Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI DAN ASESMEN PEMBELAJARAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pendidikan Inklusif dosen pengampu Dr. H. Nandi Warnandi, M.Pd.

oleh:
Kelompok 3

Desti Kristanti Widi Utami 1908636


Dwi Panca Widia Putra 1908649
Mela Mawaddatun Nisa 1908790
Mutiara Apriliani Putri 1900711

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat serta salam
semoga terlimpahcurahkan kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Inklusif
dengan judul “Identifikasi dan Asesmen untuk Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan, serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, 14 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Identifikasi.................................................................................................................3

B. Asesmen.....................................................................................................................4

C. Urgensi Asesmen dan Identifikasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus........................6

D. Prosedur Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen.......................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................11

A. Simpulan...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap anak memiliki hak atas perkembangan individu, sosial,
dan intelektual. Para siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai perkembangan
potensinya seperti yang disebutkan dalam UndangUndang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
yang menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Maka, sesuai
dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, negara memiliki kewajiban dalam
memfasilitasi pendidikan kepada setiap warganya tanpa terkecuali, termasuk kepada
warganya yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
mengalami gangguan dan keterlambatan sehingga mereka berbeda dengan anak pada
umumnya (Rizki Anggraini, 2013). Anak berkebutuhan khusus terdiri dari berbagai
macam jenis, antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut memerlukan program
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, hambatan, dan kebutuhannya. Namun,
tidak semua guru memberikan program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Maka, sebelum guru membuat program pembelajaran, guru perlu melakukan
identifikasi dan asesmen terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan, hambatan, dan
kebutuhan peserta didik. Setelah melaksanakan asesmen, guru dapat membuat program
pembelajaran individual yang sesuai dengan kemampuan, hambatan, dan kebutuhan
peserta didik. Oleh karena itu, makalah identifikasi dan asesmen pembelajaran anak
berkebutuhan khusus untuk memaparkan terkait hal tersebut lebih jelas lagi.

B. Rumusan Masalah
Berlandaskan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah yang timbul, yaitu.
1. Bagaimana konsep identifikasi dan asesmen dalam pembelajaran anak berkebutuhan
khusus?
2. Apakah urgensi dari melakukan identifikasi dan asesmen untuk pembelajaran anak
berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana prosedur dalam melakukan identifikasi dan asesmen untuk pembelajaran
anak berkbutuhan khusus?

1
C. Tujuan
Berlandaskan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuannya, yaitu.
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami konsep dari identifikasi dan asesmen
dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
2. Agar mahasiswa memahami urgensi dari melakukan identifikasi dan asesmen untuk
pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
3. Agar mahasiswa memahami prosedur dalam melakukan identifikasi dan asesmen
untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identifikasi
Identifikasi adalah menemukan, menemukenali, menandai. Identifikasi
merupakan kegiatan mengenenal sesuatu sebagai proses penjaringan atau menemukan
anak yang mempunyai masalah atau kelainan. Identifikasi dilakukan karena adanya
keluhan-keluhan oleh orang tua, guru, atau pengalaman lapangan. Pelaksanaan
identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang terdekat yaitu orang tua, pengasuh, atau
guru. Identifikasi merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum melaksanakan
asesmen. Marenda (2003) mengatakan bahwa setelah melakukan identifikasi maka
kondisi seorang anak akan diketahui yaitu apakah anak mengalami kelainan terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya. Setelah mengetahui hasil dari identifikasi maka
akan dilanjutkan dengan melakukan asesmen, hasil dari identifikasi dan asesmen akan
dijadikan dasar untuk menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anak tersebut. Tujuan identifikasi adalah mengumpulkan informasi
mengenai kondisi seorang anak apakah anak mengalami kelainan terhadap pertumbuhan
dan perkembangannya.
Menurut Lerner (1998) bahwa tujuan identifikasi dilakukan untuk lima keperluan,
yaitu:
1. Penjaringan (Screening), yaitu suatu kegiatan identifikasi yang berfungsi untuk
menandai dan menetapkan anak-anak yang memiliki kondisi kelainan secara fisik,
mental intelektual, social dan/atau emosi serta menunjukkan gejala gejala perilaku
yang menyimpang dari perilaku anak pada umumnya.
2. Pengalihtanganan (referral), yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk tujuan
pengalihtanganan (referral) ke tenaga profesi lainnya yang lebih berkompeten di
bidangnya, seperti dokter, terapis, psikolog, konselor, perawat, dan profesi lainnya
apabila terdapat gejala-gejala yang memerlukan pengamatan lebih lanjut secara teliti
dan cermat. Dengan demikian, diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk
pertimbangan pengambilan keputusan tindakan berikutnya sesuai dengan kondisinya.
3. Klasifikasi (classification), yaitu kegiatan identifikasi yang dilakukan untuk tujuan
menentukan atau menetapkan apakah anak tersebut tergolong anak kebutuhan khusus
yang memang memiliki kelainan kondisi fisik, mental intelektual, sosial dan/atau
emosional serta gejala-gejala perilaku yang menyimpang dari perilaku anak pada

3
umumnya sehingga memerlukan perhatian dan penanganan khusus dalam
pendidikannya.
4. Perencanaan pembelajaran (instructional planning), yaitu kegiatan identifikasi
bertujuan untuk keperluan penyusunan program pengajaran individual.
5. Pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress), yaitu digunakan untuk
mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan itu berhasil atau
tidak dalam meningkatkan kemampuan anak.
Kemudian mengenai sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah
seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangakan secara khusus
(operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:
1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan
identifikasi sederhana (contoh terlampir), melakukan penjaringan terhadap seluruh
peserta didik yang ada di sekolah tersebut untuk menemukan anak-anak yang
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang terjaring melalui proses
identifikasi, perlu dilakukan langkah-langkah untuk pemberian bantuan pendidikan
khusus sesuai kebutuhannya.
2. Anak yang baru masuk di Sekolah reguler
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan
identifikasi sederhana (contoh terlampir) melakukan penjaringan terhadap seluruh murid
baru (peserta didik baru) untuk menemukan apakah di antara mereka terdapat ABK yang
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang terjaring melalui proses
identifikasi ini, perlu diberikan tindakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Anak yang belum/tidak bersekolah
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan
identifikasi sederhana, dan/atau bekerjasama dengan Kepala Desa/Kelurahan, atau Ketua
RW dan RT setempat, melakukan pendataan anak berkebutuhan khusus usia sekolah di
lingkungan setempat yang belum bersekolah. Anak berkebutuhan khusus usia sekolah
yang belum bersekolah dan terjaring melalui pendataan ini, dilakukan langkah-langkah
untuk pemberian tindakan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.

B. Asesmen
Asesmen berasal dari Bahasa Inggris, yaitu assesment berarti penilaian, penilaian
suatu keadaan, dan taksiran. Lerner mengemukakan bahwa asesmen merupakan proses

4
penilaian, pengukuran atau screening terhadap anak untuk mendapatkan informasi
mengenai aspek akademik serta perkembangan anak, sehingga dari hasil informasi
tersebut dapat dilakukan diagnosis atau intervensi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Menurut Hays, P.A asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan
informasi mengenai kondisi seorang anak yang digunakan untuk membuat keputusan
yang berhubungan dengan anak tersebut. Tujuan dilaksanakannya asesmen yaitu untuk
memperoleh informasi yang digunakan untuk merencanakan program pembelajaran bagi
anak. Menurut Zainal Alimin, asesmen bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak,
mengetahui hambatan belajar anak, mengetahui pencapaian perkembangan anak, serta
mengetahui kebutuhan belajar anak. Asesmen berlangsung secara sistematis dalam
mengumpulkan informasi anak, komprehensif (utuh atau menyeluruh), dan rinci.
Asesmen dilakukan berdasarkan masalah dan kemampuan yang dimiliki anak. Menurut
Marnat, G dalam melakukan asesmen ada empat aspek penting yang harus diketahui
yaitu kemampuan yang dimiliki anak, hambatan atau kesulitan yang dialami, penyebab
dari hambatan tersebut, dan kebutuhan anak. Keempat aspek tersebut akan menjadi
bahan untuk menyusun program pembelajaran anak yang bersifat realistis dan obyektif
sesuai dengan kebutuhan anak. Dapat disimpulkan bahwa pengertian asesmen, yaitu
kegiatan yang dilakukan setalah melakukan identifikasi, tujuan dilaksanakannya asesmen
untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci, mendalam, faktual, dan terukur.
Secara garis besar asesmen bagi anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi dua
yaitu asesemen akademik dan asesmen perkembangan. Aspek yang diases pada asesmen
akademik yaitu keterampilan aspek membaca, aspek menulis, dan aspek berhitung.
Aspek perkembangan berkaitan dengan aspek prasyarat yang diperlukan untuk
mendukung keberhasilan pada bidang akademik. Aspek perkembangan meliputi
perkembangan kognitif (aspek bahasa, aspek komunikasi, persepsi, konsentrasi dan
memori), perkembangan sosial, perkembangan motorik, perkembangan auditori,
perkembangan emosi. Asesmen membaca permulaan merupakan sebuah proses untuk
mengetahui kemampuan, kelemahan atau hambatan pada aspek membaca permulaan
yaitu mengenai pemahaman simbol bahasa huruf vokal, pemahaman simbol bahasa huruf
konsonan, membaca suku kata berpola, membaca kata, dan membaca kalimat. Tujuan
dari asesmen membaca permulaan untuk mendapatkan profil anak mengenai
keterampilan membaca permulaan berupa kemampuan, hambatan, penyebab hambatan
tersebut, serta kebutuhan anak.

5
C. Urgensi Asesmen dan Identifikasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Moh. Amin (1995, hlm 5) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam
pendidikan bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut.
Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan
identifikasi. Pada kegiatan identifikasi semata-mata hanya berusaha menemukan atau
menelusuri keadaan perkembangan anak sehingga akhirnya dapat diduga bahwa anak
tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian dalam
kegiatan identifikasi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana
pelaksanaan pembelajarannya.
Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-
perbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun perbedaan
yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan kemampuan
ABK dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran berhitung
dengan materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada pada tingkat
ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua anak tersebut
berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi berhitung bagi
masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu perbedaan
kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam satu bidang
tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam bidang yang
lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan tindakan atau
kegiatan asesmen.

D. Prosedur Pelaksanaan Identifikasi dan Asesmen


1. Prosedur Pelaksanaan Identifikasi
Gunawan (2016), untuk anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa pada
sekolah tertentu, identifikasi dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut.
1) Menghimpun data tentang anak Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data
kondisi seluruh siswa di kelas (berdasar gejala yang tampak pada siswa) dengan
menggunakan Alat Identifikasi Anak dengan kebutuhan khusus.
2) Menganalisis data dan mengklasifikasi anak Pada tahap ini tujuannya adalah
untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak dengan kebutuhan khusus
(yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah daftar nama anak yang
diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan standar nilai yang telah
ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi

6
kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar
nama-nama anak yang berindikasi kelainan sesuai dengan format khusus yang
disediakan seperti terlampir. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukkan
gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar
khusus tersebut.
3) Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah Pada tahap ini, hasil
analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan kepada Kepala Sekolah
untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
4) Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference) Pada tahap ini, kegiatan
dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak dengan kebutuhan khusus
terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) kepala
sekolah sendiri; (2) dewan guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga profesional
terkait, jika tersedia dan dimungkinkan; (5) guru pembimbing khusus (guru PLB)
jika tersedia dan memungkinkan. Materi pertemuan kasus adalah membicarakan
temuan dari masing-masing guru mengenai hasil identifikasi untuk mendapatkan
tanggapan dan cara-cara pemecahan serta penanggulangannya.
5) Menyusun laporan hasil pertemuan kasus Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara
pemecahan masalah dan penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan
hasil pertemuan kasus.
2. Prosedur Pelaksanaan Asesmen

Terdapat beberapa langkah dalam melaksanakan asesmen bagi anak


berkebutuhan khusus, yaitu: Tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis.
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru/ asesor harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk melaksanakan asesmen. Perlengkapan asesmen seperti: instrumen
asesmen, media/ alat yang digunakan, lembar kerja siswa (LKS), dan buku catatan,
merupakan perangkat inti yang benar-benar tidak dapat diabaikan oleh guru/ asesor
sebagai pelaksana asesmen. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan asesmen dimulai,
guru/ asesor benar-benar harus memeriksa terlebih dahulu apakah perangkat yang
diperlukan sudah dipersiapkan atau belum.
2) Tahap Pelaksanaan
a. Guru/ asesor melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang telah
disusun.

7
b. Gunakan teknik pelaksanaan asesmen (misalkan dengan teknik observasi, analisis
pola kesalahan siswa melalui wawancara diagnostik atau melacak jawaban
siswa).
c. Ciptakan terlebih dahulu suasana kondusif, sehingga siswa benar-benar siap dan
tampak tenang.
d. Berikan LKS pada setiap siswa sesuai jenjang tingkatannya.
e. Siswa diminta untuk mengisi kolom identitas terlebih dahulu pada sudut kanan
LKS jika memungkinkan.
f. Siswa diminta menyelesaikan semua soal (termasuk cara mengerjakan soal-soal
tersesbut) untuk dikerjakannya pada LKS yang sama.
g. Siswa diminta untuk menyelesaikan soal, amati bagaimana ia menyelesaikan soal
tersebut, dan jika ternyata cara yang dilakukannya itu salah, asesor dapat
menanyakannya “mengapa ia mengerjakannya seperti itu”, kemudian catat pula
bagaimana strategi pemecahan yang dilakukannya.
h. Jika hasil yang diselesaikannya salah, siswa diminta untuk menyelesaikan soal
tersebut sekali lagi, tetapi dalam semi konkret yang diawali dengan penjelasan
asesor. Amati apakah ia mampu menyelesaikannya dengan baik.
i. Jika cara penyelesaian poin di atas masih salah, lakukan sekali lagi pada tahapan
konkret, lakukan cara seperti itu pada setiap soal yang diberikan padanya.
j. Catatlah dan deskripsikan cara kerja siswa dalam menyelesaikan masalah, pada
tahap belajar mana ia dapat menyelesaikan soal tersebut, catat pula bentuk
kesalahan yang dilakukan serta strategi pemecahan dalam menyelesaikan setiap
soal-soalnya.
3) Tahap Analisis
Menganalisis hasil asesmen artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban
siswa tentang keterampilan yang diaseskan, menginterpretasikan dan membuat
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan
keterampilan yang dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa.
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa tentang keterampilan yang
diaseskan tersebut → asesor dapat menemukan kebutuhan belajar siswa. Apakah
siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran yang akan diajarkan atau masih
memerlukan program latihan keterampilan tertentu (prerequisite).
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/ asesor membuat rekomendasi.
Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran bagi siswa

8
yang bersangkutan. Rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi
dan kepada orang tua sebagai anggota tim penyusun program individualisasi
pembelajaran, materi keterampilan tertentu atau pokok bahasan tertentu dalam rangka
menyusun program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan.
Adapun langkah-langkah dalam analisis hasil asesmen adalah sebagai berikut:
a. Menyusun/ mengidentifikasi hasil kerja siswa
Susunlah LKS yang telah dikerjakan siswa sesuai dengan susunan butir soal
yang diberikan mulai dari nomor terendah sampai nomor tertinggi atau sebaliknya.
Setelah tersusun dengan baik, maka identifikasi hasil kerja siswa tersebut dan
sesuaikan dengan catatancatatan guru/ asesor selama siswa mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan. Kemudian buatlah daftar identifikasi jawaban siswa (ditambah
dengan catatan guru/ asesor).
b. Mendeskripsikan hasil kerja siswa
Berdasarkan daftar identifikasi hasil kerja siswa, guru/asesor mendeskripsikan
hasil kerja siswa. Hal-hal yang dideskripsikan adalah mengenai penguasaan (aspek-
aspek apa saja yang telah dikuasai) siswa dalam menjawab soal atau mengerjakan
tugas, kesulitan yang dihadapi siswa ketika menjawab soal atau mengerjakan tugas
(aspekaspek yang belum dikuasai) siswa yang nantinya diduga bahwa anak yang
bersangkutan mengalami hambatan dalam mengerjakan tugas yang diberikan,
sehingga diasumsi anak membutuhkan materi pembelajaran sesuai dengan kesulitan
yang dihadapinya.
c. Membuat kesimpulan hasil analisis berupa profil belajar
Berdasarkan hasil kerja siswa yang telah dideskripsikan, maka guru/ asesor
membuat kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat memuat tiga hal, yaitu: a)
kemampuan yang dimiliki siswa (dilihat dari aspek yang telah dikuasai siswa), b)
hambatan yang dihadapi siswa, dan c) kebutuhan belajar siswa (dilihat dari aspek-
aspek yang belum dikuasai siswa).
d. Membuat rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, kemudian guru/asesor membuat
rekomendasi. Rekomendasi ditujukan kepada Team penyusun program pembelajaran
terutama guru kelas, guru bidang studi, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri (jika
memungkinkan).
e. Merumuskan tujuan pembelajaran

9
Demikian rangkaian kerja guru/ asesor dalam menganalisis hasil asesmen yang
akan menjadi dasar atau landasan atau pertimbangan dalam membuat tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi pelajaran yang diberikan, strategi/ model/
teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan, serta bagaimana mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Identifikasi dan asesmen jika ditinjau dari definisi keduanya adalah
Identifikasi merupakan proses menemukan, menemukenali, menandai. Identifikasi
merupakan kegiatan mengenenal sesuatu sebagai proses penjaringan atau menemukan
anak yang mempunyai masalah atau kelainan. Adapun identifikasi dapat dilakukan
oleh  orang tua, pengasuh, atau guru.  Sedangkan asesmen , Asesmen berasal dari
Bahasa Inggris, yaitu assesment berarti penilaian, penilaian suatu keadaan, dan
taksiran.  Secara garis besar asesmen bagi anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi
dua yaitu asesemen akademik dan asesmen perkembangan.  Pada dasarnya tindakan
asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan identifikasi. Pada kegiatan identifikasi
semata-mata hanya berusaha menemukan atau menelusuri keadaan perkembangan
anak sehingga akhirnya dapat diduga bahwa anak tersebut diklasifikasikan sebagai
anak berkebutuhan khusus.
Adapun prosedur pelaksanaan identifikasi dilakukan melalui beberapa tahapan
diantaranya adalah menghimpun data siswa, menganalisis dan mengklasifikasi siswa,
mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah, menyelenggarakan
pertemuan kasus, dan menyusun laporan hasil pertemuan kasus. Sedangkan terkait
asesmen setidaknya dapat dilakukan dengan melalui tahapan persiapan, pelaksanaan,
dan analisis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Association, A. P. (2013). Diagnostic adn statistical manual of mental disorder (DSM-5).


American Psychiatric Publishing.
Rochyadi, Endang. (2006). Makalah Asesment. (online) tersedia:
http://file.upi.edu/direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19560 8181985031-
ENDANROCHYADI/MAKALAH/MAKALAH_ASESMENT_~2.p df [Januari
2020] Syamsi, I., & Haryanto. (2019). Pengantar identifikasi dan asesmen Suatu
tinjauan anak berkebutuhan khusus (Edisi Revisi). UNY Press.
Setiawan Samhis. pengertian,fungsi dan tujuan asesmen [internet]. 2010.
https://www.gurupendidikan.co.id/assessment-adalah/ Soendari, Tjutju. (2011).
Asesmen Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung: AMANAH OFFSET
Sundari, T & Abdurahman, M. Modul Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). 2013.
(online): http://www.academia.edu/11134813/Modul_Asesmen_ABK_08
Yuwono, I. (2015). Identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus Setting pendidikan
inklusif. Pusaka Benua.

12

Anda mungkin juga menyukai