Anda di halaman 1dari 25

Universitas Ahmad

Dahlan

Jabbal Apriawal
06013023

[PSIKOLOGI PENDIDIKAN]
Filosofis,Teoritis, Metodologis,Dan Kontribusi Instruksional Psikologi
Dalam Pendidikan
ABSTRAK

Psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi (subdisiplin


psikologi) yang menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam
dunia pendidikan. Sejarah perkembangan psikologi ini sudah dimulai sejak
zaman yunani kuno, yaitu ketika gejala-gejala psikologis sudah banyak
menarik perhatian para sarjana filsafat.

Namun psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai tahun
1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi
pertama di kota Leipzig, Jerman. Psikologi terlepas dari filsafat pada
pertengahan abad ke-19. Hal ini jelas bagi kita dengan adanya berbagai
jenis-jenis psikologi yang timbul, salah satunya adalah psikologi pendidikan
yang dipelopori oleh Johann Friederich Herbart sehingga beliau terkenal
dengan sebutan bapak psikologi pendidikan.

Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang


psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini
terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup”
psikologi pendidikan masih sangat langka. Tapi secara garis besarnya ejarah
Psikologi Pendidikan, dapat diklasifikasikan ke  dalam masa-masa sebagai
berikut yakni Masa permulaan Psikologi Pendidikan (1880-1900) dan Masa
Pertumbuhan Psikologi Pendidikan (1900-sekarang)

2
PENDAHULUAN

Ditinjau secara historis dapat dikemukakan bahwa ilmu yang tertua

adalah ilmu filsafat. Ilmu-ilmu yang lain tergantung dalam filsafat, dan filsafat

satu-satunya ilmu pada saat itu. Karena itu ilmu-ilmu yang tergabung dalam

filsafat akan dipengaruhi oleh sifat-sifat dari filsafat. Demikian pula halnya

dengan psikologi.

Lama-kelamaan disadari bahwa filsafat sebagai satu-satunya ilmu

kurang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Disadari bahwa hal-hal yang

berhubungan dengan kehidupan tidak cukup lagi hanya diterangkan dengan

filsafat. Dengan demikian ilmu pengetahuan alam misalnya memisahkan diri

dari filsafat, dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri. Hal ini disebabkan

karena ilmu pengetahuan alam membutuhkan hal-hal yang bersifat obyektif,

yang bersifat positif, dan ini tidak dapat dicapai dengan menggunakan filsafat.

Kemudian ilmu-ilmu yang lain juga memisahkan diri dari filsafat termasuk

pula psikologi. Psikologi yang mula-mula tergabung dalam filsafat, akhirnya

memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yang mandiri.

Abad 20 terjadi perubahan besar mengenai konsepsi pendidikan dan

pengajaran. Perubahan tersebut membawa perubahan dalam cara belajar

mengajar di sekolah. Dari cara pengajaran lama, murid harus diajar dengan

memberi pengetahuan sebanyak mungkin dalam berbagai mata pelajaran,

3
berangsur-angsur beralih menuju ke arah penyelenggaraan sekolah

progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan, dan sekolah yang

menggunakan cara belajar siswa aktif.

Akhir-akhir ini orang telah ramai membicarakan pembaharuan

pendidikan, guna menjawab setiap permasalahan kehidupan manusia.

Berbagai faktor serta aspek penyelenggaraan pendidikan telah digarap oleh

para ahli, demi kemajuan pendidikan dan masyarakat. Namun demikian

belum semua pihak merasa puas terhadap setiap usaha yang dilakukan itu.

Maka, seiring dengan harapan itu, pendidikan hendaknya berlangsung

secara psikologi. Hal itu disebabkan, bahwa pendidikan diselenggarakan

untuk anak didik. Jadi dalam pendidikan, perjhatian diperuntukkan bagi

terwujudnya aktivitas belajar pada anak didik, demi terwujudnya aktivitas

belajar yang efektif. Maka pendidikan hendaknya psikologis. Pendidikan yang

psikologis dalam arti bahwa pendidikan itu berorientasi kepada sifat dan

hakikat anak didik sebagai manusia yang berkembang.

Bertolak dari harapan di atas, maka pengetahuan psikologis tentang

anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Oleh karena

itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan harusnya menjadi kebutuhan

bagi para pendidik, bilamana mereka memang menginginkan sukses besar

dalam tugasnya.

4
PEMBAHASAN

A.    Psikologi Pendidikan

Psikologi berasal dari bahasa Inggris “psychology”. Kata psychology

merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu

psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi,

secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari

tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun

latar belakangnya.

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai psikologi, yaitu;

1. Menurut Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld yang dikutip dalam

bukunya Sarlito Wirawan mengatakan bahwa psikologi adalah studi

tentang hakikat manusia.

2. Menurut Woodworth dan Marquis mengatakan bahwa psikologi adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak masih

dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan

alam sekitar.

3. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah

laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat

dilepaskan dari lingkungannya.

5
Beberapa pengertian di atas, pada dasarnya sama-sama membahas

tentang keadaan manusia, baik mengenai tanggapannya terhadap

lingkungan, aktivitas-aktivitas, pikirannya, kehendaknya maupun perasaan

panca inderanya. Oleh karena itu, perlu dirumuskan definisi yang berkenaan

dengan mata kuliah ini, yakni “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari tingkah laku individu (manusia) dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Tingkah laku yang dimaksud adalah dalam pengertian yang

luas sebagai manifestasi hayati (hidup) yang meliputi motorik, kognitif,

konatif, dan afektif.

Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan,

seperti berjalan, berlari, duduk dan lain sebagainya. Tingkah laku kognitif

adalah tingkah laku dalam bentuk bagaiman individu mengenal alam

disekitarnya, seperti pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan lain

sebagainya. Tingkah laku konatif adalah tingkah laku yang berupa dorongan

dari dalam individu, misalnya kemauan, motif, kehendak, nafsu dan lain

sebagainya. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan

atau emosi, seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta dan lain

sebagainya.

6
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Banyak definisi tentang psikologi pendidikan seperti halnya psikologi,

tapi menurut hemat penulis definisi yang sesuai dengan tema atau mata

kuliah ini seperti halnya Muhibbin Syah menyebutkan bahwa psikologi

pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi (subdisiplin psikologi) yang

menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan,

sumbangsih pakar secara makro dapat dijabarkan:

1. Democritus, filsuf pertama yang menekankan pentingnya pengaruh


lingkungan dan suasana rumah terhadap perkembangan kepribadian
seseorang sehingga lingkungan dan suasana rumah perlu dibina sebaik
mungkin agar suasananya kondusif (menguntungkan) bagi perkembangan
anak.

2. Plato & Aristoteles, mengembangkan sistem pendidikan berdasarkan


pada prinsip-prinsip psikologi.

3. Aristoteles adalah tokoh yang idenya berkembang menjadi Psikologi


Daya. Dalam psikologi Daya ada 3 kekuatan/komponen dalam jiwa manusia
yang ketiganya saling interdependent (bergantung satu sama lain). Ketiga
komponen tersebut adalah :

7
a. Penalaran/Pengertian/Kognitif/Cipta

b. Perasaan/Emosi/Afektif/Rasa

c. Kehendak/Will/ Konasi/Karsa

4. John Amos Comenicus, orang pertama yang melakukan penyelidikan


ilmiah terhadap anak. Ia mengatakan bahwa anak adalah individu yang
sedang berkembang, oleh karena itu dilihat dalam bentuk dan karakternya
sebagai “anak” dan tidak sebagai “miniatur orang dewasa”.

5. Rousseau (seorang penganut Naturalis), mendasarkan ide-ide pendidikan


pada prinsip-prinsip perkembangan manusia. Ia juga mengatakan bahwa
pada dasarnya, anak adalah baik.

6. John Locke (seseorang penganut Empirisme), secara kritis


mengemukakan bahwa sewaktu individu lahir dalam jiwanya belum terdapat
apa-apa (teoritabula rasa/kertas putih), tetapi secara potensial, jiwa individu
itu sensitif intuk melakukan impresi terhadap dunia luar dengan melalui
sense. Belajar melalui penalaman dan latihan merupakan sumbangan
terbesar dari John Locke dan tokoh-tokoh empirisme lainnya.

7. John Heinrich Pestalozzi, dikenal sebagai tokoh yang menyarankan


penyelenggaraan pendidikan yang bersifat klasikal (rombongan).

8. Pada akhir abad ke-18, para psikologi seperti Francis Galton, Stanley Hall,
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perilaku
individu. Hasil- hasil penelitian ini sangat membantu bagi pendidik untuk
memahami para anak didiknya.

8
9. William James, Cattel, Alfred Binet, masing-masing memberikan
sumbangan sebagai berikut :

a. William James, dalam bukunya “Principles of Psychology” menyarankan


untuk melakukan pendekatan fungsional dalam psikologi (lawanpsikologi
struktural – Wundt). Fungsionalisme dalam psikologi adalah cara pendekatan
yang menganggap bahwa kesadaran terhadap gejala-gejala mental adalah
hal yang utama.

b. Cattel, memberikan sumbangan besar dalam hal individul differences dan


pengukuran mental. Individul differences adalah sembarang sifat atau
perbedaan kuantitatif dalam suatu sifat, yang dapat membedakan satu
individu dengan individu lainnya.

c. Binet adalah psikolog pertama yang mengenalkan pengetesan


mental/pengukuran inteligensi yang bersifat individual.

B.     Sejarah Perkembangan Psikologi

Sejarah perkembangan psikologi ini sudah dimulai sejak zaman yunani

kuno, yaitu ketika gejala-gejala psikologis sudah banyak menarik perhatian

para sarjana filsafat. Pertanyaan klasik yang sering menggoda manusia untuk

mencari dan menjawabnya adalah pertanyaan apakah jiwa itu, dari manakah

asalnya, apa tujuannya, bagaimana hubungan jiwa dan badan, dan

sebagainya.

Jiwa manusia sejak zaman yunani telah menjadi topik pembahasan

para filosof, namun psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai

9
tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium

psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman.

Wundt sebenarnya bukan seorang ahli dalam bidang psikologi, akan

tetapi beliau mempunyai pandangan bahwa fisiologi dapat dipandang

sebagai ilmu pembantu dari psikologi, dan psikologi harus berdiri sendiri

sebagai suatu ilmu pengetahuan yang tidak tergabung atau tergantung pada

ilmu-ilmu yang lain. Di dalam laboratoriumnya, Wundt mengadakan

eksperimen-eksperimen dalam rangka penyelidikan-penyelidikannya,

sehingga beliau dipandang sebagai bapak psikologi eksperimental. Tetapi itu

tidak berarti bahwa baru pada Wilhelm Wundt dimulai pada eksperimen-

eksperimen, sebab telah ada ahli-ahli lain yang merintisnya antara lain;

Fechner dan Helmholtz. Bahkan wundt sendiri juga telah menjadi asisten

Helmholtz. Namun demikian baru pada wundt penyelidikan dilakukan secara

laboratorium eksperimental yang lebih intensif dan sistematis. Dengan

perkembangan ini akan berubahlah psikologi yang pada mulanya bersifat

filosofis menjadi psikologi yang bersifat empiris. Karena laboratoriumnya ini

pula Wilhelm Wundt disebut sebagai pendiripsikologi, yang berdiri sendiri.

Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap

utama, yaitu masa sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.

Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh  para ahli filsafat dan para ahli ilmu

10
Fasal (Phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua

ilmu tersebut. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang

mencari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban

secara terus-menerus sehingga mencapai pengertian yang hakiki  tentang

sesuatu. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian empiris,

melainkan beberapa  teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika

belaka. Psikologi benar-benar  masih merupakan bagian dari filsafat dalam

arti semurni-murninya.

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari

filsafat sehingga obyeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya masih

menggunakan argumentasi logika.Disamping para ahli filsafat menggunakan

logika, para ahli ilmu fasal juga mulai menyelidiki gejala kejiwaan melalui

eksperimen-eksperimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah

(empiris), namun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf 

pengindraan (sensoris), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan

motoris di otak, serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf-syaraf

tersebut. Dengan demikian, gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya

merupakan bagian dari obyek ilmu fasal dengan metode yang lazim

digunakannya.

11
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan

masa di mana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode

ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan dipelajari secara

lebih sistematis dan objektif. Selain metode eksperimen digunakan pula

metode instropeksi oleh W.Wundt. gelar kesarjanaan W.Wundt adalah bidang

kedokteran dan hukum. Ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang

pertama yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak

psikologi. Sejak itu psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya

sarjana psikologi, menyusun teori-teori psikologi dan keragaman pemikiran-

pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam berbagai aliran.

Secara singkat psikologi dapat digambarkan sebagai berikut;

Masalah jiwa manusia memang penuh keunikan, sehingga

mengundang banyak ahli untuk menyelidikinya. Meskipun demikian, tetap

saja penyelidikan-penyelidikan sistematis yang dilakukan hingga kini masih

belum mampu menjawab pertanyaan tersebut diatas. Karena itu, banyak ahli

yang mengatakan bahwa jiwa itu adalah suatu misteri, bersifat rahasia

(abstak). Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bagi usaha perenungan

dan penelitian untuk sedikit demi sedikit membuka rahasia jiwa manusia.

Sebelum menjadi disiplin ilmu yang otonom, psikologi memiliki akar

yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih

12
tampak pengaruhnya. dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan

menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis

(jasmaniah). Sedang dalam filsafat, psikologi berperan dalam memecahkan

masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan

pengetahuan.

C.    Sejarah Psikologi Pendidikan

Perkembangan Psikologi Pendidikan pada permulaan abad ke-20

ditandai penelitian-penelitian psikologi yang lebih khusus yang memberikan

dampak besar terhadap teori-teori dan praktek pendidikan. Tokohnya antara

lain adalah Termann, Thorndike, dan Jude. Aliran-aliran Psikologi yang

berkembang pada permulaan abad ke-20 yang mempelajari perilaku dan

proses belajar dari sudut pandang yang berbeda-beda, juga telah

memberikan penagaruh terhadap perkembangan teori dan praktek

pendidikan, seperti : Behaviorisme (Watson), Psikoanalisis (Freud), dan

Gestalt(Kohler,Koffka). Teori-teori ini tidak ada yang terbaik karena sifatnya

komplementer/melengkapi.

Pengujian, pengklasifikasian, dan penilaian pertimbangan metode-

metode pendidikan telah dilakukan beberapa abad sebelum lahirnya psikologi

pada akhir tahun 1800-an. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli

filsafat pendidikan seperti Democritos, Quantilian, Vives, dan Cominius. Oleh

13
karena itu, psikologi pendidikan tidak dapat mengakui sebagai yang pertama

yang melakuakan analisis sistematis proses pendidikan. Namun aspirasi-

aspirasi tentang disiplin baru berhenti pada aplikasi metode-metode ilmiah

mengenai observasi dan eksperimentasi untuk masalah-masalah pendidikan.

Bahkan pada tahun-tahun awal disiplin ilmu ini, para ahli psikologi

pendidikan, mengemukakan ketebatasan pendekatan baru ini.

William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam

seri kuliahnya yang terkenal, bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan

mengajar adalah seni atau kiat, dan ilmu tidak pernah menurunkan langsung

seni atau kiat diluar keilmuannya sendiri. Suatu pemikiran inventif intermediet

harus membuat aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya sebagai

sebuah ilmu pengetahuan. Menurut David dalam bukunya Muhibbin Syah

menyebutkan bahwa pada umumnya para ahli memandang Johann

Friederich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut

sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi.

Herbart adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di

Oldenburg,Jerman, pada tanggal 4 mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi

dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809

ketika dia diangkat menjadi ketua Jurusan Filsafat di Konosberg sampai

tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.

14
Nama Hebart kemudian di abadiakan sebagai nama sebuah aliran

psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1821-an. Konsep utama

pemikiran Herbartianisme ialah appercertive mass, sebuah istilah yang

khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam

pandangan Hebart, proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada

pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru

dengan pengetahuan yang telah dimiliki. kondep ini sampai sekarang masih

digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal

dengan istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam kegiatan

mengajar-belajar.

Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Heber adalah pendahulu

pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran

psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-

gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga

sekarang.

Psikologi mamang sangat penting, terutama dalam bidang pendidikan

dan pengajaran, orang tua dan pendidik, pada umumnya menghadapi anak-

anak yang memiliki sifat-sifatpsikis yang berbeda-beda,baik dalam pikiran,

kemauian, perasaan, latar belakang keluarga, struktur jasmani, psikostruktur

15
dan sebagainya. Oleh karena itu pemikiran pendidikan perlu dan penting

adanya psikologi pendidikan.

Adanya kemajuan dalam masyarakat, berarti juga bertambahnya

kebutuhan baru. Dalam mana, bahwa setiap kebutuhan baru yang timbul,

senantiasa diiringi dengan munculnya pengetahuan baru.juga, setiap

lapangan hidup, dimana didiamioleh manusia tertentu, senantiasa

memperlihatkan gejala-gejala jiwa yang berbeda. Jadi tegasnya, bahwa

dalam situasi tertentu, baik dalam lapangan keagamaan, kebudayaan,

maupun dalam lapangan industri, semuanya pasti memerlukan pengetahuan

psikologi tertentu. Memang psikologi yang dalam berbagai macam teorinya

telah memberikan cara-cara tentang bagaimana yang lebih tepat dalam

pemecahan permasalahan kemanusiaan yang timbul dalam kehidupan.

Disinilah terasa, betapa pentingnya psikologi terapan, sehingga timbul

psikologin pendidikan disamping psikologi teoritis.

Selanjutnya, psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika

Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari

negara adidaya tersebut psikologi pendidikan menyebar ke seluruh benua

hingga sampai ke Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan

di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataannya psikologi tersebut tidak

lenyap atau tergeser oleh perkembangan psikologi pengajaran. Salah satu

16
bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa,

khususnya di Inggris adalah masih tetap diterbitkannya sebuah jurnal

internasional yang bernama British Journal Of Educational Psychology.

Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin

banyak pakar psikologi dan pendidikan yang berminat mengembangkannya.

Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas

pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan

atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang

lengkap dan modern. Sayang, di Negara kita jurusan psikologi pandidikan –

yang biasanya digabung dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) itu sudah

amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri maupun

swasta.

Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi

pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran

pemikiran psikologis yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologis

pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti

menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, diantaranya yang

paling menonjol adalah:

1. Aliran humanism dengan tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham

Maslaw, C Rogers;

17
2. Aliran behaviorisme dengan tokoh utama J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan

B.F. Skinner;

3. Aliran psikologi kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner,

dan Ausbel.

Adapun sejarah Psikologi Pendidikan, pada garis besarnya seperti

halnya yang terdapat dalam bukunya Mahfudh Shalahuddin dapat

diklasifikasikan ke  dalam masa-masa sebagai berikut;

Masa permulaan Psikologi Pendidikan (1880-1900)

Masa ini ditetapkan sebagai masa permulaan Psikologi Pendidikan.

Pada masa ini mengemukakan penemuan eksperimen yang pertama tentang

aliran Asosiasi.

Beberapa tokoh pada masa ini adalah;

1. Sir Francis Galton

Pada tahun 1869 ia telah mengemukakan hasil penelitiannya tentang

“Genius turun temurun” yang menunjukkan bahwa manusia istimewa di

Inggris cenderung menunjukkan kepada; “sebagai keluarga yang tersendiri”.

Galton juga menekankan, tentang pentingnya perbedaan yang turun-temurun

sehingga menimbulkan perbedaan individual.

18
2. G. Stanley Hall

Meskipun pengaruh Hall, secara langsung sangat dirasakan dalam

ilmu jiwa anak, tetapi sudah sepatutnua jika ia disebut-sebut dalam

membahas tentang sejarah psikologi pendidikan. Sebab, konsepsinya

mendasarkan pada teori evolusi biologis dan rekapitulasi, artinya bahwa akal

manusia terlihat tumbuh melalui serangkaian tingkatan. Adapun kegiatan Hall

yang tampak menonjol adalah antara tahun 1890-1915.

3. William James

Dia adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai

salah seorang pendiri Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, James

juga terkenal sebagai seorang psikolog. Ia dilahirkan di New York pada tahun

1842. Setelah belajar ilmu kedokteran di Univ.  Harvard, ia

belajar psikologi di Jerman dan Perancis. Kemudian ia mengajar di

Universitas Havard untuk bidang anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat,

hingga tahun 1907. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar pikologinya

yang pertama, yang pertama, principles of psychology, William James

memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talks to Teacher”. Dalam

kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James

mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak

bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif.

19
Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di

kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya

adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat

pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala

pemikiran anak.

4. James Mc. Keen Cattell

Pekerjaan yang mula-mula diselesaikan oleh James Mc. Keen Cattel

adalah; adanya perbedaan individu sewaktu reaksi dilaboratorium Wundt.

Masalh ini, adalah sangat berguna dalam psikologi pendidikan.

5. Alfred Binet

Adalah, juga orang yang banyak sekali jasa-jasanya dalam bidang

psikologi pendidikan. Ia telah mengembangkan penggunaan tes intelegensi

secara individual. Juga pada tahun 1899, Binet dan laboratoriumnya

menggabungkan diri dengan sarbone, sampai ia meninggal duania (1911).

Adapun hasil kerjanya yang utama adalah tentang problem-problem psikologi

abnormal. Akhirnya, berkat kerjasama dan bantuan Theophile Simon, maka

dikembangkan skala Binet yang pertama, dan akhirnya mereka menyusun

tes untuk anak normal dan abnormal.

20
6. John Dewey

Dia adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab

Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus

sosial dan pemikir dalam bidang  pendidikan.  Dewey dilahirkan

di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore,

ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang

pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey

menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel. Dia menjadi motor

penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di tingkat praktis. Banyak ide

penting lahir dari pemikiran John Dewey. Pertama, kita mendapatkan

pandangan tentang anak-anak sebagai pembelajar aktif. Pemikiran yang

kedua dari Dewey adalah bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan pada

anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk

beradaptasi dengan lingkungannya, ia percaya bahwa anak-anak seharusnya

tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus di ajari cara

untuk berpikir dan dan beradaptasi di luar sekolah sehingga anak-anak

mampu memecahkan masalah secara reflektif.

21
Masa Pertumbuhan Psikologi Pendidikan (1900-sekarang)

Apabila permulaan munculnya ilmu jiwa mengambil waktu tahun 1900,

maka sesudah tahun 1900, adalah merupakan periode pertumbuhan.

Tokoh-tokoh Psikologi Pendidikan pada masa ini adalah;

1. Edward L. Thorndike

Edward Lee “Ted” Thorndike (31 Agustus 1874 – 9 Agustus 1949)

adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh

karirnya di Teachers College, Columbia University. Dia adalah anggota

dewan Corporation Psikologis, dan menjabat sebagai presiden American

Psychological Association pada tahun 1912. Thorndike member banyak

perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar

belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas

pendidikan di sekolah adalah yang paling penting adalah menanamkan

keahlian penalaran anak. Ia mengajukan gagasan bahwa psikologi

pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.

2. Charles H. Judd

Adalah seorang pionir psikologi pendidikan, yang telah memperoleh

latihan dari Wundt di Leipziq dan dapat meraih gelarnya pada tahun 1896.

Bukuny yang berjudul “Genetic Psycology for Teacher” adalh membahas

22
tentang, psikologi membaca, psikologi menulis, psikologi berhitung dan

memperkuat doktrin tentang perkembangan biologis dan psikologis.

3. H. Goddard, F. Kuhlmann dan L.M. Terman

Pada tahun 1908, Goddard menterjemahkan skala Binet ke dalam

bahasa Inggris dan kemudian dikenakan pada anak-anak. Juga pada tahun

1912 Kuhlmann mengataka revisi atas tes Binet di Amerika Serikat, dan pada

tahun 1916 Terman memperluas dan mengubah skala Binet, menerima yang

baik dan menghilangkan beberapa kelemahannya, sehingga tes itu, sesuai

untuk digunakan di Amerika Serikat. Maka, pada saat masa inkubasiini

dikembangkan apa yang disebut “Tes Achievement”, yakni tes prestasi,

dalam suatu rangkaian tes standar, dan biasanya bersifat pendidikan.

23
REFERENSI

AhmadiAbu, Psikologi Umum,  Surabaya; PT. Bina Ilmu, 1992

Ahyadi Abdul Aziz, Psikologi Agama, Bandung; Sinar Baru, 1991

Arifin, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya, Sinar Wijaya, 1986

Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoretis teerhadap Fenomena,

Jogyakarta; Ar-Ruzz Media, 2010

FauziAhmad, Psikologi Umum, Bandung; Pustaka Setia, 1999

KartonoKartini, Psikologi Umum, Bandung; Mandar Maju, 1996

Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung;

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP Bandung,  1997

Shalahuddin Mahfudh,Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya; PT. Bina

Ilmu, 1990

SyahMuhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung; PT.

Remaja Rsdakarya, 2010

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 2001

24
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta; PT. Raja

Grafindo Persada, 2005

Wirawan Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta; PT. Bulan Bintang,

1983

25

Anda mungkin juga menyukai