini).
5. Aktivitas Anak Usia SD Pandangan anak betul-betul DIESSEITIG, yaitu mengarah
Perkembangan bakat dan minat anak, pada usia ini anak pada masalah kehidupan sekarang. Hal ini tidak berarti
sudah menunjukkan minat pada bidang tertentu. Anak dapat bahwa perasaan anak religious hilang sama sekali, akan tetapi
meng­habiskan waktu, uang saku dan tenaganya untuk aktivitas tidak menonjol. Perasaan-perasaan tinggi tersebut (perasaan
yang diminati. Sayangnya banyak orang dewasa yang mengira religius) seakan-akan lelap tertidur. Hanya danfang-kadang saja

80 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 85
anak bisa menjadi tenang dan bisa tidur kembali. bahwa aktivitas anak tersebut sebatas kegemaran sesaat yang
Perasaan takut bisa menimbulkan berbagai macam gejala akan segera berakhir. Akibatnya tidak semua orangtua/guru mem­
atau gangguan, antara lain berupa kejang, sakit perut, sering berikan peluang-peluang untuk mengembangkan minat. Hal ini
buang air besar, sering kencing, sakit kepala, dan timbul tics yaitu menjadi salah satu penyebab kurang terdeteksinya bakat-bakat
gerak facial seperti mengedip-ngedipkan mata terus menerus, yang dimiliki anak.
menggeleng-gelengkan kepala, mengernyitkan-ngernyitkan alis, Mengembangkan aktivitas yang berhubungan dengan
menyengir-nyengirkan bibir. Gejala lainnya adalah anak cepat minat sangat penting karna minat mempengaruhi bentuk dan
marah, agresif, bisa menjadi pemurung dan penakut. intensitas cita-cita. Yang kedua minat dapat berfungsi sebagai
Menakut-nakuti anak sebagai satu cara untuk menanamkan tenaga pendorong yang kuat. Ketiga, prestasi selalu dipengaruhi
kebiasaan dan disiplin, bisa menimbulkan fobi atau ketakutan oleh intensitas minat seseorang. Keempat, minat yang terbentuk
yang tidak riil misalnya takut terhadap gelap, takut terhadap pada masa anak-anak sering kali menjadi minat seumur hidup,
cicak, takut terhadap pohon besar dan sebagainya. Dampak ter­utama minat yang menimbulkan kepuasan (Monks,1992).
lain­nya dari penanaman disiplin yang keliru, anak menjadi ragu, Minat menekuni bidang tertentu berpengaruh terhadap
tidak memiliki kepercayaan diri, selalu merasa cemas dan bimbang tumbuh­nya cita-cita serta usaha untuk meraih cita-cita tersebut.
dalam mencari pengalaman baru, takut mengadakan eksperimen. Usaha untuk meraih cita-cita yang dilakukan dengan berbagai
Rasa takut dan cemas sering timbul kalau orangtua terlalu upaya, belajar, melakukan, mencoba dan keberhasilannya
cerewet dan terlalu banyak menuntut pada diri anak. Tuntunan ditentukan oleh minat yang kuat. Menekuni aktivitas yang
yang tidak riil dan tidak sesuai dengan kemampuan anak akan sesuai dengan minatnya memungkinkan tumbuhnya semangat
menimbulkan ketakutan yang kronis dan patalogis. juang, pantang menyerah, dan gigih berusaha. Melakukan
Emosi bukan dibawa sejak lahir, melainkan sesuatu yang pekerjaan yang sesuai dengan minat memungkinkan hasil yang
berkembang karena pengaruh kematangan dan lingkungan. maksimal dengan waktu yang relatif singkat. Sehingga penting
Bayi yang baru lahir hanya mengenal emosi suka dan tidak bagi orang tua dan guru untuk mendeteksi minat-minat anak,
suka. Sejalan dengan perkembangan usia dan pengalamannya serta mengembangkannya dengan berbagai kegiatan.
emosi anak makin beragam, ada tukut, marah, jengkel, dan 6. Kondisi Emosi dan Kepribadian
sebagai­nya. Semakin dewasa emosi seseorang semakin kompleks Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan anak.
seperti syahdu, gelisah, was-was, benci tapi rindu dan sebagainya. Pengalaman emosional diwaktu kecil akan memberikan warna
Perkembangan emosi anak banyak karena faktor belajar. Misalnya terhadap perkembangan anak berikutnya. Keadaan emosi anak
ketakutan anak terhadap kucing, kecoa dan sebagainya terjadi juga bisa menjadikan motivasi untuk melakukan sesuatu. Emosi
karena orang lain menakutinya, atau melihat orang lain takut yang tidak stabil akan menghambat penyesuaian sosial. Demikian
terhadap binatang tersebut. Demikian juga ketakutan anak ter­ juga emosi yang tidak menyenangkan (unpleasant emotions),

84 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 81
seperti cemas, gelisah, marah, kesal dan sebagainya menjadi ke­hilangan kasih sayang, perhatian dan dukungan orangtua.
sumber ketidakbahagiaan. Sedangkan emosi yang menyenangkan Anak bisa merasa takut atas sikap acuh orangtua terhadap
(pleasant emotions), sangat membantu perkembangan pribadinya diri­nya dan lebih mencintai saudara lainnya terutama dengan
serta memudahkan proses belajar. Anak yang banyak menerima kehadiran adik baru. Dalam keadaan demikian anak menjadi
kondisi emosi yang unpleasant akan memunculkan bentuk emosi sangat sensitif. Diperlukan sikap yang bijaksana untuk membantu
negatif yaitu emotionally unresposive (acuh tak acuh). Anak merasa anak menagatasi perasaan-perasaan takut tersebut. Tuntunan
tidak diakui, tidak ramah, kurang peduli dan sebagainya. dan pemberian keyakinan akan adanya kasih sayang orangtua
Kondisi emosi anak lebih emosionil dari pada emosi orang menguatkan rasa percaya diri anak, dan rasa percaya diri ter­
dewasa. Anak merasa cepat puas, optimistis dan kurang memiliki sebut menimbulkan rasa aman, meningkatkan harga diri yang
rasa penyesalan. Kepedihan, kesengsaraan dan kegembiraan orang me­mungkinkan timbulnya kepercayaan terhadap orang lain.
lain kurang dipahami atau dihayati oleh anak. Namun jika ia takut Anak pada umumnya mendapatkan support moril orang tua
merasakannya maka perasaan tersebut tidak ditampakkannya. Ia dan guru dalam usaha mencari pengalaman baru. Adalah tidak
merasa segan, takut dan malu memaparkan perasaannya. bijaksana bila orang tua dan guru bersikap keras serta meng­
Perasaan-intelektual anak pada periode ini sangat besar. guna­kan ancaman untuk menghilangkan rasa takut pada anak,
Teka-teki silang, soal-soal matematik dan perhitungan yang sebab sekali pun anak tampaknya diam, tenang dengan adanya
pelik-pelik (terutama jika hasilnya berupa angka-angka yang ancaman tersebut namun anak belum bisa menghilangkan
utuh) merupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak; rasa takut itu. Dalam hal ini guru/orang tua perlu memberikan
baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. penjelasan mengenai suatu obyek atau peristiwa secara nalar agar
Rasa takut dan cemas yang dimiliki bukan gejala abnormal, anak mendapatkan insight dan menerima obyek atau peristiwa
secara instinktif anak dapat merasa takut pada hal-hal yang belum tersebut secara logis.
dikenalnya dan hal-hal yang mengandung rahasia atau terkesan Berkaitan dengan emosi anak yang dialami sepanjang siang
misterius. Hal ini desebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan maka perasaan-perasaan yang dialami bisa muncul dalam bentuk
pengertian anak serta rendahnya informasi yang diterimanya. mengigau di waktu tidur atau bangun panik, takut di malam hari.
Kenyataan ini disebabkan oleh faktor lain, yaitu oleh fantasi Kejadian yang dialami anak pada siang hari yang sangat berkesan
anak yang membesar-besarkan realitas, memutar balikkan fakta seperti melihat kecelakaan, perkelahian, bencana, atau kondisi
sehingga melihat sesuatu yang tidak membahayakan menjadi letih karena banyak bermain memungkinkan terjadinya perasaan
sesuatu yang menakutkan dan membahayakan. Diperlukan waktu mencekam yang terbawa hingga tidur. Dalam kondisi demikian
dan insight untuk bisa menilai obyek secara wajar, menempatkan orangtua perlu membantu mengatasi rasa takut, menenangkan
peristiwa dan perspektif yang sebenarnya. perasaan anak dengan mengarahkan pada pikiran-pikiran yang
Anak dapat merasakan cemas terutama kecemasan akan positif. Dengan belaian dan kasih sayang orangtua diharapkan

82 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 83
Jika pipinya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepalanya ke latihan menari, kekawatiran, dan lain-lain. Juga latihan-latihan
arah yang sama. la sudah dapat tersenyum. Matanya diarahkan mental guna memupuk keberanian, keuletan, kepercayaan diri,
ke arah tertentu seperti tembok atau jendela, karena belum dapat kesabaran, kejujuran, keadilan, dan lain-lain sangat diperluakan
melihat benda-benda yang terletak jauh dengan jelas. bagi pembentukan karakter anak, antara lain dengan latihan
Anak sering kali memasukkan kepalan tangan dan jarinya berpuasa dan pendidikan agama.
ke dalam mulut, mampu memegang jari yang disodorkan pada 7. Konsep diri dan kepribadian
telapak tangannya dan akan menangis jika merasa lapar. Jika Konsep diri merupakan bagian dari perkembangan ke­
ditidurkan dalam keadaan tengkurap, ia akan menggerakan pribadian anak. Konsep diri adalah cara pandang terhadap diri
kepalanya ke sisi. Biasanya ia tidur secara terus menerus dan sendiri sebagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga. Konsep
hanya bangun untuk disusui atau mendapat botol untuk dihisap. diri juga dapat dikatakan sebagai cara anak memandang dirinya
2. Bayi 2 bulan sendiri.
Bayi sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri, ia sudah dapat Bagian lain dalam pembentukan kepribadian adalah pe­
membedakan muka dan suara. Dengan matanya, ia dapat meng­ nemuan terhadap identitas diri. Identitas diri ini diperoleh dari
ikuti gerakan benda yang terletak di dekat matanya. la dapat pengakuan kelompok. Pencarian identitas diri dimulai dari masa
memegang benda yang diberikan selama beberapa detik dan kanak-kanak dengan berusaha untuk membentuk diri sesuai
melepaskannya kembali. la dapat meminta perhatian dengan keinginannya (tidak harus sama dengan orang lain) tetapi masih
meng­gerakkan lengan dan kakinya. Dan ia akan menghisap setiap diterima oleh kelompok. Selama proses pencarian identitas diri,
benda yang dipegangnya. anak merasakan tidak aman, khawatir, gelisah karena anak belum
3. Bayi 3 bulan yakin apakah sifat-sifat yang dimunculkan bisa diterima oleh
Bayi dapat mengangkat kepala dan tubuhnya jika diletakkan orang lain atau tidak. Sosok idola atau tokoh-tokoh yang diamati
dalam posisi tengkurap. la dapat memegang mainan dengan anak menjadi sumber inspirasi terbentuknya identitas diri.
kedua tangannya. la melihat kesana-kemari, dan ia akan mencoba
Anak-anak yang kurang diterima dalam kelompok bisa
mencari suara atau musik jika mendengarnya. Bayi dapat duduk
timbul perilaku negatif, seperti tidak puas dengan diri sendiri,
dalam beberapa waktu jika disangga dan menegakkan kepalanya
merasa bersalah, mempunyai konsep diri yang rendah, dan timbul
ketika didudukkan, dan menangis jika ditinggal.
rasa iri terhadap teman lain yang lebih populer. Terbentuknya
4. Bayi 4 bulan
kepribadian anak dimasa mendatang dapat berawal dari sini.
Pada usia ini, bayi sudah dapat memegang benda yang di­
Ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan orang lain, memberikan
letakkan di tangannya. la dapat menggeser tubuhnya untuk
corak kepribadian anak.
mencapai dan memegang benda dan memasukkan benda dalam
Anak mulai membandingkan penampilan dirinya dengan
mulutnya. Jika diangkat dalam posisi berdiri, ia akan menginjak
orang lain, membandingkan prestasi yang telah diraih dengan

106 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 91
teman-temannya. Tanda umum adanya kesulitan kepribadian perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan
dapat muncul dalam bentuk perilaku menarik diri, mudah fisik dan penilaianperkembangan. Masing-masing penilaian tersebut
tersinggung, sangat membenci otoritas, hiperaktif, egosentris yang mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri.
berlebihan, cemas dan depresi yang kronis. Anak membentuk Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah pe­
mekanisme pertahanan, seperti rasionalisasi yaitu menyalahkan nilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan
orang lain untuk menutupi kelemahannya, meninggikan diri dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci.
sendiri dari orang lain. Anak juga menggunakan mekanisme Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
‘menghindar’ untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dialami. menilai kecepatan pertumbuhan. Parameter ukuran antropometrik
Mekanisme menghindar misalnya dilakukan dengan melamun yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan,
hingga mengkhayal atau anak mengatakan sakit, pusing, hanya berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang
untuk menghindari tuntutan dari lingkungan. Kemungkinan lain lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman
anak yang mengalami masalah kepribadian berusaha membeli Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan
teman-temannya dengan jajanan, uang atau barang hingga Kesmas (1997) dan Narendra (2003) mengungkapkan cara mengenal
mendapatkan pengakuan kelompok. mengenal sehat tidaknya tumbuh kembang dengan beberapa cara
Perilaku-perilaku dimasa anak ini dapat bersifat menetap, antara lain melalui pengukuran berat badan yang dilakukan secara
kehendak guru dan orangtua mengubah perilaku buruk bisa berkala, hasilnya, anak sehat akan menunjukkan kenaikan berat badan
mengalami hambatan karena beberapa hal. dari waktu ke waktu; pengkuran tinggi badan, juga dilakukan secara
a. Label dari orang lain sebagai anak “bandel”, “cengeng”, berkala dan pengukuran lingkar kepala. Salah satu instrumen skrining
“nakal”, “sombong” justru membuat perilaku tersebut makin yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak
sulit diubah. adalah DDST II (Denver Development Screening Test ). DDST II
b. Sikap anak terhadap anak lain menentukan reaksi anak lain merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah penyimpangan
terhadap dirinya. Terjadi hubungan timbal balik membentuk perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun.
lingkaran setan yang sulit untuk diberantas. Mengenali pertumbuhan fisik anak serta mengenal fase per­
8. Perkembangan Pengamatan kembangan sesuai usia anak memungkinkan orangtua dapat menge­
Dalam perkembangan jiwani anak, pengamatan menduduki tahui apabila ada hambatan dalam perkembangan anak. Hurlock
tempat yang sangat penting. Beberapa teori mengenai fungsi (1987), Beark (1989) menguraikan tahap perkembangan pada anak
pengamatan ini dipaparkan oleh Meumann, Stern dan Oswald adalah sebagai berikut.
Kroh. 1. Bayi 1 bulan
a. Teori Meumann: Ia membedakan tugas fase perkembangan Bayi mampu melakukan gerakan-gerakan refleks, seperti
fungsi pengamatan, yaitu: mem­buka mulut, mencari puting susu, menghisap, dan menelan.

92 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 105
B. Mengenal Perkembangan pada Setiap Usia 1) Fase sintese fartasis. Semua pengamatan atau pengkha­
yat­an anak memberikan kesan total. Hanya beberapa
Perkembangan anak sudah diawali sejak konsepsi, yaitu saat
onderdil/bagian saja yang bisa ditangkap jelas oleh anak.
ber­temu antara sel telor dengan sperma. Selama masa pembuahan
Selanjutnya, anak akan melengkapi tanggapan tersebut
inilah calon individu yang akan terbentuk sudah ditentukan. Proses
dengan fantasinya. Periode ini berlangsung pada usia 7-8
perkembangan individu ketika masih dalam kandungan dinamakan
tahun.
masa pranatal, yaitu masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa
2) Fase analisa, 8-9 tahun. Ciri-ciri dari macam-macam
ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa
benda mulai diperhatikan oleh anak.bagian atau
embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu,
onderdil­nya mulai ditangkap, tapi belum dikaitkan
sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran
dalam kerangka keseluruhan/totalitasnya. Sekarang
Tahap-tahap perkembangan anak di usia tertentu harus dimiliki
fantasi anak mulai berkurang dan diganti dengan
dan dialami oleh setiap anak. Penilaian baik buruknya perkembangan
pemikiran yang lebih rasional.
anak tergantung pada tercapainya suatu fase perkembangan sesuai
3) Fase sintese logis ± 12 tahun keatas. Anak mulai me­
usianya. Misalnya, fase perkembangan masa bayi adalah merangkak,
mahami benda-benda dan peristiwa. Tumbuh wawasan
berdiri, berjalan (dalam hal perkembangan motorik), dan mengoceh,
akal budinya atau insght. Bagian/onderdil-onderdil
mengucapkan kata (perkembangan bahasa). Sementara itu fase
sekarang mulai dikaitkan dengan hubungan totalitas.
perkembangan masa anak-anak (3-6 tahun) adalah berkomunikasi
dengan orang lain, belajar kemandirian, dan mempersiapkan diri b. Teori Stern menampilkan 4 stadium dalam perkembangan
masuk sekolah. fungsi pengamatan anak yaitu:
1) Stadium-keadaan: 0-8 tahun. Disamping mendapatkan
Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan
gambaran total yamg samar-samar, anak kini mengamati
sedini mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan
benda-benda dan beberapa orang secara lebih teliti
upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk
2) Stadium-perbuatan, 8-9 tahun. Anak menaruh minat
menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui
besar terhadap pekerjaan dan perbuatan orang dewasa,
serta mengenal faktor resiko pada anak, yang disebut juga anak usia
serta tingkah laku binatang.
dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
3) Stadium-hubungan, 9-10 tahun dan selanjutnya. Anak
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi,
mengamati relasi/hubungan dimensi ruang dan waktu;
penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang
juga hubungan kausal dari benda-benda dan peristiwa.
jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya
4) Stadium-perihal (sifat): anak mulai menganaiisa hasil
tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan
pengamatannya, dengan mengkonstartir ciri-ciri/sifat
demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal
dari benda-benda, orang, peristiwa.
(Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan

104 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 93
c. Teori Oswald Kroh dalam bukunya: “Die Psychologie dengan mempertahankan hidup. Ditambahkannya bahwa DNA merupakan
Grundschulkiendes” (Psikhologi Anak Sekolah Dasar) me­­ molekul komplek yang membawa informasi genetik, berisikan kondisi
nyatakan ada 4 periode dalam perkembangan fungsi peng­ individu sebagai hasil keturunan.
amatan anak,yaitu: Faktor lingkungan mempunyai peran besar terhadap timbulnya
1) Periode sintense-fantastis, 7-8 tahun. Artinya, segala hasil gangguan perkembangan. Santrok, (2002) dan Tyalor (1985) me­
pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang ngemuka­kan faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan
sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan anak. Faktor lingkungan ini bisa mempengaruhi selama tiga periode
tersebut di lengkapi dengan fantasi anak. Pada masa ini, perkembangan anak yaitu:
anak suka sekali pada dongeng-dongeng, sage, mythe,
1. Prenatal, yaitu kondisi ketika masih dalam kandungan. Faktor
legend, kisah-kisah, dan cerita khayalan.
yang menjadi penyebab gangguan perkembangan selama masa
2) Periode realisme naïf, 8-10 tahun. Anak sudah bisa
prenatal antara lain
membedakan bagian/onderdil, tetapi belum mampu
a. Racun, toksin, logam berat (seperti timbel, mercuri),
menghubungkan satu dengan lain dan hubungan
narkotika serta obat-obat kimia yang masuk ke dalam tubuh
totalitas. Unsur fantasi sudah banyak diganti dengan
janin ketika dalam kandungan
peng­amatan konkrit.
b. Kurang asupan gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan
3) Periode realisme-kritis, 10-12 tahun. Pengamatannya
anak
bersifat realistis dan kritis. Anak sudah bisa mengadakan
c. Usia ibu pada saat mengandung (terlalu muda atau terlalu tua)
sintese logis, karena munculnya pengertian, insight/
d. Penyakit yang diderita ibu, seperti herpes, diabetes, AIDS
wawasan dan akal sudah mencapai taraf kematangan.
e. Gangguan emosional pada ibu yang sedang mengandung
Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi
satu kesatuan atau menjadi satu struktur. 2. Perinatal, yaitu momen beberapa saat sebelum dan setelah
4) Fase subjektif, 12-14 tahun. Unsur emosi atau perasaan melahirkan, seperti proses kelahiran yang sulit dan memerlukan
muncul kembali, dan kuat sekali mempengaruhi peralatan medis khusus, proses kelahiran dengan vacum, gangguan
penilaian anak terhadap semua pengamatannya. karena luka terkena tang bird, kekurangan oksigen ketika proses
Masa ini dibatasi oleh gejala “PUBERTAS KEDUA” kelahiran, placenta yang kurang sehat dan sebagainya
(Trotzalter Kedua, Masa-menentang kedua). 3. Postnatal, yaitu gangguan perkembangan yang terjadi karena
faktor setelah kelahiran, antara lain karena cidera otak, kecelaka­
Jika kita telaah dengan teliti, akan kita jumpai sedikit
an, kurang gizi, akibat obat-obatan, zat kimia yang mengganggu
sekali perbedaan dan justru banyak unsur persamaannya
metabolisme tubuh, terlalu banyak zat aditif, kurangnya stimulus
diantara ketiga teori tersebut. Ringkasnya, pengamatan anak
dari lingkungan.
selama periode sekolah rendah itu berlangsung sebagai berikut:

94 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 103
demam tinggi yang berisiko memunculkan gangguan lainnya. Pada a. Dimulai dari pengalaman kompleks-totalitas menuju
usia sekolah dimana aktivitas anak mencapai puncaknya, sangat pada bagian-bagian atau onderdil
tinggi kemungkinan terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang b. Berangkat dari sikap pasif menerima, menuju pada sikap
dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik. Gangguan pemahaman, aktif, mendekati, dan mencoba mengerti
perkembangan lain yang banyak muncul pada masa anak antara c. Bertitik tolak dari AKU, menuju kepada objek-objek
lain gangguan bicara, keterlambatan mental, autis, lambat belajar, didunia sekitar dan miliunya
ganggu­an pemusatan perhatian attention deficit disorder, dan lain-lain. d. Dari dunia fantasi menuju kedunia realitas.
Masa anak merupakan dasar pembentukan fisik dan kepribadian Anak usia sekolah dasar mulai memandang semua
bagi masa berikutnya. Dengan kata lain, masa anak-anak merupakan peristiwa dengan objektif. Semua kejadian ingin diselidiki
masa emas mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan dengan tekun dan penuh minat. Pada usia sekolah ini anak
zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan perkembangan apapun mempunyai kecenderungan untuk mengumpulkan macam-
bentuknya, akan menganggu perkembangan pada masa berikutnya. macam benda; antara lain: perangko, cincin, cerutu, etiket,
Deteksi yang dilakukan sedini mungkin merupakan kunci penting kartu-kartu, batu-batuan, manik-manik berwarna-warni,
keberhasilan program intervensi atau koreksi atas gangguan yang kerang dan siput, serangga, uang logam, kartupos bergambar,
terjadi. Semakin dini gangguan perkembangan terdeteksi, semakin dan lain-lain.
tinggi pula kemungkinan tercapainya tujuan intervensi.
9. Perkembangan Kecerdasan, Ingatan dan fantasi
Secara garis besar faktor penyebab gangguan perkembangan pada Dalam keadaan normal, kecerdasan anak usia sekolah
anak dibedakan menjadi dua yaitu karena faktor pembawaan dan dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang.
faktor lingkungan. Faktor pembawaan sebagai penyebab munculnya Anak betul-betul berada dalam stadium belajar. Disamping
gangguan perkembangan pada anak ditentukan oleh gen yang keluarga, sekolah memberikan pengaruh yang sistematis terhadap
diturunkan dari orang tua. Willerman (1979) mengemukakan bahwa pembentukan akal budi anak. Pengetahuannya bertambah secara
faktor genetik mempunyai pengaruh terhadap perkembangan proses pesat. Banyak keterampilan mulai di kuasai, dan kebiasaan-ke­
biologis. Setiap gen sebagai pembawa sifat terdapat molekul-molekul biasaan tertentu mulai dikembangkannya dari iklim yang egosentris
besar yang disebut DNA. Hasil penelitian menunjukkan anak-anak anak memasuki dunia obyektif dan dunia pikiran orang lain.
yang dilahirkan dari orang tua dengan kondisi retardasi mental me­ Hasrat untuk mengetahui realitas benda dan peristiwa-peristiwa
nunjukkan gejala mempunyai inteligensi yang rendah, demikian mendorong anak untuk meneliti dan melakukan eksperimen.
juga orang tua dengan gangguan autisme, mempunyai anak yang Minat anak pada periode tersebut terutama sekali tercantum
cenderung autis. Sementara Santrok (1995), bahwa gen merupakan pada segala sesuatu yang dinamis bergerak. Anak pada usia ini
segmen pendek yang berfungsi sebagai cetak biru (blue print) bagi sel sangat aktif dan bergerak akan sangat menarik minat perhatian
untuk memproduksi dan menghasilkan protein yang berfungsi untuk anak. Mminatnya banyak tertuju pada macam-macam aktivitas.

102 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 95
Dan semakin banyak dia berbuat, makin bergunalah aktivitas
tersebut bagi proses pengembangan kepribadiannya. BAB IV
Ingatan anak pada usia 8-12 tahun ini mencapai intensitas
paling besar, dan paling kuat. Daya menghafal dan daya me­
morisasi paling kuat. Dan anak mampu memuat jumlah materi GANGGUAN-GANGGUAN
ingatan paling banyak.
Kehidupan fantasi mengalami perubahan penting. Pada usia
PERKEMBANGAN PADA ANAK
8-9 tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng misalnya,
Timun Emas, Bawang Putih Bawang Merah, Maling Kundang.
Unsur- unsur yang hebat dan ajaib dalam dongeng-dongen ini
men­cekam segaenap minat anak. Lambat laun, unsur kritis muali
muncul, dan anak mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati.
A. Faktor Penyebab Gangguan Perkembangan pada Anak
Namun unsur fantasi masih tetap memegang peranan penting.
Kini anak menghendaki peristiwa riil yang betul-betul terjadi, Manusia dalam hidupnya selalu mengalami perkembangan dan
atau semestinya harus terjadi. Karena itu anak lalu menyenangi perubahan dari waktu ke waktu, mulai dilahirkan sebagai seorang
cerita-cerita kepahlawanan. bayi, berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua dan
akhirnya meninggal dunia. Dalam perjalanannya adakalnya tidak
10. Perkembangan Konatif/Kemauan Anak
berjalan secara mulus, melainkan bisa mengalami berbagai gangguan
Fungsi kemauan pada masa ini belum berkembang dengan
dan permasalahan yang kemudian disebut sebagai hambatan atau
penuh. Anak belum mempunyai kekuasaan atas diri sendiri
gangguan perkembangan. Sebuah perkembangan yang terjadi pada diri
artinya anak belum bisa mengatur diri sendiri. Belum ada proses
manusia akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, karenannya
regulasi diri. Dia lebih sudah suka tunduk pada kewibawaan
itu perlu ada perhatian khusus dalam masalah ini sebagai tindakan
yang tegas dari orang tua dan pendidik. Bahkan anak menuntut
preventif, sehingga perkembangan yang akan berlangsung selanjutnya
adanya kewibawaan da sikap yang kokoh serta konsekuen, sekolah
dalam kondisi yang positif. Anak-anak merupakan fase yang paling rentan
menyajikan kewibawaan, disiplin, tucht atau tata tertib, dan aturan-
dan sangat perlu diperhatikan dari setiap tahapan perkembangan yang
aturan normative lainnya. Semua ini membangunkan kemauan
dialaminya.
belajar, juga mendorong ketekunan usaha dan aktivitas anak.
Disiplin sekolah dan kewibawaan para guru memberikan Gangguan perkembangan di masa anak-anak berpotensi terjadi
kegairahan pada situasi bekerja da usaha belajar anak. Anak pada usia 0-12 tahun. Pada dasarnya, tiap-tiap tahap perkembangan
sering pergi ke sekolah selama periode ini. Ia merasa suka dan memiliki potensi gangguan perkembangan. Misalnya, pada usia bayi,
betah “betah/kerasan” tinggal disekolah. Tidak jarang anak gangguan perkembangan yang potensial terjadi adalah gangguan pada
perkembangan bahasa, masalah terkait pertumbuhan fisik, dan bisa juga
96 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif 101
dibawah kemampuan anak yang sebenarnya. Anak menun­ terpesona dan terikat hatinya pada gurunya. Pada usia 10-11
jukkan prestasi yang rendah walau sebenarnya anak mempu­ tahun, biasanya timbul kesukaan pada satu dua mata pelajaran,
nyai potensi yang tinggi. Anak-anak yang seharusnya mampu umpamanya matematik/berhitung dan IPA. Dan baginya, belajar
meraih nilai 9 tetapi dia hanya meraih nilai 6 atau 7 meru­ merupakan aktivitas yang menyenangkan khususnya bagi anak-
pa­kan contoh anak yang underachiever. Underachiever dapat anak yang jasmani dan rokhani.
terjadi karena anak mempunyai problem tertentu yang Kegiatan anak luar biasa banyaknya antara lain membuat
meng­hambat perkembangannya. akuarium, herbarium, tukar-menukar kartu bergambar, meng­
umpilkan benda-benda aneh, tukar-mrnukar perangko, melakukan
macam-macam eksperiment, dan lain-lain. Sehubungan dengan
minat dan aktivitas anak pada usia ini, pendidikan modern
sangat memperhatikan energi dan dorongan aktif tersebut untuk
disalurkan pada kegiatan yang konstruktif serta kreatif. Sebab
semua kegiatan itu menstimulir pembentukan kemauan anak.
Penting untuk diperhatikan pada usia sekolah rendah ini
ialah, daya kemauan anak belum kuat, dan belum berkembang
penuh. Oleh karena itu ia perlu adanya tuntunan yang bijaksana
dan kewibawaan untuk memupuk disiplin dan tucht, dengan
mana bisa terpupuk pertumbuhan kemauan kokoh yang kuat.
Karena unsur kemauan belum berkembang penuh, anak mudah
dipengaruhi oleh ajakan-ajakan yang menjurus pada keburukan
dan kejahatan. Tetapi anak juga mudah dilecut melakukan hal-
hal yang konstruktif baik. Persahabatan anak pada usia ini masih
belumkekal, masih berganti-ganti, dan sesuai situasi sesaat, sebab
unsur kemauannya belum mantap.
Anak usia 12 tahun merupakan individu yang tenang dan
seimbang oleh karena itu anak disebut sebagai ‘I enfant fait’, yaitu
anak yang komplit lengkap., anak yang sudah ‘mapan besarnya’
atau ‘een volgreid kind’, ciri-ciri “I enfant fait” ialah:
1) Rokhani dan jasmani anak dalam kondisi yang baik disertai
2) Saat ketenangan dan pengendapan perasaan-perasaan

100 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 97
3) Minat yang besar dan segar terhadap macam-macam objektif, serta bantuan bimbingan yang tegas dan bijaksana anak
peristiwa mulai membuat rencana hidup bagi masa depannya.
4) Ingatan yang sangat kuat 11. Beberapa kasus yang perlu diwaspadai
5) Dorongan ingin tahu yang besar, dan a. Anak gifted
6) Semangat belajar yang tingggi. Anak gifted adalah anak dengan kecerdasan tinggi,
Lindworsky menanamkan usaha menumbuhkan motif-motif kondisi ini memungkinkan anak meraih prestasi yang luar
tersebut sebagai: kultivasi motif atau motievencultur. Pengambilan biasa, namun tanpa pendampingan dan pola asuh yang tepat
keputusan berdasarkan kamauan (wilbesluit) berlangsung paling justru dapat menimbulkan kesulitan dalam pembelajaran di
kuat apabila seseorang didorong oleh motif-motif yang jelas. Oleh kelas. Anak genius ini umumnya mempunyai kemampuan
karena itu pendidikan kamauan itu sebagian besar merupakan luar biasa untuk memahami pelajaran. Diperlukan perlakuan
kultivasi-motif tersebut. khusus agar anak gifted agar potensinya berkembang optimal.
Sehubungan dengan ini, dalam upaya pendidikan harus Tanpa pemahaman yang bijaksana adakalanya anak-anak
diajarkan pengereman dan pengendalian nafsu serta implus- dengan kecerdasan tinggi menunjukkan perilaku melawan
implus yang primitive. Juga pengenalan da kepatuhan terhadap guru, tidak tertib, tidak serius mengikuti pelajaran hingga
norma-norma hidup perlu sekali ditamankan pada anak. mengganggu kegiatan belajar anak lainnya
Semua ini bisa ditunjang oleh pengenalan terhadap motif-motif
b. Late development
normative tertentu. Dengan begitu anak diajar membedakan
Late development adalah anak dengan perkembangan yang
motif-motif yang sangat murni moril-susila dari motif-motif yang
terlambat. Pada awalnya anak mempunyai kecerdasan biasa-
amorila-susila, dan belajar hidup sesuai dengan norma-norma
biasa saja, tetapi beberapa tahun kemudian menunjukkan
yang baik.
peningkatan kecerdasan yang luar biasa. Anak dengan
Dalam proses pendidikan kemauan ini unsur pendidik serta
tipe ini pada awalnya dijuluki sebagai anak bodoh atau
orang tua mutlak perlu, umtuk menumbuhkan dan pendidik serta
anak yang berprestasi rendah namun pada perkembangan
orang tua mutlak perlu, unutk menumbuhkan dan memantapkan
berikut­nya menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Penting
kemauan anak: sampai anak mampu berkembangs sendiri. Jika
bagi guru untuk mengetahui gejala seperti ini pada anak
orang dewasa bisa memberikan satu motif yang maha besar
hingga dapat memperlakukan anak dengan baik dan tidak
(motievencompleks). Pasti anak akan sanggup mencapai prestasi
memberikan julukan negatif pada anak-anak yang terhambat
yang mengagumkan, dan mampu melakukan perbuatan-per­
perkembangannya
buatan terpuji.
Selanjutnya, dengan segenap sifat-sifat anak yang baik c. Underachiever
pada periode sekola dasar ini, disertai kemampuan berfifkir logis Underachiever adalah prestasi yang ditunjukkan

98 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 99
e. Melakukan olah raga secara rutin dapat menyedot kelebihan dengan kedua kakinya. la mulai mengoceh, tertawa, dan senang
energi pada gangguan hiperaktif bermain dengan mainan yang ada.
f. Biasakan anak mengekspresikan emosinya dalam bentuk 5. Bayi 5 bulan
tulisan atau gambar Pada usia ini bayi akan berhenti menangis jika mendengar
g. Piknik ke tempat yang indah dapat membantu si kecil suara ibunya dan menangis jika mainannya diambil. la dapat
menanamkan hal-hal positif di dalam pikiran memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan lainnya. la
h. Aturlah pola makan. Hindari konsumsi gula dan bahan meniru gerakan orang lain yang dilihatnya, membawa kakinya ke
makan­an berkadar karbohidrat tinggi mulut dan menghisap jari kakinya. la juga sudah bisa tersenyum
i. Ajari untuk berlatih menenangkan diri sendiri, dengan dan mengoceh untuk mendapat perhatian serta dapat tertawa
cara menarik napas dalam-dalam,lalu menghembuskannya di hadapan cermin.
melalui mulut. Ulangi hal ini beberapa kali 6. Bayi 6 bulan
Bayi di usia ini bisa berbalik dari posisi terlentang menjadi
Attention Deficit Disorder (ADD). Merupakan gangguan
posisi tengkurap, atau sebaliknya. Bila didudukkan dapat duduk
perhatian yang pada umumnya dialami anak usia sekolah. Gejala
utama gangguan ini adalah kurangnya perhatian anak terhadap sendiri tanpa perlu dibantu. la suka menjatuhkan mainan yang
suatu objek.Anak hampir tidak bisa menyelasaikan tugas dengan diberikan, dan meminta untuk diambilkan kembali. Bayi senang
baik, satu tugas belum selasai sudah berpindah pada tugas lain. bermain dengan kakak-kakaknya dan senang jika diberdirikan,
Anak terlihat energik, serta banyak pekerjaan yang digarap. serta sudah mulai banyak mengeluarkan suara.
Gangguan ini bisa bersifat keturunan, bisa bersumber dari faktor 7. Bayi 7 bulan
hormonal serta proses dengan latihan dan terapi yang rutin dan Bayi usia ini dapat mengangkat badannya dengan tangan,
berkesinambungan gejalanya dapat ditekan. kerusakan genetika, menggeser badannya ke belakang, atau mundur dan ke depan,
juga proses pendidikan sosial amat mempengaruhi perilaku atau maju. la akan membawa mainan yang disukainya terus
pengidap ADD. menerus dan marah jika mainannya diambil. la mencoba untuk
Penderita gangguan konsentrasi, seringkali mengalami berdiri, suka membuat suara dengan mengetuk atau mengocok
banyak kegagalan dalam hidupnya. Ketika masih anak-anak, benda yang ada dalam genggamannya. Selain itu, ia suka menarik-
seringkali mereka tidak naik kelas. Penyebabnya mereka ini ber­ narik rambut dan telinganya, serta bermain dengan kakinya.
perilaku hyperaktif, terus menerus mengganggu temannya, atau 8. Bayi 8 bulan
pikirannya melayang kemana-mana, tidak pada pelajaran yang Bayi yang sudah berumur delapan bulan sudah dapat me­
sedang berlangsung. Prestasi di sekolah biasanya amat buruk. rangkak, duduk tanpa disangga, mengangkat badan dengan
Anak dengan gangguan konsentrasi, mudah teralihkan per­ bantuan boks atau kursi hingga dalam posisi berdiri. la juga
hatiannya oleh hal-hal sepele. Ketika dewasa, muncul masalah mampu memegang botol dan minum sendiri, mendorong benda
di tempat kerja dan hubungan dengan kerabat kerja.

122 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 107
yang tidak ia sukai, mengambil benda-benda kecil, dan berteriak Cara Penanganan. Anak hiperaktif memerlukan penanganan
memanggil orang lain. yang tepat agar pembelajaran berjalan efektif. Lemahnya daya
9. Bayi 9 bulan konsentrasi atau perhatian membuat anak tidak bisa fokus pada
Bayi dapat berdiri untuk sementara saat tangannya dipegangi. materi pelajaran, dorongan untuk selalu bergerak bisa meng­ganggu
la sudah dapat duduk sendiri dan berputar-putar, memasukkan anak lain di kelas. Karena itu dibutuhkan cara menyikap yang tepat.
jari-jarinya ke dalam lubang. la juga sudah mengerti satu dua kata a. Sebaiknya tidak membiarkan anak bergaul sendiri dengan
dan mulai bereaksi jika diperintah. anak yang lebih muda
10. Bayi 10 bulan b. Jauhkan anak dari benda-benda yang membahayakan seperti
Bayi sudah dapat duduk sendiri tanpa bantuan. la dapat senjata tajam, pistol dan sebagainya
merangkak dengan baik, naik di kursi atau tangga rumah, berjalan c. Perlu mendapat perhatian secara khusus untuk membantu
dengan bantuan, mengangkat kakinya jika sedang dipakaikan per­kembangan anak selanjautnya serta menghindarkan
celananya. Meniru suara terbatuk-batuk. Pada usia ini pun ia perilaku buruk yang mungkin timbul
sudah bisa mengatakan “papa”, “mama”, senang bermain dengan d. Anak yang selalu aktif tidak perlu dihukum ketika melakukan
mainan tertentu, memegang kue dan memakannya, mengerti yang kesalahan, melainkan diberi terguran dengan cara yang baik
diperintahkan dan mulai takut terhadap orang yang tidak dikenal. e. Sebaiknya tidak perlu memojokkan anak dihadapan orang
11. Bayi 11 bulan lain dengan memberikan label sebagai anak malas, anak
Pada usia ini, bayi sudah dapat berdiri lama tanpa bantuan, nakal dan sebagainya
berjalan jika dipegangi satu atau dua tangannya. la mampu f. Ajarkan kedisiplinan agar anak dapat mengatur dirinya
mengubah posisi berdiri menjadi duduk tanpa bantuan, dapat sendiri
memegang benda-benda kecil dengan ibu jari dan telunjuknya. la g. Orang tua dan guru perlu menjaga kata-kata dan ucapan
dapat menelan beberapa kali secara berturut-turut jika diberikan karena anak mudah meniru.
minum melalui cangkir. Selain itu, ia mampu menggunakan kedua
Pengasuhan Anak Hiperaktif. Anak hiperaktif memerlukan
tangannya secara bersama-sama untuk melakukan fungsi yang
pola pengasuhan serta pengaturan ruang khusus yang mendukung,
berbeda, seperti mengambil benda dari tangan kanannya dan
yang mampu membuat anak lebih tenang. Beber apa upaya supaya
meng­angkat badan dengan tangan kirinya. Anak pada usia ini
anak lebih tenang adalah:
akan merasa takut bila didekati orang yang tidak dikenal, akan
a. Lingkungan rumah tenang
tetapi senang dengan anak kecil lain. la sudah mengerti lebih
b. Suasana kamar teduh dengan pengecetan dinding dengan
banyak kata yang diucapkan.
warna tenang
12. Bayi 12 bulan
c. Terapkan aturan dengan tegas
Anak yang sudah berusia 12 bulan akan lebih banyak berjalan
d. Sediakan ruangan untuk santai

108 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 121
otak, cidera otak seperti gagar otak, trauma otak pada saat meski langkahnya belum stabil, banyak merangkak, banyak
persalinan, benturan dikepala menyebabkan cidera otak, infeksi, bermain dengan mainan yang ia senangi, senang membuka
racun, gizi buruk, alergi makanan dan karena penyakit epilepsi. pakaiannya, dan merasa takut pada orang yang tidak ia kenal
Attention Deficit Hyperactivyty Disorder (ADHD). dan keadaan yang tidak biasa.
ADHD merupakan gangguan perkembangan yang ditandai Pada usia ini anak senang memegang pensil dan kapur untuk
dengan kurang adanya perhatian yang dibarengi sengan perilaku membuat coret-coretan. la lebih suka menggunakan tangan
hiperaktif. Gejala dari gangguan ini adalah terlalu agresif, tidak tertentu (kanan atau kiri) untuk mengambil mainan, menghisap
bisa diam dan mudah terpengaruh oleh rangsangan. Anak jempol, dan memasukkan makanan dalam mulutnya. la sering
dengan gangguan ADHD bisa tidak suka berkomunikasi serta menolak jika ditidurkan, dan dapat berbicara 2 hingga 3 kata.
memberikan perhatian yang terlalu sedikit pada suatu objek.
Gerakan motorik anak mengikuti tahap berikut.
Perhatian anak mudah berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas
1. Gerak tanpa perpindahan
lain, bisa berpindah dari satu objek ke objek lainnya (Zaviera,
Bayi mampu menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi
2009).
belum mampu menggunakan gerakan itu untuk memin­
Gejala yang Muncul di Sekolah. Di sekolah anak ADHD
dahkan badannya ke tempat lain.
me­nunjukkan gejala sebagai berikut:
2. Merayap
a. Tidak bisa fokus pada tugas
Menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara
b. Gagal dalam mengerjakan tugas sekolah
tertentu, sementara perut ditekan ke lantai, sehingga ia
c. Tidak bisa menjadi pendengar yang baik, sehingga tidak
bisa berpindah dari titik A ke titik B. Otak mereka akan
bisa menerima dan melakukan arahan dari guru. Hal ini
terus berkembang untuk berpikir apa yang harus dilakukan
ber­dampak pada kegagalan melakukan tugas-tugas belajar
untuk ber­pindah tempat. Di sini mereka mulai belajar
d. Sering menghindari tugas-tugas sekolah serta tidak komitmen
berkoordinasi, dengan menyeret tangan kanan ke depan
terhadap tugas yang memerlukan daya pemikiran
bersamaan dengan kaki kirinya.
e. Sering lupa dan kehilangan barang milik pribadi yang
3. Merangkak
dipergunakan untuk aktivitas sehari-hari, seperti kehilangan
Bayi belajar menantang gravitasi untuk pertama kalinya,
buku, atau lupa membawa kembali buku yang tadi di bawa
dan bang- kit dengan bertumpu pada tangan dan lututnya.
f. Gelisah, tidak bisa duduk tenang, lebih suka melakukan aktivitas
Pelajaran mengenai koordinasi terus berlanjut, di mana
g. Suka menjerit dan marah ketika kemauannya tidak dituruti
tungkai depan kanan hanya dilakukan secara bersamaan
h. Tidak suka dipaksa atau diperintah
dengan tungkai belakang kiri. Anak akan menggunakan
i. Terlalu banyak bicara, terlalu cepat menjawab dan sering
otaknya ke tahap lebih tinggi untuk belajar berpindah tempat
memotong pembicaraan
dengan pola gerakan yang seimbang.

120 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 109
4. Berjalan b. Terapi akupasi. Terapi okupasi dilakukan untuk mem­bantu
Bayi belajar bangkit dan bertumpu pada tungkainya dan menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot
berjalan. Bayi seperti ini sudah mampu melawan gravitasi pada anak autis sehimgga anak dapat melakukan aktivitas
dari 4 titik tubuh pada posisi sebelumnya (merayap dan me­ sehari-hari tanpa hambatan.
rangkak) ke posisi 2 titik dan 1 titik tumpu untuk menahan c. Terapi wicara. Terapi wicara (speech therapy) merupa­kan
gravitasi. Melawan gravitasi adalah sebuah tahap yang luar model terapi untuk mengembangkan kemampuan berbicara
biasa untuk menghindari kelumpuhan. pada anak autis mempunyai keterlambatan
5. Berlari d. Terapi biomedik. Terapi biomedik adalah terapi yang
Anak mempercepat jalannya menjadi berlari. Keseim­ dilakukan secara medik melalui obat-obatan. Beberapa
bang­an dan koordinasinya bertambah baik. Anak yang sehat perilaku buruk adakalanya muncul pada anak autis
tidak akan melewatkan satu tahap dalam proses tersebut, seperti menyerang, agresif, tantrum (me­ng­amuk) hingga
meskipun siklus masing-masing tahapan akan berbeda pada membahayakan diri dan orang lain. Perilaku-perilaku
satu anak dengan yang lain. Jika salah satu dari tahap dasar tersebut adakalanya sangat sulit dikendalikan dan sering
itu dilewati, misalnya anak mulai berjalan sebelum is cukup menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu
merangkak, akan terjadi konsekuensi yang merugikan. meskipun tidak dapat menghilangkan penyebabnya.
Contohnya, koordinasi yang lemah, kegagalan memiliki Haloperidol terutama digunakan untuk mengendalikan
penguasaan tangan kanan atau kidal, kegagalan untuk perilaku yang sangat agresif dan membahayakan diri sendiri.
mengembangkan peng­uasaan belahan otak yang normal Fenfluramin, buspiron, risperidon dan penghambat reuptake
dalam berbicara, kegagalan dalam membaca dan mengeja, serotonin selektif (fluoksetin, paroksetin dan sertralin)
kurang konsentrasi (sering disebut ADD atau Attention digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan perilaku
Deficit Disorder, gangguan pemusatan perhatian), kurang pada anak autis.
fokus, mudah lelah ketika belajar, dan lain-lain.
2. Attention Deficit Hyperactivyty Disorder (ADHD) dan Attention
C. Bentuk-bentuk Gangguan Perkembangan Deficit Disorder (ADD)
ADHD dan ADD menjangkiti anak 3%-5% pada anak
1. Autisme
usia 4-14 tahun. ADHD dan ADD terjadi karena kerusakan
Pengertian autisme. Autisme berasal dari kata auto yang
pada susunan syaraf otak sehingga rentang konsentrasi menjadi
berarti sendiri. Penyandang autisme seakan-akan hidup di
sangat pendek dan sulit dikendalikan (Zaviera, 2009). Lebih
dunianya sendiri. Istilah autisme baru diperkenalkan tahun
jauh dijelaskan bahwa penyebab gangguan bersumber dari faktor
1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak
temperamen bawaan sejak lahir, pengaruh lingkungan, malfungsi
berabad-abad lampau (Handojo, 2003). Kartono (2000) ber­

110 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 119
memberikan layanan pendidikan untuk anak autis bisa pendapat bahwa autisme adalah gejala menutup diri sendiri
berupa SLB (Sekolah Luar Biasa) golongan F yaitu khusus secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar,
untuk anak autis, bisa juga sekolah khusus untuk anak merupakan keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
autis. Model sekolah akan memberlakukan kurikulum sesuai Ditambahkannya bahwa autisme merupakan gangguan dengan
kebutuhan anak. pola berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri
2. Sekolah inklusi. Sekolah inklusif adalah sekolah umum yang sendiri, menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
di dalamnya terdapat anak yang berkebutuhan khusus, sendiri dan menolak realitas, karena itu penyandang autis akan
termasuk ada anak autis yang belajar di dalam­nya. Sekolah berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun berperilaku
inklusif dituntut menyiapkan guru pendamping agar dapat (Faisal, 2003). Pandangan lain tentang autis adalah gangguan
memberikan pelayanan sesuai kebutuhan anak sesuai yang parah pada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan
keterbatasan yang dimiliki anak. yang tampak pada usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan
3. Home Schooling. Model sekolah rumah yang memberikan ber­komunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang
layanan untuk anak autis. Beberapa anak autis belajar secara autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain
home schooling di lembaga pendidikan yang menyiapkan (Sarwindah, 2002). Yuniar (2002) menambahkan bahwa autisme
layanan dengan model home schooling. Anak autis dapat adalah gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi
belajar terus sepanjang hari di rumah belajar tersebut, tanpa perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi,
mengenal jadwal pelajaran secara kaku. hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit
4. Klinik Terapi. Klinik-klinik terapi bisa memberikan layanan untuk mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan
intervensi untuk anak autis. Klinik terapi tersebut tersedia di sebagai anggota masyarakat.
rumah sakit-rumah sakit ataupun pada klinik khusus terapi Dari tahun ke tahun penyandang autis makin bertambah,
untuk anak autis gangguan perkembangan lainnya. Klinik tanpa penanganan yang tepat dan upaya penyembuhan yang me­
terapi biasanya difokuskan pada terapi sensori integrasi, madai gejala autisme akan berlanjut sampai dewasa. Tahun 2010
terapi wicara maupun okupasi terapi. prevalensi penyandang autis 1 : 166 anak (Greenspan & Serena ,
2010), merupakan angka yang sangat tinggi. Gangguan autisme
Jenis Terapi. Anak auatis sebaiknya mendapatkan terapi
bisa terjadi pada siapa saja tidak pandang bulu, penyandangnya
yang memadai untuk memperbaiki beberapa perilaku yang tidak
tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial,
bermanfaat bahkan yang mengganggu. Beberapa jenis terapi
tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis
untuk anak autis adalah.
makan­a n. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan
a. Terapi perilaku. Melalui metode ABA dilakukan terapi
penyandang autisme ialah 4 : 1. Paul (2008) menyatakan bahwa
perilaku untuk menghilangkan perilaku yang tidak wajar
tiga perempat penderita autis juga mengalami retardasi mental
serta mengembangkan perilaku yang produktif

118 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 111
dengan IQ antara 30, 40 dan 50, dengan kemampuan berpikir keterampilan lain yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari.
abstrak yang sangat lemah. Walau begitu ditemukan anak-anak
Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua dan guru
autis yang mempunyai kecerdasan dan bakat yang luar biasa, yang
adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak
dikenal dengan istilah savant. Anak savant bisa mempunyai bakat
autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang
musik yang luar biasa, mempunyai daya ingat yang sangat kua,
interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan
mempunyai kemampuan menghitung yang hebat.
orang lain Program intervensi dini me­nawarkan pelayanan
Ciri-ciri autisme. Supratiknya (1995) dan Brill (2008) me­
pendidikan dan penanganan untuk anak-anak berusia dibawah
nyebutkan bahwa penyandang autis memiliki ciri-ciri antara lain:
3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik
penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil,
atau kognitif.
tidak memberikan respon terhadap ajakan. Apabila di ‘liling’
Model Penanganan. Anak autis perlu mendapat pe­nangan­
(diajak bicara/ditimang), diberi makanan atau diajak bercanda,
an dengan seksama melalui model terapi yang tepat. Program
anak tidak menunjukkan respon, melainkan tetap asyik dengan
pendidikan untuk anak autis sangat terstruktur, menitikberatkan
diri sendiri. Anak tidak menaruh perhatian terhadap lingkungan
kepada kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik
sekitar, tidak mau atau sangat sedikit berbicara, hanya mau
pengelolaan perilaku positif. Strategi yang digunakan di dalam
mengatakan ya atau tidak, atau ucapan-ucapan lain yang tidak
kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga anak
jelas, tidak suka dengan stimuli pendengaran, senang melakukan
memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda.
stimulasi diri, memukul-mukul kepala atau gerakan-gerakan aneh
Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional
lain, kadang-kadang terampil memanipulasikan objek, terpaku
dan terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah
pada satu objek tetap. Sejak bayi anak autis tidak mau di gendong,
anak autis. Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja
tidak suka dibedong, sebagian tidak suka diayun serta mempunyai
atau menyebrang jalan, akan dimasukkan ke dalam rencana
pola tidur yang kacau. Greenspan & Serena (2010), Brill (2008),
pendidikan individual untuk meningkatkan kemandirian anak.
dan Fuentes (2007) menguraikan ciri penderita autis secara
Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun kemampuan
lengkap sebagai berikut.
sosial dan berkomunikasi sampai ke tingkat tertinggi atau
a. Mengalami gangguan komunikasi.
membangun potensinya yang tertinggi.
Penderita autis pada umumnya mengalami keterlam­
Saat ini banyak terdapat lembaga pendidikan, klinik-klinik
batan bicara, cara komunikasi terjadi secara merancau,
terapi yang khusus ditujukan untuk anak autis. Beberapa jenis
mengungkap­kan kata-kata yang tidak bermakna dan tidak
lembaga penanganan yang bisa dilakukan untuk anak autisme
bisa di­mengerti orang lain. Bahasa yang terjadi bersifat
adalah sebagai berikut.
echolalia (membeo),hanya menirukan kata-kata yang pernah
1. Sekolah khusus. Sekolah khusus untuk anak autis banyak
didengar walaupun belum tentu anak mengerti maksudnya.
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sekolah yang

112 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 117
baru muncul gejala autistik. Beberapa kasus anak autis setelah Bicara bukan sebagai alat komunikasi, melainkan asal
lahir muncul setelah ditinggal ibunya meninggal dunia, yang lain diucapkan tampa bermaksud menyampaikan gagasan atau
menunjukkan gejala autis setelah imunisasi, serta karena faktor keinginan kepada orang lain. 20% anak autis tidak bisa
kecelakaan (cidera otak) sementara kasus lainnya tidak diketahui bicara sampai dewasa. Bila mengiginkan sesuatu akan
penyebab pastinya. menarik tangan orang lain (ayah/ibunya).
Pentingnya Penanganan. Saat ini penyandang autis b. Gangaguan interaksi sosial.
mempu­nyai masa depan yang lebih baik (Greenspan & Serena, Anak cenderung menolak atau menghindari tatap
2010), karena mulai banyak dikembangkan strategi dan metode mata, tidak menengok bila dipanggil, seperti tuli, menolak
penanganan anak autis yang teruji secara empiris. Penderita autis untuk dipeluk, tidak ada usaha untuk melakukan interaksi
perlu mendapat penanganan yang tepat agar yang bersangkutan dengan orang, melainkan asyik atau dengan diri sendiri,
dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. atau bermain sendiri, tidak merespon ajakan.
Penanganan yang tepat membuat anak autis dapat hidup normal c. Gangguan perilaku.
Gangguan perilaku pada anak autis meliputi dua ke­
bersama anak-anak lainnya. Tanpa penanganan yang tepat
mungkinan, pertama excessive atau kelebihan perilaku
bahkan tanpa intervensi akan membuat anak tidak berdaya
ter­tentu. Kelebihan perilaku akan ditunjukkan dengan
sepanjang hidupnya, dan hal ini akan menyusahkan diri sendiri
gerakan seperti hiperaktif motorik yaitu tidak bisa diam, lari
serta akan menjadi beban keluarga selama hidupnya. Intervensi
kesana-sini tak terarah, melompat-lompat, berputar-putar,
terhadap penyandang autis dilakukan dengan memberikan
memukul-mukul, mengulang-ulang suatu gerakan tertentu.
ketrampilan bantu diri yang bermanfaat untuk aktivitas sehari-
Kedua deficient atau kekurangan terhadap perilaku yang
hari, disamping itu perlu diberikan terapi untuk menghilangkan
seharusnya dilakukan. Deficient perilaku ditunjukkan
perilaku-perilaku yang tidak produktif serta mengupayakan
dengan perilaku duduk diam bengong dengan tatapan mata
perilaku produktif yang bermanfaat. kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif, terpaku
Tujuan penanganan. Tujuan dari penanganan penderita oleh suatu hal, misalnya bayangan atau suatu benda yang
autis antara lain: berputar, kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu.
a. Membangun komunikasi dua arah yang aktif, d. Gangguan emosi.
b. Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang Emosi anak kurang berkembang dengan baik, kurang
umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga, ada rasa empati, tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah
c. Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar, tanpa sebab yang nyata, sering mengamuk tak terkendali
d. Mengajarkan kemampuan akademik yang diperlukan untuk (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa
belajar di sekolah umum, yang di­inginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan destruktif
e. Meningkatkan kemampuan bantu diri atau bina diri dan hingga melukai diri sendiri atupun orang lain.

116 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 113
e. Gangguan sensori 2006). Usia tesebut merupa­kan saat pembentukan otak, yang
Penderita autis mengalami gangguan sensori, baik terlalu bisa saja tejadi hambatan pertumbuhan otak karena berbagai
sensitif ataupun mungkin justru kurang peka terhadap sebab seperti karena virus toksoplasmosis, rubella, cytomegali,
rangsang tertentu. Adakalanya anak autis terlalu sensitif harpes, bisa juga karena jamur candida, pendarahan, keracunan
dengan suara atau nada tertentu ataupun tekstur. Ada anak makanan, udara yang beracun, serta zat kimia lain yang
yang tidak tahan mendengar bunyi terompet hingga menutup menghambat pertumbuhan otak.
telinga kuat-kuat, ada yang tidak tahan dengan tekstur kasar, Beberapa penyakit ibu yang mengandung bisa menjadi
sementara anak lainnya tidak tahan dengan tekstur halus. sumber penyebab munculnya gangguan autisme, seperti
Dalam hal rasa kebanyakan anak autis mengalami ganggu­ encephalitis, phenylketonuria, tuberous, sclerosis, fragile X
an dalam pengecap dan perasa sakit. Sebagian tidak bisa syndrome. Proses melahirkan yang bermasalah seperti kekurangan
membedakan rasa manis, pait dan asin. oksigen, keracunan, pemnggunaan tangbirth bisa menjadi
sumber gangguan sistem syaraf pusat. Paul (2008) menyatakan
Faktor Penyebab. Gejala autis udah terlihat sebelum usia
bahwa sepertiga penderita autis memiliki tingkat serotonin yang
tiga tahun, namun sampai saat ini belum diketahui penyebab
tinggi. Banyak ahli yang menyatakan bahwa autis disebabkan
secara pasti yang dapat menimbulkan gangguan autis (Paul,
oleh kombinasi makanan yang tidak sehat dan lingkungan yang
2008). Walau begitu banyak laporan bahwa polusi dan zat kimia
terkontaminasi zat-zat beracun. Misalnya timah hitam (Pb) dari
berat seperti timbel dan merkuri menjadi salah satu penyebab
knalpot kendaraan cerobong asap pabrik, cat tembok, cadmium
timbulnya autisme. Di daerah pabrik yang banyak polusi ternyata
(Cd) dari batu batere, air raksa (Hg) yang digunakan untuk
ditemukana banyak anak lahir autis. Di sebuah pantai yang
menjinakkan kuman imunisasi. Antibiotik yang membunuh
airnya tercemar logam berat di Jepang juga banyak ditemukan
bakteri positif dan negatif di saluran cerna sangat berbahaya
anak autis. Sumber penyebab lain dari gangguan autisme adalah
akan menyebabkan jamur berkembang di usus. Logam berat yang
jamur, toksin, virus rubela, herpes. Paul (2008) menyatakan
menumpuk di tubuh ibu hamil bisa masuk melalui demineralisasi
bahwa gangguan autis bersumber dari disfungsi sistem syaraf pusat
tulang, tersalur ke bayi melalui ASI. Peneliti lain mengemukakan
yang muncul dalam bentuk gangguan neurologis, seperti problem
autis disebabkan karena faktor imunolbobulin, yaitu keadaan
kordinasi kanan dan kiri, rentang perhatian yang pendek serta
alergi seseorang.
kelebihan gerak motorik.
Gangguan autis bisa menyerang sejak dalam kandungan
Penelitian dalam dunia kedokteran modern menemukan
karena faktor genetik maupun faktor lingkungan. Orang tua yang
adanya gangguan pada fungsi susunan syaraf pusat apa penderita
mengidap autis cenderung melahirkan anak autis pula. Gangguan
autis. Gangguan tersebut bisa akibatkan oleh ke­lainan struktur
autis juga bisa muncul setelah lahir, setelah anak menunjukkan
otak yang terjadi ketika anak masih dalam kandung­an, terutama
gejala perilaku yang normal, namun di tahun ke dua atau ketiga
yang terjadi pada usia kehamilan sebelum 3 bulan (Pusponegoro,

114 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 115
anak gagap lebih gugup daripada anak lain, padahal Akibat yang sering muncul dari kegagalan beruntun,
gugup tidak termasuk sifat gagap. Ini tidak berarti antara lain depressi berat, psikosomatis, rasa takut berlebihan
anak gagap tidak bisa menjadi gugup, apalagi kalau dia atau kecanduan alkohol dan narkotika. Penderita gangguan
sadar lingkungan tidak tahu apa yang harus diperbuat konsentrasi menerima semua rangsangan dari luar tanpa
menghadapi anak seperti dia. disaring terlebih dahulu, serta mudah beralih pada rangsangan
Berhadapan dengan anak gagap memang dapat baru, mengalihkan perhatian dari tugas utama yang harus
menimbulkan ketegangan tersendiri bagi orang tua dan dikerjakannya. Akibatnya, yang bersangkutan merasa ia diberi
guru. Umumnya orang dewasa bertanya-tanya, “bagai­ tugas terlalu berat. Selain itu penderita gangguan konsentrasi
mana saya harus bersikap?”, “bagaimana cara­nya agar jauh lebih mudah menderita stress. Seringkali penderitanya
orang lain tidak tahu kalau saya kasihan padanya?”. Di harus mencatat dengan rinci tugas-tugas ringan yang harus di­
lain pihak, bercakap-cakap tentang gagap bisa berarti selesaikannya. Misalnya, membeli roti, menjemput anak dari
sesuatu yang meringankan beban kedua belah pihak. sekolah, membawa jas hujan atau payung dan hal remeh-remeh
Guru atau orang tua bisa memulai untuk bersikap lainnya. Walau begitu dia bisa lupa mengerjakannya.
terbuka, membicarakan dengan anak, misalnya Penderita ADD dewasa bisa tetap mengalami kesulitan
mengatakan: “Kamu mau mengatakannya sendiri atau melakukan aktivitas sehari-hari, bisa bertengkar dengan pimpinan
perlu saya bantu?” serta konflik dengan teman. Penderita gangguan konsentrasi harus
cerdik memanfaatkan kelemahannya dengan memilih pekerjaan
2. Melanjutkan perkataan anak
yang cocok untuk penyakitnya, dan juga memilih partner hidup
Menyelesaikan atau melanjutkan kata atau kalimat
yang mengerti kelemahannya. Kecerdikan menyikapi gangguan
yang akan diucapkan anak gagap bukan merupakan
yang ada, penderita ADD bisa sukses dalam hidup seperti
jalan yang baik, karena tidak selalu sesuai dengan yang
negarawan Winston Churchill, musikus Wolfgang Amadeus
akan diucapkan oleh anak. Akibatnya, timbul salah
Mozart serta bintang film Dustin Hoffman dan Whoopy Goldberg.
paham dan bisa mengganggu perasaan si gagap. Bila
Penanganan ADD bisa melalui terapi dan memberikan
se­tiap kali anak gagap dibantu berbicara, resikonya
obat stimulasi sistem syaraf pusat, yaitu ritalin. Tujuannya
lama-kelamaan anak maupun yang mendengar akan
untuk menormalkan aktivitas unsur pembawa pesan, serta
menganggap si penggagap memang tidak mampu
meng­­aktifkan filter stimulus pada otak. Sejauh ini, para ahli
bicara. Menolong melanjutkan kata-kata anak tanpa
mengetahui penderita gangguan konsentrasi, mengalami
melihat adakalanya berhasil karena anak tidak merasa
gang­gu­an genetika fungsi biologis jaringan syaraf. Para pen­
ada orang yang dengan sengaja membantunya. Yang
derita mengalami kekurangan unsur pembawa pesan seperti
terbaik justru menerima gagapnya, mencoba mengerti,
dopamin dan noradrenalin. Ritalin tidak dapat menyembuhkan
tidak menilai atau mengomentari apapun tentang anak.
penyakit gangguan konsentrasi, melainkan hanya membantu

138 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 123
meningkatkan konsentrasi. Penggunaan obat tersebut harus dibiarkan, anak akan terbiasa bicara dengan cara yang salah.
dengan pengawasan dokter. Kebanyakan anak gagap senang berlaku dan diperlakukan
Penanganan ADHD bisa melalui jalan medis dengan obat sama seperti anak-anak lainnya. Sekali-sekali tutup mulut
metilfenidat, dekstro-amfetamin dan pemoline-magnesium - tidak mendapat giliran memang lebih enak. Tapi lambat
yang berfungsi untuk membuat anak lebih konsentrasi dan lebih laun anak yang gagap itu juga ingin ikut serta, ingin sama
tenang. Namun obat ini mempunyai efek samping yaitu, timbul seperti teman-temannya. Menyuruh anak gagap agar mulai
kantuk, nafsu makan berkurang atau sebaliknya, sulit tidur, tic bicara dengan lebih baik tak ada gunanya, malah membuat
(semacam kedutan), nyeri perut,sakit kepala, cemas, perasaan frustasi. Melarang untuk tidak gagap, justru akan menambah
tidak nyaman, serta kreativitasnya terhambat. Dalam jangka gagapnya, sebab anak memang tidak mampu untuk selalu
panjang dapat menyebabkan ketergantungan obat. bicara dengan lancar. Beberapa sikap yang perlu dihindarkan
Anak hiperaktif biasanya mempunyai alergi tertentu, Ben dalam menghadapi anak gagap meliputi hal berikut.
Feingold dokter ahli alergi berhasil menangani anak hiperaktif 1. Tak acuh atau terlalu melindungi
melalui diet tanpa makanan pencetus alergi. Beberapa pemicu Menertawakan dan menirukan anak gagap, merupa­
alergi perilaku hiperaktif antara lain makanan yang mengandung kan sikap yang tidak baik, namun berpura-pura tidak
silsilat seperti jeruk, apel, apokat, beri dan anggur serta zat tahu sama sekali juga bukan suatu penyelesaian. Anak
tambahan buatan seperti pengawet, pemanis, penyedap dan gagap sudah menyadari bahwa bicaranya menyimpang.
pewarn buatan. Karena itu sebaiknya menerima saja seorang anak yang
tidak dapat lancar berbicara seperti apa adanya. tapi
3. Keterbelakangan Mental (Mental Retardation) jangan lupa memperhatikan apa yang dapat dilakukan
Keterbelakangan mental biasa dikenal dengan retardasi anak gagap dengan lingkungannya (dengan pertolongan
mental atau disingkat RM, merupakan suatu keadaan yang ahli) untuk memperlancar bicaranya.
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah Anak-anak yang tidak lancar bicara (termasuk anak
rata-rata disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk normal) lebih senang kalau bicaranya tidak dipotong.
menyesuaikan diri (berperilaku adaptif), yang mulai timbul Ia juga tidak suka bila ada orang bicara atas namanya,
sebelum usia 10 tahun. Santrok (2002) menyatakan bahwa mewakili dirinya, sebab hal itu seakan-akan menujukkan
mental retardation atau tunagrahita adalah keadaan kemampuan ia tidak sanggup mengemukakan pendapatnya sendiri.
mental yang terbatas, IQ nya rendah, di bawah 70 dan mempunyai Terlalu “siap bantu” justru membuat anak gagap merasa
kesulitan untuk meyesuaikan diri dengan kehidupan sehari- dirinya seperti bayi yang memerlukan pertolongan apa
hari. American Association on Mental Retardation (AAMR) saja. Banyak orang dewasa bersikap melindungi anak
menjelaskan keterbelakangan mental berarti menunjukkan gagap secara ber­lebih-lebihan. Mereka menganggap

124 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 137
1) Gagap tahap pertama (primary stuttering). keterbatasaan dalam fungsi intelektual yang ada di bawah
Kegagapan pada tingkat ini masih lebih mudah rata-rata, dan ke­terbatasan pada dua atau lebih ketrampilan
disembuhkan dibandingkan dengan gagap tahap adaptif seperti ber­komunikasi, merawat diri, ketrampilan sosial,
berikutnya yaitu kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, dan waktu luang.
2) Gagap tahap kedua (secondary stuttering). Pada Gejala retardasi mental bisa terjadi sebelum usia 18 tahun
tahap ini penderita sudah merasa cemas, takut, (Hallahan dan Kauffman, 1988).
tidak per­c aya diri, dan diiringi dengan gejala Sementara American Psychological Association (APA)
sekunder seperti mengedip-ngedipkan mata, menyatakan anak tunagrahita adalah anak yang mengalami
mengetuk-ngetuk meja, menggoyang-goyang keterbatasan intelektual, keterbatasaan fungsi adaptif. Keadaan
kepala, dan lain-lain. ini terjadi sebelum usia 22 tahun. Gangguan ini bisa terjadi se­
belum lahir maupun setelah lahir karena kecelakaan.
Tipe gagap lainnya adalah anak menghindari kata-
Ada empat golongan retardasi mental (Hallahan &
kata sulit, sehingga terkesan ketolol-tololan, anak akan
Kauffman, 1991), yaitu:
mengucapkan kata lain sehingga pembicaraan menjadi tidak
a. Mild mental retardation-tunagrahita ringan – IQ 50-75
nyambung. Gagap bisa timbul karena adanya ke­khawatiran
Sekitar 85 % dari populasi tunagrahita berada dalam
bicaranya akan dipotong, atau menyadari kalau semuanya
katergori tunagraahitaa ringan. Anak ini dapat diajarkan
serba “cepat”, bila lambat tidak ada yang mau mendengar,
ketrampilan akademik hingga kelas 6 SD. Mereka dapat
timbulnya gagasan bahwa orang harus berbicara dengan
mempunyai kepercayaan diri tinggi, mandiri, berkomunikasi
“baik”. Gagap juga timbul ketika anak tahu bahwa yang lebih
dan berinteraksi dengan baik apabila lingkungan sosialnya
diperhatikan adalah bagaimana mengatakannya daripada apa
memberikan suport.
yang dikatakan. Menekankan norma-norma diatas dapat
b. Moderate mental retardation-tunagrahita sedang – IQ 35-55
memicu timbul­nya gagap, karena itu lebih baik mengajarkan
Jumlah penderita tunagrahita sedang diperkirakan 10%
bahwa bicara itu sulit sehingga perlu mempelajari beberapa
dari populasi tunagrahita. Anak ini mampu merawat diri
ketrampilan seperti bernapas dengan betul, menciptakan
me­laksana­kan tugas sederhana dengan bimbingan.
suara, dan membentuk vokal, dan kemudian baru isi (bahasa)
c. Severe mental retardation-tunagrahita berat-IQ 20-40
nya diperhatikan
Diperkirakan 3,4% dari jumlah populasi yang ada.
Berdasar hasil penelitian dari setiap 100 anak, ada
Ke­trampilan merawat diri dan berkomunikasi yang dapat
satu dua anak gagap. Gagap bisa terjadi pada siapa saja,
dilakukan sangat terbatas, hanya pada tingkat dasar.
anak dengan inteligensi tinggi maaupun anak yang ber­
d. Profound mental retardation-tunagrahita sangat berat-IQ
inteligensi rendah. Bisa terjadi pada pria atau wanita, bisa
20-25
terjadi pada semua golongan dan lapisan masyarakat. Kalau

136 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 125
Diperkirakan hanya 1-2% dari populasi yang ada. Ke­ mempengaruhi timbulnya kelainan bicara ini. Sementara itu
mungkinan dengan latihan dan supervisi yang ketat akan ada teori (semantik) yang mengatakan, gagap bukan dimulai
mampu merawat diri tingkat dasar. dari mulut si anak, tapi dari mulut orang tuanya. Suatu hal
yang lumrah bahwa anak yang mulai lancar berbicara sering
Faktor yang mempengaruhi terjadi RM adalah karena faktor
mengulang-ulang atau memperpanjang awal suku kata,
keturunan dan karena pengaruh lingkungan. Sebagian besar
apalagi dalam keadaan tergesa-gesa. Namun, banyak orang
kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang
tua menuntut anak untuk membetulkannya saat itu juga.
memiliki penyebab yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM
Ini bisa berkembang ke arah gagap.
dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut (Kirk, 1970).
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir), yaitu: perdarahan Gagap juga bila muncul bila anak beranggapan
intrakranial sebelum atau sesudah lahir, hipoksia (kekurangan suaranya jelek, sehingga menyangka tidak ada yang mau
oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir, cedera kepala mendengarkan. Akibatnya, ia frustasi dan gagap. Begitu
yang berat pula kalau dalam diri si anak terdapat pertentangan
b. Infeksi (infeksi yang terjadi karena faktor bawaan dan (conflict reinforcement) untuk berbicara atau tidak. Pada
sesudah lahir), seperti teriveksi virus rubella kongenitalis, anak laki-laki umumnya ganggu­an bicara ini ditunjang oleh
meningitis, infeksi sitomegalovirus bawaan, ensefalitis, adanya kelambatan proses kematangan susunan saraf yang
toksoplasmosis kongenitalis, infeksi HIV mengkoordinasikan otot-otot untuk bicara. Terutama anak
c. Kelainan kromosom, yaitu kesalahan pada jumlah kromosom kidal yang dipaksa menggunakan tangan kanan. Gejala
seperti pada penyebabkan Sindroma Down, defek pada kegagapan bisa bermacam-macam. Ada over symptom (gejala
kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma angelman, yang tampak):
sindroma Prader-Willi, translokasi kromosom dan sindroma a. Gejala primer, yakni terjadi pengulangan, perpanjangan,
cridu chat atau tersandung-sandung pada awal kata.
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan, b. Gejala sekunder/penyerta, yakni terbentuknya pola-
seperti galaktosemia, penyakit Tay-Sachs, Fenilketonuria, pola bicara sebelum mulai bicara, diiringi dengan
Sindroma Hunter, Sindroma Hurler gerakan-gerakan seperti mengetuk-ngetuk meja,
menggoyangkan kaki atau kepala. Selain itu masih ada
Sindroma Sanfilippo, Leukodistrofi metakromatik,
yang disebut cover symptom (gejala yang tidak tampak)
Adrenoleukodistrofi, Sindroma Lesch-Nyhan, Sindroma Rett,
antara lain, gangguan emosional: frustasi, takut kata,
Sklerosis tuberose
takut situasi,takut oarang, pemalu, cemas, rendah diri.
e. Metabolik, seperti sindroma Reye, Dehidrasi hipernatremik,
Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa penderita
Hipotiroid kongenital, Hipoglikemia
mulai me­masuki tahap kegagapan kedua (secondary
f. Keracunan, terjadi karena pemakaian alkohol, amfetamin
stuttering). Ada dua tingkat kegagapan yaitu:
126 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 135
biasan mengisap pada anak. Dianggap bahwa mengisap dan obat lain pada ibu hamil. Keracunan metilmerkuri, timah
yang berlebihan dengan menggunakan jempol dan botol hitam
berperan sebagai pengaman (pacifier) pada gangguan g. Faktor Gizi, kekurangan gizi seperti kwashiorkor, marasmus,
myofunction, menurunnya oral awareness, menurunnya malnutrisi
ke­mampuan motorik oral. Gangguan fungsi otot sering h. Lingkungan, antara lain karena faktor kemiskinan, sindroma
dihubungkan dengan kesulitan-kesulitan bicara. Terpisah deprivasi
dari ditegakkannya hubungan antara distorsi dan gangguan
Penanganan anak retardasi mental. Penanganan anak yang
fungsi otot, ada fakta-fakta yang tidak memperlihatkan
mengalami retardasi mental bertujuan untuk mengembangkan
adanya hubungan antara kebiasaan mengisap, kemampuan
potensi anak semaksimal mungkin. Sebaiknya sedini mungkin
motorik oral dan gangguan bicara.
diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi
Gagap pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu
Gagap merupakan salah satu bentuk gangguan dalam anak berfungsi dengan normal. Pendekatan perilaku sangat
berbicara. Seseorang dikatakan gagap kalau mengalami penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM
penyimpangan bicara karena adanya pengulangan, per­ (Maharani, 2007).
panjangan suku kata pertama yang tidak disengaja atau ke­ Pencegahan gangguan perkembangan retardasi mental.
tegangan sehingga cara bicaranya terputus-putus, suaranya Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan penger­
tertahan, dan terjadi gangguan irama. Gagap bisa timbul pada ti­a n kepada orang tua dari anak RM mengenai pe­n yebab
usia berapa pun, tapi 85% dimulai sebelum menginjak usia terjadinya RM. Vaksinasi MMR secara dramatis telah me­nurun­
delapan tahun. Faktor yang dapat mengurangi kegagapan kan angka kejadian rubella (campak Jerman) sebagai salah satu
apabila penderita sedang berbicara sendiri, berbicara bersama penyebab RM. Amniosentesis dan contoh vili korion merupakan
orang-orang lain, bernyanyi, membaca doa, berbicara pemeriksaan diagnostik yang dapat menemukan sejumlah
dengan anak kecil dan binatang, atau sedang dalam keadaan kelainan, termasuk kelainan genetik dan korda spinalis atau
santai. Gagap akan makin terlihat kegagapannya, kalau kelainan otak pada janin.
penderita harus berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun di­
tinggi kedudukannya, di depan umum, sedang menghadapi anjurkan untuk menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili
tekanan emosi atau harus menjawab pertanyaan yang sulit. korion, karena memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita
Penyebab kegagapan amat beragam. Bisa karena keturunan Sindroma Down. USG juga dapat membantu menemukan
maupun karena lingkungan. Misalnya, orang tua yang sangat adanya kelainan otak. Untuk mendeteksi Sindroma Down dan
penuntut dan disiplin dalam segala macam peraturan di spina bifida juga bisa dilakukan pengukuran kadar alfa-protein
rumah, termasuk cara berbicara atau guru di sekolah bisa serum. Diagnosis RM yang ditegakkan sebelum bayi lahir, akan

134 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 127
memberikan pilihan aborsi atau keluarga berencana kepada orang ber­interaksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah.
tua. Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk Lingkungan verbal. Lingkungan verbal mempengaruhi
mencegah terjadinya RM antara lain. proses belajar bahasa anak. Anak di lingkungan keluarga
a. Genetik, yaitu melakukan penyaringan prenatal (sebelum profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak
lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik untuk dalam seminggu dibandingkan anak yang dibesarkan dalam
keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah.
angka kejadian RM yang penyebabnya adalah faktor genetik. Pendidikan. Studi lain melaporkan juga ibu dengan
b. Sosial, program sosial pemerintah untuk memberantas ke­ tingkat pendidikan rendah merupakan faktor resiko
miskinan dan menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat keterlambatan bahasa pada anaknya.
mengurangi angka kejadian RM ringan akibat kemiskinan Jumlah anak. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
dan status ekonomi yang rendah. jumlah anak dalam keluarga mempengaruhi perkembangan
c. Keracunan, mengindari racun bisa dilakukan melalui bahasa seorang anak, berhubugan dengan intensitas
program lingkungan bersih untuk mengurangi timah hitam komunikasi antara orang tua dan anak. Kemiskinan me­
dan merkuri serta racun lainnya akan mengurangi RM akibat nempat­kan anak pada resiko meningkatnya problem-problem
keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek rumah tangga. Kemiskinan secara signifikan mempertinggi
dari pemakaian alkohol dan obat- obatan selama kehamilan resiko terpaparnya masalah kesehatan seperti asma, malnu­
dapat mengurangi angka kejadian RM. trisi.
d. Infeksi, pencegahan terhadap terjangkitnya infeksi rubella Genetik. Laporan-laporan kasus sering memperlihatkan
kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang riwayat keluarga positif pada gangguan komunikasi. Antara
berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM. Me­ningkat­ 28% and 60% dari anak-anak dengan gangguan bicara dan
kan kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan bahasa mempunyai saudara kandung dan/atau orang tua yang
dengan kucing, toksoplasmosis dan kehamilan), membantu juga mengalami kesulitan bicara dan bahasa.
mengurangi RM akibat toksoplasmosis. Pre dan perinatal. Penyebab spesifik berhubungan antara
kesulitan pre dan perinatal dengan gangguan bicara dan
4. Gangguan Perkembangan Bahasa
bahasa juga telah dibuktikan melalui beberapa penelitian.
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak
Infeksi selama kehamilan, imaturitas dan berat badan
dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, pe­
lahir rendah dilaporkan mempunyai efek negatif pada per­
nerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara.
kembangan bicara dan bahasa.
Ada­pun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan
bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, Sucking habits
retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism Gangguan bicara dihubungkan dengan kebiasaan-ke­

128 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 133
d. Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi
yang berkaitan. lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi,
status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua.
Sesuai dengan teori-teori tersebut maka kognisi ber­
Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan
tanggung jawab pada pemerolehan bahasa dan pengetahuan
organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak,
kognisi merupakan dasar pemahaman kata.
pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Paul (2008) menyatakan
Prematuritas. Weindrich menemukan adanya faktor-
anak yang mengalami stress sangat mudah mengalami gangguan
faktor yang berhubungan dengan prematuritas yang mem­
perkembangan bahasa.
pengaruhi perkembangan bahasa anak, seperti berat badan
lahir, apgar score, lama perawatan di rumah sakit, bayi yang Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara
iritatif, dan kondisi bayi saat keluar rumah sakit. Hasil adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini
penelitian melaporkan bahwa gangguan bahasa sekitar 40% biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan
dan 70% merupakan kecendrungan dalam suatu keluarga. penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan
Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga
bahasa, minimal satu dari anggota keluarga­nya memiliki disebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang
problem bahasa. Dalam hal ini faktor genetis me­mainkan kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian
peran terhadap gangguan perkembangan bahasa. Sulit dua bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya
menge­­tahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan- keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
ganggu­an bahasa tersebut, disebabkan oleh kurangnya Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak
dukung­an lingkungan terhadap bahasa. diantara­nya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan
2. Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan) keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga
Riwayat keluarga. Demikian pula dengan anak dalam disebut keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara
keluarga yang mempunyai riwayat keterlambatan atau fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami
gangguan bahasa beresiko mengalami keterlambatan bahasa oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering
pula. Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan
keluarga yang mengalami keterlambatan berbicara, memiliki perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini
gangguan bahasa, gangguan bicara atau masalah belajar. disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan)
Pola asuh. Beberapa penelitian menemukan bahwa anak dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi
yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat dari ke­mampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering
keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan
cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan

132 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 129
bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya Persepsi. Persepsi merupakan kemampuan membedakan
kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia informasi yang masuk kedalam otak. Secara bertahap anak
2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru mulai dari raba,
keterlambatan ini, kemampuan bicara saat masuk usia sekolah rasa, pen­ciuman kemudian penglihatan dan pendengaran.
akan normal seperti anak lainnya. Dalam keadaan ini biasanya Gangguan pada aspek bisa menyebabkan gangguan dalam
fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah perkembangan bahasa. Pada usia balita, kemampuan persepsi
visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau 12 bulan, dapat
gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri mem­prediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan
khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, pada usia 23 bulan. Telinga sebagai organ sensori auditori
gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan berperan penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa
psikologis lainnya. studi menemukan gangguan pendengaran karena otitis media
Paul (2008) menguraikan tanda-tanda awal ada gangguan pada anak akan mengganggu perkembangan bahasa.
perkembangan bahasa yang perlu diwaspadai antara lain. Sel saraf bayi baru lahir relatif belum terorganisir dan
a. Pada usia delapan belas bulan anak hanya mampu melafalkan belum spesifik. Dalam perkembangannya, anak mulai mem­
jumlah kata yang sangat sedikit serta tidak memahami bahasa bangun peta auditori dari fonem, pemetaan terbentuk saat
verbal fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan
b. Setelah usia delepan belas bulan masih menggunakan bahasa langsung terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama
yang salah dalam hal struktur atau dalam menggunakan kata masa awal perkembangan sampai akhir umur pra sekolah.
ganti. Kognisi. Anak pada usia ini sangat aktif mengatur
c. Tidak dapat menunjukkan bagian tubuh berdasar pertanyaan peng­alaman­nya ke dalam kelompok umum maupun konsep
orang lain yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan
d. Tidak mampu merangkai kalimat pada usia dua setengah tahun ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan
e. Mengalami gangguan artikulasi terus menerus hingga usia kognisi dasar untuk pemberolehan bahasa anak. Beberapa
empat tahun. Seperti menggunakan bahasa yang lambat dan teori yang menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa:
aneh. a. Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran
Faktor Penyebab Gangguan Perkembangan Bahasa (cognitive determinism)
1. Faktor Internal b. Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh determinism)
seperti faktor persepsi, kognisi dan prematuritas dianggap c. Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya
sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak. pikiran dipengaruhi oleh bahasa.

130 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 131
termasuk perilaku berbohong. Sifat khas anak adalah mudah Cara ini akan mengurangi kecemasan pada anak gagap.
meniru (melakukan imitasi) terhadap apa yang ada di sekitarnya, Anak gagap yang menyadari kegagapanya akan lebih
meniru apa yang dilakukan orang lain khususnya orang tua. Anak baik perkembangannya karena dia akan berusaha cara
berbohong bisa disebabkan karena anak melihat, mendengar bicara yang lebih baik, dari pada anak gagap yang merasa
orang tua, guru, atau teman berbohong, kemudian menirunya. dirinya tidak mempunyai masalah.
Anak akan belajar dari pengalaman baik dari yang dilihat 3. Hindari mengritik
maupun yang dialami sendiri. Bila suatu kebohongan ternyata Menyembuhkan gagap perlu diawali dengan
tidak merugikan, bahkan menimbulkan efek yang menyenangkan meng­hilangkan rasa takut, cemas, malu yang meng­
maka anak cenderung meniru, mengikuti bahkan mengulangi hantuidirinya. Dengan terapi, anak gagap belajar
kebohongan yang telah dilakukan baik oleh diri sendiri maupun memahami dirinya sendir secara positif. Orang tua
kebohongan yang dilakukan orang lain. Untuk mencegahnya (biasanya lantaran jengkel) sebaiknya tidak menyuruh
usahakan setiap bentuk kebohongan bisa menimbulkan efek yang anak bicara lebih tenang, sebab efeknya malah ke­
tidak menyenangkan, merugikan, menyengsarakan sehingga anak balikkannya. Si anak yang merasa dikritik jadi bimbang
tidak mau meniru atau melakukannya. dan mulai berusaha memperbaikinya, tapi dengan
Adakalanya justru perilaku orang tua yang menum­buh­ perasaan “tegang”. Hasilnya justru menjadi semakin
kembangkan kebiasaan berbohong pada anak. Misalnya ada gagap. Orang tua yang ingin menolong anaknya,
seorang ibu yang berpesan pada anaknya bila ada tamu katakan sebaiknya jangan ada nada kritikan dalam kata-katanya.
bahwa ibu tidak ada. Sikap ini secara tidak langsung mengajarkan Membicarakan gagap tanpa ada rasa merendahkan, bisa
pada anak bahwa berbohong itu wajar, lazim, dan boleh. Anak membuahkan hasil yang positf. “Berbicara lambat” pun
juga bisa belajar berbohong dari teman atau kakak. Misalnya tidak selalu merupakan jalan yang baik, sebab tidak
anak dipesan agar jangan memberitahu ibu bila kakak/teman semua penggagap disebabkan bicara terlalu cepat.
tadi pulang terlambat, kemudian anak tersebut diberi sebatang
4. Berkonsultasi dengan ahli
coklat untuk tutup mulut. Dari kejadian ini anak merasa bahwa
Apabila kegagapan anak bertambah parah atau
bohong itu nikmat, dan anak akan menikmati kebohongan-
mengalami gangguan emosional, akan lebih baik orang
kebohongan lainnya.
tua/guru konsultasi dengan psikolog, terapis wicara agar
anak mendapat penanganann yang tepat.
Jujur, jadi hancur
Banyak fakta yang membutikan ketika anak mencoba 5. Bercerita tentang penderita gagap yang sukses
bersikap jujur justru kehancuran yang diperolehnya. Banyak orang Banyak orang gagap yang dapat mengatasi
tua yang tidak menyadari bahwa adakalanya justru memberikan kegagapannya dan hidup sukses. Orang tua dapat

154 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 139
menceritakan kisah orang gagap yang dapat hidup 3. Berbohong
normal bahkan hidup dengan sukses seperti Winston Bohong merupakan perbuatan yang tidak terpuji, yang
Churchill, orator terkenal di dunia. bisa merugikan diri dan orang lain, sehingga perlu dihindari.
Waktu Munculnya Gagap Kebisaan berbohong bisa terbentuk sejak awal kehidupan anak,
Awal kegagapan biasanya timbul ketika seorang ketika anak belum berusia 5 tahun, sebagai akibat pola asuh
anak mulai menyusun kalimat, sekitar umur 2 tahun, ketika orang tua/lingkungan yang tidak benar. Semua orang tua pada
anak akan masuk TK, walaupun ada anak mulai gagap dasarnya mengharap anak agar tidak mempunyai kebiasaan
ketika berumur 10-13 tahun. Paul (2008) mengungkapkan berbobong, mempunyai sikap jujur, terbuka dan berkata apa
kegagapan pada umumnya muncul pada awal masa anak- adanya. Kenyataannya banyak anak melakukan kebohongan, baik
anak dan akan memuncak pada usia empat setengah tahun. tingkat ringan maupun tingkat berat hingga merugikan, bahkan
Anak laki-laki mempunyai kecenderungan tiga kali lebih bisa mencelakakan orang lain.
besar dari pada anak perempuan. Penderita gagap biasanya Ketika anak berbohong atau berkata tidak apa adanya,
sangat tegang, memilih kata-kata dengan hati-hati untuk anak merasa bahwa perbuatannya tersebut bukan suatu
menghindari bunyi yang sulit, bahkan kadang menolak kebohongan, atau anak tidak merasa bahwa ia telah melakukan
untuk berbicara. suatu perbuatan yang tidak baik. Hal ini karena berbohong
Gagap yang timbul setelah dewasa lebih banyak karena mengandung dua tipe yaitu:
karena gangguan syaraf, karena pengalaman yang meng­ a. Sebagai upaya menyelamatkan diri dari ancaman, hukuman,
guncang batinnya (trauma atau scok). Awal timbulnya gagap celaan dan sejenisnya atas perbuatan (pelanggaran/kesa­
tidak terjadi setiap hari, mula-mula hari ini gagap, besok lahan) yang telah dilakukan
tidak. Umumnya terjadi sedikit demi sedikit, tahap demi b. Sebagai akibat berkembangnya daya fantasi. Anak berbohong
tahap. Biasanya anak mulai gagap dengan mengulang-ulang, karena dikuasai daya fantasinya.
tapi dengan cara yang tenang. Ada anak yang mengulang Berikut ini dipaparkan berbagai sebab mengapa anak
satu kata, “Kami-kami-kami pergi ke kebun binatang, dan- melakukan kebohongan.
dan-dan …”. Sikap orang lain dalam menanggapi awal
kegagapan anak ini adakalanya justru menjadi pemicu gagap Proses imitasi
yang bersifat permanen. Anak gagap umumnya akan merasa Hadist nabi mengatakan bahwa anak lahir dalam keadaan
enggan berbicara dengan anak lain yang dianggap lebih kuat, fitrah, artinya jiwa anak dalam kondisi suci, jauh dari perbuatan
lebih tinggi kemampuannya tercela. Lingkungan (orang tua, guru dan orang dewasa lain)
Perkembaangan gagap bisa berhubungan dengan mempunyai peran besar untuk membawa anak dalam per­kembang­
auditive feedback, artinya, anak mendengar dirinya berbi­ an tertentu, membawa anak dalam sikap dan perilaku tertentu,

140 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 153
sampai batas waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. cara, dan begitu sadar ada yang salah, dia langsung bereaksi.
Lepaskan anak secara bertahap, misalnya pada hari-hari Me­nyembuh­kan kegagapan juga sangat bergantung antara
pertama, orangtua berada di dalam kelas dan lama kelamaan lain pada bagaimana anak gagap itu sendiri menilai cara
bergeser sedikit-demi sedikit di luar kelas namun masih bicaranya. Takut dan tidak yakin membuat anak gagap
dalam jangkauan penglihatan anak. Jika anak sudah bisa menganggap kesan yang diberikan orang selalu negatif.
merasa nyaman dengan lingkungan baru dan tampak Bisa jadi ia akan selalu berpikir, “Mereka pasti sedang
“happy” dengan teman-temannya – maka sudah waktunya menertawakan saya!”.
bagi orangtua untuk meninggalkannya di kelas dan sudah Ada beberapa teori tentang munculnya gagap, pertama
waktunya pula bagi orangtua untuk tidak lagi bersikap karena gangguan neurotik, sebagian lagi beranggapan
overprotective, demi menumbuhkan rasa percaya diri pada karena adanya konflik dalam keluarga serta yang lain karena
anak dan kemandirian. gangguan biologis seperti gangguan pada otot leher (Paul,
i. Konsultasikan pada psikolog/konselor jika masalah terjadi 2008). Anak yang gagap biasanya mempunyai anggota
berlarut-larut keluarga yang gagap juga.
Jika anak tidak dapat mengatasi fobia sekolahnya hingga
jangka waktu yang panjang, hal ini menandakan adanya D. Gangguan-gangguan Perilaku
problem psikologis yang perlu ditangani secara proporsional
1. Fobia Sekolah
oleh ahlinya. Apalagi, jika fobia sekolah ini sampai meng­
Fobia sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap
akibatkan anak ketinggalan pelajaran, prestasinya menurun
sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak
dan hambatan penyesuaian diri yang serius – maka secepat
pernah muncul atau pun hilang ketika “masa keberangkatan”
mungkin persoalan ini segera dituntaskan. Psikolog/konselor
sudah lewat, atau hari Minggu/libur. Fobia sekolah dapat se­waktu-
akan membantu me­nemukan pokok persoalan yang mendasari
waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun,
ketakutan, kecemasan anak, sekaligus menemukan elemen lain
saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau meng­hadapi
yang tidak terpikirkan oleh keluarga – namun justru timbul dari
lingkungan baru atau pun ketika ia menghadapai suatu peng­
dalam keluarga sendiri (misalnya takut dapat nilai jelek karena
alam­an yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
takut dimarahi oleh papanya). Untuk itulah konselor/psikolog
umumnya menghendaki keterlibatan secara aktif dari pihak Tingkat dan Jenis Penolakan terhadap Sekolah
orangtua dalam menangani masalah yang dihadapi anaknya. Para ahli menunjuk adanya beberapa tingkatan school
Jadi, orangtua pun harus belajar mengenali siapa dirinya dan refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat (fobia), yaitu:
menilai bagaimana perannya sebagai orangtua melalui masalah- a. Initial school refusal behavior adalah sikap menolak sekolah
masalah yang timbul dalam diri anak. yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/

152 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 141
tiba-tiba) yang berakhir dengan sendirinya tanpa perlu mendesak atau bahkan tidak mempercayai kata-kata anak.
penanganan. Cara ini hanya akan membuat anak makin tertutup pada
b. Substantial school refusal behavior adalah sikap penolakan orangtua hingga masalahnya tidak bisa terbuka dan tuntas.
yang berlangsung selama minimal 2 minggu. Orangtua perlu menyatakan kesediaan untuk mendampingi
c. Acute school refusal behavior adalah sikap penolakan yang bisa dan membantu anak mengatasi kecemasannya terhadap
berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak sesuatu, termasuk jika masalah bersumber dari dalam rumah
mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah tangga sendiri. Orangtua perlu introspeksi diri dan kalau
d. Chronic school refusal behavior adalah sikap penolakan yang perlu merubah sikap demi memperbaiki keadaan dalam
berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut rumah tangga.
bersekolah di tempat itu. Orangtua dan guru dapat mengajarkan cara-cara atau
Tanda-tanda Fobia Sekolah strategi yang bisa anak gunakan dalam menghadapi situasi
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan sebagai kriteria yang menakutkannya. Lebih baik membekali anak dengan
fobia sekolah atau pun school refusal, yaitu: strategi pemecahan masalah daripada men­dorongnya untuk
• Menolak untuk berangkat ke sekolah. menghindari problem, karena anak akan makin tergantung
• Mau datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian minta pada orangtua, makin tidak per­caya diri, makin penakut, dan
pulang tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
• Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus g. Kemukakan manfaat ketika anak mau bersekolah
dengan mama/papa atau pengasuhnya, atau menunjukkan Bisa bermain bersama, terlibat dalam aktivitas sekolah,
“tantrum”-nya seperti menjerit-jerit di kelas, agresif menggunakan peralatan permainan yang dimiliki sekolah
terhadap anak lainnya (memukul, menggigit, dsb) atau pun adalah beberapa manfaat bersekolah yang bisa disampaikan
menunjukkan sikap-sikap melawan/menentang gurunya. kepada anak.
• Menunjukkan ekspresi/raut wajah sedemikian rupa untuk h. Lepaskan anak secara bertahap
me­­minta belas kasih guru agar diijinkan pulang – dan ini Pengalaman pertama bersekolah tentu mendatangkan
ber­langsung selama periode tertentu. kecemasan bagi anak, terlebih karena ia harus berada di
• Tidak masuk sekolah selama beberapa hari. lingkungan baru yang masih asing baginya dan tidak dapat ia
• Keluhan fisik yang sering dijadikan alasan seperti sakit kendalikan sebagaimana di rumah. Tidak heran banyak anak
perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, diare, menangis sampai menjerit-jerit ketika diantar mamanya ke
gatal-gatal, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. sekolah. Pada kasus seperti ini, orangtua perlu memberikan
Anak berharap dengan mengemukakan alasan sakit, maka kesempatan pada anak menyesuaikan diri dengan lingkungan
ia diperbolehkan tinggal di rumah. baru-nya. Pada beberapa sekolah, orangtua/pengasuh diper­
• Mengemukakan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan bolehkan berada di dalam kelas hingga 1-2 minggu atau
142 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 151
karena penyakit lainnya yang perlu ditangani secara seksama tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
d. Kerjasama antara orang tua dengan guru
Waktu Berlangsungnya Fobia Sekolah. Berapa lama waktu
Pada umumnya para guru sudah biasa menangani
berlangsungnya fobia sekolah amat tergantung pada penanganan
masalah fobia sekolah atau pun school refusal (terutama
yang dilakukan oleh orangtua. Makin lama anak dibiarkan tidak
guru-guru preschool hingga TK). Hampir setiap musim
masuk sekolah (tidak mendapat penanganan apapun), makin
sekolah tiba, ada saja murid yang mogok sekolah atau
lama problem itu akan selesai dan makin sering/intens keluhan
menangis terus tidak mau ditinggal orangtuanya atau bahkan
yang dilontarkan anak. Namun, makin cepat ditangani, problem
minta pulang. Orangtua bisa minta bantuan pihak guru atau
biasanya akan berangsur-angsur pulih dalam waktu sekitar 1 atau
pun school assistant untuk menenangkan anak dengan cara-
2 minggu.
cara seperti membawanya ke perpustakaan, mengajak anak
Faktor Penyebab. Phobia bisa muncul karena adanya
beristirahat sejenak di tempat yang tenang, atau pada anak
tekanan, baik d rumah, di sekolah atau tekanan karena faktor
yang lebih besar, guru dapat mendiskusikan masalah yang
lain seperti pindah rumah, pindah sekolah, sakit, atau karena
sedang memberati anak. Guru yang bijaksana, tentu bersedia
hambatan belajar (Paul, 2008). Ada beberapa penyebab yang
memberikan per­hatian ekstra terhadap anak yang mogok
membuat anak seringkali menjadi mogok sekolah. orangtua
untuk mengem­balikan kestabilan emosi sambil membantu
perlu bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menyikapi sikap
anak mengatasi persoalan yang dihadapi – yang membuatnya
pemogokan itu, agar dapat memberikan penanganan yang benar-
cemas, gelisah dan takut. Selain itu, berdiskusi dengan guru
benar tepat. Alangkah baiknya, jika orangtua mau bersikap
untuk meneliti faktor penyebab di sekolah (misalnya diejek
terbuka dalam mempelajari dan mencari semua kemungkinan
teman, dipukul, dsb) adalah langkah yang bermanfaat dalam
yang bisa terjadi. Konsultasi dengan guru di sekolah, sharing
upaya memahami situasi yang biasa dihadapi anak setiap hari.
dengan sesama orangtua murid, diskusi dengan anak, konsultasi
e. Menggunakan foto anggota keluarga
dengan konselor/psikolog, (kalau perlu) memeriksakan anak ke
Keberadaan orang tua di pagi hari dapat membantu
paramedis/dokter sesuai keluhan yang dikemukakannya, hingga
meng­urangi phobia anak, membantu anak merasa lebih
introspeksi diri – adalah metode yang tepat untuk mendapatkan
aman. Demikian juga dengan foto orang tua, foto rumah,
gambaran penyebab dari fobia sekolah anak. Berhati-hatilah
kakak atau adik, binatang peliharaan dapat mengurangi
untuk membuat diagnosa secara subyektif, didasarkan pada
kecemasan atau membantu menenangkan anak.
pendapat pribadi diri sendiri atau keluhan anak semata. Di bawah
f. Luangkan waktu untuk berdiskusi/berbicara dengan anak
ini ada beberapa penyebab fobia sekolah dan school refusal:
Luangkan waktu yang intensif dan tidak tergesa-gesa
untuk dapat mendiskusikan apa yang membuat anak takut,
2. Separation Anxiety
cemas atau enggan pergi ke sekolah. Hindarkan sikap
Separation anxiety pada umumnya dialami anak-anak kecil
usia balita (18–24 bulan). Kecemasan itu sebenarnya adalah
150 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 143
fenomena yang normal. Anak yang lebih besar pun (preschooler, Jika sampai terlambat, anak tetap harus berangkat ke
TK hingga awal SD) tidak luput dari separation anxiety. Bagi sekolah – kalau perlu ditemani/diantar orangtua. Demikian
mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang juga jika sesampai di sekolah anak minta pulang, maka
cukup lama. Mereka tidak hanya akan merasa rindu terhadap orangtua harus tegas dan bekerja sama dengan pihak guru
orangtua, rumah, atau pun mainannya – tapi mereka pun cemas untuk menenangkan anak agar akhirnya anak merasa
menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan nyaman kembali. Jika anak menjerit, menangis, ngamuk,
yang dijumpai di luar rumah. marah-marah atau bertingkah laku aneh-aneh lainnya,
Separation anxiety bisa saja dialami anak-anak yang berasal orangtua hendaknya sabar. Ajaklah anak ke tempat yang
dari keluarga harmonis, hangat dan akrab yang amat dekat tenang dan bicaralah baik-baik hingga kecemasan dan
hubungannya dengan orangtua – singkat kata, tidak ada masalah ketakutannya berkurang/hilang; dan sesudah itu bawalah
dengan orangtua. Orangtua mereka adalah orangtua yang baik anak kembali ke kelasnya. Situasi ini dialami secara berbeda
dan peduli pada anak, dan mempunyai kelekatan yang baik. antara satu orang dengan yang lain, tergantung dari
Namun tetap saja anak cemas pada saat sekolah tiba. Tanpa kemampuan orangtua menenangkan dan mendekatkan diri
orangtua pahami, anak-anak sering mencemaskan orangtuanya. pada anak. Namun jika orangtua mengalami kesulitan dalam
Mereka takut kalau-kalau orangtua mereka diculik, atau diserang menghadapi sikap anaknya, mintalah bantuan pada guru atau
monster atau mengalami kecelakaan sementara mereka tidak sesama orangtua murid lainnya yang dikenal cukup dekat
berada di dekat orangtua. Ketakutan itu tidak dibuat-buat, oleh anak. Terkadang, keberadaan mereka justru membuat
namun merupakan fenomena yang biasa hinggap pada anak- anak lebih bisa mengendalikan diri.
anak usia batita dan balita. Oleh sebab itu, mereka tidak ingin c. Konsultasikan masalah kesehatan anak pada dokter
berpisah dari orangtua dan malah lengket-nempel terus pada Jika kita tidak yakin akan kesehatan anak, bawalah
mama-papanya. Peningkatan kecemasan menimbulkan rasa tidak segera ke dokter untuk mendapatkan kepastian tentang ada/
nyaman pada tubuh mereka, dan ini lah yang sering dikeluhkan tidaknya problem kesehatan anak. Orangtua tentu lebih peka
(perut sakit, mual, pusing, dsb). Sejalan dengan perkembangan terhadap keadaan anaknya setiap hari; perubahan sekecil
kognisi anak, ketakutan dan kecemasan yang bersifat irrasional apapun biasanya akan mudah di­deteksi orangtua. Jadi, ketika
itu akan memudar dengan sendirinya karena anak mulai bisa anak mengeluhkan sesuatu pada tubuhnya (pusing, mual,
berpikir logis dan realistis. dsb), orangtua dapat membawanya ke dokter yang buka
Separation anxiety bisa muncul kala anak selesai menjalani praktek di pagi hari agar setelah itu anak tetap dapat kembali
masa liburan panjang atau pun mengalami sakit serius hingga ke sekolah. Selain itu, dokter pun dapat membantu orangtua
tidak bisa masuk sekolah dalam jangka waktu yang panjang. memberikan diagnosa, apakah keluhan anak merupakan
Selama di rumah atau liburan, kuantitas kedekatan dan interaksi pertanda dari adanya stress terhadap sekolah, atau kah

144 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 149
ke sekolah, dan bahkan keluhannya akan makin intens dan antara orangtua dengan anak tentu saja lebih tinggi dari pada
meningkat. Selain itu, dengan mengijinkannya absen dari ketika masa sekolah. Situasi demikian, sudah tentu membuat
sekolah, anak akan makin ketinggalan pelajaran, serta makin anak nyaman dan aman. Pada waktu sekolah tiba, anak harus
sulit menyesuaikan diri dengan teman-temannya. menghadapi ketidakpastian yang menimbulkan rasa cemas dan
Kemungkinan besar anak akan coba-coba bernegosiasi takut. Namun, dengan berjalannya waktu, anak yang memiliki
dengan orangtua, untuk menguji ketegasan dan konsistensi rasa percaya diri, dapat perlahan-lahan beradaptasi dengan situasi
orangtua. Jika ternyata pada suatu hari orangtua akhirnya sekolah.
“luluh”, maka keesokkan harinya anak akan mengulang pola Anak yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah,
yang sama. Tetaplah bersikap hangat, penuh pengertian, ber­potensi menjadi anak yang anxiety prone-children (anak
namun tegas dan bijaksana sambil menenangkan anak bahwa yang memiliki kecenderungan mudah cemas) dan cenderung
semua akan lebih baik setibanya dia di sekolah. mudah mengalami depresi. Banyak orangtua yang tidak sadar
b. Berusahalah untuk tegas dan konsisten dalam bereaksi bahwa sikap dan pola asuh yang diterapkan pada anak ikut
terhadap keluhan, rengekan, tantrum atau pun rajukan anak menyumbang terbentuknya dependency (ketergantungan),
yang tidak mau sekolah. rasa kurang percaya diri dan kekhawatiran yang berlebihan.
Entah karena pusing mendengar suara anak atau Contohnya, sikap orangtua yang overprotective terhadap anak
karena amat mengkhawatirkan kesehatan anak, orangtua hingga tidak menumbuhkan rasa percaya diri keberanian dan
seringkali meluluskan permintaan anak. Tindakan ini tentu kemandirian. Anak tidak pernah diperbolehkan, dibiarkan atau
tidak sepenuhnya benar. Jika ketika bangun pagi anak segar didorong untuk berani mandiri. Orangtua takut kalau-kalau
bugar dan bisa berlari-lari keliling rumah atau pun sarapan anaknya kelelahan, terluka, jatuh, tersesat, sakit, dan berbagai
pagi dengan baik, namun pada saat mau berangkat sekolah, alasan lainnya. Anak selalu berada dalam proteksi, pelayanan
tiba-tiba mogok – maka sebaiknya orangtua tidak melayani dan pengawalan melekat dari orangtua. Akibatnya, anak akan
sikap “negosiasi” anak dan langsung mengantarnya ke tumbuh menjadi anak manja, selalu tergantung pada pelayanan
sekolah. Satu hal penting untuk diingat adalah hindari sikap dan bantuan orangtua, penakut, cengeng, dan tidak mampu
menjanjikan hadiah jika anak mau berangkat ke sekolah, memecahkan persoalannya sendiri. Banyak orangtua yang tanpa
karena hal ini akan menjadi pola kebiasaan yang tidak baik sadar membuat pola ketergantungan ini berlangsung terus-
(hanya mau sekolah jika diberi hadiah). Anak tidak akan menerus agar mereka merasa selalu dibutuhkan (berarti, berguna)
mempunyai kesadaran sendiri kenapa dirinya harus sekolah dan sekaligus menjadikan anak sebagai teman “abadi”. Padahal,
dan terbiasa memanipulasi orangtua/lingkungannya. Anak dibalik ketergantungan sang anak terhadap orangtua, tersimpan
jadi tahu bagaimana taktik atau strategi yang jitu dalam kebutuhan dan ketergantungan orangtua pada “pengakuan”
mengupayakan agar keinginannya terlaksana. sang anak. Akibatnya, keduanya tidak dapat memisahkan diri

148 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 145
saat anak harus mandiri dan sulit bertumbuh menjadi individu agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan
yang dewasa. fisik, dan tanda-tanda lain seperti yang telah disebutkan di atas.

Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan Problem dalam Keluarga


Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya Penolakan terhadap sekolah bisa disebabkan oleh problem
kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan atau yang sedang dialami oleh orangtua atau pun keluarga secara
pun di”ganggu” teman-temannya di sekolah. Atau anak merasa keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar atau bahkan
malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut, kurus, hitam, atau melihat pertengkaran yang terjadi antara papa-mamanya, tentu
takut gagal dan mendapat nilai buruk di sekolah. Di samping itu, menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi
persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang
“seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dialami orangtuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya –
dan mata pelajarannya. Atau, ada hal lain yang membuatnya atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah
cemas, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi
perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya
ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang
“menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak Penanganan
nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, Ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua dalam
bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress menangani masalah fobia sekolah atau pun school refusal.
a. Tetap menekankan pentingnya bersekolah
dan kecemasan yang membuat anak menjadi moody, tegang,
Para ahli pendidikan dan psikolog berpendapat bahwa
resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah, ketika mulai
terapi terbaik untuk anak yang mengalami fobia sekolah
mendekati waktu keberangkatan.
adalah dengan mengharuskannya tetap bersekolah setiap
Masalahnya, tidak semua anak bisa menceritakan ke­takutan­
hari (the best therapy for school phobia is to be in school
nya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami,
every day). Karena rasa takut harus diatasi dengan cara
mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi
meng­hadapinya secara langsung. Menurut para ahli tersebut,
jika mereka takut dimarahi orangtua karena dianggap alasannya
keharusan untuk mau tidak mau setiap hari masuk sekolah,
itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Dengan sibuknya
malah menjadi obat yang paling cepat mengatasi masalah
orangtua, sementara anak-anak lebih banyak diurus oleh baby fobia sekolah, karena lambat laun keluhannya akan makin
sitter atau mbak, makin membuat anak sulit menyalurkan berkurang hari demi hari. Makin lama dia “diijinkan” tidak
perasaannya; dan akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, masuk sekolah, akan makin sulit mengembalikannya lagi

146 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 147
Mengapa nakal? hukuman, celaan dan kata-kata yang tidak simpatik ketika anak
Nakal, bandel, tidak menurut dan perilaku memberontak berkata jujur. Ketika anak mengatakan dengan jujur bahwa
lain bisa timbul sebagai wujud perkembangan anak menuju dialah yang memecahkan pot kesayangan ibu, umumnya ibu akan
kedewasaan, sebagai persiapan ke arah perkembangan berikut marah, memberikan cap pada anak sebagai anak ceroboh, tidak
yang lebih komplek dan menantang. Karena itu kenakalan me­ hati-hati, tidak bisa merawat barang, dan ungkapan kekesalan
rupakan gejala wajar yang bisa terjadi pada setiap anak ter­utama lainnya yang menyentuh pribadi anak, bahkan ada yang kemudian
anak yang berada dalam masa transisi yaitu sekitar usia 3-5 tahun. memberikan hukuman seperti dikurangi uang jajannya. Hal yang
Kenakalan dan pemberontakan merupakan bentuk munculnya sama bisa terjadi ketika anak di tanya berapa nilai ulangannya
ego anak, timbulnya perasaan mampu dan bisa dalam diri anak, hari ini. Anak yang dengan penuh keberanian berkata dengan
sebagai wujud keinginan untuk melepaskan diri dari otoritas jujur walau nilainya jelek, tetapi sikap orang tua justru tidak
orang tua. simpatik, orang tua akan mencela sebagai anak bodoh, malas,
Bandel, nakal dan tidak menurut sebenarnya merupakan dan tidak pernah belajar. Dari berbagai pengalaman tersebut
gejala wajar yang bisa terjadi pada semua orang, termasuk orang anak merasakan bahwa kejujuran itu tidak enak, karena akan
dewasa. Perilaku tersebut muncul sebagai bentuk ekspresi dari mendatangkan celaan atau mendapat hukuman, lebih baik lain
ketidaksukaan atau ketidaknyaman, timbul ketika kondisi psi­ kali bohong saja. Bila dikemudian hari anak berbohong ternyata
kologis seseorang berada dalam keadaan tidak aman, terancam, menguntungkan misalnya merasa aman karena tidak dimarahi,
galau, cemas tanpa sebab, terusik tertekan dan kondisi tak me­ tidak dihukum (dikurangi uang jajannya), terbebas dari celaan,
nyenangkan lainnya. Pada orang dewasa kondisi demikian bisa bahkan mendapat coklat seperti contoh di atas, maka keinginan
membuatnya marah, mengeluarkan kata-kata kasar, atau pasif anak untuk berbohong akan semakin tumbuh subur.
tidak mau melakukan apa (mogok beraktivitas).
Sigmund Freud, tokoh psikoanalisa mengatakan bahwa Akibat berkembangnya daya fantasi
dalam diri manusia terdapat defence mechanism, yaitu sistem Walau begitu bohong juga bisa bersumber dari perkembangan
per­tahanan diri yang berfungsi mempertahankan kondisi diri anak yang memasuki taraf berfantasi atau berimajinasi. Pada saat
agar terbebas dari ancaman. Ketika seseorang dalam keadaan ter­ anak bermain anak dikuasi dunia fantasinya, karena itu anak
ancam, secara mekanis akan membentuk pertahanan hingga diri bisa bermain dan berbicara sendiri, anak bisa menganggap kayu
menjadi aman kembali, bebas dari ancaman. Salah satu cara anak sebagai pistol, timun sebagai boneka yang digendong seperti bayi.
mempertahankan dirinya adalah dengan kompensasi, mencari Anak bisa merasa kedatangan tamu, menerima oleh-oleh dan
kambing hitam atas kekurangan diri, kemudian termanifestasikan menjamu tamu tersebut. Sehingga ketika orang tuanya datang,
dengan bersikap tidak menurut, memberontak, tidak mau diatur, anak bisa mengatakan bahwa tadi ada tamu, walau itu tidak benar
menyalahkan orang atau benda lain dan ingin lepas dari dominasi atau bohong. Bohong jenis ini merupakan kebohongan karena

170 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 155
fantasinya, sehingga anak tidak merasa bila dia berbohong. Ada boleh mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.
masa tertentu di mana anak mempunyai dorongan berfantasi
yang hebat, dengan imajinasi yang tinggi. Momen ini sangat 8. Bandel
tepat untuk mengembangkan kreativitas, hobi atau bakat Setiap anak pada dasarnya pernah berperilaku nakal,
dengan aktivitas tertentu yang memerlukan daya fantasi tinggi. bandel, tidak patuh, memberontak dan susah diatur hingga
Kemampuan membuat puisi, prosa, melukis, mendesain busana/ men­jengkelkan orang lain. Intentitas kenakalan anak berbeda
ruang, dan seni kreativitas lain memerlukan daya fantasi dan satu sama lain, karena itu dirasakan oleh orang tua dengan cara
imajinasi. Imajinasi anak perlu diarahkan pada kegiatan positif yang berbeda pula. Ada orang tua merasa kewalahan mengatasi
untuk mengembangkan hobi bakat maupun potensi tadi sehingga kenakalan anak, bahkan ada yang merasa putus asa, namun ada
terhindar dari hayalan yang tidak bermanfaat. orang tua menikmatinya sebagai seni mendidik, atau menganggap
4. Temper Tantrum sebagai tantangan yang harus diatasi.
Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak Masih banyak orang tua/guru yang mempersepsi salah
dan tidak terkontrol. Temper tantrum (untuk selanjutnya disebut ter­hadap kenakalan anak, padahal cara pandang terhadap ke­
sebagai tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) nakalan anak berpengaruh pada strategi pengasuhannya. Bila
bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum biasanya terjadi pada anak anak memberontak dianggap sebagai perlawanan terhadap orang
yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah tua, atau sebagai bentuk pelanggaran norma, maka perlakuan
terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri yang diberikan orang tua cenderung otoriter, menghukum,
sebagai berikut: memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air meng­hakimi, menvonis dengan label negatif. Bila anak nakal
besar tidak teratur, sulit menyukai situasi, makanan dan orang- di­anggap manifestasi gejala psikologis yang perlu bantuan orang
orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, moodnya tua untuk mengurainya, maka perlakuan yang manusiawi, penuh
(suasana hati) lebih sering negative, mudah terpro­vokasi, gampang pemahaman dan kehangatan akan didapatkan anak.
merasa marah/kesal, sulit dialihkan perhatiannya. Paul (2008) Saat ini masih banyak orang tua mengeluhkan kenakalan
mengemukakan bahwa trantrum merupakan tanda anak sedang yang dilakukan anaknya, seperti tidak mau belajar dan ngaji,
kebanjiran rasa ketidakberdayaan, yang akhirnya muncul dalam lebih banyak nonton TV, bila bermain dengan teman tidak segera
bentuk perilaku agresif dan destruktif. Lebih lanjut dikatakan pulang, bermain dengan air atau tanah becak, susah mandi dan
bahwa tantrum bukan perilaku yang direncanakan oleh anak, gosok gigi dengan tertib, sering membantah anjuran orang tua.
bukan merupakan usahan sadar atau dengan sengaja dilakukan Menyikapi semua itu, paksaan dan kekerasan hingga hukuman
anak untuk mengganggu orang tua, melainkan merupakan luapan lebih sering diambil sebagai jalan pintas mengatasi hal tersebut.
emosi yang di luar kendali dirinya. Benar sikap yang demikian?
Tantrum bisa muncul dari rasa frustasi dan ketidakberdayaan

156 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 169
Seleksi program tayangan televisi yang cocok untuk anak dalam menyelesaikan tugas atau dalam menghadapi kondisi
Kalaupun tidak sempat mendampingi anak, orangtua tertentu, seperti terlalu gerah, terlalu ramai hingga membuat anak
sebaiknya menyeleksi program televisi mana yang benar-benar merasa tidak nyaman. Tantrum juga bisa muncul karena problem
cocok untuk anak. Sebelum anak diijinkan untuk menonton interpersonal, dimana keinginan anak tidak bisa terpenuhi.
program televisi tertentu, orangtua sudah mengetahui program Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah
tersebut cocok atau tidak untuk anak, jadi orangtua sudah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan
pernah terlebih dulu menonton program tersebut dan melakukan usia:
evaluasi. Jangan sampai terjadi lagi kasus Crayon Sinchan. 1. Di bawah usia 3 tahun: menangis, menggigit, memukul,
Untuk melakukan hal ini tentu saja dibutuhkan kesabaran dan menendang, menjerit, memekik-mekik, melengkungkan
pengorbanan dari orangtua, untuk sementara orangtua harus punggung, melempar badan ke lantai, memukul-mukulkan
mengorbankan kesenangannya sendiri menonton televisi demi tangan, menahan nafas, membentur-benturkan kepala, me­
mencari-cari dan menyeleksi program televisi yang cocok untuk lempar-lempar barang
anak tercinta. 2. Usia 3 - 4 tahun: menunjukkan perilaku-perilaku tersebut
diatas dengan menghentak-hentakan kaki, berteriak-teriak,
Bangun kerjasama dengan seluruh anggota keluarga meninju, membanting pintu, mengkritik, merengek.
Bangunlah kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, 3. Usia 5 tahun ke atas : menunjukkan perilaku tersebut pada
karena kerja sama dari seluruh anggota keluarga (termasuk 2 (dua) kategori usia di atas dengan ditambah memaki,
pengasuh) sangat diperlukan. Pastikan bahwa seluruh keluarga menyumpah, memukul kakak/adik atau temannya, mengkri­
memiliki pengertian yang sama mengenai anak dan masalah tik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja,
televisi tersebut. Berikan pengertian kepada anggota keluarga mengancam
bahwa bagaimanapun juga mereka kadang-kadang harus Faktor Penyebab
mengorbankan kesenangan mereka demi kebaikan sang anak. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
Jangan sampai standard yang sudah diterapkan orangtua terhadap Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:
anak, ternyata tidak diterapkan oleh anggota keluarga lainnya 1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
ketika orangtua tidak ada ditempat. Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap mengingin­
kan­nya, anak mungkin saja memakai cara tantrum untuk
Konsisten dalam bertindak me­nekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan
Orangtua dan pengasuh perlu untuk selalu bertindak secara 2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.
konsisten dan tidak bosan-bosannya dalam memberikan pe­ Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin
ngertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana yang mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun

168 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 157
tidak bisa mengerti apa yang diinginkan anak. Kondisi ini baiknya orangtua melakukan beberapa hal sebagai berikut:
dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam
bentuk tantrum. Dampingi anak ketika menonton dan beri penjelasan
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan. Sebenarnya daripada orangtua tiba-tiba mengomel ataupun
Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup memuji anak, hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah
untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu memberi pengertian dan mendampingi anak ketika menonton
yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh televisi. Jika anak bertanya jawablah pertanyaan tersebut dengan
perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu rinci dan sesuai dengan perkembangan anak. Banyak hal yang
yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak
stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-
tantrum. Anak juga mempunyai rasa ingin tahu yang besar, coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan
ingin mencoba hal baru, tetapi adakalanya kemampuan anak maupun peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak
masih terbatas, kondisi ini bisa menyebabkan anak frustasi tahu. Di sinilah tugas orangtua untuk selalu memberi pengertian
kemudian tantrum. kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anak karena standar
4. Pola asuh orangtua ganda yang diterapkan orangtua juga bisa teratasi kalau orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menye­ memberi penjelasan kepada anak.
babkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu Buat jadwal kegiatan anak
men­dapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika suatu Anak juga perlu diajarkan bahwa ada waktu tersendiri
kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi untuk setiap kegiatan-kegiatannya. Atur waktu yang jelas, kapan
dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain. Walau­
jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku pun anak sudah relaks dengan menonton televisi, anak tetap
tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten butuh waktu untuk bermain. Televisi mengkondisikan anak
juga bisa menyebabkan anak tantrum. Misalnya, orangtua men­jadi pasif, hanya menerima dan menyerap informasi dengan
yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan posisi tubuh yang juga pasif (cukup dengan duduk), karena
ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang itu anak tetap perlu waktu untuk bermain (terutama bermain
seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah dengan anak-anak lain) supaya mereka tetap aktif dan mampu
menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan bersosialisasi. Mereka tetap butuh waktu untuk berlari-larian,
menjadi tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. mengobrol dengan teman-teman dan bermain dengan mainan.
Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, Pengaturan waktu bisa mengkondisikan anak untuk selalu
yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak menonton televisi dengan didampingi orangtua.

158 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 167
Setelah berjalan beberapa lama barulah orangtua menyadari kalau bisa jadi akan tantrum agar mendapatkan keinginannya dan
tontonan tersebut tidak cocok dan ramai-ramai mengajukan persetujuan dari kedua orangtua.
protes kepada stasiun televisi. Akhirnya kemudian film tersebut 5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.
diberi keterangan bukan untuk konsumsi anak-anak. Rasa lelah dan badan yang tidak nyaman dapat menjadi
Kalau mau lebih teliti, sebenarnya banyak film "anak-anak" pe­micu terjadinya tantrumm, misalnya ketika anak harus
yang justru menampilkan adegan kekerasan dan kata-kata yang me­nempuh perjalanan jauh, terlibat dalam kerumunan orang
kasar (meski tidak sekasar film dewasa sih), walaupun banyak banyak, seperti di cara resepsi atau pertemuan keluarga, me­
juga terdapat adegan-adegan kebaikan (karena biasanya film-film nunggu atrian periksa dokter.
tersebut bercerita tentang pertentangan antara kebaikan dan 6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll)
kejahatan). Contoh film-film yang memiliki kedua unsur tersebut Pada saat jiwa anak tertekan karena suatu masalah, seperti
adalah film Popeye the Sailor Man, Batman & Robin, Power Puff banyak tugas sekolah, mendapat tekanan dari teman seper­
Girls, Power Ranger dan Saras 008. Film-film ini sangat populer mainan atau tekanan dari guru dapat menyebabkan tantrum,
di dalam dunia anak-anak kita sehingga seringkali menjadi model karena umumnya anak kesulitan mengungkap kepada orang
yang ditiru oleh anak-anak. Meskipun mengandung adegan tua tentang apa yang sedang dirasakan.
ke­kerasan, namun film-film ini sepertinya tidak menimbulkan
ke­cemasan bagi orangtua, karena para orangtua sampai sekarang Penanganan
merasa aman meninggalkan anak-anak ketika menonton film-film Banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa tantrum
ini. Sementara itu kalau ada film dewasa, baik yang menampilkan adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupa­
adegan kekerasan maupun tidak, anak-anak seringkali tidak kan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam per­
diperbolehkan menonton. Hal ini sudah menunjukkan standard kembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari
ganda yang diberikan orangtua kepada anak. Adegan kekerasan proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa
dalam film dewasa tidak boleh ditonton, tetapi adegan kekerasan hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa
dalam film anak-anak boleh ditonton, jadi kekerasan boleh atau dengan tantrum anak ingin menunjukkan independensinya,
tidak? Lalu apakah tidak ada kemungkinan bahwa anak justru meng­­ekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya,
dapat juga meniru adegan kekerasan atau kata-kata kasar yang ada mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang
dalam film-film tersebut karena mereka melihat bahwa orangtua dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun
membiarkan mereka menonton film tersebut dengan bebas? demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji
dan disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkan tan­
Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua?
trum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan
Mengingat bahwa sangatlah sulit (bahkan tidak mungkin)
yang diinginkannya setelah ia tantrum) atau bereaksi dengan
bagi orangtua untuk menjauhkan anak dari televisi, maka ada

166 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 159
hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka terpengaruh banyaknya adegan kekerasan di televisi. Namun
berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada demikian harus diakui bahwa kebutuhan untuk mendapatkan
anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu hiburan, pengetahuan dan informasi secara mudah melalui
orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). televisi juga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu
Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga tersedia dan amat mudah diakses, juga menyuguhkan banyak
menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan sekali pilihan, ada sederet acara dari tiap stasiun televisi, tinggal
anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi bagaimana pemirsa memilih acara yang dibutuhkan, disukai dan
yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel) secara wajar dan sesuai dengan selera. Sehingga walaupun semua orang mungkin
bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak sudah tahu akan dampak negatif yang bisa ditimbulkannya,
menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan keberadaan televisi tetap saja dipertahankan.
emosi tersebut. Kecemasan orangtua terhadap dampak menonton televisi
bagi anak-anak memang sangat beralasan, mengingat bahwa
Pencegahan banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki
Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah banyak pengaruh baik negatif maupun positif. Misalnya penelitian
dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui yang dilakukan Liebert dan Baron, menunjukkan hasil: anak yang
secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum menonton program televisi yang menampilkan adegan kekerasan
pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya me­ memiliki keinginan lebih untuk berbuat kekerasan terhadap anak
rupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lain, dibandingkan dengan anak yang menonton program netral
lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang, supaya (tidak mengandung unsur kekerasan).
tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan Dalam benak banyak orang dewasa, film-film kartun dan
diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan film-film robot dianggap merupakan film anak-anak dan cocok
waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil. Untuk menghindari dikonsumsi oleh mereka karena format penyajiannya disesuaikan
kebosanan yang dapat memicu tantrum, orang tua bisa membawa dengan perkembangan anak-anak. Benarkah demikian? Jawabnya
mainan kesukaan anak, atau memberikan aktivitas lain yang bisa tidak semua film-film tersebut cocok dikonsumsi anak-anak. Con­
dilakukan anak seperti menggambar, meronce dan aktivitas lain tohnya Bart Simpson dan Crayon Sinchan yang cukup populer
yang disukai anak. di Indonesia, sebenarnya tidak cocok untuk anak-anak, karena
Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas bercerita dalam bahasa yang kasar dan tingkah laku urakan.
sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi Tetapi diawal kemunculannya, orangtua membiarkan kedua film
anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah dan tersebut ditonton oleh anak-anak karena format penyajian dan
mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu me­­ jam tayangnya yang pas dengan waktu anak menonton televisi.

160 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 165
anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar ngurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Men­
merupakan saat yang ideal. dampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah,
tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun
7. Kecanduan Televisi di­­dampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan
Kadang-kadang orang atua marah karena anak menirukan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.
adegan di televisi, tetapi seringkali juga memuji dan bangga Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan
kalau anak hafal dengan cerita-cerita atau iklan-iklan yang ada melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah
di televisi. Kalau dilihat sepintas sepertinya ada standard ganda anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu
di sini, walaupun sebenarnya tidak. Sebagai orangtua kita sudah melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apa­
tahu dengan pasti mana yang pantas dan mana yang tidak, mana kah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan
yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita bisa menetapkan perbuatan? Hal terakhr inilah yang seharusnya dilakukan orang tua.
mana program yang boleh ditonton dan ditiru dan mana yang Jika guru/orang tua merasa terlalu memanjakan anak, terlalu
tidak. Orangtua juga tahu kapan menonton televisi, kapan waktu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan akti­
belajar. Tetapi apakah anak sudah tahu dengan pasti mengenai vitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, kemungkinan
hal baik dan buruk tersebut, apakah anak sudah mengetahui pro­ besar anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti.
gram televisi mana saja yang diperbolehkan untuk ditonton dan Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga
apakah anak sudah menyadari benar-benar mengenai pembagian sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya
waktu? Anak mungkin bingung dan tidak mengerti, ditambah lagi jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak,
kalau standard yang ditetapkan oleh orangtua berbeda dengan agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada
yang ditetapkan oleh pengasuh (termasuk dalam pengasuh anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat
adalah suster, kakek-nenek dan om-tante yang ikut serta dalam bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.
pengasuhan sehari-hari).
Menyikapi Tantrum
Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka
Meniru Adegan Kekerasan
beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua
Televisi, keberadaanya sudah menjadi bagian dalam ke­
adalah:
hidupan sehari-hari, seringkali menimbulkan kecemasan bagi
Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka
orangtua yang anaknya masih kecil. Cemas kalau anak jadi malas
umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya me­
belajar karena kebanyakan nonton televisi, cemas kalau anak
lampiaskan emosi. Selama tantrum (di rumah maupun di luar
meniru kata-kata dan adegan-adegan tertentu, cemas mata anak
rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang
jadi rusak (minus), dan cemas anak menjadi lebih agresif karena
membahayakan dirinya, membahayakan orang lain atau mem­

164 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 161
bahyakan benda-benda yang ada di sekitarnya. Jauhkan anak adalah membuat anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya
dari teman-temannya jika dirasa tantrumnya dapat mengancam ada dan tidak menolak (abandon) dia. Berikan penguat ketika
teman-temannya. anak menunjukkan perilakuyang baik (tidak tantrum).
Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya
sendiri agar tetap tenang. Mencaja emosi agar tetap tenang Setelah Tantrum Berlalu
men­jadi syarat dalam menghadaapi amarah anak. Jangan sampai Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya
memukul dan berteriak-teriak marah pada anak. Cara ini tidak ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti
akan menyelesaikan masalah, tidak akan membuat tantrum anak dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran.
mereda, bahkan bisa membuat anak makin benci orang tua. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh
Jangan membalas amukan anak dengan kemarahan. men­dapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi karena
Tidak mengacuhkan tantrum anak (ignore). Selama tan­ menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa
trum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan
menjanjikan sesuatu agar tantrumnya hilang, tidak berargumen, anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Berikanlah rasa cinta dan rasa aman kepada anak. Ajak
tantrumnya, karena anak tidak akan menanggapi/mendengarkan. anak, membaca buku atau bermain bersama. Tunjukkan kepada
Usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua/guru
menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama tan­trum­ tetap mengasihinya. Setelah tantrum berakhir, orangtua/guru
nya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah mem­biar­ perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Apakah
kannya. tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah
berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan. merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa
Jika perilaku tantrum dari menit ke menit malahan ber­ lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar
tambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya.
me­mukul-mukul, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasa­ Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir
nya tidak bisa memeluk anak dengan cinta, bila hal ini susah untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara
dilakukan, cukup duduk atau berdiri berada dekat dengannya. baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang
Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah
complaint (dengan berkata: "jadi anak tu jangan nakal, kalau tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang
gini khan ibu yang repot"; atau "kamu kan sudah besar, jangan dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan
seperti anak kecil lagi dong"), lebih baik katakan: ayah /ibu sayang nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika
kamu", "ibu akan di sini sampai kamu selesai". Tujuan moment ini tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan

162 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 163
orang tua atau orang dewasa lain. Dengan kata lain, anak ber­
sikap tidak menurut, susah diatur, memberontak dan perilaku
me­nentang lainnya karena anak merasa tidak aman, karena
anak merasa dipojokkan atau merasa terancam keberadaannya
sebagai diri sendiri.
Selama ini banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya
bandel, nakal, susah diatur, malas, penakut, cengeng, jorok,
pemalu dan berbagai perilaku lain yang tidak dikehendaki. Per­
tanyaan mendasar yang perlu dicermati adalah apakah ketika
lahir anak sudah menunjukkan perilaku seperti itu?.
Hadist nabi menyatakan bahwa anak lahir dalam keadaan
fitrah, penganut faham empirisme seperti JB Watson juga me­
mandang anak adalah produk lingkungan. Lingkungan mem­
punyai peran besar terhadap terbentuknya perilaku anak. Bayi
lahir dalam keadaan polos, penuh daya tarik dan menggemaskan.
Anak tidak lahir tidak dalam keadaan bandel, anak lahir tidak
membangkang, tidak susah diatur, tidak pemalu, tdak penakut,
tidak cengeng, tidak takut dokter, tidak takut ular, tidak takut
hantu. Mengapa berbagai perilaku itu kemudian muncul.
Lingkungan, orang tua dan guru adalah orang pertama
yang membuat anak demikian, yang membuat anak merasa
tidak aman dan terancam. Orang tua dan guru pulalah orang
per­tama yang bisa membuat anak merasa aman dan bebas dari
tekanan serta yang mampu membuat anak mengaktualisasikan
dirinya. Orang tua dan guru mengambil peran sentral terhadap
pembentukan perilaku anak. Seperti halnya teori tabularasa
mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih, lingkungan
pendidikanlah yang akan meneteskan tinta hingga terbentuk
tulisan dengan tinta emas yang enak dibaca atau tercetak tulisan
dengan tinta yang berceceran hingga orang enggan membacanya.

186 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 171
Sekali lagi tergantung lingkungan (orang tua dan guru). Tokoh salut. Berbagai peristiwa walau kecil atau sepele namun
behavioris JB. Watson, pernah sesumbar : “ Berikan saya seribu bila membanggakan bagi anak, akan menjadi suplemen
bayi, maka saya akan menjadikan mereka seperti apa yang Anda tum­buhnya rasa percaya diri pada anak.
mau”(Bufford, 1981).
Belajar dari semua itu, betapa besar andil orang tua/guru
terhadap pembentukan perilaku anak yang nampak saat ini.
Anak nakal, bandel, malas belajar, berkata kasar, memberontak,
bukan anak yang harus dipojokkan, itu bukan merupakan
kesalahannya. Anak adalah korban dari perlakuan orang lain
khususnya guru dan orang tua. Anak merupakan korban dari
ego orang tua, yang banyak menuntut, yang mengharapkan
anaknya jadi juara, yang mengharapkan anaknya serba bisa,
namun tidak pernah memahami perasaan anak yang sebenarnya,
tidak pernah mendengar keinginan-keinginannya. Orang tua
sering memaksakan kehendak dengan senjata pemungkasnya
“ Pokoknya ……….. “ (pokoknya kamu harus ikut, pokoknya
harus sekolah, pokoknya harus les, pokoknya…. pokoknya lain.

Menyikapi Kenakalan Anak


a. Menunjukkan kasih sayang
Kemarahan, perkataan emosional atau memaksa anak
melakukan perbuatan tertentu merupakan jurus yang sering
dilakukan orang tua mengatasi anak nakal. Cara itu justru
makin membuat anak tidak menurut, anak makin nakal
dan bandel. Konflik antara orang tua dan anak makin
sering terjadi, akhirnya jurang pemisah antara anak dengan
tua makin dalam. Dalam kondisi demikian, timbul persepsi
dalam diri anak, orang tua bukan lagi idola baginya, bukan
lagi teladan perlu diikuti perkataan dan perbuatannya.
Ketika orang tua bukan lagi teman nyaman bagi anak,

172 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 185
Barangkali juga anak merasa malu untuk bergaul didepan maka kahancuran hidup anak sudah diujung tanduk. Kita
banyak orang, kurang PD atau minder. Dalam keadaan semua perlu maklum, bahwa anak adalah pribadi yang
demikian, anak merasa tidak percaya akan mempuannya, mempunyai kebutuhan dan keinginan sendiri, mempunyai
anak merasa kawatir akan kegagalan yang bakal dihadapinya. teman dan lingkungan tidak hanya dalam keluarga. Bisa saja
Ketika anak mengalami hal semacam ini, ada cara yang tepat anak mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah
dilakukan orang tua ataupun guru, yaitu gali kelebihan dan hingga di rumah merasa suntuk, tiba-tiba uringan tidak jelas
kekuatan yang dimiliki anak, atau prestasi yang pernah penyebabnya. Anak juga bisa galau dan tertekan dengan
dicapai walau itu di masa lampau, walau prestasai itu sangat tugas sekolah atau tata tertib, kedisiplinan yang terapkan
kecil. Tunjukkan hal tersebut hingga anak memahami sekolah. Masa transisi yang dialami akan membuat anak
kekuatannya. Sambil menunjukkan kelebihan dan kekuatan merasa gelisah, galau, bingung, ‘betek’ bahasa gaulnya, serta
yang dimiliki, saat itu juga tumbuhkan keyakinan dirinya cemas, tidak tahu mengapa dan apa yang harus dilakukan.
bahwa anak mampu dan bisa, bahwa tidak akan terjadi Gejala tersebut bisa memicu timbulnya perilaku nakal
hal buruk padanya. Bisa juga dengan mengatakan bahwa seperti : marah, uringan-uringan, serba salah, dan mudah
banyak orang mengalami hal yang sama (cemas, kawatir) tersinggung.
termasuk orang-orang yang jadi juara-termasuk orang-orang Kasih sayang dan kehangatan merupakan terapi
terkenal. Kekawatiran merupakan hal yang wajar tetapi terbaik bagi anak nakal bukan celaan, ancaman, hukuman
jangan sampai menghambat untuk melakukan sesuatu. dan se­jenisnya. Bila cara demikian tidak berhasil, maka
Kuatkan keyakinan anak dengan mengatakan bahwa orang orang tua perlu mengalihkan perhatiannya pada yang lain.
tua selalu berada dipihak anak apapun yang terjadi, walau Jangan fokuskan pada tingkah laku anak, jangan perhatikan
anak gagal sekalipun. kenakalannya tetapi pujilah setiap perbuatan baik yang
Kelebihan, prestasi, dan kekuatan tidak harus yang dilakukannya.
luar biasa, seperti juara satu lomba catur, juara satu lomba b. Mendorong anak melakukan banyak aktivitas
karya ilmiah, karena momen seperti ini tidak selalu dialami Makin banyak aktivitas yang dilakukan anak, makin
anak. Cukup peristiwa ringan yang membuat anak bangga mendukung terbentuknya konsep diri positif pada anak.
akan dirinya, seperti pernah dilibatkan sebagai kelompok Banyaknya aktivitas yang dilakukan membuka kesempatan
paduan suara, pernah menemani guru membaca tilawah anak untuk mencoba,mengalami dan melakukan. Tidak
hingga peristiwa ringan seperti saat guru memuji karena pe­ hanya itu, makin banyak gerakan yang dilakukan seperti
kerjaannya selesai paling cepat, ketika teman-teman kagum olah raga akan merangsang pertumbuhan otak, sehingga
karena gambarnya paling unik, atau saat dia berhasil melerai anak menjadi makin cerdas (Rakhmat, 2007). Dengan
perkelaian dan teman mengerumuninya sebagai tanda cara ini anak akan mempunyai banyak pengalaman baik

184 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 173
pe­ngamalan yang menyenangkan maupun yang tidak me­ Berpikir realistis sesuai kondisi anak serta menerima
nyenangkan. Setiap pengalaman menjadi momen yang anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya
berarti bagi perkembangan anak. Banyaknya aktivitas yang membuat anak nyaman melakukan apa saja. Ketika anak
diikuti anak memberikan peluang terbentuknya rasa percaya nyaman beraktifitas, akan mendorongnya untuk berani men­
diri, dan rasa percaya diri merupakan modal terbentuknya coba walau pernah gagal. Bila ini terwujud, kegagalan bisa
konsep diri positif. Tugas orang tua adalah menciptakan dirasakan sebagai cambuk bukan merupakan sesuatu yang
banyak aktivitas yang bisa dilakukan anak serta mendorong harus ditakuti.
anak untuk melakukannya. Orang tua bisa mendorong i. Hargai sekecil apapun usahanya
anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, Menunjukkan penghargaan terhadap usaha anak walau
atau les untuk pengembangan bakat (musik/vocal, bahasa kecil akan mendorong anak menerima diridan percaya akan
Inggris, tenis, kaligrafi) sesuai minat anak. Orang tua bisa kemampuannya. Setiap usaha yang dilakukan anak merupa­
mengajak anak olah raga bersama, naik sepeda, berkebun, kan bentuk perjuangan, merupakan ekspresi dari segala
membuat kerajinan tertentu, atau melibatkan anak dalam ke­mam­­puan yang dimiliki, karenanya tidak tepat orang tua
pekerjaan rumah tangga (membetulkan pintu, mencuci me­ngecilkan arti dari perjuangan anak. Sekecil apapun yang
motor/mobil, menanam pohon, membuat kaligrafi, membuat dilakukan, bagi anak itu merupakan kerja keras, merupakan
pigura, merapikan rumah). Ketika pekerjaan selesai dan bisa usaha serta bentuk kesungguhan untuk mempertahankan
dinikmati, akan timbul rasa bangga terhadap apa yang telah diri, usaha untuk mengembangkan dan menguji kemampuan
dikerjakan. Kebanggaan terhadap diri merupakan modal yang dimiliki. Bila ketika anak menguji kemampuannya
terbentuknya konsep diri positif. tersebut mendapat respo negatif, mendapat celaan dan
c. Menghukum tanpa emosi ejekan, maka anak menilai hasil jerih payah dan usahanya
Kemarahan, perkataan emosional atau memaksa anak secara negatif, anak merasa tidak mampu melakukan,
melakukan perbuatan tertentu merupakan jurus yang sering sebaliknya, bila anak ketika anak menguji kemampuannya
dilakukan orang tua mengatasi anak nakal. Demkian juga bila mendapatkan penilaian yang positif, maka anak akan makin
anak tidak menuruti perintah orang tua, melanggar aturan, banyak mencoba hal baru, melakukan dan selalu menguji
tidak disiplin dan sebagainya, umumnya hukuman digunakan kemampuannya.
sebagai senjata pemungkas. Apakah dengan cara ini anak j. Tunjukkan kelebihan dan kekuatannya
menjadi baik, penurut dan idak mengulang perbuatannya. Ada saat anak-anak tidak mempunyai rasa percaya diri
Belum tentu. Hukuman yang tidak disampaikan dengan untuk malakukan sesuatu (mengikuti lomba, mengikuti
cara bijak akan menimbulkan kebencian anak kepada orang ujian, tampil di depan umum, mencari teman baru), anak
tua bahkan menghancurkan harga diri anak. Cara itu justru juga bisa dihinggapi rasa semas, takut akan kegagalan.

174 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 183
tidak menurut orang tua, walau anak lupa tidak gogok gigi, makin membuat anak tidak menurut, anak makin nakal
lupa tidak sholat. Artinya jangan orang tua pelit untuk me­ dan bandel. Konflik antara orang tua dan anak yang makin
ng­ucap­kan kata-kata tersebut (kamu pintar, kamu hebat) sering terjadi, membuat jurang pemisah antara anak dengan
pada anak. Menyikapi anak yang lupa menggosok gigi, orang tua makin dalam. Dalam kondisi demikian, timbul persepsi
tua tidak perlu mengatakan ” dasar anak malas, disuruh dalam diri anak, orang tua bukan lagi idola baginya, bukan
gosok gigi tidak mau”. Orang tua bisa menggatinya dengan : lagi teladan yang perlu diikuti perkataan dan perbuatannya.
” Anak ibu yang rajin...hari ini belum gosok khan ”. Demikian Bahkan anak bisa mengatakan ayah/ibu tidak lagi sayang
juga ketika anak lupa sholat, anak tetap mempunyai hak padanya.
untuk mendapat julukan sebagai anak sholeh. Orang tua Uraian diatas bukan berarti mengarahkan orang tua agar
bisa mengatakan: ” Anak sholeh...ayo sholat dulu... sudah tidak menghukum anaknya yang nakal-tidak disiplin-tidak
ditunggu malaikat lho...” taat-melanggar kesepakatan bersama. Perilaku menentang
h. Realistis- tidak menuntut terlalu tinggi atau melanggar kesepakatan bersama sudah sebaiknya diberi
Menuntut terlalu tinggi membuat anak merasa terbebani, hukuman untuk menegakkan kedisiplinan, namun kini
bila tidak terwujud anak bisa merasa tidak berguna dan tidak saatnya orang tua beralih pada metode menghukum yang
mempunyai harga diri. Kalimat ”kamu harus menang, kamu manusiawi. Jaman dulu, orang tua termasuk guru masih
harus juara, kamu harus sukses seperti ibu/bapak, kamu banyak yang menerapkan hukuman fisik, saat inipun tak
harus ini..... kamu harus itu.... merupakan tuntutan yang jarang guru menghukum muridnya dengan lari lapangan
berlebihan yang belum tentu sepadan dengan kemampuan lima kali, push-up, dan membersihkan kamar mandi. Itu me­
anak. Menanamkan cita-cita setinggi langit itu ada baiknya, rupakan hukuman fisik yang seharusnya dihindarkan. Ketika
tetapi bukan dengan membebani anak hingga anak berjuang menghukum umumnya diiringi dengan barbagai cacian yang
di luar batas kemampuan. Tuntutan orang tua berlebihan menyudutkan anak sebagai luapan kekesalan karena anak
menimbulkan kecemasan untuk gagal, karena bila gagal tidak menurut. Pendek kata, emosi orang tua meledak-ledak
tentu akan mengecewakan orang tua. Kecemasan dalam me­ bersamaan dengan jatuhnya hukuman untuk anak. Sekali
laksanakan pekerjaan tidak akan mendukung keberhasilan lagi cara ini tidak efektif untuk menekan perilaku negatif.
peker­jaan tersebut (Le Fanu, 2006). Kecemasan ketika Cacian dan perkataan yang menjelek-jelekkan anak hanya
ujian membuat anak kehilangan konsentrasi, kecemasan akan menghancurkan harga diri anak, hanya akan membuat
mengikuti lomba, bisa membuat anak grogi , kecemasan anak makin tidak berdaya, sementara perilaku anak
saat berpidato bisa membuat pengucapan anak gemetar. belum tentu berubah. Kini saatnya memberikan hukum­an
Akhirnya semua harapan bisa terpuruk hanya karena orang dengan penuh cinta dan tanpa emosi. Bahkan orang tua
tua menuntut terlalu tinggi. bisa memusyawarahkan bentuk hukuman apa yang di­

182 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 175
ingin­kan anak. Sebelumnya tentu orang tua bersama anak kurang berkualitas. Bukan jawaban yang diharapkan anak,
membicarakan perbuatan apa saja yang dikatakan melanggar melainkan perhatian dari orang tua. Orang tua jangan sampai
hingga perlu dihukum, kemudian tentukan bentuk hukuman sekedar ’mendengar’ apa yang dikatakan anak namun harus
yang tepat yang dirasakan anak sebagai sesuatu yang tidak ’mendengarkan’, bahkan orang tua harus mampu menjadi
menyenangkan. Sampaikan dengan cara yang sesuai dengan pendengar yang setia agar tumbuh harga diri anak.
tingkat usia anak. Bila anak masih bingung menentukan g. Ubah pandangan ketika anak melakukan kesalahan
bentuk hukuman, orang tua bisa memberikan alternatif, Hukum umum yang terjadi, pada saat kita berada dalam
misalnya, bila anak tidak sholat sebanyak lima kali sehari, posisi sebagai observer, akan menilai subjek atau pelaku
maka hukumannya tidak nonton film kartun atau uang secara negatif, namun ketika seseorang dalam posisi sebagai
jajannya dikurangi. subjek atau pelaku, akan menempatkan observe secara
d. Mengkritik dengan santun negatif (Walgito, 1987). Pada saat orang tua melihat anaknya
Anak melakukan kesalahan itu hal yang wajar, sebagai­ memecahkan gelas, anak yang disalahkan, namun ketika
mana kita orang tua juga pernah melakukan kesalahan. orang tua memecahkan gelas, anak juga yang disalahkan
Anak mengerjakan sesuatu kurang baik, kurang sempurna karena meletakkan gelasnya tidak benar. Anak memang
itu juga wajar karena anak sedang pada proses belajar. Yang ada­kalanya dijadikan sebagai sumber kesalahan, anak akan
tidak wajar adalah sikap orang tua yang menyalahkan atau menjadi korban selamanya dari sikap orang tua.
mencemooh hasil dari apa yang telah dikerjakan anak. Cara Saatnya orang tua merubah sikap dan pandangan ter­
menyikapi pekerjaan anak yang tidak sempurna dan cara hadap kesalahan yang dilakukan anak. Manusia tidak bisa
menyikapi kesalahan yang dilakukan anak, merupakan titik lepas dari kesalahan, demikian juga dengan anak yang berada
sentral terbentuknya harga diri anak. Memberi tahu anak dalam proses belajar untuk menjadi diri sendiri (Monk,
tentang kesalahannya, menunjukkan kepada anak tentang 1992). Proses pendidikan dan proses belajar berlangsung
hasil yang baik dan yang tidak, merupakan kewajiban orang secara terus menerus, selama itu pula akan terjadi perbaikan
tua, tetapi memberikan kritikan yang tajam dan pedas akan dari proses belajar satu ke proses belajar berikutnya.
sangat menyakitkan dan menghacurkan kepercayaan pada Menyikapi kegagalan dan kesalahan dengan bijak merupakan
dirinya. Anak yang terlalu sering dikritik, dicela, dicemooh, upaya jitu mengembangkan konsep diri positif pada anak.
karena hal-hal yang dilakukan belum benar-belum baik, atau Vonis negatif terhadap anak seperti” kamu bodoh, kamu
dibanding-bandingkan dengan anak lain, secara perlahan nakal, kamu malas” harus ditinggalkan
anak mengatakan pada diri sendiri bahwa dia tidak bisa, Anak tetap mempunyai hak untuk menyandang pre­
tidak mampu, bahkan tidak berguna. Anak bisa menjadi dikat sebagi ”anak baik”, anak pintar”, ”anak sholeh” atau
diri yang tidak berharga. Bila hal ini terus-menerus terjadi ”anak hebat”, walau anak melakukan kesalahan, walau anak

176 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 181
Bila orang tua bukan lagi teman yang nyaman bagi pada anak, bisa dipastikan konsep diri yang negatiflah yang
anak, maka kehancuran hidup anak sudah diujung tanduk. akan terbentuk (Lauren & Barbara, 2003).
Kita semua perlu maklum, bahwa anak adalah pribadi yang Mengatakan pekerjaannya belum tepat akan lebih baik
mempunyai kebutuhan dan keinginan sendiri, mempunyai dari pada berkata pekerjaan anak jelek, mengatakan bagus
teman dan lingkungan tidak hanya dalam keluarga. Bisa saja tetapi perlu disempurnakan, bagus tetapi perlu diganti
anak mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah warna, atau ditambahkan sesuatu, juga lebih baik dari pada
hingga di rumah merasa suntuk, tiba-tiba uringan tidak jelas mengatakan norak, nilainya nanti pasti 5, kamu bodoh gitu
penyebabnya. Anak juga bisa galau dan tertekan dengan saja tidak bisa. Orang tua adakalanya tidak menyadari bahwa
tugas sekolah atau tata tertib, kedisiplinan yang diterapkan ucapannya telah melukai anak, walau itu merupakan ucapan
sekolah. Masa transisi yang dialami akan membuat anak kecil. Ada baiknya orang tua tetap membesarkan hati anak,
merasa gelisah, galau, bingung, ‘betek’ bahasa gaulnya, serta l apapun hasil yang telah diraih. Dengan cara ini anak akan
cemas, tidak tahu mengapa dan apa yang harus dilakukan. merasa nyaman dengan apa yang telah dilakukan.
Gejala tersebut bisa memicu timbulnya perilaku nakal e. Memusatkan pada perilaku bukan pelaku
seperti: marah, uring-uringan, serba salah, dan mudah Anak merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan ber­
tersinggung. kembang, karenanya akan selalu mencoba melakukan hal
Kasih sayang dan kehangatan merupakan terapi baru (Gunarsa, 1995). Sebagai pribadi yang sedang belajar,
terbaik bagi anak. Membangun komunikasi yang efektif dan sangat mungkin melakukan perilaku yang menurut orang
berkualitas sangat penting agar orang tua bisa meingkatkan tua tidak benar (walau sebenarnya anak tidak bermaksud
perannya sebagai tempat kembali bagi anak yang sedang demi­kian). Misalnya, ketika anak loncat-loncat di atas sofa,
gundah dan tempat meluapkan kegembiraan akan kemam­ mungkin orang tua akan mengatakan anak nakal, sofa bagus-
puannya. Banyak orang tua merasa telah melakukan bagus kok diinjak-injak, bisa rusak. Bagi anak, sama sekali
komunikasi dengan anak, barangkali ini benar, tetapi belum tidak ber­maksud mau merusakkan sofa, anak sedang menguji
tentu merupakan komunikasi yang efektif dan berkualitas. ke­mampuannya, atau barangkali anak merasa sedang olah
Komunikasi yang efektif bukan diukur dari banyaknya waktu raga. Demikian juga ketika anak bermain dengan perabot
yang digunakan orang tua bersama anak, namun kualitas ibunya hingga rumah menjadi berantakan, anak sama
dari komunikasi itu sendiri. Menjawab sambil lalu, atau sekali tidak merasa sedang membuat kotor rumah, tidak
memberikan komentar apa adanya, tanpa menunjukkan merasa nakal atau merepotkan ibu. Walau ibu bisa merasa
perhatian, tanpa memandang anak, bahkan sambil tetap kesal pulang kerja rumah berantakan, perabot dapur kotor
melakukan aktivitas semula (seperti membaca koran, semua, apalagi tidak ada pembantu. Emosi-marah biasanya
memasak, seterika) merupakan ciri komunikasaai yang muncul tanpa bisa dikontrol. Kata-kata ” anak nakal, bodoh,

180 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 177
rumah dibuat berantakan ” bisa meluncur dengan entengnya men­­curahkan berbagai perasaan yang dialami termasuk
dari mulut ibu. Cara ini sangat tidak tepat karena anak tem­pat meluapkan emosi ketika dia marah dengan orang lain
pada dasarnya tidak sedang melakukan kenakalan, anak (Paul, 2008). Anak mengharapkan orang tua bisa berperan
kadang menjawab ”aku tidak nakal-aku mau membantu sebagai tempat kembali ketika sedang gundah. Adakalanya
membersihkan, mengatur dapur”. anak pulang sekolah marah tanpa sebab yang jelas, hal itu
Bila orang tua akan memberitahu anak bahwa yang sangat mungkin terjadi dan perlu dipahami karena banyak
dilakukan tidak benar, lebih baik pusatkan pada perilakunya kejadian di sekolah yang bisa menggangu emosinya, yang
bukan pada pelakunya (Paul, 2008). Mengarahkan pada telah membuatnya kecewa atau marah.
pelaku perbuatan akan menyinggung anak sebagai pribadi. Tidak hanya itu, orang tua juga tempat meluapkan
Pusatkan saja pada apa yang dilakukan atau perilakunya. kegem­biraan dan kebanggaan tentang apa yang telah di­
Cara ini lebih objektif, mudah dilihat dan diterima. Pada kerjakan, merupakan tempat unjuk kemampuan bagi anak,
kasus diatas, orang tua bisa mengatakan :”Jangan loncat- tempat memamerkan segala kemampuannya. Ketika anak
loncat di sofa ya..sofanya bisa rusak” dari pada mengatakan dipuji guru, ketika anak juara lari di kelas, ketika diminta
nakal-tidak bisa diam. Memberikan komentar dengan maju ke depan dan mendapat sambutan hangat dari teman-
memusatkan pada pribadi anak bisa melukai perasaan, teman, ketika berhasil menggambar dengan bagus, ketika
menghacurkan harga diri, pada akhirnya membentuk konsep anak ditunjuk membaca ditilawah pada acara sekolah, semua
diri negatif. itu merupakan kebanggaan bagi anak yang perlu direspon
Hal yang sama bisa terjadi pada anak yang lebih besar, positif. .
usia SD/SMP. Banyak perilaku menantang yang dilakukan Walau begitu, masih banyak sikap orang tua yang
hanya untuk menguji kemampuannya. Sekali lagi anak kurang mendukung terbentuknya konsep diri positif pada
berada dalam proses bertumbuh dan berkembang, anak anak. Orang tua banyak yang memberikan respon negatif,
merada pada fase belajar, tanpa mencoba sesuatu yang memaki, mem­bentak ketika anak pulang sekolah sambil
baru, proses belajar tidak akan pernah terjadi. Makin marah-marah atau uring-uringan. Orang tua kadang juga
banyak mencoba-makin banyak pengalaman yang didapat. marah ketika melihat anaknya ( yang sudah besar) pulang
Ketika mencoba hal baru inilah yang adakalanya membuat dengan muka cemberut, langsung tidur tanpa melepas
cemas orang tua karena sebelumnya anak belum pernah seragam sekolah, atau dengan melempar tas sekolah. Gaya
melakukannya. orang tua yang demkian merupakan gaya normatif, yang
f. Bangun komunikasi yang efeketif memandang perilaku anak dari sisi etika, benar atau tidak,
Bagi anak, orang tua adalah segalanya. Tempat meng­ sopan atau tidak., tanpa melihat lebih jauh apa sebenarnya
adu, tempat berlindung, tempat berkeluh kesah, tempat yang terjadi pada anak.

178 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 179
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R., & Hawadi. 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:


PT Grasindo.
Baldwin, Alfred L. 1967, Theories of Child Development, John Wiley
& Sons Inc, New York, London, Sydney.
Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood-Cliffs NJ:
Prentice –Hall
Berk, Laura, E. 1993. Children Development. USA: Allyn & Bacon.
Bergin, C.C & David A.B.2012. Child and Development in Your
Clasroom. USA: Wordsworth.
Berndt, T.J. 1992. Child Development. New York: Holf Renehart&Winston
Inc.
Boeree, C.G. 2007. Sejarah Psikologi; Dari Masa Kelahiran sampai Masa
Modern; cet.ke-2; diterj: Abdul Qodir Shaleh. Jogyakarta:
Prismasophie.
Brill, Marlene Targ. 2008. Autism. New York: Marshall Devendish
Corporation
Chaplin, J. P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 187


Corey, Gerald. 2005. Therapy and Practice of Counseling and
Psychotherapy. Australia, Canada, Mexico, USA: Thomson
Books/Cole.
Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan),
terjemahan A. K. Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup
Duska, Ronald. 1982. Perkembangan Moral: Perkenalan dengan Piaget
dan Kohlberg, Terjemahan Dwija Atmaka. Yogyakarta:
Kanisius.
Efendi, Muhammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Jakarta: Bumi Aksara
Ekowari, Endang. 2011. Mendampingi Anak Menonton Televisi dalam
buku Perilaku Anak Usia Dini. Kasus dan Pemecahannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Fanu, James Le. 2006. Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak
dan Proses Terapinya. Yogyakarta: Think.
Fuentes, Carolyn.2007. Autism.USA: Lulu.com.
Greenspan, S dan Serena W. 2010. Engaging Autisme. Jakarta: Yayasan
Ayo Main.
Gozal, David & Denis L.M.2005. Attention Deficit Hiperactive Dosorder.
USA: Human Press Inc.
Gunarsa, Singgih D. 2004. Bunga rampe psikologi perkembangan, dari
anak Sampe UsiaLanjut. Jakarta: Balai Pustaka.
-----------, 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung
Mulia
Halgin, Richard & Susan K.W. 1994. Abnormal Psychology. The human
experience of psuchological disorders. USA: Harcourt Brace
Collage Publisher.
Handojo, Y. 2004. Autisma : Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk

188 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif


Mangajar Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Hayes, Eileen.2003. Seri Panduan Praktis Keluarga. Tantrum, Panduan
memahami, mengatasi ledakan emosi anak. Terjemah Wahyuni
R. Kamah. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E.B. 1987. Child Development. New York: Mc Grow Hill.
Hothersal, D. 1984. History of Psychology. New York: Random House.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.
Keenan, Thomas, Subhandra. 2009. An Introduction to Child
Development. Second edition. California: Sage Publication.
Koch, S & Leary, D. E. (ed). 1992. A Century of Psychological as Science.
USA: American Psychological Association.
Lauren, Bradway & Barbara A.H. 2003. Pola-pola Belajar, kiat-kiat
cerdas mencerdaskan anak. Terjemah M. Khirul Anam.
Inisiani Press. Jakarta
Le Fanu, James. 2006. Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak,
cet. ke-1, alih bahasa Irham Ali S, Think, Yogyakarta
Leonard, David C,. 2002. Learning Theories, A to Z. USA: Greenwood
Publishing Group.
Loree, M.R. 1970. Psychology of Education. New York: The Ronald
Press.
Mangal, S.K.1998. General Psychology. New Dehli: Starling Publisher
Private Limited
Meggitt, Carolyn. 2006. Child Development an Ilustrated Guidance.
British: Heinemann Educational Publisher.
Monks, F.J.; Knoers, A.M.P; dan Haditono, S.T. 1992. Psikologi
Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Papalia,

196 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 189
Morrison, George, S. 2012. Fundamental of Early Childhood Education. 7. Pemetaan Problem Mahasiswa (studi pada mahasiswa yag berprestasi
Alih bahasa Suci Romadhona dan Apriwidiastuti. Jakarta: rendah STAIN Salatiga) (2013)
Indeks. 8. Mengoptimalkan prestasi Mahasiswa melalui Pendekatan Self
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Management (Actiob reseach pada mahasiswa yang berprestasi rendah
Jakarta: EGC. STAIN Salatiga (2013)
Paul M.D, Henry A. 2008. Konseling dan Psikoterapi Anak, Penduan
lengkap memahami karakter, perasaan dan emosi anak disertai
langkah-langkah mengatasi masalah dan perilaku negative
anak, cet. ke-1, terjemah Anas, M. Yusuf. Yogyakarta: Idea
Publishing.
Rakhmat, J. 2007. Belajar Cerdas; Belajar Berbasis Otak. Bandung:
Mizan Learning Center.
Safaria, Triantoro. 2005. Autisme. Pemahaman Baru untuk Hidup
Bermakna bagi Orang tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santrock, John, W. 1995. Life Span Development. Jakarta: PT Erlangga.
.............., 2007. Child Development. Eleventh edition. Alih bahasa Mila
Rahmawati dan Ana Kuswanti. Jakarta: Erlangga.
Sevilla, Consuelo, et.al. 1995. General Psychology with Values Develop­
ment Lessons. Quezon City: Rex Printing Company Inc.
Shaffer, David & Catrine Kipp. 2010. Development Psychology. Children
& Adolescence. Eighth edition. USA: wordworth.
Suharmini, Tin. 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Dikertorat Jendral Pen­
didikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Surbakti, E.B. 2008. Awas Tayangan Televisi. Tayangan Misteri dan
Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: Elek Media
Komputindo.
Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya

190 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 195
Karya ilmiah yang dipublikasikan antara lain: Membina Kepri­ Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. 1997. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
badian Anak pada Masa Trozalter, Mengembangkan self consept Kembang
positive pada Anak (pendekatan parenting skill), Deteksi Dini Autism, Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Directive Counseling yang berkolaborasi dengan pendekatan neuro­ Walgito, Bimo 1986. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Yayasan
lingustik programming dalam layanan Bimbingan dan Konseling di Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
sekolah, Self Control dalam perspektif multi kultur. Model bimbingan Wender, Paul.H. 1995. Attention Deficit Hiperactive Disorder in Adult.
konseling kolabotarif untuk meningkatkan pengendalian diri anak USA: Oxford University Press.
usia dini.
Yatim, Faizal. 2007. Autisme, Suatu Gangguan Jiwa pad Anak-anak.
Buku yang telah terbit antara lain: Jakarta: Pustaka Populer Obor .
1. Psikologi Pendidikan (suatu pendekatan dalam proses belajar Zaviera, Ferdinan. 2009. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati
mengajar ( STAIN Press 2003)
2. Dilema Gadis Berjilbab (Tiara Wacana dan STAIN Press 2005),
3. Jangan Biarkan Mereka Mati (panduan pendidikan seksual untuk
remaja dan orang tua (STAIN Press dan JP Book, tahun 2008).
4. Teori-teori Belajar (Tiara Wacana, 2009)
5. Psikologi Belajar ( Penerbit Ombak, 2013)
Penelitian yang pernah dilakukan:
1. Dampak Pemerkosaan terhadap Masa Depan Anak-anak (Riset aksi
penanganan trauma dan pembangunan kembali pendidikan anak
pascapemerkosaan)( tahun 2004),
2. Persepsi Mahasiswa Ma’hat STAIN terhadap Gender ( tahun 2005),
Optimalisasi Sistem Evaluasi di STAIN Salatiga (tahun 2007),
3. Efektivitas Sosialisasi UU PKDRT no.23 tahun 2004 (riset aksi
terhadap tokoh masyarakat Salatiga)(tahun 2008)
4. Efektivitas Pelatihan Communication Skill bagi dosen penasehat
Akademik STAIN Salatiga (2008)
5. Wanita Karier (konflik psikologis antara pekerjaan dan keluarga)
(tahun 2009)
6. Efektivitas Achievement Motivation Training bagi Peningkatan
Motivasi Belajar Mahasiswa Berprestasi Rendah ( tahun 2010)

194 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 191
BIODATA PENULIS

Dra.Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. adalah


dosen STAIN Salatiga, lahir di Magelang,
04 Agustus 1966. Alumni Program Pasca
Sarjana Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, ini lulus tahun
2002. Sarjana Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan diselesaikan dalam waktu 3.5
tahun di UKWS Salatiga lulus tahun
1988. Saat ini sedang menempuh program doktor Bimbingan dan
Konseling di UPI Bandung
Aktivitas: banyak terlibat sebagai nara sumber pada berbagai
seminar/pelatihan/workshop tentang parenting skill, sex education,
pendampingan remaja serta ABK. Jabatan saat ini adalah sebagai
Direktur Biro Konsultasi ‘TAZKIA’ STAIN Salatiga, Pengelola
Sekolah Autis ‘Talenta Kids’ dan Konsultan gangguan tumbuh kembang
anak pada Yayasan Pendidikan dan Tumbuh Kembang ‘Kanz Kids
Family’ Salatiga.

192 ۞ Psikologi Anak; Mengenal Autis hingga Hiperaktif Dra. Lilik Sriyanti, M.Si. ۞ 193

Anda mungkin juga menyukai