Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“Tugas ini diselesaikan untuk memenuhi tugas kelompok dan disampaikan dalam presentasi
kelas secara online pada mata kuliah “Perkembangan Peserta Didik”

Disusun Oleh:

KELOMPOK I

EKA IVANKA NIM. 20200001

JONI ISKANDAR NASUTION NIM. 20200063

Dosen Pengampu : Muhammad Syarifuddin Nasution S.Pd

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Semester.IV)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH MEDAN

T.A 2021-2022
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. Sejarah Psikologi Perkembangan

Pada awalnya psikologi berkembang dimulai dari tahapan masalah usia. Namun untuk
mempelajari usia tetu berhubungan dengan tahapan perkembangan. Psikologi perkembangan
memiliki sejarah yang cukup panjang. Sejarah awal mula terbentuk psikologi perkembangan
dipengaruhi oleh pendapat para ahli di jaman dahulu dengan pemikiran pemikiran yang berbeda.
Setiap pendapat yang dimunculkan akan mendapatkan pertentangan, namun pertentangan-
pertentangan yang muncul dapat melahirkan pemahaman atau pendapat baru yang membawa
perkembangan psikologi perkembangan menjadi lebih aktual dan sistematis hingga modern
seperti saat ini.

Sejarah dalam psikologi perkembangan ini dibagi menjadi tiga periode, yaitu (1) Minat
awal dalam mempelajari psikologi perkembangan pada anak, (2) Sebagai dasar dasar secara
ilmiah dalam psikologi perkembangan, (3) muncul psikologi perkembangan secara modern.
Ketiga periode itu akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Minat awal mempelajari perkembangan anak

Jauh sebelum studi ilmiah mulai banyak dikembangkan, dahulu perhatian terhdap
perkembangan anak- anak sangat sedikit. Bahkan buku- buku terkait perkembangan anak sangat
sedikit. Pemahaman tentang anak- anak dipengaruhi oleh keyakinan tradisional atau budaya yang
bersumber dari filosofi dan teolog tentang anak, lingkungan dan keturunan.

Plato merupakan seorang filsuf yang banyak mempengaruhi tentang pandangan


masyarakat mengenai anak- anak serta kehidupannya. Plato mengungkapkan bahwa ada
perbedaan- perbedaan secara individual dari dasar genetis atau keturunan. Potensi individu
ditentukan oleh faktor keturunan tersebut. Sejak anak terlahir, anak sudah memiliki bakat- bakat
kemampuan yang berasal dari orang tuanya dan berkembang melalui didikan dan asuhan.

Pada awal abad ke 17, seorang filsuf bernama John Locke mengemukakan bahwa
pengalaman dan pendidikan merupakan faktor utama yang menjadi penentu dalam
perkembangan anak. Kemampuan bawaan diakui memiliki peranan penting, sebaliknya John
mengungkapkan bahwa kejiwaan seorang anak ketika dilahirkan diumpamakan seperti secarik
kertas yang masih kosong dan bersih, dimana bentuk kertas merupakan penentu dalam penulisan
di dalamnya. Hal ini di istilahkan sebagai „tabula rasa‟ the blank state.
Pandangan yang diungkapkan John locke ini menjadi pertentangan kemudian hari. Jean
jacques Rousseau seorang filsuf dari perancis abad ke- 18 mengungkapkan pandangannya bahwa
anak memiliki perbedaan kualitatif dengan orang dewasa. Dia menyatakan penolakan bahwa
bayi merupakan makhluk pasif yang berkembang ditentukan pengalaman. Dalam bukunya yang
berjudul emile ou I‟education yang diterbitkan tahun 1762, Rousseau menyatakan penolakannya
dan menyebutkan pandangan bahwa anak memiliki sifat bawaan yang buruk. Rousseau juga
menegaskan bahwa semua hal itu baik seperti keluar dari tangan Sang pencipta, segalanya
menjadi memburuk dalam tangan manusia.

Yang disebutkan demikian “ All things are good as they come out of the hands their
creator, but everything degenerates in the hands of man”. Aliran ini dikenal sebagai pandangan
beraliran „nativisme‟. Sedangkan Locke merupakan aliran „empirisme‟ kemudian kedua
pertentangan ini menjadi titik awal perkembangan „teori belajar‟ di kemudian hari / learning
theory.

2. Pembentukan psikologi perkembangan secara ilmiah

Plato , Locke, dan Rousseau telah mengemukakan pandangannya tentang masa anak-
anak yang pada dasarnya berspekulatif karena tidak ada bukti- bukti yang nyata dari hasil riset
ilmiah atau observasi pada anak- anak. Tetapi dengan munculnya asumsi tersebut muncullah
perhatian lebih lanjut untuk mempelajari perkembangan anak- anak dan kehidupannya, juga
perkembangan psikis anak. Hal ini baru dimulai pada abad ke- 18 meskipun peninjauan dari segi
ilmiah dan sistematika masih belum terlalu memuaskan.

Pada periode ini, perkembangan anak dipelajari dengan membuat catatan- catatan harian
mengenai perkembangan dan tingkah laku anak. Pada awalnya catatan- catatan itu dituliskan
berdasarkan anak- anaknya sendiri, misalnya seorang ahli pendidikan dari Swiss bernama John
Heiinrich pestalozzi pada tahun 1774 menerbitkan catatan mengenai perkembangan anaknya
sendiri yang pada saat itu berusia 3,5 tahun. Pestalozzi memberikan dukungan terhadap
pernyataan Rousseau bahwa anak memiliki segi segi baik sebagai dasarnya dan perkembangan
selanjutnya dipengaruhi oleh aktivitas anak itu sendiri.

Kemudian, Dietrich Tiedeman, yang merupakan seorang tabib dari Jerman juga
melakukan hal yang sama. Tiedeman memperkenalkan hasil pengamatannya berdasarkan catatan
harian terhadap perkembangan anaknya sendiri yang berusia 2,5 tahun. Tiedeman mempubilkasikan hal
ini pada tahun 1787. Dia juga menuliskan perkembangan meliputi perkembangan sensoris, motorik, bahasa,
dan juka kecerdasan anak.

Sedangkan pengamatan yang sesungguhkan terhadap perkembangan anak melalui


observasi secara langsung baru dimulai pada abad ke- 19 dengan tokoh yang cukup berpengaruh
yaitu Charles darwin dan Wilhelm Wundt. Darwin mengungkapkan bahwa catatan catatan harian
tidak memiliki nilai ilmiah yang kuat sebagai data. Namun merupakan titik awal untuk
mendapatkan studi yang lebih sistematis. Darwin mengungkapkan bahwa perkembangan sebagai
pembukaan dari kemampuan atau ciri khusus yang sudah terprogram sehak lahir secara genetik.
Bahkan darwin juga mengembangkan risetnya pada psikologi perkembangan biologi- saraf.

Sementara pengaruh Wilhem Wundt yang merupakan pelopor disiplin ilmu yang berdiri
sendiri. Hal ini ditandai dengan dibuatnya laboratorium psikologi pertama di Leipzig pada tahun
1879. Dia memiliki harapan baru pada penelitian psikologi dengan membuat persyaratan yang
harus dipenuhi oleh sebuah penelitian.

3. Munculnya studi psikologi perkembangan modern

Psikologi perkembangan mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada abad ke-
20. Penelitian penelitian di zaman ini lebih bersikap deskriptif dan menitikberatkan pada ciri
khas yang umum menurut golongan umur sertta perkembangan tertentu.

Perubahan dalam studi psikologi perkembangan ini terjadi setelah J. B. Watson


memperkenalkan tentang teori Behaviorisme. Pada terori Watson ini dia menggunakan prinsip-
prinsip „classical conditioning‟ untuk mengamati perkembangan tingkah laku lebih jelas lagi.
Menurut Watson, psinsip- prinsip conditioning ini dan juga psinsip belajar dapat
diterapkan pada semua ranah perkembangan psikologis. Pernyataan dari hasil pengamatan
Watson ini memicu timbulnya perkembangan teori- teori psikologi baru yang bertentangan.

Pada zaman dan kurun waktu yang hampir sama, Sigmund Freud juga menyatakan
pendapatnya mengenai psikologi perkembangan. Dalam kunjungannya ke Amerika atas
undangan G. Stanley hall pada tahun 1909, Sigmund mengungkapkan pada ceramahnya yaitu
tentang penjelasan teori psikoanalisa dan menekankan pengalaman masa bayi dan anak- anak
memiliki pengaruh untuk menentukan perkembangan kepribadian dan tingkah laku pada orang
dewasa.

Pada awalnya teori ini banyak menerima pertentangan dari psikologi perkembangan.
Namun pada tahun 1930- an banyak dilakukkan usaha atau penyelidikan lebih dalam dalam
bentuk penelitian tentang aspek perkembangan yang didasari oleh teorinya.

Namun pengaruh dari Watson dan Freud juga tokoh lain masih dangat besar dalam
disiplin ilmu psikologi perkembangan. Hingga tahun 1930- an penelitian psikologi
perkembangan masih bersifat deskriptif. Hal ini menjadikan publikasi riset tentang psikologi
perkembangan masih sangat kurang hingga akhir tahun 1949. Tidak berlangsung lama, kemudian
pada tahun 1950 psikologi perkembangan memasuki periode baru yang lebih terbuka dalam
taham perkembangan dan pertumbuhan. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan diaktifkannya
kembali bidang studi psikologi perkembangan ini:

 Pertama
Perubahan orientasi dalam riset psikologi perkembangan menjadi bersifat eksperimental. Teknik
ini terbukti efektif dalam hal pengukuran dan pengontrolan. Perubahan fokus penelitian juga
berkembangan menjadi lebih spesifik seperti persepsi, problem solving, dan sebagainya. Cara
pendekatan yang digunakan juga berbeda- beda dengan alur berfikir psikologi yang lebih umum.

 Kedua
Jean Piaget, seorang psikolog secara terus menerus aktif melakukan penelitian tentang
perkembangan kognitisi pada anak dari mulai bayi hingga remaja. Jean mampu menyusun teori
secara komprehensif mengenai perkembangan kognisi. Ia juga menentang pendapat kaum
behavioris yang menganggap bahwa individu sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan, atau
pendapat lain yang menganggap pengaruh genetik.

Pieget berpendapat bahwa hasil interaksi antara individu dengan sekitarnya baik orang lain
maupun lingkungan merupakan penyebab individu selaltu melakukan proses adaptasi bertujuan
menjaga keseimbangan antara dirinya dan lingkungan. Karyanya yang dinilai cukup rumit dan
sulit baru bisa diterbitkan pada tahun 1950-an. Sejak karyanya diterbitkan, pengaruh yang
diberikan cukup mendominasi psikologi perkembangan.

 Ketiga
Munculnya minat baru terhadap asal mulai tingkah laku dan munculnya banyak riset riset
terhadap bayi dan perkembangannya. Selain itu peningkatan ini juga didukung dengan
perkembangan alat- alat yang semakin berkembang dan modern. Pada awal tahun 1950- an studi
mengenai tingkah laku, kondisi psikis, dan fungsi kepribdaian individu menjadi lebih fokus pada
anak dan kemudian disebut dengan psikologi anak. Psikologi anak menaruh banyak perhatian
pada aspek- aspek praktis dari tingkah laku serta perkembangan kepribadian yang berasal dari
masalah masalah yang timbul.

Alfred L. Baldawin pada tahun 1967 menyebutkan cara pendekatan yang mereka lakukan
disebut dengan teori sosial belajar. Tokoh- tokoh lain seperti Gewitz, Walters, dan Bandura lebih
meneliti mengenati perilaku agresivitas. Psikologi perkembangan pada akhirnya lebih dikenal
sebagai penelitian terhadap anak dengan perubahan tingkah laku yang dialaminya. Namun
karena cakupannya lebih luas maka menggantikan sebutan psikologi anak. Sebutan psikologi
anak kemudian dirubah menjadi psikologi perkembangan pada tahun 1957.

Penjelasan diatas sudah mencakup perkembangan munculnya psikologi perkembangan


yang lebih memusatkan perhatian pada masa anak- anak hingga remaja dan mempelajari tentang
tingkah laku dan psikisnya. Psikologi perkembangan dalam konsepnya lebih luas dari pada
psikologi anak. Riset psikologi perkembangan dilakukan dengan mengamati dan memberikan
catatan catatan pada perilaku anak dan respon psikologisnya dalam beraktivitas sehari hari.

Tingkah laku yang diamati termasuk iteraksinya dengan masyarakan atau sosial lingkungan
disekitarnya. Dijelaskan bahwa manusia termasuk anak dari awal memiliki insting untuk
melakukan adaptasi diri atau penyesuaian diri dengan kondisi lingkungannya. maka dari itu
psikologi perkembangan bisa diamati mulai dari usia anak- anak smpai dengan remaja.

B. Definisi Psikologi Menurut Para Ahli

Sebelum mempelajari psikologi, sudah sepatutnya mencari tahu memahami dan


menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang definisi dari ilmu yang kita pelajari. Berikut
definisinya menurut beberapa ahli :

1. Ernest Hilgert (1957) dalam bukunya, psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang tingkah
manusia dan hewan lainnya.

2. George A. Miller (1974: 4) dalam bukunya, psikologi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan dan mengandalkan peristiwa mental dan tingkah laku.

3. Robert S. Woodworth dan Marquis DG (1957:7) dalam bukunya psikologi, psikologi ialah
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam
hubungannya dengan alam sekitarnya.

Maka dapat di simpulkan, bahwa pengertian psikologi ialah ilmu pengetahuan tentang
proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu
sendiri. Psikologi merupakan pemahaman tentang peserta didik yang berkaitan denga aspek
kejiwaan karena merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan pendidikan bagi seorang
pendidik. Oleh karena itu hasil penemuan dan kajian psikologis sangat di perlukan penerapannya
dalam bidang pendidikan1.

C. Pengertian Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan ialah bagian dari psikologi yang mempelajari perkembangan


manusia, sejak manusia diciptakan atau konsepsi sampai meninggal dunia. Hal ini di kemukakan
oleh Elizabeth R. Hurlock. Dalam hal ini lebih di tekankan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi sesuai dengan umur. Yang di maksud dengan perubahan-perubahan disini adalah

1
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah.Psikologi Belajar dan Mengajar Kunci Sukses Guru dan Peserta Didik dalam
Interaksi Edukatif, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), hlm 9-10.
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan tampang, tingkah laku, minat, tujuan, dan lain-
lain dalam berbagai masa perkembangan, kapan perubahan-perubahan itu timbul dan apakah
yang menyebabkannya2.

D. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan

Mengingat psikolog dalam perkembangan seperti yang sudah dijelaskan tadi dipahami
sebagai adanya perubahan sikap dan perilaku juga berbagai hal yang bersifat maju ke masa
depan, maka psikologi perkembangan tentu memiliki ruang lingkup tersendiri.

Ruang lingkup di dalam psikologi tersebut berangkat dari berbagai perkembangan dan
pembahasan studi dan ilmu, meliputi:

 cabang ilmu psikologi,


 objek pembahasannya adalah perilaku dan gejala jiwa seseorang,
 tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
Mengenai perilaku manusia dan gejala jiwa manusia ini akan dibahas dalam ruang lingkup lain
yakni mengenai ilmu-ilmu psikologis yang sifatnya lebih khusus dan penemuan tersebut
didasarkan dari hasil-hasil penemuan empiris, meliputi:

 psikologi faal
 psikologi abnormal
 psikologi belajar
 psikologi industri
 psikologi remaja
 psikologi pendidikan
 psikologi klinis
 psikologi sosial
 psikologi lingkungan, dan lain-lain.
Tentu saja, ruang lingkup tersebut memiliki banyak manfaat dan kegunaan, terutama
bagi orang yang memang belajar mengenai ilmu psikologi perkembangan secara mendalam
dan mendetail sehingga dapat meramalkan perilaku sendiri maupun perilaku orang lain.
Misalnya bermanfaat sebagai komunikasi dengan orang lain dan lain sebagainya.
2
Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan, (Surabaya : Usaha Nasional), hlm, 13.
Selain itu, ruang lingkup psikologi perkembangan ini juga dibedakan berdasarkan fase-fase
usia manusia, meliputi: (1) masa anak, (2) masa puber atau pemuda, (3) masa dewasa, dan (4)
masa orang tua.

E. Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan Bagi Peserta Didik

 Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta


kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia yang mempunyai ciri-
ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam
lingkungan sosial-budaya mana saja.

 Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif,
maupun psikososial.

 Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa


perkembangan tertentu.

 Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-


kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.

 Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang
berbeda.

3. Khususnya bagi pendidik bisa memahami dan memberikan bimbingan kepada anak sesuai
dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan
sukses dalam mencapai tujuannya.

F. Manfaat Mempelajari Psikologi perkembangan Bagi Pendidik

1. Guru bisa memberikan layanan, bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswanya dengan
menggunakan pendekatan yang relevan sesuai tingkat perkembangannya.

2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa


tertentu.

3. Guru bisa mempertimbangkan waktu yang tepat dalam memulai aktivitas proses belajar
mengajar bidang studi tertentu.
4. Guru bisa menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan
psikologisnya.

Singkatnya dengan mempelajari psikologi perkembangan, berarti ada usaha untuk


mengenal manusia. Mengenal berarti bisa memahami, berarti juga bisa menguraikan dan
menggambarkan tingkah laku dan kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya.

Dan juga bisa membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional untuk
mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar dan juga bisa memudahkan
penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi yang baik kepada anak didik. Oleh karena
itu, jika seorang guru menguasai betul pengetahuan ini maka, bisa membantu
menciptakansuasana edukatif, efektif, efisien dan menyenangkan.
Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik :

Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan
dan seterusnya ke arah terbentuk nya kepribadian muslim. Dengan demikian pendidikan Islam
berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau sampai akhir
hidupnya. Dalam sabda Nabi SAW:

ْ)‫ِّصانه َا ْو ُي َم ِّج َسانه َ(ر َو ُاه ُم ْسلم‬


َ ِّ ‫َما م ْن َم ْو ُل ْود ا اَّل ُي ْو َل ُد َع ََل ْالف ْط َرة َف َأ َب َو ُاه ُي َه ِّو َدانه َا ْو ُي َن‬
ِ ِِ ِِ ِِ ِ ِ ِ ٍ ِ
Artinya “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan
untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
beragama Yahudi, Nasrani, Majusi (H.R. Muslim)”.

Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30:

ْ َ َ َْ َ َََْ َ ‫َ ً ْ َ َ ه هِ َ َ َ ا‬ ِّ َ َ ْ َ ْ َ َ
‫َّلل ٱل ِت فطر ٱلناس عليها ۚ َّل تب ِديل ِلخل ِق‬
ِ ‫ين ح ِنيفا ۚ ِفطرت ٱ‬ ِ ‫فأ ِقم وجهك ِللد‬
َ ُ ََْ َ ‫ه َ َ ِّ ُ ْ َ ِّ ُ َ َ ا َ ْ ََ َ ا‬
َ‫َّلل ۚ ذ ِلك ٱلدين ٱلقيم ول ِكن أ كث ٱلناس َّل يعلمون‬ ِ ‫ٱ‬
ِ
Artinya; Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (Islam) sesuai
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dengan demikian agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah
menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, seperti disebutkan
dalam Hadis nabi:

ُ َ َ َ ‫َ ُ ا‬
)‫َل ُعق ْو ِل ِه ْم (الحديث‬‫اطبواالناس ع‬
ِ ‫خ‬
Artinya: “Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat perkembangan akalnya”.
Pandangan pemakalah mengenai perkembangan peserta didik di era digital :

Menurut pandangan kami sebagai pemateri tentang perkembangan peserta didik di era
digital ini dengan berkembangnya pendidikan di era digital maka memungkinkan siswa
mendapatkan pengetahuan yang sangat luas dengan cepat ataupun kehidupan yang mana seluruh
kegiatan yang mendukung kehidupan sudah bisa dipermudah dengan adanya teknologi yang
serba canggih di era digital ini.

Pertanyaan 1 oleh Lianna Sari

Bagaimana peran perkembangan pendidikan dalam proses pembelajaran?

Dijawab oleh Joni Iskandar Nasution

Peran pendidik sangat penting dalam proses belajar mengajar dimna pendidik tidak hanya
menyampaikan materi saja kepada peserta didik, menguasai materi dan pandai berbicara saja,
melainkan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidik formal, pendidik dasar, dan
pendidikan menengah.

Pertanyaan ke 2 oleh Nurul Aini

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?

Dijawab oleh Eka Ivanka

Terdapat dua factor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik yaitu faktor internal dan
faktor eksternal,berikut penjelasannya:

Faktor Intenal

1. Gen dan sifat bawaan (faktor herediter)

Tidak dapat dipungkiri, kemampuan bawaan yang didapat dari orangtua memiliki pengaruh
kepada perkembangan individu secara fisik, kognitif, serta emosi. Riwayat keluarga dengan
penyakit atau gangguan tertentu dapat turun pada individu sehingga individu kemungkinan besar
memiliki penyakit atau gangguan yang sama.
2. Kecerdasan

Setiap individu pasti memiliki kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan merupakan kemampuan
manusia yang dapat diukur dengan melihat beberapa hal seperti kemampuan analisis, memori,
pemahaman, dan abstraksi. J.J Rousseau mengatakan bahwa anak yang cerdas dilahirkan dari
orangtua yang cerdas pula (Amini & Naimah, 2020).

3. Bakat khusus

Individu terlahir dengan bakat tertentu baik yang langsung dapat diketahui, maupun yang masih
terpendam. Bakat di sini tidak hanya terkait dengan kemampuan akademik atau intelegensi,
tetapi juga kemampuan lain terkait kreativitas dan olah tubuh. Jika terus diasah atau mendapat
media untuk berkembang yang baik, bakat dapat menjadi media peserta didik untuk menjadi
lebih dari apa yang dia bisa saat ini, misalnya menghasilkan prestasi atau karya.

4. Kepribadian

Kepribadian adalah organisasi yang dinamis antara aspek fisiologis, kognitif, serta afektif yang
mempengaruhi perilaku individu dalam beradaptasi selama hidupnya. Setiap individu sudah
memiliki kepribadian yang berasal dari faktor genetis. Seiring berjalannya waktu, mungkin akan
ada penyesuaian kepribadian, tetapi tidak akan berubah secara drastis. Kepribadian yang dimiliki
peserta didik berpengaruh terhadap bagaimana ia merespons lingkungannya, termasuk mengatasi
permasalahan yang mungkin ia hadapi.

Faktor Eksternal

1. Kesehatan dan nutrisi

Kondisi fisik sangat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam melakukan proses belajar.
Peserta didik yang sehat dapat menjalankan kegiatannya dengan optimal. Kesehatan ini harus
ditunjang oleh nutrisi yang cukup dan seimbang. Dengan demikian secara fisik ia sudah siap
untuk melakukan kegiatannya.
2. Peran keluarga

Keluarga merupakan kelompok terkecil dan pertama yang dimiliki individu. Sebagai “sekolah”
pertama, penanaman dasar-dasar pengetahuan kepada individu sangat mempengaruhi proses
perkembangan di masa selanjutnya. Pola asuh yang tepat serta budaya yang sehat dalam keluarga
dapat membantu peserta didik untuk berkembang sesuai dengan fase perkembangan yang harus
dilewati. Selain itu, hubungan yang harmonis serta kemampuan finansial yang stabil juga dapat
menunjang perkembangan peserta didik.

3. Lingkungan sosial

Peserta didik memiliki lingkungan sosial tempatnya berkembang yang berpengaruh pada kondisi
fisik, psikologis, serta kognitif. Lingkungan di sini terkait dengan segala hal di sekitar individu,
baik itu orang lain, kondisi lingkungan, fasilitas, bahkan media sosial yang tidak terlihat
bentuknya secara fisik.

Lingkungan memberikan pengaruh secara positif dan negatif. Namun, bagaimana peserta didik
merespons lingkungan sangat dipengaruhi oleh penanaman nilai dan norma sejak dini dalam
keluarga. Dengan demikian lingkungan yang kurang baik tidak menjamin individu memiliki
perkembangan yang tidak baik, begitu pula sebaliknya.

Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik. Beberapa faktor di


atas dapat membantu orangtua maupun peserta didik itu sendiri agar dapat berkembang dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai