DISUSUN OLEH :
Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah . Karena dengan rahmat karunia s penulis dapat
menyelesaikan makalah Perspektif Pendidikan dan Pembelajaran Anak Tunanetra yang akan membahas yaitu
Kebutuhan Khusus Anak dengan Hambatan Penglihatan Berat dan Buta Total dalam Pembelajaran Media
Pembelajaran Khusus ,Sumber Belajar Khusus dan Program Pembelajaran.
Ini semuanya sebatas pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki dan penulis juga berterima kasih
kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari yang
diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini
di masa yanga kan datang.
Kelompok 10
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................. 18
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dalam setiap
bidang kehidupan dimasyarakat terdapat proses pendidikan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak
luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian berarti anak-anak yang dengan berkebutuhan
khusus seperti tunanetra, tunarungu dan yang lainnya serta anak-anak berkesulitan belajar juga
memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan.Oleh karena itu, ditekankan adanya
pengelolaan kegiatan belajar mengajar, sehingga menjadi sistem yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap anak, artinya kaya dalam sumber belajar dan mendapat dukungan dari semua
pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.Seperti yang kita ketahui anak
berkebutuhan khusus sudah dianggap sebagai manusia normal seperti anak yang lain, memiliki hak
yang sama. Hal ini memberikan perlakuan yang wajar seperti dididik dan disekolahkan. Perbedaannya
hanya terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya mereka. mengalami
kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa.
Guru perlu memiliki pengetahuan teoritik yang dapat digunakan sebagai bekal dalam menciptakan
strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran tetapi juga efektif
untuk membangun kepribadian yang sehat pada anak. Dengan demikian, mereka akan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Didasari bahwa kelainan seorang anak memiliki
tingkatan dari yang paling ringan sampai yang paling berat dari kelainan tunggal, ganda, hingga yang
kompleks yang berkaitan dengan emosi, fisik, psikis, dan sosial. Mereka merupakan kelompok yang
heterogen terdapat diberbagai strata sosial dan menyebar di daerah perkotaan, pedesaan bahkan
didaerah-daerah terpencil. Kelainan seseorang tidak memandang suku ataupun bangsa. Keadaan ini
jelas memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus tersebut. Istilah anak berkebutuhan khusus tersebut bukan berarti menggantikan
istilah anak penyandang cacat atau anak luar biasa tetapi menggunakan sudut pandang yang lebih luas
dan positif terhadap anak didik atau anak yang memiliki kebutuhan yang beragam. Anak-anak yang
termasuk kategori berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa (anak berkekurangan dan atau anak
berkemampuan luar biasa), anak yang tidak pernah sekolah, anak yang tidak teratur sekolah, anak yang
drop out, anak yang sakit-sakitan, anak pekerja usia muda, anak yatim piatu dan anak jalanan.
Perbedaan antara media pendidikan dengan teknologi pendidikan adalah, media pendidikan
itu banyak dan bervariasi, sedangkan teknologi pendidikan itu menekankan kepada pendekatan
teknologis dalam pengelolaan pendidikan. Teknologi pendidikan mengintegrasikan aspek manusia,
proses prosedur dan peralatan. Upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan
seakan-akan tidak pernah berhenti. Beragam program- program inovatif yang sedang dilaksanakan
dalam hal pendidikan, termasuk dalam hal pemilihan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar. Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan mampu menyampaikan materi belajar
secara tepat dan efisien. Pemilihan ini didasarkan pada karakteristik materi yang akan diajarkan serta
keadaan dari peserta didik.
Perlu disadari juga secara bersama, bahwa dari sekian banyak generasi penerus yang ada di
masyarakat, ada sebagian kecil dari mereka yang kurang beruntung karena memiliki kelainan baik dari
segi fisik, mental, perilaku maupun campuran.
C.Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Media Pembelajaran Khusus
2. Untuk mengetahui Sumber Belajar Khusus.
3. Untuk mengetahui Program Pembelajaran
PEMBAHASAN
Media pembelajaran tunanetra yang cocok perlu diperhatikan agar peserta didik yang mengalami hambatan
penglihatan tersebut dapat menangkap materi atau bahan ajar dengan baik, sehingga proses pembelajaran berjalan
dengan efektif.
Tunanetra adalah seseorang yang mengalami hambatan pada sensori penglihatan sehingga berdampak pada
perkembangnya. Tetapi dengan layanan dan pendidikan khusus sejak dini, mereka mampu berkembang dengan baik
sesuai dengan potensinya. Tunanetra sendiri terbagi menjadi dua yakni total yang mana tidak bisa menangkap cahaya
sama sekali (buta total), dan low vision dimana masih terdapat sisa penglihatan tetapi harus dibantu alat bantu khusus
untuk meringankan hambatan yang ada.
Mereka tidak mengalami masalah pada aspek intelektual, maka dapat diajarkan pada kemampuan akademik
dari tingkat rendah (SDLB), hingga tingkat tinggi ketika sudah SMALB dan bisa juga dilatih keterampilan tertentu.
Saat ini bila dilihat di internet sudah banyak tunanetra yang sukses dan bahkan berprestasi.
Tunanetra mengalami hambatan penglihatan oleh karena itu pada prinsip pembelajarannya, mereka sebaiknya
dihindarkan pada media-media pembelajaran yang sifatnya ke visual atau penglihatan. Lalu apa media pembelajaran
tunanetra yang tepat? Berikut ini adalah contoh media yang bisa diterapkan untuk mereka.
1.Miniatur
Media pembelajaran ini sangat cocok untuk orang dengan hambatan penglihatan dari umur yang masih belia
hingga beranjak dewasa. Media ini bisa digunakan untuk melatih berbagai hal seperti contohnya mengenal hewan,
alat transportasi, bentang alam seperti gunung dengan cara diraba sehingga anak mengerti bentuknya.
Sempoa umum dipakai hampir semua orang ketika belajar menghitung ketika TK hingga SD. Tetapi media
tersebut memang efektif karena anak melakukan praktek menghitung langsung dengan benda nyata. Benda tersebut
juga bisa digunakan untuk anak hambatan penglihatan dalam belajar matematika dasar.
3.Balok Kayu
Balok kayu merupakan salah satu media yang bisa dipakai untuk mengajar tunanetra. Materi yang bisa
disampaikan dengan media ini seperti contohnya mengenal bangun ruang, bisa juga mengelompokkan bentuk yang
sama, ataupun sekedar bermain menyusun balok menjadi bangunan.
4.Rekaman suara
Alat perekam suara bisa digunakan menjadi media pembelajaran dimana penjelasan mengenai materi dari
guru bisa direkam dan bisa diputar kembali dimana saja dan kapan saja. Cara ini sangat efektif utamanya untuk anak
tunanetra yang sudah menginjak dewasa dimana mereka cenderung lebih banyak belajar dari auditoria atau
pendengaran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
5.Buku Braille
Tunanetra menggunakan huruf yang namanya braille sehingga dari kecil di sekolah mereka sudah diarahkan untuk
belajar huruf tersebut. Bila sudah menguasai mereka bisa diberikan materi dengan buku-buku braille yang dapat
dibaca secara mandiri. Media ini bisa diterapkan biasanya ketika anak sudah menginjak SMPLB-SMALB.
6.Globe Tunanetra
Globe tunanetra sebetulnya berbentuk seperti globe pada umumnya, namun yang membedakan benda ini memiliki
tonjolan yang bisa diraba sehingga tunanetra paham mana yang termasuk daratan dan laut. Media ini bisa digunakan
ketika anak mempelajari tentang ilmu pengetahuan sosial yang mengarah pada ilmu geografi.
1. Komputer Berbicara
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Komputer Berbicara adalah Komputer dengan program
JAWS. Komputer yang memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun
ketika mengetik adalah computer yang memiliki aplikasi screen reader yang disebut JAWS. Cara
kerja aplikasi screen reader yaitu komputer menerangkan tampilan yang ada pada layar monitor
(screen) dengan suara. Mulai dari menu program yang tersedia, sampai menginformasikan dimana
letak kursor dan menerangkan tulisan apa saja yang terbaca pada screen (membaca kata perkata maupun
huruf demi huruf).Suara yang dihasilkan oleh JAWS terkesan seperti robot yang berlogat barat.
Kecepatannya pun dapat diatur, dipercepat maupun diperlambat. Program JAWS dapat juga mentranslate
kata dari Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris (saduran dari kamus Hasan Sadili). Pembrailannya pun
menggunakan dua program, yaitu Duxbury dan MBC MBC (Mitra Netra Braille Conventer). Duxbury
merupakan program dari luar negeri, sedangkan MBC berasal dari Indonesia. Persamaan dari keduanya
adalah dapat mengubah tulisan Braille ke tulisan awas maupun sebaliknya. Namun, proses ini
memilki kelemahan yaitu file yang disimpan formatnya akan berubah dan simbol-simbol khusus (misal
arab dan metematika) tidak dapat dikonversikan langsung.
Komputer Berbicara
2. Huruf Braille
Huruf Braille ditemukan oleh Louis Braille (1809-1852), seorang guru berkebamgsaan Perancis
yang mengalami kebutaan pada usia 3 tahun. Braille menemukan sistem cetakan dan tulisan khusus
untuk penderita tunanetra ini pada tahun 1824 saat masih menjadi siswa pada Institution Nationale des
Jeunes Aveugles (National Institute for Blind Children), Paris, Perancis.Tulisan braille berupa
huruf-huruf timbul yang sederhana dan praktis dan metoda membaca dipakai diseluruh dunia. Tulisan
braille yang ditulis menonjol atau timbul di atas kertas dan dibaca dengan cara meraba secara lembut dan
perlahan tulisan, terdiri atas 6 titik atau lubang dan dijadikan 2 baris, masing masing 3 titik dari atas
kebawah. Jika hanya titik pertama dari baris pertama yang timbul, itu huruf a, jika titik pertama dan
kedua dari baris pertama yang timbul itu huruf b. Tulisan braille terdiri dari 63 karakter, yang meliputi
huruf, angka, tanda baca, tanda ulang, huruf besar .
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Pada tahun 1932, tulisan braille diakui sebagai Standard English Braille oleh perwakilan dari
perkumpulan penyandang cacat netra seInggris Raya dan Amerika Serikat. Untuk melengkapi dan
menyempurnakan tulisan braille, pada tahun 1065
The Nemeth Code of Braille Mathematics and Scientific Notation memodifikasi tulisan braille
yang mewakili bermacam-macam simbol khusus yang digunakan untuk bidang matematika dan teknik.
Di samping itu juga, masih banyak tulisan braille yang dimodifikasi untuk penulisan notasi musik,
tulisan cepat (stenografi) dan macam-macam bahasa di dunia. Saat ini, tulisan tangan dengan
menggunakan tulisan braille sudah dimungkinkan dengan menggunakan alat yang bernama ”slate”. Yang
terdiri dari 2 buah lembaran baja, yang dihubungkan dengan menggunakan sendi yang berguna untuk
memasukkan selembar kertas diantaranya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tulisan penemuan Louis Braille sangat berperan penting untuk membantu para
penyandang cacat netra mengatasi kendala dalam bersosialisasi dan berkomunikasi antar sesama penyandang cacat
netra dan dengan masyarakat umum. Kendala ini dapat teratasi karena masalah pokok penyandang cacat netra
adalah individu yang mempunyai kelainan fisik serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar
2.5 m
Angka Braille
Huruf Braille
DAISY Player
Buku Bicara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
5. Printer Braille
Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Printer Braille memiliki cara kerja yang mirip dengan
printer dot matrix. Proses pencetakan dilakukan dengan cara pengetukan pada kertas, sehingga
printer ini lebih bersuara jika dibandingkan dengan printer tinta. Printer braille terdiri dari dua tipe,
yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY (tipe 200 dan 400). Perbedaan dari dua tipe ini terletak
pada hasil cetakannya. Printer COMET hanya dapat mencetak dari dua sisi (satu muka),
sedangkan BRAILLO NORWAY dapat mencetak dua sisi (bolak-balik).
. Printer Braille
6. Termoform
Termoform merupakan mesin pengganda (copy)
bacaan penyandang tunanetra dengan penggunakan kertas khusus, yaitu braillon
Termoform
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah memberikan
layanan kepada penyadang tunanetra dengan memberikan fasilitas buku secara manual yaitu buku braille
maupun teknologi seperti komputer berbicara, buku elektronik,yang menggunakan program jaws.
Dengan adanya layanan berbasis teknologi, diharapkan dapat memfasilitasi penyandang tunanetra untuk
mengakses informasi.
b. Riglet kecil
Bahan plastik, terdiri dari 4 baris 28 petak
c.Abakus
Bingkai plastik, alas karpet, tiang stainlis, terdiri atas 13 digit
d Tongkat lipat
Bahan aluminium galfanis vernikel panjangg
110cm
f. Peta indonesia
Bahan relief fiber, bingkai triplek, ukuran
40x100cm
Pembelajaran adalah sebuah sistem karena melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitasi,
perlengkapan, dan prosedur interaksi untuk mencapai suatu tujuan. (Sanjaya, 2008).Unsur manusiawi dalam
sistem pembelajaran adalah guru, peserta didik sebagai peserta didik, pustakawan, laboran, dan orang-orang
yang terlibat secara langsung dan mendukung untuk keberhasilan pembelajaran.Guru dan peserta didik adalah
dua komponen manusia utama dalam sistem pembelajaran. Sebagai guru, adalah kewajibannya untuk menyiapkan
suatu program yang dapat mengakomodir setiap kebutuhan peserta didiknya di kelas. Setiap peserta didik
memiliki hak untuk dapat belajar dengan baik. Para ahli sepakat bahwa penyusunan program pembelajaran
seharusnya mengacu pada kebutuhan peserta didik.Karena yang akan belajar adalah anak sebagai peserta
didik. Maka minat, orientasi, kelebihan, dan kekurangan anak harus menjadi perhatian dan diakomodasi dalam
proses pembelajaran.Unsur material meliputi bahan sumber belajar seperti buku, film, ataupun benda-benda di
sekitar. Termasuk juga di dalamnya terdapat bahan ajar yang digunakan oleh guru atau lembar kerja peserta didik
yang digunakan peserta didik.Fasilitas meliputi ruang kelas dan kemudahan akses pada sumber belajar. Seperti
jaringan internet ataupun ketersediaan buku sumber di perpustakaan yang diikuti dengan kemudahan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
peminjaman buku di perpustakaan.Perlengkapan dalam sistem pembelajaran meliputi alat-alat yang menunjang
sistem pembelajaran. seperti misalnya papan tulis, kapur, komputer, dan peralatan audio visual.Terakhir,
prosedur, adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Misalnya strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, jadwal, pelaksanaan evaluasi, dan lain sebagainya.Sebagai sistem,
pembelajaran tidak dapat dikatakan berhasil jika masing- masing unsur bergerak sendiri-sendiri tanpa saling
bersinergi. Oleh karena itu dibutuhkan tim untuk bisa membuat unsur-unsur tersebut bisa saling mendukung
untuk mencapai tujuan.Yang berperan sebagai perancang sistem pembelajaran adalah guru. Dalam merancang
pembelajaran guru memiliki tugas sebagai perencana, pengelola, dan pengevaluasi. Sebagai perencana dia
harus mengatur semua unsur yang ada agar dapat berfungsi dengan baik. Sebagai pengelola guru harus
memastikan bahwa program yang dirancang terlaksana dengan baik dan sesuai. Sedangkan sebagai
pengevaluasi, dia harus melakukan evaluasi terhadap peserta didik untuk menilai keberhasilan dalam mencapai
tujuan pembelajaran. selain itu dia juga harus melakukan evaluasi terhadap efektifitas program yang telah
dirancangnya tersebut.Maka Program Perencanaan Individual atau PPI yang juga merupakan suatu sistem
pembelajaran harus memenuhi semua unsur yang telah disebutkan tadi di atas. Dengan kebutuhan peserta
didik sebagai acuan utama untuk pencapaian tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah. Jadi PPI
tidak hanya berlaku bagi peserta didik di jenjang dasar saja, tetapi juga tetap dilakukan untuk ABK yang
menempuh pendidikan di jenjang menengah (menengah pertama maupun menengah atas).
Sampai saat ini belum ada format PPI yang baku. Karenanya komponen yang ada di setiap guru bisa jadi
berbeda. Berikut adalah komponen- komponen minimal yang harus ada di PPI adalah:
a. Identitas, yang terdiri dari: nama peserta didik, tingkat pendidikan peserta didik dan semester, tema (untuk
tingkat SD) atau mata pelajaran (untuk tingkat SMP dan SMA), nama guru kelas atau guru mata pelajaran.
b. Tujuan, yang terdiri dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Tujuan ini terdiri dari tujuan jangka panjang persemester, juga memuat tujuan jangka pendek perpekan atau
pertema. Tujuan pembelajaran ini mencakup pembelajaran formal juga pembelajaran kemampuan aktivitas sehari-
hari bagi anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak tunanetra.
c. Metode, yang merupakan penjabaran dari cara mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik
dan kondisi peserta didik.
d.Media, yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran.
e.Evaluasi, yang dimaksud dengan evaluasi di sini mencakup evaluasi pembelajaran dan evaluasi proses
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi ketercapaian peserta didik terhadap tujuan pembelajaran.
Sedangkan evaluasi proses pembelajaran adalah evaluasi terhadap program yang dibuat termasuk metode.
Dalam penyusunan PPI langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a.Analisis kurikulum, meliputi analisa isi kurikulum serta kesesuaian topik pembelajaran
dengan kurikulum yang berlaku.
b.Pembentukan tim; melibatkan orang tua, kepala sekolah, guru kelas, tenaga ahli. Langkah ini
perlu dilakukan agar program pembelajaran yang dibuat sesuai dengan kondisi anak. Pelibatan
orang tua sangat penting karena informasi masa perkembangan anak pre natal, post natal, maupun di
tahun-tahun awal pertumbuhan anak betul-betul dibutuhkan. Apabila tidak memungkinkan tim
bertukar pikiran dalam satu waktu dapat digunakan sistem kuisioner. Begitu pula dengan tenaga
ahli. Apabila saat pembuatan PPI tidak memungkinkan untuk dihadirkan, minimal ada kesempatan
untuk berkonsultasi mengenai kekhususan yang ada pada anak serta penanganan yang perlu
dilakukan. Agar PPI bisa sejalan dengan dan mampu mengoptimalkan proses tumbuh kembang
anak.
c.Asesmen dan menilai kebutuhan anak, untuk mendapatkan gambaran kondisi peserta
didik secara akurat. Proses asesmen tidak dapat dilewatkan dalam pembuatan PPI. Karena kondisi
setiap anak berbeda maka kebutuhan anaknya pun berbeda. Hal tersebut perlu diperhatikan agar PPI
yang dibuat nanti sesuai dengan kebutuhan.
d.Penentuan tujuan pembelajaran dan merancang metode pembelajaran.
e.Menentukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi pembelajaran terhadap
peserta didik.
Secara garis besar pelaksanaan PPI dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu, asesmen,
proses pembelajaran, serta evaluasi. Evaluasi mencakup evaluasi pembelajaran dan evaluasi proses
pembelajaran.
Wali Kelas
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Media pembelajaran tunanetra yang cocok perlu diperhatikan agar peserta didik yang
mengalami hambatan penglihatan tersebut dapat menangkap materi atau bahan ajar dengan baik,
sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk
kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan detail dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://meenta.net/media-pembelajaran-tunanetra
/http://eprints.ulm.ac.id/6529/1/BUKU%20HAMBATAN%20PENGLIHATAN.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/9519/1/Tunanetra%20D_umi-katalina-9-5-
2016%20%2BFont%20SimBrille.pdf