Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI
“Identifikasi Dalam Anak Berkebutuhan Khusus”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Rahmahtrisilvia, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Afifah Sakinah Nasution ( 20006123 )


2. Mentari Yuni Salsabilla ( 21005100 )
3. Nurhasanah ( 21005108 )
4. Wulan Aulia Hidayani ( 21005086 )
5. Rita Oktapiana ( 21022035 )
6. Fhilo Sovia Dwitama ( 21022065 )
7. Reni Cahyani ( 21002024 )

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya makalah tentang Pelaksanaan Pengawasan ini dapat terselesaikan
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu selaku dosen
mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita agar dapat memahami tentang inklusi lebih jauh. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 2 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3

A. Pengertian Identifikasi ...............................................................................................3


B. Tujuan Identifikasi .....................................................................................................4
C. Sasaran Identifikasi ....................................................................................................6
D. Strategi Pelaksanaan Identifikasi ...............................................................................7

BAB II PENUTUP ...............................................................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................................11
B. Saran ..........................................................................................................................12

DAFTAR ISI.........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah untuk anak dengan keterbatasan, baik
secara fisik maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses tumbuh
kembangnya. Hal inilah yang menjadi alasan mereka membutuhkan bantuan dan dukungan
ekstra untuk mencapai potensinya. Anak berkebutuhan khusus adalah sebutan yang biasa
digunakan untuk membantu para orang tua memperoleh layanan yang dibutuhkan,
menetapkan tujuan yang tepat, dan memperoleh pemahaman tentang kondisi anak mereka
serta tekanan-tekanan yang mungkin dihadapi keluarga.
Identifikasi anak disekolah dan yang belum disekolah pada anak berkebutuan
khusus, tiap anak dapat dipastikan mengalami kesulitan dan hambatan belajar, namun pada
tingkat hambatan dan kesulitan tertentu anak memerlukan layanan pendidikan secara
khusus namun kesulitan dan hambatan belajar yang di alami anak ini sifatnya sementara
(temporer) apabila ditangani secara cepat. Identifikasi anak berkebutuhan khusus dapat
dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati, seperti :(1) gejala fisik, (2) gejala
perilaku, (3) gejala hasil belajar. Guru dapat dilihat atau mengamati adanya gejala-gejala
kelainan pada ABK, baik melalui pengamatan yang dilakukan terhadap perilaku anak
sehari-hari selama proses belajar berlangsung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian identifikasi
2. Apa tujuan identifikasi
3. Apa sasaran identifikasi
4. Apa strategi pelaksanaan identifikasi

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian identifikasi
2. Untuk mengetahui tujuan identifikasi
3. Untuk mengetahui sasaran identifikasi
4. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan identifikasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi
Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak berkebutuhan
khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Identifikasi juga merupakan egiatan mengenal atau
menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan anak
apakah mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendeteksian dini terhadap anak yang di
duga memiliki berkebutuhan khusus. Identifikasi mempunyai dua konsep yaitu konsep
penyaringan (screening) dan identifikasi aktual (actual identification). Menurut Wardani
(1995) dalam Gunawan (2016) identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting
untuk menandai munculnya kelainan atau kesulitan.
Anak-anak memiliki kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Perkembangan
mereka berkembang sesuai dengan urutan tertentu, tetapi langkahnya dapat bervariasi.
Wajar jika beberapa anak dapat unggul di bidang tertentu tetapi memiliki kekurangan di
bidang lain. Namun, jika anak-anak menampilkan masalah atau kesulitan yang ditandai
dalam satu (atau lebih banyak) bidang perkembangan, dan kinerjanya menunjukkan
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama,
disarankan untuk merujuk anak-anak untuk penilaian profesional.
Anak-anak berkembang pesat di tahun-tahun awal mereka dan banyak perubahan
diharapkan dalam waktu satu tahun atau bahkan sebulan. Karena itu, bahkan para ahli
mungkin merasa sulit untuk membuat diagnosis tegas berdasarkan kondisi anak kecil. Di
sisi lain, justru plastisitas perkembangan anak-anak yang membuat identifikasi dan
intervensi dini menjadi penting. Dengan identifikasi dini masalah perkembangan dan
pembelajaran anak dan rujukan yang cepat untuk penilaian, ini membantu kami memahami
dan mendukung kondisi dan kebutuhan anak-anak dalam pengembangan dan
pembelajaran.
Istilah identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu
usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, social,

3
emosional /tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya (anak-anak pada umumnya).
Mengidentifikasi masalah berarti mengidentifikasi suatu kondisiatau hal yang
dirasa kurang baik. Masalah-masalah pada anak ini didapat dari keluhan-keluhan orang tua
dan keluarganya, keluhan guru, dan bisa didapat dari pengalaman-pengalaman lapangan,
Identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/ bergaul)
dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihakpihak yang terkait
dengannya.

B. Tujuan Identifikasi
Gunawan (2016) Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun
informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual,
social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/ perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal), yang hasilnya akan
dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.

Kegiatan identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu

1. Penjaringan (Screening)
Pada tahap ini identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang
menunjukkan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang
mengalami kelainan/hambatan tertentu, sehingga tergolong Anak Berkebutuhan
Khusus. Dengan alat identifikasi ini guru, orang tua, maupun tenaga profesional terkait,
dapat melakukan kegiatan penjaringan secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk
bahan penanganan lebih lanjut.
2. Pengalihtanganan (Referal)
Pengalihtanganan (referal) merupakan perujukan anak oleh guru ke tenaga
profesional lain untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan.
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya
dikelompokkan menjadi 2 kelompok: Pertama, ada Anak yang perlu dirujuk ke ahli
lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk

4
layanan pembelajaran yang sesuai. Kedua, ada anak yang perlu dikonsultasikan
keahlian lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter, ortopedagogik (ahli PLB),
dan terapis, kemudian ditangani oleh guru.
3. Klasifikasi
Klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak
yang telah dirujuk ke tenaga profesional benar-benar memerlukan penanganan lebih
lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus. Apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan tenaga profesional ditemukan masalah yang perlu penangan lebih
lanjut (misalnya pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru
tinggal mengomunikasikan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak
mengobati dan atau memberi terapi sendiri, melainkan memfasilitasi dan meneruskan
kepada orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya memberi
pelayanan pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-
tanda yang cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih
lanjut, maka anak dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan khusus di kelas reguler.
4. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan
program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari
klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak berkebutuhan khusus
memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain. Mengenai program
pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku
yang lain tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusif.
5. Pemantauan kemajuan belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program
pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu
tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau
kembali. Beberapa hal yang perlu ditelaah apakah diagnosis yang kita buat tepat atau
tidak, begitu pula dengan Program Pembelajaran Individual (PPI) serta metode
pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak dll Sebaliknya, apabila intervensi yang
diberikan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan maka pemberian layanan atau

5
intervensi diteruskan dan dikembangkan. Dengan lima tujuan khusus di atas,
identifikasi perlu dilakukan secara terus menerus oleh guru, dan jika perlu dapat
meminta bantuan dan atau bekerja sama dengan tenaga profesional yang dekat dengan
masalah yang dihadapi anak.

C. Sasaran Identifikasi
Sebelum mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus secara langsung, biasanya
akan dilakukan secara umum terhadap seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar
di suatu kelas/sekolah kemudian dikerucutkan. Sedangkan secara khusus (operasional),
sasarannya adalah anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah: Anak yang sudah di
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/ setingkat Anak yang akan masuk ke Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/setingkat Anak yang belum/tidak karena orangtuanya merasa
anaknya tergolong anak dengan kebutuhan khusus sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat
tinggalnya; sementara itu, semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya Anak yang
putus sekolah Sekolah Dasar/Madrasah.Setingkat Ibtidaiyah karena faktor akademik.
Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh
anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangakan secara khusus (operasional),
sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:
1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler
2. Anak yang akan masuk ke Sekolah reguler
3. Anak yang belum/tidak bersekolah

Menurut Budyartati (2014:42) secara umum sasaran identifikasi ABK adalah


seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar.sedangkan secara khusus
(operasional) sasaran identifikasi ABK,yaitu:

• Anak yang sudah bersekolah di SD/Madrasah Ibtidaiyah.


• Anak yang anak masuk ke SD/Madrasah Ibtidaiyah.
• Anak yang belum atau tidak bersekolah karena orang tuanya merasa anaknya
tergolong anak ABK sedangkan lokasi SLB jauh dari tempat tinggalnya,
sementara itu semula SD terdekat belum/tidak mau menerimanya.
• Anak yg droup-out SD/Madrasah Ibtidaiyah karena faktor akademik.

6
D. Strategi Pelaksanaan Identifikasi
Ada beberapa langkah dalam rangka pelaksanaan identifikasi anak berkebutuhan
khusus. Untuk identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out sekolah,
maka sekolah yang bersangkutan perlu melakukan pendataan ke masyarakat sekitar
kerjasama dengan Kepala Desa/Lurah, RT, RW setempat. Jika pendataan tersebut
ditemukan anak berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan
orangtua, komite sekolah maupun perangkat desa setempat untuk mendapatkan tindak
lanjutnya.
1. Menghimpun data tentang anak
Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas
(berdasar gejala yang nampak pada siswa) melalui instrumen-instrumen daftar ceklist
perkembangan anak, baik secara fisik atau psikis. Bisa juga dengan membaca hasil tes
psikologi yang pernah dilakukan anak sebelumnya.
2. Menganalisis data dan mengklasifikasi anak
Pada tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong
anak dengan kebutuhan khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus).
Buatlah daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri dan
standar nilai yang telah ditetapkan. Jika ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut
atau berindikasi kelainan sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam
daftar nama-nama anak yang berindikasi kelainan. Sedangkan untuk anak-anak yang
tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke
dalam daftar khusus tersebut.
3. Mengadakan pertemuan konsultasi dengan kepala sekolah
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan
kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference)
Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data anak
dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat
melibatkan:
• Kepala sekolah

7
• Dewan guru
• Orang tua atau wali siswa
• Tenaga professional
• Guru pembimbing khusus
5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus
Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan
penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus.

Strategi Pelaksanaan Identifikasi Terhadap ABK


Kompetensi guru pembimbing khusus terdiri dari kompetensi pedagogik,
Kompetensi, profesional, dan sosial, serta khusus. Kompetensi khusus meliputi:
Keinklusian; (2) manajerial; (3) keadministrasian; (4) kompensatoris; (5) asesmen dan IP;
(6) teraputi (Hari, 2015, dalam Yusuf, 2015). Berkaitan dengan kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru pembimbing Kusus di atas, terdapat beberapa tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru Pembimbing khusus, yaitu:
1. Menyusun instrumen asesmen pendidikan bersama-sama dengan guru kelas dan
guru mata pelajaran
2. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan orang tua peserta
didik

Melaksanakan pendampingan ABK pada kegiatan pembelajaran bersama sama


dengan guru kelas/guru mata pelajaran/guru bidang studi, Memberikan Bantuan layanan
khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami Hambatan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa remidi Ataupun pengayaan, Memberikan
bimbingan secara berkesinambungan dan Membuat catatan khusus kepada anak-anak
berkebutuhan khusus selama . Mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika
terjadi pergantian Guru, Memberikan bantuan (berbagi pengalaman) pada guru kelas
dan/atau Guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan
Kepada anak-anak berkebutuhan khusus. (Depdiknas. 2007)

8
Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa guru pembimbing khusus harus
memahami secara utuh dan mendalam dalam melaksanakan tugas dan Fungsinya serta
memerlukan adanya kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, Seperti: guru kelas, guru
bidang studi, dan lain-lain. Sehubungan dengan hal itu, Salah satu kompetensi khusus yang
harus dikuasai oleh guru pembimbing khusus (GPK) dalam menangani anak berkebutuhan
khusus di sekolah penyelenggara Pendidikan inklusif dan menjadi fokus pembahasan pada
penelitian ini adalah Kompetensi dalam melakukan identifikasi dan asesmen anak
berkebutuhan Khusus. Hal ini dikarenakan berkaitan erat dengan salah satu tugas guru
Pembimbing khusus (GPK), yaitu menyusun instrumen asesmen pendidikan Bersama-
sama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran. Kompetensi dalam Mengidentifikasi
sangat penting untuk menemukan anak yang mempunyai Kelainan/masalah, atau proses
pendeteksian dini terhadap anak berkebutuhan Khusus. Sedangkan, kompetensi dalam
mengasesmen sangat penting untuk Memperoleh informasi yang relevan dalam pembuatan
keputusan dalam rangka Pemilihan tujuan dan sasaran pembelajaran, strategi
pembelajaran, dan program Penempatan yang tepat.

Selanjutnya dalam Penelitian Indriawati (2013) dengan judul “Implementasi


Kebijakan Tugas Guru Pembimbing Khusus pada Pendidikan Inklusif di SD Negeri se-
Kecamatan Junrejo Batu”, diperoleh gambaran mengenai kendala yang dihadapi guru
pembimbing khusus dalam melakukan identifikasi dan asesmen Pada anak berkebutuhan
khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Hasil pembahasan dari penelitian
tersebut, yaitu kendala yang dihadapi guru Pembimbing khusus (GPK) dalam proses
identifikasi dapat bersifat eksternal Maupun internal. Kendala eksternal berkaitan dengan
partisipasi orang tua ABK Yang relatif kurang maksimal dalam memberikan informasi
yang valid dan Reliabel. Ada kecenderungan orang tua menyembunyikan “kebutuhan
khusus Anak” secara sadar karena aspek kultural yang cenderung konservatif. Kendala
Eksternal lainnya yang juga menghambat proses identifikasi adalah keterbatasan Ekonomi
orang tua ABK. Kendala internal yang dihadapi Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam
implementasi tugasnya ketika mengidentifikasi ABK Berkaitan dengan kompetensi Guru
Pembimbing Khusus (GPK) itu sendiri.

9
Dengan melihat kondisi sosial masyarakat maka Guru Pembimbing Khusus (GPK)
harusnya dibekali dengan kompetensi tambahan untuk dapat melakukan Klasifikasi ABK
sehingga tidak perlu untuk melakukan pengalih-tanganan (referal) yang membutuhkan
biaya lebih banyak. Disamping kendala yang Dihadapi Guru Pembimbing Khusus (GPK)
dalam pelaksanaan identifikasi, Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya bias konsepsi
dalam pemahaman Guru Pembimbing Khusus (GPK) tentang “kelas khusus”, “kelas
inklusif” dan “kelas reguler”. “Kelas inklusif” lebih dimaknai sebagai kelas bagi para ABK
(mestinya kelas khusus), sedangkan kelas reguler dimaknai sebagai kelas bagi Siswa pada
umumnya. Artinya, tidak ada penyatuan kelas antara ABK dengan Siswa reguler sehingga
implementasi inklusivitasnya masih terasa “canggung”.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak berkebutuhan


khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Identifikasi juga merupakan egiatan mengenal atau
menandai sesuatu, yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan anak
apakah mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendeteksian dini terhadap anak yang di
duga memiliki berkebutuhan khusus.

Istilah identifikasi anak dengan kebutuhan khusus dimaksudkan merupakan suatu


usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, social,
emosional /tingkah laku) dalam pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya (anak-anak pada umumnya). Mengidentifikasi masalah berarti
mengidentifikasi suatu kondisiatau hal yang dirasa kurang baik. Masalah-masalah pada
anak ini didapat dari keluhan-keluhan orang tua dan keluarganya, keluhan guru, dan bisa
didapat dari pengalaman-pengalaman lapangan, Identifikasi dapat dilakukan oleh orang-
orang yang dekat (sering berhubungan/ bergaul) dengan anak.

Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh


anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangakan secara khusus (operasional),
sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:

1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler


2. Anak yang akan masuk ke Sekolah reguler
3. Anak yang belum/tidak bersekolah

11
B. Saran

Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan
identifikasi dalam anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi para pendidik dalam
menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu dalam makalah ini sangat perlu dan dibutuhkan
oleh semua orang khususnya mahasiswa yang masih memerlukan ilmu dan pengetahuan
dalam mengetahui lebih jauh dalam pendidikan inklusi.
Dengan dibuatnya makalah ini,penulis berharap pembaca dapat mempraktekan
ilmunya serta ilmu yang didapatkan berguna dalam kehidupa sehari-hari dan dapat
memahami dan penulis berharap makalah ini dapat meningkat wawasan dan pengetahuan
pembaca.Dan kritik dan sara sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Instrumen Identifikasi Dini Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi. Jakarta.

Gunawan, D. 2016. Modul Guru Pembelajar SLB Tunarungu Kelompok Kompetensi A. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Taman
Kanak-kanak & Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan.

Pelaksanaan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

https://kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2012/11/06/pelaksanaan-identifikasi-
anak-berkebutuhan-khusus

Rofiah, khofidlotur. 2009. Anak Berkebutuhan Khusus dan Alat Identifikasi ABK. Surabaya, dari

https://hmmmm-ceweknie.blogspot.com/2009/03/alat-identifikasi-abk.html

Di Akses Pada 6 November 2012, dari

https://kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2012/11/06/pelaksanaan-identifikasi-
anak-berkebutuhan-khusus/

Amka, A., Utomo, U., Kusumastuti, D. E., & Thaibah, H. (2018). Kompetensi Guru Pembimbing
Khusus Dalam Melaksanakan Identifikasi Dan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Di
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Banjarmasin

13

Anda mungkin juga menyukai