Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANALISIS KEBUTUHAN

PEMBELAJARAN PENMAS
“Langkah-Langkah Identifikasi Serta Metode dan Teknik
Analisis Kebutuhan”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nurlaila, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Atikah Sofianti 1193171015


Aulia Rusnaini Hasibuan 1193171003
Michelle Josua Sihaloho 1193171017
Nomy Anggraini 1193171009
Rio Aldimar Panjaitan 1193171007

PENDIDIKAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
selesaikan makalah ilmiah mengenai Langkah-Langkah Identifikasi Serta Metode dan
Teknik Analisis Kebutuhantepat pada waktu yang sudah ditentukan.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat.Baik langsung ataupun tidak langsung dalam rangka
penyelesaian makalah ini.Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu
menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca.Sehingga untuk ke depannya
sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatkan isian makalah sehingga menjadi
makalah yang miliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Medan, Februari 2020

TimPenyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar isi......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................1

1.2   Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1 Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar......................................................3

2.2 Langkah-Langkah Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar.................................7

2.3 Analisis Kebutuhan (Need Assesment)................................................………9

2.4 Metode dan Teknik Analisis Kebutuhan Belajar..........................................16

BAB III PENUTUP...................................................................................................22

3.1 Kesimpulan...................................................................................................22

3.2Saran................................................................................................................22

DAFTARPUSTAKA.................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan
ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan
dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran.
Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang
secara lahiriah maupun batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran
manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan
dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik,
sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar
dapat diterapkan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka
sebelum memulai proses belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi
terlebih dahulu terhadap kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu
secara individual ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik
dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta
tercapai tujuan yang telah direncanakan.Kebutuhan manusia memang tidak ada
batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini
terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan
belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya.
Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam.
Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana
yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan pemenuhannya.Mengenal
kebutuhan masyarakat merupakanhal penting dalam perencanaan danpelaksanaan
program pendidikan luar sekolah. Tanpa mengenal kebutuhan masyarakat
makaprogam yang dilaksanakan tidak akan tepatsasaran dan mungkin tidak akan
bermanfaatbagi masyarakat. Oleh karena itu perlu dikenal secarakeseluruhan apa
yang menjadi kebutuhanmasyarakat dan sumber-sumber belajar yangdapat
dimanfaatkan dalam masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan identifikasi kebutuhan belajar ?
 Apa saja langkah-langkah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar ?
 Apa yang dimaksud dengan analisis kebutuhan ?
 Apa saja metode dan teknik analisis kebutuhanbelajar ?

1.3 Tujuan Makalah


 Untuk mengetahui apa itu identifikasi kebutuhan belajar
 Untuk mengetahui langkah-langkah mengidentifikasi kebutuhan belajar
 Untuk mengetahui pengertian analisis kebutuhan
 Untuk mengetahui metode dan teknik analisis kebutuhan belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identifikasi Kebutuhan Belajar

a. Pengertian Identifikasi.
Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau
menemukenali. Dalam buku ini, istilah identifikasi anak berkebutuhan khusus
dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga
kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami
kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan sensoris neurologis dalam
pertumbuhan/ perkembangan dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
(anak-anak normal).
Menurut Scot Danforth (2006) (Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan
Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press) 1,
dalam pelaksanaan identifikasi biasanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang
dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuh,
guru, dan pihak lain yang terkait dengannya. Setelah dilakukan identifikasi,
langka selanjutnya sering disebut asesmen dan bila diperlukan dapat dilakukan
oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurology, orthopedagog,
therapis, dan tenaga ahli lainnya.
Identifikasi dimaknai sebagai proses penjaringan sedangkan assesment
dimaknai penyaringan. Identifikasi dilaksanakan oleh orangtua, guru, maupun
tenaga kependidikan lainnya sebagai upaya untuk melakukan proses penjaringan
terhadap anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial,
emosional/tingkah laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai.

b. Tujuan identifikasi
untuk lima keperluan: penjaringan (screening), pengalihtanganan (referal),
pengklasifikasian, perencanaan pembelajaran, dan pemantauan kemajuan belajar.

1
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bogor: IPB Press

3
Menurut Endang Warsigi Ghozali (2003) (Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi
dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB
Press)2, hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan asesmen yang hasilnya
akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuan anak berkebutuhan khusus.
Manning (2001) (Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press)3 berpendapat dalam
usaha pelaksanaan asesmen, kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus
dilakukan untuk lima keperluan atau tujuan, yaitu (1) screening (penyaringan), (2)
referral (pengalihtangan), (3) klasifikasi, (4) perencanaan pembelajaran, dan (5)
pemantau kemajuan belajar.
1. Screening (Penyaringan)
Penyaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak
berkebutuhan khusus. Pada tahap ini identifikasi berfungsi menandai anak-anak
yang menunjukan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak
mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu sehingga tergolong ABK.
2. Referal (pengalihtangan)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan,
selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, ada
anak yang perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung
ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai.
Kedua, ada anak yang perlu dikonsultasikan ke ahli lain terlebih dulu (referral),
seperti psikolog, dokter, dll.
3. Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi , kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan
apakah anak yang telah dirujuk ke tenaga profesional benar-benar memerlukan
penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.
4. Perencanaan Pembelajaran

2
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bogor: IPB Press
3
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bogor: IPB Press

4
Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan
program pembelajaran yang diindividualkan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari
klasifikasi, setiap jenis dan gradasi (tingkat kelainan) anak berkebutuhan khusus
memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu sama lain.
5. Pemantauan Kemajuan Belajar
Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran
khusus yang diberikan barhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu
anak tidak mangalami kemajuan yang signifikan (berarti) maka perlu ditinjau
kembali.

c. Cara Identifikasi
Dapat dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang dapat diamati seperti:
1) Gejala fisik. Contoh: gangguan penglihatan, pendengaran, wicara, kekurangan
gizi dan lain-lain.
2) Gejala perilaku. Contoh: emosi yang labil, perilaku sosial yang negatif seperti
suka membolos, berkelahi dan lain-lain.
3) Gejala hasil belajar. Contoh: prestasi belajar yang rendah yang mengakibatkan
tidak naik kelas
4) Salah satu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi adalah dengan
mengumpulkan data peserta didik dengan beberapa teknik pengumpulan data.
Observasi sikap dan perilaku dapat dilakukan dengan mengisi daftar cek yang
memuat perilaku yang akan diamati sesuai dengan perilaku yang diduga
menyimpang.
d. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus
untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai, dilakukan tindak
lanjut sebagai berikut :

5
1. Tindakan asesmen
2. Menurut Kauffman JM (2008) (Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen
Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press)4
kegiatan asesmen meliputi beberapa bidang, antara lain :
a. Asesmen akademik, sensoris dan motorik, psikologi, emosi, dan social
b. Asesmen akademik sekurang-kurangnya meliputi tiga aspek yaitu
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
c. Asesmen sensoris dan motorik
d. Asesmen psikologis, emosi, dan social
3. Perencanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi menganalisis hasil asesmen
untuk kemudian dideskripsikan dan ditentukan penempatan untuk selanjutnya
dibuatkan program pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Langkah
selanjutnya, menganalisis kurikulum dengan menganalisis kurikulum maka guru
dapat memilah bidang studi yang perlu ada penyesuaian.
4. Pelaksanaan Pembelajaran
Laughlin (2003) (Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press) 5 berpendapat,
pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran,
artinya anak belajar pada topic yang sama waktu dan ruang yang sama, namun
dengan materi yang berbeda. Cara lain, proses pembelajaran dilakukan secara
individual, artinya anak diberi layana secara individual dengan batuan guru
khusus.

4
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bogor: IPB Press

5
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Bogor: IPB Press

6
2.2 Langkah-Langkah Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar
Adapun langkah-langkah pelaksanaan identifikasi kebutuhan belajar
masyarakat, adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan warga belajar pada tempat yang sudah ditentukan
2. Penjelasan kepada warga masyarakat tentang maksud dan tujuan
identifikasi
3. Mengadakan wawancara dengan warga masyarakat dan hasilnya dicacat
atau direkam
4. Mengolongkan data berdasarkan jenis kelamin status, umur, pendidikan,
pekerjaan, sehingga dapat dijadikan informasi kita
5. Mengambil kesimpulan hasil penggolongan data

Atwi Suparman (2001 : 65-72) (Dalam Zaenal Abidin, Jurnal Analisis


Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain Sistem
Pembelajaran)6 ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran
sebagai berikut:
Langkah 1.
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang
diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca
laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen.
Langkah 2.
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus
dinilai terlebih dahulu dari segi:
- Tingkat signifikasi pengaruhnya.
- Luas ruang lingkup.
- Pentingnya peranan kesenjanganterhadap masa depan lembaga atau
program.
Langkah 3.
Yang dilakukan dalam langkah ini:

6
Zaenal Abidin. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain
Sistem Pembelajaran, (Surakarta : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2007) hlm 63-64

7
a. Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui
observasi,wawancara, analisa logis.
b. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada
pihak lain.
c. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan
pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.
Langkah 4.
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan
yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan
ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan
lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju kelangkah 6 dan
jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7.
Langkah 6.
Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik
atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai dapat
melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.
Langkah 7.
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi
kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat
agar mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah 8.
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu
dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang
diperlukan untuk diketahui peserta.

Tantangan yang dapat diidentifikasi yaitu:


(1) perubahan sikap-mental masyarakat dari yang semula religius menjadi liberal
dan egaliter, perubahan ini terjadi sehubungan dengan akan dibangunnya
waduk yang akan mendorong perubahan matapencaharian;

8
(2) nilai tanah yang makin mahal menyebabkan warga masyarakat lebih
berorientasi pada aspek materiil;
(3) aspirasi partai politik multipartai menyebabkan tingginya potensi konflik;
(4) arus informasi dan komunikasi yang amat cepat dapat menyebabkan hilangnya
orientasi nilainilai sosial yang dimiliki; dan
(5) tingginya faktor-faktor produksi pertanian akan mempengaruhi motivasi dan
etos kerja masyarakat.

Berdasarkan analisis SWOT kiranya dapat ditentukan kebutuhan-kebutuhan


masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan dalam bidang
pendidikan, yaitu:
(1) orangtua dan masyarakat perlu terus dimotivasi agar supaya punya kepedulian
dan kesadaran yang baik terhadap pendidikan,
(2) peningkatan pengetahuan dan keterampilan di kalangan guru dan siswa masih
sangat diperlukan supaya kemampuanya tak jauh beda dengan sekolah yang
terdapat di pusat-pusat kota,
(3) perlu dicarikan terobosan untuk bantuan pendanaan pembangunan TK baru,
mengingat pelbagai aspek yang terkait dengan pendirian sebuah intitusi TK
sudah disiapkan, seperti: lahan, guru, siswa, dan dukungan para tokoh
masyarakat,
(4) tingginya angka droupout membutuhkan upaya optimalisasi mutu dan
jangkauan layanan pendidikan non-formal seperti: Paket A, B, dan Keaksaraan
fungsional,
(5) pembinaan organisasi di kalangan pemuda masih terus dibutuhkan, mengingat
penduduk yang berusia muda relatif banyak, akan tetapi dinamika organisasi
yang ada belum optimal.

2.3 Analisis Kebutuhan (Need Assesment)

1. Pengertian Analisis Kebutuhan


Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) mengungkapkan bahwa
analisispenyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

9
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya). Sedangkan kebutuhan adalah butuh1/bu·tuh/v,
membutuhkan/mem·bu·tuh·kan/v sangat perlu menggunakan; memerlukan.
Analisis kebutuhan untuk program atau produk yang akan dikembangkan.
Kegiatan analisis kebutuhan ini mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera
perlu dipenuhi. Pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang
seharusnya ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil dilapangan yang
sebenarnya (what is).dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi,
pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara
mengembangkan suatu produk atau desain tertentu. Rencana yang akan dilakukan
itu dilandasi dari segi segi teori dan kajian empiris yang sudah ada sebelumnya,
bahwa hal itu memang patut atau layak dilakukan atau diadakan pengkajian lebih
luas lagi. Dengan singkat kata, berdasarkan analisis ini pula, pengembangan
mengetengahkan suatu persoaalan atau kesenjangan dan sekaligus menawarkan
solusinya.
Ketika ditarik satu garis lurus maka dapat disimpulkan bahwa analisis
kebutuhan adalah proses awal dalam menentukan langkah apa yang akan
ditempuh dan paling cocok untuk diaplikasikan dari kondisi sebenarnya yang ada
dilapangan.

2.Menganalisis Kebutuhan Pembelajaran

A. Konsep Kebutuhan Pembelajaran


Kesenjangan adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan karena itu
kesenjangan dijadikan suatu kebutuhan dalam merancang pembelajaran, sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan merupakan solusi terbaik. Bila kesenjangan
tersebut dan menimbulkan efek yang besar, maka perlu diprioritaskan dalam
pengatasan masalah (Dick and Carey : 1990,15 - 27 ) (Dalam Zaenal Abidin,
Jurnal Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain
Sistem Pembelajaran)7, mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan

7
Zaenal Abidin. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain
Sistem Pembelajaran, (Surakarta : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2007) hlm 61

10
diidentikkan adalah hal yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63)
kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya
dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa
kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan
dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita
yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa
kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan
yang tepat. (Morrison, 2001: 27)

B. Analisis Kebutuhan

Ketika kita berbicara tentang analisis kebutuhan (needs analysis) hal itu
tidak lepas dari pengembangan materi dan kurikulum atau yang dikenal dengan
istilah Curriculum and Material Development. Proses pengembangan materi
adalah elemen sentral dalam program bahasa.

Proses pengembangan materi (material development) menurut Snow and


Kamhi-Stein (2007 : 68-73) (Dalam Puspitasari, Indah Jurnal English For
Computer Science: sebuah analisis kebutuhan bahasa inggris dalam mahasiswa
teknik informatika)8 meliputi:
a. Needs analysis (Analisis Kebutuhan)
Nunan (1988:75) (Indah, Puspitasari. 2013. English for Computer Science:
Sebuah Analisis Kebutuhan Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Teknik Informatika.
Jurnal Pro Bisnis, 6, 20-37. Hlm 23)9 menyatakan analisis kebutuhan adalah
prosedur untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan peserta didik.
Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Richards (2001: 51), ia menyatakan
prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan
peserta didik dikenal dengan istilah analisis kebutuhan.
Penulis menyusun instrumen analisis kebutuhan dalam bentuk kuesioner
yang diambil dari Richards (2001:80-88).

8
Puspitasari, Indah. English For Computer Science: sebuah analisis kebutuhan bahasa inggris
dalam mahasiswa teknik informatika, (Purwokerto : STMIK AMIKOM, 2013), hlm, 23.
9
Indah, Puspitasari. 2013. English for Computer Science: Sebuah Analisis Kebutuhan Bahasa
Inggris Pada Mahasiswa Teknik Informatika. Jurnal Pro Bisnis, 6, 20-37

11
(1) Overview of skills needed and difficulties encountered.
(2) Overview of topics needed,
(3) Communicative Competence Components: Skills (listening, speaking,
reading, writing), linguistics competence (grammar, vocabulary, pronunciations,
punctuation, stress and spelling), Socio-culture and communication strategy.
b. Formulating goals (merumuskan tujuan)
Merumuskan tujuan adalah dimensi penting dari pengambilan keputusan
dalam desain silabus.Di sini penulis menyimpulkan bahwa tujuan yang dimaksud
dituliskan dalam Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK).
Beberapa penjelasan tentang tujuan pembelajaran menurut Richards (2001: 112)
sebatgai berikut :
- Tujuan biasanya pernyataan umum
- Umumnya pernyataan bersifat motivasi untuk mencapai tujuan tertentu.
- Sebuah program akan efektif jika tujuan digambarkan jelas.

c. Organizing the course content ( menyusun isi)


Penyusunan materi adalah sebagai berikut:
(a) Mengamati bahwa Standar Kompetensi (SK) harus sesuai dengan
Kompetensi Dasar (KD),
(b) Mengembangkan materi.
(c) Mengatur kegiatan belajar.
(d) Menentukan indikator,
(e) Menentukan evaluasi,
(f) Menentukan waktu,
(g) Menyebutkan sumber.

Morrison (2001: 27) (Abidin, Zainal. 2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran


dan Analisis Pembelajaran Dalam Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf,
19,60-69. Hlm 661-62)10 membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang
yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
10
Abidin, Zainal. 2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran Dalam
Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf, 19,60-69

12
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan
atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan
dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30). Abidin, Zainal.
2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran Dalam
Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf, 19,60-69. Hlm 62)11.
1. Kebutuhan Normatif Membandingkan peserta didik dengan standar nasional,
misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok
dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan
SLTP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau keinginan yang dimiliki masing-
masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan
kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang
dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara
interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang
mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah
kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
akan terjadi di masa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang
baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar
dugaan yang sangat berpengaruh.Misal, bencana nuklir, kesalahan medis,
bencana alam, dan sebagainya.

C. Melakukan Analisis Kebutuhan


Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni perencanaan,
pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir.
11
Morrison, 2001: 28-30). Abidin, Zainal. 2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis
Pembelajaran Dalam Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf, 19,60-69

13
Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa
yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001:
32) (Morrison, 2001: 28-30). Abidin, Zainal. 2007. Analisis Kebutuhan
Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran Dalam Desain Sistem Pembelajaran.
Jurnal Suhuf, 19,60-69. Hlm 62-63)12
Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel
dalam penyebarannya (distribusi) (Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan
pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan (ibid).
Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan
mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table
dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data. (Morrison, 2001:
33-34).
1.1 Analisis Pieces

Dalam melakukan identifikasi masalah sebaiknya dilakukan terlebih


dahulu analisis terhadap kinerja, informasi, ekonomi, kontrol, efisiensi dan
pelayanan. Panduan ini dikenal sebagai analisis PIECES (performance,
information, economy, control, eficiency dan services). Hasil dari analisis pieces
akan didapatkan masalah utama sebagai dasar untuk menemukan solusi.
1.2 Analisis Fishbone

Diagram fishbone pertama kali dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa


sekitar tahun 1960-an. Diagram Ishikawa merupakan alat untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab
yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Diagram ini akan menunjukan
sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai
penyebabnya, dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
D. Asesmen

12
Morrison, 2001: 28-30). Abidin, Zainal. 2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis
Pembelajaran Dalam Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf, 19,60-69.

14
Bentuk penilaian disebut asesmen, yaitu suatu proses pengamatan,
pencatatan dan pendokumentasikan kinerja dan bagaimana ia melakukannya
sebagai dasar pengambilan keputusan sebagai acuan langkah kedepannya.
Asesmen ( Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak Usia, Jakarta : PT
Luxima Metro Media)13 tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu
program tetapi untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan kemajuan.
Asesmen tidak dilakukan diakhir program tetapi dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan sehingga kemajuan peserta didik dapat diketahui. Yaitu
dengan mengamati tindak-tindak anak saat bermain, menggambar ataupun dari
karya-karya anak yang lain.
Pada saat melakukan asesmen terhadap anak, guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip asesmen, yaitu sebagai berikut:
a. Holistik (menyeluruh) yakni meliputi seluruh aspek perkembangan anak
seperti aspek fisik motorik, kognitif, sosial, moral, emosional, bahasa dan
kreativitas.
b. Otentik (nyata) yaitu asesmen dilakukan melalui kegiatan yang rill,
fungsional, dan alami dengan harapan dapat menggambarkan kemampuan
anak yang sesungguhnya.
c. Kontinue (berulang-ulang) dilakukan secara kontinue/ berulang setiap saat
anak melakukan kegiatan belajar.
d. Individual bahwa asesmen dilakukan secara perorangan dengan melihat
perkembangan setiap anak secara individual.
e. Multisumber dan multikonteks, yang berarti bahwa asesmen dilakukan pada
berbagai konteks. Misalnya, pada kegiatan menggunting, mewarnai pola,
menggambar bentuk dan menempel.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam asesmen ini adalah:


a. Sistem belajar tuntas yaitu siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya sebelum ia mampu menyelesaikan tugasnya dengan benar dan
baik.
b. Penilaian berkelanjutan artinya penilaian dilakukan secara bertahap dan terus
menerus sampai memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
belajar siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya.
c. Adil dalam mengukur dan menilai setiap aspek perkembangan individu anak.
d. Jujur dan objektif, artinya penilaian secara transparan dan hasil penilaian
harus dilaporkan kepada orangtua agar orangtua dapat memberi stimulasi
yang tepat untuk perkembangan dan pertumbuhan anaknya.

2.4 Metode dan Teknik Analisis Kebutuhan Belajar

13
Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak Usia, Jakarta : PT Luxima Metro Media

15
Analisis kebutuhan adalah salah satu langkah pertama dalam menetapkan
tujuan program atau mengembangkan rencana strategis, dan proses analisis
kebutuhan akan mudah bagi para pembaca. Sebuah analisis kebutuhan
didefenisikan sebagai evaluasi lingkungan (Szuba et. al. 2005).
Menurut jurnal dari Erin N. (2016:3) tujuan dari analisis kebutuhan ada dua:
(1) Untuk memastikan kemampuan yang ada dan untuk menentukan
kesenjangan yang ada, jika ada, antara kondisi saat ini dan kondisi akhir
yang di inginkan. (2) Kajian tentang analisis kebutuhan lebih dari sekedar
mengidentifikasi kesenjangan, namun, proses juga berfungsi untuk
memberikan arahan untuk program, proyek, dan kegiatan.

1. Sampling
Van Dalen D (1978:78) menyatakan bahwa banyak masalah dalam
penelitian ilmiah yang tidak dapat diselesaikan tanpa menggunakan alat sampling.
Karena sebagian fenomena pendidikan terdiri dari sejumlah besar unit, peneliti
tidak bisa selalu mewawancarai, tes, atau mengamati setiap unit dalam kondisi
yang terkendali. Alat sampling pemecahan dilema ini, karena mereka membantu
para peneliti memilih unit wakil dari populasi. Dari data yang dikumpulkan dari
unit-unit ini, peneliti menarik kesimpulan tentang sifat dari seluruh penduduk.
Mereka generalisasi bahwa apa yang benar dari sampel akan menjadi kenyataan
dari populasi.
Sugiyono (2010:118) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sejalan dengan pernyataan Ary,
Jacobs, & Sorensen (2010) dalam Punaji (2013:196) yang menyatakan bahwa “A
sample in a research study is the group on which information is obtained”.
Artinya Sampel dalam penelitian adalah kelompok di mana informasi diperoleh.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampling atau tehnik sampel
adalah sebuah alat pemecahan masalah yang akan memudahkan peneliti untuk
mengidentifikasi kesamaan dari seluruh populasi.

2. Wawancara

16
Blaxter L, Hughes C, & Tight M (2001:259) berpendapat bahwa metode
wawancara yang melibatkan pengajuan pertanyaan atau pembahasan hal-hal
dengan orang-orang. Metode ini dapat menjadi teknik yang bermanfaat dalam
mengumpulkan data yang tidak dapat diakses dengan menggunakan teknik-teknik
observasi atau kuesioner. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugiyono (2013:194)
wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Sutrisno H (1986) dalam Sugiyono (2013:194) mengemukakan bahwa
anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
wawancara dan juga kuesioner adalah, (1) Bahwa subjek (responden) adalah
orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. (2) Bahwa apa yang dinyatakan
oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. (3) Bahwa
interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Jadi ketika ditarik kesimpulan tentang pengertian metode wawancara
bahwa metode wawancara adalah metode yang melibatkan interaksi langsung
antara peneliti dan subyek penelitian dengan mengajukan pertanyaan seputar
masalah penelitian serta metode ini dapat dilakukan secara terstruktur maupun
non-struktur yakni bisa secara tatap muka dan bisajuga melalui telepon.

3. Kuisioner (Angket)
Angket atau kuesioner menurut Sugiyono (2010:199) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pada umumnya
sebagian besar penelitian banyak yang menggunakan angket atau keusioner
sebagai instrumen mengumpulkan data.Banyak peneliti yang menggunakan
angket sebagai salah satu metode pengumpulan data dikarenakan angket
mempunyai banyak kebaikan sebagai metode pengumpulan data. Sebuah
penelitian akan memiliki angket atau kuesioner yang baik, apabila cara dan
pengadaan angket atau kuesioner mengikuti persyaratan yang telah digariskan

17
dalam penelitian. Menurut Sekaran dalam Sugiyono (2010:200) mengemukakan
beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu:
1) Prinsip penulisan angket, meliputi: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak mendua, tidak
menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan,
dan urutan pertanyaan, 2) prinsip pengukuran, 3) penampilan fisik. Selanjutnya
Arikunto (2010:268) menjelaskan prosedur penyusunan angket, meliputi:
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sebagai kuesioner
3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan
tunggal
4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
Penentuan sampel sebagai responden angket perlu mendapatkan
perhatian.Apabila salah menentukan sampel, maka informasi yang dibutuhkan
mempunyai kemungkinan tidak dapat diperoleh dengan maksimal.Arikunto
(2010:269) menerangkan untuk memperoleh hasil yang baik melalui angket,
biasanya identitas pengisi angket dilakukan secara anonim. Winarno (2013:107)
menjelaskan bahwa:
angket anonim memiliki kelebihan karena responden bebas
mengemukakan pendapat, namun penggunaan angket anonim
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya: 1) sukar
ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan
karena responden kurang memahami maksud butir, 2) tidak
mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti
ingin memecah kelompok berdasarkan karakteristik yang
diperlukan.

Untuk memperoleh angket dengan hasil yang baik adalah dengan proses
uji coba. Dalam uji coba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-
saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan (Winarno, 2013:107).
Selanjutnya Kerlinger (2003:772) menyebutkan angket atau kuesioner

18
mempunyai bentuk pertanyaan bermacam-macam yang pada prinsipnya hampir
sama dengan pedoman wawancara, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan
berstruktur, dan pertanyaan tertutup. Dengan kata lain, angket atau kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain untuk memberikan
respon atau jawaban sesuai dengan permintaan pengguna.

4.Observasi (Observation)
Nasution (1998) dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.Data
itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang
sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshal (1995) menyatakan bahwa “trough observation, the researcher
learn about behavior and the meaning attached to these behavior”. Melalui
observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Winarno (2011:146) menjelaskan dalam menggunakan metode observasi
cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrumen. Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback
(1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaiut passive
participation, dan complete participation.Untuk meudahkan pemahaman tentang
bermacam-macam observasi, maka dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Macam-macam observasi
a. Observasi partisipatif
Menurut Sugiyono (2012:227) bahwa peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data
penelitian.

b. Observasi non partisipatif


Menurut Sugiyono (2012:228) dalam observasi non partisipatif peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
2. Objek Observasi

19
Objek penelitian yang diobservasi menurut Spradley dalam Sugiyono
(2012:229) dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari tiga komponen yaitu: 1)
tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung, 2) pelaku atau
orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu, 3) aktivitas atau kegiatan
yang dilakukan dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Selanjutnya
Sugiyono (2012:229) memperluas tiga elemen utama tersebut menjadi:
1) Tempat: ruang dalam aspek fisiknya, 2) Pelaku: semua orang
yang terlibat dalam situasi, 3) Aktivitas: seperangkat kegiatan yang
dilakukan, 4) Objek: benda-benda yang terdapat di tempat itu, 5)
Perbuatan: yaitu perbuatan atau tindakan tertentu, 6) Rangkaian
aktivitas yang dikerjakan orang-orang, 7) Waktu: urutan kegiatan,
8) Tujuan: tujuan yang ingin dicapai, 9) Emosi yang dirasakan dan
diekspresikan orang-orang.

Melakukan pengamatan merupakan sesuatu yang tidak selamanya baku,


terkadang kita bisa menentukan polanya sendiri, berdasarkan pola di atas.
Misalnya akan melakukan pengamatan pada situasi sosial kegiatan pendidikan
jasmani, maka tempatnya adalah lingkungan fisik sekolah, pelakunya adalah guru,
siswa dan orang-orang yang ada di lingkungan dengan segala karakteristiknya,
aktivitasnya adalah kegiatan belajar mengajar meliputi aktivitas gerak atau
pembelajaran teori pendidikan jasmani di kelas.

5. Dokumentasi
Sugiyono (2013:329) mengungkapkan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi,
peraaturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif dan bisa juga dalam
penelitian pengembangan.

20
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, disekolah,
di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan
semakin kredibel apabila didukung oleh foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas
yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan
aslinya, karena foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat
untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiorgafi yang ditulis untuk dirinya
sendiri, sering subyektif.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Identifikasi dapat diartikan sebagai menemukenali. Identifikasi dimaknai
sebagai proses penjaringan sedangkan assesment dimaknai penyaringan.
Identifikasi dilaksanakan oleh orangtua, guru, maupun tenaga kependidikan
lainnya sebagai upaya untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang
mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional/tingkah
laku) dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai.

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) mengungkapkan bahwa


analisispenyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk
perkaranya, dan sebagainya). Sedangkan kebutuhan adalah butuh1/bu·tuh/v,
membutuhkan/mem·bu·tuh·kan/v sangat perlu menggunakan; memerlukan.
Analisis kebutuhan adalah salah satu langkah pertama dalam menetapkan tujuan
program atau mengembangkan rencana strategis, dan proses analisis kebutuhan
akan mudah bagi para pembaca. Sebuah analisis kebutuhan didefenisikan sebagai
evaluasi lingkungan (Szuba et. al. 2005).

3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk pemakalah sendiri maupun
bagi pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dimasa yang akan
datang.
5. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi
Budiman (2002) berpendapat jika anak mengalami kemajuan dalam belajar,
pendekatan yang dipilih guru perlu terus dipertahankan, namun jika tidak terdapat
kemajuan, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai materi, pendekatan,
maupun media belajar yang digunakan anak bersangkutan untuk memperbaiki
kekurangannya.

22
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Jurnal

Abidin, Zaenal. 2007. Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis


Pembelajaran dalam Desain Sistem Pembelajaran. Jurnal Suhuf, 19, 60-
69.
Indah, Puspitasari. 2013.English For Computer Science: Sebuah Analisis
Kebutuhan Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Teknik Informatika. Jurnal
Pro Bisnis, 6, 20-37.
Yasin, Alimuddin dkk. 2015. Analisis Kebutuhan Sistem Informasi di LPK RJ-
COMP Yogyakarta. Jurnal Seminar Nasional Informatika, 111-116.
Yusuf, Amin. 2014. Analisis Kebutuhan Pendidikan Masyarakat. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 31, 77-84.

B. Sumber Buku
Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak Usia, Jakarta : PT Luxima Metro Media
Syamsi, Ibnu. 2018. Identifikasi dan Asesmen Proses Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus. Bogor: IPB Press

23

Anda mungkin juga menyukai