Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam IV

CRITICAL BOOK REPORT


“TALAK DAN FASAKH”

DOSEN PENGAMPU :

OLEH :

MAYA AULIYA RAHMA

4163121008

FISIKA DIK B 2016

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN, 2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan serta
kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report dari Tiga buku
dengan materi berjudul “Talak dan fasakh” dengan baik untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mohon maaf
atas kekurangan dalam makalah ini serta mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita bersama.

Medan, Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................
1.2 Tujuan Penulisan CBR.............................................................................
1.3 Manfaat CBR............................................................................................
1.4 Identitas Buku...........................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI BUKU......................................................................
BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU.................................
3.1 Keunggulan Buku ....................................................................................
3.2 Kelemahan Buku......................................................................................
BAB IV IMPLIKASI...........................................................................................
BAB V PENUTUP...............................................................................................
5.1 Kesimpulan................................................................................................
5.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Buku teks pelajaran merupakan salah satu dari unsur sarana dan prasarana dalam proses
pendidikan dimana susunan dan penulisannya harus mengacu pada tujuan awalnya yakni tujuan
pendidikan nasional. Buku teks pelajaran yang digunakan wajib yang memuat materi pelajaran
dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, kemampuan akan ilmu pengetahuan dan
teknologi, budi pekerti juga kepribadian, serta kepekaan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan.

Banyak buku yang berisikan informasi atau materi yang berkaitan dengan mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini. Setiap buku akan berisikan informasi atau penyajian yang berbeda-
beda seperti penggunaan bahasa yang berbeda, bentuk tulisan, atau model yang berbeda seperti
gambar-gambar, tabel, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap buku pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.

Dalam kesempatan ini, saya sebagai mahasiswa yang memiliki kewajiban mengerjakan salah
satu tugas KKNI yaitu Critical Book Report , akan melakukan kritikan terhadap tiga buah buku
dengan materi berjudul “talak dan fasakh” .

1.2. TUJUAN PENULISAN CBR

Dari penjelasan pentingnya CBR di atas, kita dapat mengetahui tujuan dari Critical Book
Report ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara penyajian dari sebuah buku, memahami isi buku,
menemukan kelebihan dan kekurangan buku, serta memberikan saran sebagai mahasiswa.

1
1.3. MANFAAT CBR

Berdasarkan pentingnya dan tujuan CBR di atas, maka manfaat dari penulisan CBR ini
adalah kita dapat mengetahui tata cara penyajian dari buku, memahami isi buku serta lebih kritis
dalam memilih buku untuk dijadikan buku teks pembelajaran.

1.4. IDENTITAS BUKU


Identitas Buku Utama

1. Judul Buku : FIQIH MUNAKAHAT


2. Pengarang : Prof. Abdul Aziz Muhammad Azzam
3. Penerbit : Amzah
4. Tahun Terbit : 2015
5. Jumlah Halaman : 337 Halaman
6. Ukuran : 16x23 cm
Identitas Buku Pembanding 1

1. Judul Buku : FIQIH MUNAKAHAT


2. Penulis : Prof. Dr. Muhammad Zuhaily
3. Penerbit : Imtiyaz
4. Tahun Terbit : 2013
5. Halaman : 301 Halaman

2
Identitas Buku Pembanding 2

Judul Buku : Fiqh Munakahat Perbandingan


Karya : Dedi Supriyadi, M.Ag
Penerbit : Cv.Pustaka Setia
Tahun : 2011
Deskripsi Fisik : 26 4 Hlm;23 Cm

3
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1. BUKU UTAMA


A. PENGERTIAN TALAK

Talak berasal dari kata ithlaq ( ‫ ) أآلطآلق‬yang berarti melepaskan atau meninggalkan.
Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan
perkawinan.1

Al-jaziry mendefinisikan :‫الطالق ازالة النكاح او نقصان حله بلفظ محصوص‬

“ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatanya


dengan menggunakan kata-kata tertentu.”

Menurut abu zakaria al-anshari,talak ialah: ‫حل عقد النكاح بلفظ الطالق ونحوه‬

“ melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.”

Jadi,talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya


ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.2

Melepaskan ikatan pernikahan,artinya membubarkan hubungan suami istri sehingga


berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraaian. Menurut sayyid sabiq (1987:7),apabila telah
terjadi perkawinan,yang harus dihindari adalah perceraain,meskipun perceraaian bagian dari
hukum adanya persatuan atau perkawinan itu sendiri. Perceraain mendatangkan
kemudharatan, sedangkan sesuatu yang memudharatkan harus di tinggalkan, meskipun cara
meninggalkanya senantiasa berdampak buruk bagi yang lainnya.

Perceraain hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur kemaslahatan dan


setoap jalan perdamaian antara suami istri yang bertikai tidak menghasilkan kebaikan.
Perceraain setidaknya merupakan alternatif yang lebih mendidik kedua belah pihak. Ketika
terjadi konflik suami istri,salah satu jalan harus di pilih:

1. Meneruskan perkawinan tersebut yang berarti membiarkan kehidupan rumah tangga


sebagai neraka

4
2. Mengadakan perpisahan secara jasmaniah ,sementara tetap dalam status sebagai suami
istri, merupakan penyiksaan lahir batin terutama bagi pihak istri
3. Melakukan perceraian dan masing masing pihak menjadi bebas dan leluasa untuk
merenungkan dan mempertimbangkan kenbali kehidupan rumah tangganya. Mereka
bebas untuk meneruskan perceraian dan bebas pula untuk rukun kembali.3

Jika ikatan antara suami istri sedemikian kuatnya maka tidak sepantasnya apabila
hubungan tersebut di rusak dan di sepelekan, setiap usaha untuk menyepelekan hubungan
pernikahan dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam karena ia merusak kebaikan dan
menghilangkan kemaslahatan antara suami istri.
Ibnu umar berkata bahwa rasulullah saw,bersabda:
} ‫ أبغض الحالل الى هللا الطالق { روه ابو داود والحاكم وصححه‬: ‫ قال‬.‫عن ابن عمر ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
“ Perbuatan halal yang sangat di benci oleh Allah adalah talak” (HR abu dawud dan hakim
dan di shahihkan olehnya)
Siapapun yang merusak hubungan antara suami istri dia tidak mempunyai tempat
terhormat dalam islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi Saw
Artinya:
“Rasulullah SAW bersabda “ tidak termasuk golongan kami seseorang yang merusak
hubungan seseorang perempuan dari suaminya” (HR.Abu dawud dan nasai)4
a. isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli maka bukan termasuk
talak sunni.

B. MACAM-MACAM TALAK
a) Talak ditinjau dari waktu melakukan talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Talak Sunni yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah. Dikatakan
talak sunni jika memenuhi 4 (empat) syarat yaitu :

 isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli maka bukan
termasuk talak sunni.
 isteri dapat segera melakukan menunggu ‘iddah’ suci setelah ditalak yaitu
dalam keadaan suci dari haid

5
 talak itu dijatuhkan ketika isteri dalam keadaan suci, baik dipermulaan,
dipertengahan maupun diakhir suci, kendati beberapa saat lalu datang haid.
 suami tidak pernah menggauli isteri selama masa suci di mana talak itu
dijatuhkan. Talak yang dijatuhkan oleh suami ketika isteri dalam keadaan suci
dari haid tetapi pernah digauli, tidak termasuk talak sunni.

b. Talak Bid’i yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengan tuntutan
sunnah dan tidak memenuhi ketentuan syarat-syarat talak sunni. Termasuk dalam
talak bid’i adalah :

 talak yang dijatuhkan terhadap isteri pada waktu haid (menstruasi) baik
dipermulaan haid maupun dipertengahannya.
 talak yang dijatuhkan terhadap isteri dalam keadaan suci tetapi pernah digauli
oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud. 

b) Talak ditinjau dari jelas tidaknya ucapan talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Talak Sharih yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas, dapat
dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan, tidak mungkin ada
pemahaman lagi. Contoh Talak Sharih yaitu:

 Engkau saya talak sekarang juga.


 Engkau saya firaq sekarang juga.

Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak sharih maka
menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya sepanjang ucapan itu dinyatakan dalam
keadaan sadar dan atas kemauannya sendiri.

b. Talak Kinayah yaitu talak dengan menggunakan kata-kata sindiran, samar-samar


seperti contoh :

 Engkau sekarang telah jauh dariku.


 Pulanglah kerumah ibumu.

6
Ucapan-ucapan tersebut mengandung sebuah kemungkinan cerai dan mengandung
kemungkinan lain. Tentang kedudukan talak dengan kata-kata kinayah atau
sindiran sebagaimana dikemukakan oleh Taqiyuddin Al Husaini, tergantung kepada
niatnya seseorang artinya jika suami dengan kata-kata tersebut berniat untuk
menjatuhkan talak maka talak jatuh, akan tetapi jika tidak berniat untuk menjatuhkan
talak, maka talak tidak jatuh.

c) Talak ditinjau dari kemungkinan ruju’ atau tidak dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Talak Raj’i yaitu  talak yang dijatuhkan suami terhadap isterinya yang telah digauli,
talak yang pertama kali dijatuhkan atau yang kedua kalinya. Setelah terjadi talak raj’i,
maka isteri wajib ber iddah, bila kemudian suami hendak kembali kepada isteri
sebelum berakhir masa iddah, maka hal itu dapat dilakukan dengan jalan rujuk, tetapi
jika dalam masa iddah tersebut suami tidak menyatakan rujuknya, maka talak tersebut
berubah menjadi talak bain dengan berakhir iddahnya.: kemudian jika sesudah
berakhir iddahnya itu suami ingin kembali kepada bekas isterinya, maka wajib
dilakukan dengan akad nikah baru dan dengan mahar yang baru pula. Talak raj’i
hanya terjadi dengan talak yang pertama dan kedua saja.
b. Talak Ba’in yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas suami terhadap
bekas isterinya. Untuk mengembalikan bekas isteri ke dalam ikatan perkawinan harus
melalui akad nikah baru lengkap dengan rukun dan syarat-syaratnya. Adapun talak
ba’in dibagu menjadi dua:

 Talak Ba’in Sughra yaitu talak bain yang menghilangkan kepemilikan bekas
suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan kehalalan bekas suami untuk
menikahkan kembali dengan bekas isterinya tersebut. Termasuk talak bain
sughra adalah:

Talak sebelum berkumpul.


Talak dengan pergantian harta dari isteri atau disebut talak khulu’.
Talak karena adanya aib (cacat), karena salah seorang dipenjara, talak
karena penganiayaan atau semacamnya dan lain-lain.

 Talak Bain Kubra yaitu talak yang menghilangkan pemilikan bekas suami
terhadap bekas isteri serta menghilangkan kehalalan bekas suami untuk kawin

7
kembali dengan bekas isterinya, kecuali setelah bekas isteri itu kawin lagi
dengan lelaki lain, telah berkumpul dengan suami kedua serta telah bercerai
secara wajar dan telah selesai menjalankan iddahnya. Talak ba’in kubra terjadi
pada talak yang ketiga.

d) Talak ditinjau dari cara menyampaikan talak ada empat, yaitu:


a. Talak dengan ucapan yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan ucapan
dihadapan isterinya dan isteri mendengar secara langsung ucapan tersebut.
b. Talak dengan tulisan yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara tertulis lalu
disampaikan kepada isterinya, kemudian isteri membacanya dan memahami isi dan
maksudnya. Talak yang dinyatakan secara tertulis dapat dianggap sah, meski yang
bersangkutan dapat mengucapkannnya, sebagaimana talak dengan ucapan ada talak
sharih dan kinayah, maka talak dengan tulisan pun demikian pula.

c. Talak dengan isyarat yaitu talak yang dilakukan dalam bentuk isyarat oleh
suami  yang tuna wicara. Isyarat bagi suami yang tuna wicara dapat dipandang
sebagai alat komunikasi untuk memberikan pengertian dan menyampaikan maksud
dan isi hati. Oleh karena itu, isyarat baginya sama dengan ucapan bagi yang dapat
berbicara dalam menjatuhkan talak, sepanjang isyarat itu jelas dan meyakinkan
bermaksud talak atau mengakhiri perkawinan.
d. Talak dengan utusan yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada isteri melalui
perantaraan orang lain

C. PENGERTIAN FASAKH
Menurut bahasa kata "fasakh" berasal dari bahasa Arab ‫ فسخا‬- ‫ يفسخ‬-‫ فسخ‬yang berarti

batal atau rusak5 Sedang menurut istilah dapat diartikan sebagai berikut :

Menurut DR. Ahmad al Ghundur Fasakh adalah batal akad (pernikahan) dan
hilangnya keadaan yang menguatkan kepadanya6. Menurut Sayyid Sabiq Memfasakh
adalah membatalkannya dan melepaskan ikatan pertalian antara suami-isteri.7, Menurut

8
Ensiklopedi Islam fasakh ialah pemutusan hubungan pernikahan oleh hakim atas permintaan
suami atau isteri atau keduanya akibat timbulnya hal-hal yang dirasa berat oleh masing-
masing atau salah satu pihak suami-isteri secara wajar dan tidak dapat mencapai tujuan dari
sebuah pernikahan yang di inginkan oleh suami dan istri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan jikalau pengertian fasakh nikah adalah suatu
bentuk perceraian yang diputuskan oleh hakim karena dianggap pernikahan itu memberatkan
salah satu pihak baik istri atau laki laki atau bahkan kedua belah pihak.

D. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN FASAKH


Fasakh adakalanya disebabkan terjadinya kerusakan atau cacat pada akad nikah
itu sendiri dan adakalanya disebabkan hal-hal yang datang kemudian yang menyebabkan
akad pernikahan tersebut tidak dapat dilanjutkan.
1) Fasakh yang disebabkan rusaknya atau terdapatnya cacat dalam akad nikah, antara
lain sebagai berikut :
a) Setelah pernikahan berlangsung, di kemudian hari diketahui bahwa suami isteri
adalah saudara sekandung, seayah seibu atau saudara sepersusuan.
b) Apabila ayah atau kakek menikahkan anak laki-laki atau perempuan di bawah
umur dengan orang yang juga di bawah umur. Maka setelah kedua anak ini
dewasa mereka berhak untuk memilih melanjutkan pernikahan tersebut atau
menghentikan pernikahan itu. Apabila anak itu menghentikan pernikahan
tersebut, maka dinamakan fasakh. Hak pilih seperti ini oleh ulama fiqih tersebut
khiyar al-bulugh.
2) Fasakh yang disebabkan ada penghalang (mani' al-huruf) setelah berlangsungnya
pernikahan misalnya antara lain sebagai berikut :
a) Salah seorang di antara suami isteri itu murtad (keluar dari agama Islam).
b) Apabila pasangan suami isteri tersebut dahulunya menganut agama non Islam.
Kemudian isterinya memeluk agama Islam maka dengan sendirinya akad
pernikahan itu batal. Apabila suaminya yang masuk Islam sedangkan wanita
tersebut kitabiyah (yahudi atau nasrani) maka pernikahan tersebut tidak batal.

E. BENTUK-BENTUK FASAKH
Bentuk-bentuk fasakh yang terjadi dengan sendirinya di antaranya sebagai berikut :

9
1) Fasakh terjadi karena rusaknya akad pernikahan yang diketahui setelah pernikahan
berlangsung, seperti pernikahan tanpa saksi dan mengawini mahram.
2) Fasakh terjadi karena isteri dimerdekakan dari status budak. Sedangkan suaminya
tetap berstatus budak.
3) Fasakh terjadi karena pernikahan yang dilakukan adalah nikah mut'ah.
4) Fasakh terjadi karena mengawini wanita dalam masa iddah.
Adapun fasakh yang memerlukan campur tangan hakim antara lain sebagai
berikut :
1) Fasakh disebabkan isteri merasa tidak kafaah dengan suaminya.
2) Fasakh disebabkan mahar isteri tidak dibayar penuh sesuai dengan yang dijanjikan.
3) Fasakh akibat salah seorang suami/isteri menderita penyakit gila.
4) Fasakh terjadi karena isteri yang musyrik tidak mau masuk Islam setelah
suaminya masuk Islam, sedangkan wanita tersebut menuntut perceraian dari
suaminya.
5) Fasakh disebabkan salah seorang suami/isteri murtad dan menjadi
musyrik/musyrikah.
6) Fasakh terjadi karena li'an.
7) Fasakh disebabkan adanya cacat baik pada suami maupun pada isteri.
8) Menurut jumhur ulama, hakim juga harus campur tangan dalam fasakh yang
disebabkan suami tidak mampu memberi nafkah, baik pangan, sandang, maupun
papan.
9) Fasakh karena suami dipenjara.

F. AKIBAT FASAKH
Fasakh yang semula dapat membatalkan akad, maka di sini timbul beberapa
ketentuan hukum, misalnya : tidak ada kewajiban mahar, haram kawin untuk selama-
lamanya, bila fasakh itu terjadi dengan mahram, disamping itu tidak mesti menunggu
keputusan hakim. Namun dalam kasus- kasus lain biasanya lebih banyak harus diputuskan
oleh hakim. Disini juga, perceraian tidak dihubungkan dengan masa iddah. Akan tetapi,
pada fasakh karena sebab yang datang setelah akad, maka jika itu dari isteri sebelum
ditentukan mahar, maka mahar itu gugur seluruhnya. Akan tetapi, jika fasakh itu dari
suami maka ia wajib membayar setengah dari mahar itu. Disini perceraian itu
sifatnya sementara dan dihubungkan dengan masa iddah.

10
Adapun masa iddahnya berlaku seperti iddah talak8. Disamping itu, baik bentuk
fasakh yang pertama atau kedua, menyebabkan perceraian, umumnya terjadi pada saat itu
juga. Ketentuan hukum yang lain ialah bahwa perceraian
Dengan jalan fasakh tidak mengurangi jumlah ţalaq. Dan bekas isteri tidak boleh
dirujuk oleh bekas suaminya. Jika si suami mau mengambil isterinya itu kembali, ia harus
nikah lagi.

G. PERBEDAAN TALAK DAN FASAKH

No TALAK FASAKH
.
1. Talak ialah pembubaran ikatan Fasakh bererti memutuskan pernikahan
perkawinan dengan lafal talak . tanpa menjatuhkan talak,

2. Perceraian boleh dilakukan Sedangkan pembubaran perkawinan


dengan lafal sharih (jelas) dan secara fasakh hanya boleh diputuskan
lafaz kinayah (sindiran), begitu oleh hakim di mahkamah.
juga perceraian boleh dilakukan
dengan talak raj’i atau talak
ba’in.
3. Berpisahnya suami istri akibat Adapun fasakh, baik karena hal-hal yang
talak tidak mengakhiri ikatan datang belakangan ataupun karena
suami istri secara seketika. adanya syarat-syarat yang tidak
Karena dalam talak ada talak terpenuhi, maka ia mengakhiri ikatan
ba’in dan talak raj’i , talak raj’i pernikahan seketika itu.
tidak mengakhiri ikatan suami
istri dengan seketika. Sedangkan
talak ba’in mengakhirinya
seketika itu juga.
4. Pisahnya suami isrtri yang Sedangkan pisah suami istrri karena
diakibatkan talak dapat fasakh, hal ini tidak berarti mengurangi
mengurangi bilangan talak itu bilangan talak, meskipun terjadinya
sendiri. Jika suami menalak fasakh karena khiyar baligh, kemudian
isterinya dengan talak raj’i kedua suami istri tersebut menikah

11
kemudian kembali pada masa dengan akad baru lagi, maka suami tetap
iddahnya, atau akad lagi setelah mempunyai kesempatan tiga kali talak.
habis masa iddahnya dengan
akad baru, maka perbuatan
terhitung satu talak, yang berarti
ia masih ada kesempatan dua
kali talak lagi.
PERBEDAAN DARI SEGI HAKIKAT
Talak (kecuali talak ba’in kubra) Fasakh adalah pembatalan akad dari segi
adalah pengakhiran akad tanpa asasnya, dan berkaitan bagi
kesan menghilangkan kebolehan menghilangkan hukum yang timbul
(hak) untuk melakukan karenanya.
hubungan (kembali).
PERBEDAAN KARENA PENGARUHNYA.
Penjatuhan talak akan Peristiwa fasakh tidak mengurangi
mengurangi jumlah bilangan bilangan-bilangan talak yang dimiliki
yang ada pada suami. suami;

2.2. BUKU PEMBANDING 1

A.      PENGERTIAN FASAKH
Fasakh berasal dari bahasa arab yakni fasakha ‫فسخ‬  artinya rusak fasakh diartikan mencabut atau
menghapus yang maksudnya ialah perceraian yang disebabkan oleh timbulnya hal-hal yang dianggap
berat oleh suami atau istri atau keduanya sehingga mereka tidak sanggup untuk melaksanakan
kehidupan suami istri dalam mencapai tujuan rumah tangga.
Fasakh berarti mencabut dan membatalkan yang asalnya dari pokok kata yang
berarti  mencabut sesuatu yang sudah sah dan formal. Fasakh disyariatkan dalam rangka menolak
kemudaratan dan diperbolehkan bagi seorang istri yang sudah mukallaf atau balig dan berakal.

12
Suami memiliki hak menalak, sedangkan bagi pihak istri disediakan lembaga fasak. Dengan
demkian, keduanya memiliki hak yang samadalam upaya menghapus atau mencabut suatu ikatan
rumah tangga karna adanya penyebab tertentu yang dibenarkan menurut hukum. Seorang istri
diperbolehkan dikembalikan kepada keluarganya oleh suaminya apabila mengidap lima macam
penyakit atau kecacatan, yakni gila, lepra, sopak lubang kemaluan atau manpat (ratag) atau didalam
vaginanya terdapat tulang (qarn) yang mengganggu persenggamaan, serta penyakit lainnya yang
sukar disembuhkan. Penyakit-penyakit yang diderita oleh suami atau istri yang mengakibatkan
bolehnya melakukan fasakh tidak otomatis dipraktekkan oleh pihak suami atau istri apabila suami
menerima keadaan istrinya berpenyakit demikian, rumah tanngganya dapat dilangsungkan. Begitu
pula, jika istri menerima keadaan suaminya yang berpenyakit, perjalanan rumah tangganyapun dapat
dilanjutkan hingga akhir hayat. Fasilitas fasakh adalah upaya menjadikan bangunan rumah tangga
menjadi rukun, damai, sejahtera, dan penuh cinta dan kasih sayang apabila hal tersebut tidak
digunakan, hal itu tidak bertentangan dengan hukum islam.
B.      PERBEDAAN FASAKH DENGAN TALAK
Terputusnya hubungan perkawinan akibat fasakh, baik disebabkan adanya cacat dalam akad itu
sendiri maupun disebabkan sesuatu yang menghambat keberlangsungannya (sebagaimana telah
dijelaskan di atas) membatalkan akad nikah dan menghentikannya seketika dan secara langsung,
seperti yang diakibatkan oleh talak ba’in.
Walaupun demikian, batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukumantara
anak dan orangtuanya. Pertama, perbedaan dari segi hakikat. Fasakh adalah pembatalan akad dari
segi asasnya, dan bekaitan bagi menghilangkan ikatan menyertai (timbul karenanya); sedangkan
talak (kecuali talak ba’in kubra) adalah pengakhiran akad tanpa kesan menghilangkan kebolehan
(hak) Untuk melakukan hubungan(kembali).
Kedua, perbedaan dari segi penyebabbnya. Fasakh adakalanya terjadi disebabkan bencana di atas
akad yang menghilangkan perkawinan itu sendiri, dan adakalanya karena keadaan yang mengiringi
akad itu sendiri tidak menghendaki kalangsungan daya ikat sejak asalnya. Contoh fasakh karena
sebab bencana ialah murtadnya sang istri; sedangkan contoh karena sebab kedua ialah hak khiyar
yang dimiliki masing-masing pasangan setelah baligh untuk meneruskan atau tidak meneruskan
perkawinannya yang dilakukan (dipaksakan) pihak lain Sebelum mereka dewasa.

            Ketiga, perbedaan karena pengaruhnya. Peristiwa fasakh tidak mengurangi bilangan-bilangan


talak yang dimiliki suami; sedangkan penjatuhan talak akan mengurangi jumlah bilangan yang ada
pada suami.
C. Yang Menyebabkan Fasakh

13
Para ulama telah sepakat bahwa apabila salah satu pihak dari suami istri mengetahui ada ‘aib
pada pihak lain sebelum ‘aqad nikah itu diketahuinya sesudah ‘aqad tetapi ia sudah rela secara tegas
atau ada tanda yang menunjukkan kerelaannya maka ia tidak mempunyai hak lagi untuk meminta
fasakh dengan alasan ‘aib itu bagaimanapun. .
Ada 8 (delapan) aib atau cacat yang membolehkan khiyar di antaranya:
Tiga berada dalam keduanya (suami-istri) yaitu: gila, penyekit kusta dan supak.
Dua terdapat dalam laki-laki yaitu: ‘unah (lemah tenaga persetubuhannya), impoten. (surat al-
baqoroh : 231) . Tiga lagi berasal dari perempuan yaitu: tumbuh tulang dalam lubang kemaluan yang
menghalangi persetubuhan, tumbuh kemaluan dan tumbuh daging dalam kemaluan, atau terlalu
basah yang menyebabkan hilangnya kenikmatan persetubuhan. (rangkuman)Ketika suami pergi,
entah kemana istri tidak boleh di fasakhkan sebelum benar-benar diketahui kemana suaminya itu
pergi. Akan tetapi menurut maliki di tangguhkan sampai 4 tahun sesudah itu difasakhkan oleh hakim
atas tuntutan istri. Sebagian ulama berpendapat hakim boleh memasakhkan sesudah di beri masa
tenggang yang dipandang perlu oleh hakim. Paling baik di tunggu 4 tahun mengingat perhubungan di
masa itu sukar dan sulit. .
D.    Pelaksanaan Fasakh
Fasakh bisa terjadi karena tidak terpenuhinya syarat-syarat ketika berlangsung akad nikah, atau
karena hal-hal lain yang datang kemudian dan membatalkan kelangsungan perkawinan.
1. Fasakh karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi ketika akad nikah. Setelah kad nikah, ternyata
diketahui bahwa istrinya adalah saudara kandung atau saudara sesusun pihak suami. Suami istri yang
masih kecil dan diadakannya nikah oleh selain ayah datuknya. Kemudian setelah dewasa ia berhak
meneruskan ikatan perkawinannya atau mengakhirinya. Cara seperti ini disebut khiyar baligh.
2. Fasakh karena hal-hal yang datang setelah akad. Bila salah seorang dari suami istri murtad atau
keluar dari agama Islam dan tidak mau kembali sama sekali, maka akadnya batal (fasakh) karena
kemurtatan yang terjadi belakangan. Jika suami yang tadinya fakir masuk Islam, tetapi istri tetap
menjadi musyrik, maka akadnya batal (fasakh). Lain halnya kalau istri orang lain ahli kitab, maka
akadnya tetap sah seperti semula sebab perkawinannya dengan ahli kitab dari semunya dipandang
sah.
Di samping itu, fasakh juga bisa terjadi karena sebab-sebab berikut:
1. Karena mempunyai cacat berupa penyakit yang akut, seperti gila, kusta, epilepsi (ayan), balaqk
(penyakit belang kulit), sakit kelamin, impotensi atau ketidak normalan kelamin dengan berbagai
bentuk dan macamnya.

14
2 .Suami tidak diketahui rimbanya setelah ditunggu selama empat tahun.
3. Suami yang ternyata tidak memenuhi upaya yang dinyatakan sebelum kawin, seperti mengaku
sebagai pegawai negeri, pilot, dokter, dan sebagainya, akan tetapi kenyataanya tidak seperti itu. 
4. Perkawina yang dilakukan oleh wali dengan laki-laki yang bukan jodohnya. Umpanya: budak
dengan merdeka, orang pezina dengan orang terpelihara, dan sebagainya.
5. Suami tidak mau memulangkan istrinya, dan tidak pula memberikan belanja sedangkan istrinya itu
tidak rela.
6. suami miskin, setelah jelas kemiskinannya oleh beberapa orang saksi yang dapat Dipercaya,
sehingga ia tidak sanggup legi memberi nafkah.
Apabila terdapat hal-hal atau kondisi penyebab fasakh itu jelas, dan dibenarkan syara’, maka
untuk menetapkan fasakh tidak diperlukan putusan pengadilan. Misalnya, terbukti suami istri masih
saudara kandung, atau saudara sesusuan.
Akan tetapi jika terjadi hal-hal seperti berikut, maka pelaksanaannya adalah:
1. Jika tidak memberi nafkah bukan karena kemiskinannya, sedangkan hakim telah pula memaksa
dia untuk itu, mak dalam hal ini hendaklah diadukan terlebih dahulu kepada pihak yang berwenang.
2. Setelah hakim memberi janji kepada suami sekurang-kurangnya tiga hari, mulai dari hari istri itu
mengadu. Juka masa perjanjian itu telah habis, sedangkan si suami tidak juga dapat
menyelesaikannya, barulah hakim mefasakhkan dimuka hakim setelah diijinkan olehnya.

E.    AkibatFasakh
Pisahnya suami istri akibat fasakh berbeda dengan yang diakibatkan oleh talak. Sebab talak ada
talak ba’in dan talak raj’i. Talak raj’i tidak mengakhiri ikatan suami istri dengan seketika. Sedangkan
talak ba’in mengakhirinya seketika itu juga. Dapun faskh, baik karena hal-hal yang datang
belakangan ataupun karena adanya syarat-syarat yang tidak terpenuhi, nak ia mengakhiri ikatan
pernikahan seketika itu juga.  Selain itu, pisahnya suami istri yang diakibatkan talak dapat
mengurangi bilangan talak itu sendiri. Jika suami menalak istrinya dengan talak raj’i kemudian
kembali pada masa iddahnya, atau akad lagi setelah habis masa iddahnya dengan akad baru, maka
perbuatan terhitung satu talak, yang berarti ai masih ada kesempatan dua kali lagi talak. 
Sedangkan pisahnya suami istri karena fasakh, hal ini tidak berarti mengurangi bilangan talak,
meskipun terjadi fasakh karena khiyar baligh, kemudian kedua suami istri tersebut menikah dengan
akad baru lagi, maka suami tetap mempunyai kesempatan tiga kali talak.
Selama masa pelaksanaan fasakh, laki-laki boleh mengambil keputusan akan bercerai atau
memberikan nafkah bila istri tidak rela lagi. Kalau siistri mau menunggu, dan ia rela dengan ada
belanja dari suaminya, maka tidak perlu difasakhkan sebab nafkah itu adalah haknya.

15
Setelah fasakh itu dilakukan, maka perceraian itu dinakan talak ba’in. Kalau suami hendak kembali
kepadanya, maka harus dengan nikah lagi dengan akad baru. Sedangkan iddahnya sebagai iddah
talak biasa. 
D. Hikmah Fasakh
1. Untuk menjamin hak dan perlindungan kepada kaum wanita sekiranya mereka teraniaya.
2. Menyedarkan kaum suami bahawa perceraian bukan hanya dimiliki secara mutlak oleh suami saja.
3. Menunjukkan keunggulan syari‘at Allah subhanahu wata‘ala yang Maha Mengetahui akan
keperluan hambaNya. .

2.3. BUKU PEMBANDING 2


A. Talak
  Pengertian talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan, meninggalkan, dan memisahkan.
Pengertian talak menurut istilah adalah putusnya tali pernikahan yang telah dijalin oleh suami istri.
Talak merupakan alternatif terakhir jika pernikahan sudah tidak mungkin dipertahankan lagi. Talak
boleh dilakukan dan halal hukumnya, tetapi perbuatan tersebut dibenci oleh Allah Swt. Perhatikan
sabda Rasulullah saw. berikut ini.

16
Artinya: Dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, ”Sesuatu yang halal yang
sangat dibenci oleh Allah ialah talak.” (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Setiap suami berhak menalak istrinya sampai tiga kali atau talak tiga. Hak talak berada di tangan
suami. Meskipun demikian, Islam memberi hak kepada istri untuk menuntut cerai kepada suami
yang
telah melanggar ketentuan-ketentuan pernikahan. Hak istri untuk menuntut cerai berupa hak khulu’
(talak tebus). Dengan adanya hak khulu’, terdapat keseimbangan hak suami istri.

Talak merupakan jalan keluar dari Allah Swt. kepada hamba-Nya. Sepasang suami istri tentu
mendambakan keluarga yang bahagia. Akan tetapi, kadang tujuan pernikahan sulit tercapai oleh
sikap atau kondisi yang ada pada diri suami atau istri.
Untuk mengatasi masalah tersebut Allah Swt. memberi jalan, yaitu talak dengan tata cara yang telah
ditentukanNya. Allah Swt. memberi hak talak sebanyak tiga kali.

B. Sebab-Sebab Talak
    Ada beberapa penyebab talak seperti berikut.
1) Li‘an
    Li‘an merupakan tuduhan melakukan zina dari seorang suami terhadap istrinya. Li‘an bisa
berbentuk tuduhan suami terhadap istri bahwa istri telah melakukan zina, sementara ia tidak bisa
mendatangkan empat orang saksi. Dapat berbentuk penolakan bahwa anak yang dikandung istri
17
bukan anaknya. Li‘an mengakibatkan terjadinya perceraian antara suami istri untuk selamanya. Jika
setelah bercerai tuduhan suami tidak benar, menurut jumhur ulama mereka tidak boleh menikah
untuk selamanya. (Ensiklopedi Islam 5. 1993. Halaman 60)
2) Ila‘
    Ila‘ merupakan sumpah suami yang menyatakan bahwa dia tidak akan menggauli istrinya selama
empat bulan atau lebih. Suami boleh menggauli kembali istrinya setelah membayar kafarat. Kafarat
ila‘ adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu, memberi makan sepuluh orang miskin atau
memberi pakaian mereka. Jika tidak sanggup menunaikannya, ia harus berpuasa selama tiga hari.
Menurut jumhur ulama, jika waktu empat bulan telah lewat dan istri telah meminta suaminya untuk
kembali dengan menunaikan kafarat, tetapi suami tidak mau, hakim harus memberi pilihan kepada
suami untuk kembali kepada istri atau menalaknya. Jika suami tidak mau memilih, hakim
menjatuhkan talak dan dianggap sebagai talak raj‘i. (Ensiklopedi Islam 5. 1993. Halaman 60)

C. Macam-Macam Talak
    Talak dilihat dari segi cara menjatuhkannya dibagi menjadi dua sebagai berikut.
1) Talak Sunny
    Talak sunny yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan sunnah atau syariat Islam, yaitu:
    (a) menalak istri harus secara bertahap (dimulai dengan talak satu, dua, dan tiga); serta
    (b) istri yang ditalak dalam keadaan suci dan belum digauli.
2) Talak Bid‘i
    Talak bid‘i merupakan talak yang dijatuhkan melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan
syariat Islam, yaitu:
    (a) menalak istri dengan tiga kali talak sekaligus;
    (b) menalak istri dalam keadaan haid;
    (c) menalak istri dalam keadaan nifas; dan
    (d) menjatuhkan talak kepada istri yang dalam keadaan suci, tetapi telah digauli sebelumnya,
padahal kehamilannya belum jelas.

Talak dilihat dari segi boleh tidaknya suami istri rujuk dibagi menjadi dua sebagai berikut.
1) Talak Raj‘i
    Talak raj‘i yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri sebanyak satu atau dua kali. Talak
raj‘i menyebabkan suami masih boleh rujuk kepada istrinya tanpa harus melakukan akad nikah
lagi. Rujuk dilakukan dalam masa idah. Talak raj‘i berakibat pada berkurangnya bilangan talak
yang dimiliki suami.

18
2) Talak Ba‘in
    Talak ba‘in yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri dan suami boleh kembali kepada
istri dengan akad dan mahar baru. Talak ba‘in dibagi menjadi dua, yaitu talak ba‘in sugra dan
talak ba‘in kubra. Talak ba‘in sugra - merupakan talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang
belum disetubuhi, talak raj‘i yang telah habis masa idahnya sementara suami tidak rujuk dalam
masa tersebut, dan talak dengan tebusan (khulu’).
Talak ba‘in kubra yaitu talak yang dijatuhkan suami untuk ketiga kalinya. Seorang suami yang
telah menjatuhkan talak ba‘in kubra tidak boleh rujuk atau menikah lagi dengan mantan istrinya.
Jika suami ingin kembali kepada istri yang telah ditalak ba‘in kubra, harus terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut.
1) Mantan istri telah menikah dengan pria lain.
2) Telah dicampuri oleh suami barunya.
3) Telah diceraikan oleh suami barunya.
4) Telah habis masa idah sesudah cerai dengan suami barunya.
(Ensiklopedi Islam 5. 1993. Halaman 56–57)

Berkaitan dengan syarat yang telah disebutkan di atas, Allah Swt. berfirman seperti berikut.

َ‫ك‬VV‫ دُو َد هَّللا ِ ۗ َوتِ ْل‬V‫ا ُح‬VV‫ا إِن ظَنَّا أَن يُقِي َم‬VV‫اج َع‬
َ ‫ا أَن يَت ََر‬VV‫ا َح َعلَ ْي ِه َم‬VVَ‫فَإِن طَلَّقَهَا فَاَل ت َِحلُّ لَهُ ِمن بَ ْع ُد َحتَّ ٰى تَن ِك َح زَ وْ جًا َغ ْي َرهُ ۗ فَإِن طَلَّقَهَا فَاَل ُجن‬
َ‫حُ دُو ُد هَّللا ِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak
halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas istri) untuk menikah
kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-
ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan. (Q.S. al-Baqarah
[2]: 230)
2. Khulu’
    Khulu’ (talak tebus) merupakan talak yang diucapkan suami dengan cara istri membayar ganti
rugi atau mengembalikan mahar yang pernah diterima dari suami. Khulu’ dilakukan suami atas
permintaan istri karena sikap suami yang telah melanggar ketentuan pernikahan. Jika pernikahan
tersebut dipertahankan, akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan pernikahan.
Khulu’merupakan salah satu bentuk keseimbangan hak antara suami istri. Jika suami memiliki
hak untuk menjatuhkan talak, seorang istri memiliki hak untuk menuntut dijatuhkannya talak jika

19
suami telah melanggar ketentuan pernikahan. Ketika seorang istri mengajukan khulu’, ia
memberikan ganti rugi kepada suami dengan cara mengembalikan seluruh atau sebagian mahar
yang pernah diterimanya. Selain itu, tebusan atau ganti rugi juga dapat dilakukan dengan harta
lain yang bukan mahar. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.

ۖ ِ ‫ دُو َد هَّللا‬V‫ا ُح‬VV‫ا أَاَّل يُقِي َم‬VVَ‫ْري ٌح بِإِحْ َسا ٍن ۗ َواَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم أَن تَأْ ُخ ُذوا ِم َّما آتَ ْيتُ ُموه َُّن َش ْيئًا إِاَّل أَن يَخَ اف‬ ِ ‫ُوف أَوْ تَس‬ ٍ ‫ك بِ َم ْعر‬ ُ ‫الطَّاَل‬
ٌ ‫ق َم َّرتَا ِن ۖ فَإ ِ ْم َسا‬
َ‫ك ُحدُو ُد هَّللا ِ فَاَل تَ ْعتَدُوهَا ۚ َو َمن يَتَ َع َّد حُ دُو َد هَّللا ِ فَأُو ٰلَئِكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬ َ ‫َت بِ ِه ۗ تِ ْل‬
ْ ‫فَإ ِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل يُقِي َما ُحدُو َد هَّللا ِ فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما فِي َما ا ْفتَد‬

Artinya: . . . Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-
hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa
melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim. (Q.S. al-Baqarah [2]: 229)

Khulu’ berakibat pada suami atau istri. Khulu’ mengakibatkan hal-hal sebagai berikut.
1) Terjadinya talak ba‘in jika unsur ganti ruginya terpenuhi dan jika unsur ganti rugi tidak ada,
perceraian ini merupakan talak biasa.
2) Mahar yang menjadi tanggungan suami juga gugur dari hak istri jika ganti rugi khulu’ tersebut
bukan mahar.
3) Gugurnya seluruh hak yang berhubungan dengan harta di antara kedua belah pihak jika harta
itu diperoleh setelah khulu’ terjadi.
4) Segala bentuk nafkah yang wajib ditunaikan suami sebelum khulu’ gugur setelah terjadinya
khulu’.
5) Nafkah istri selama masa idah tidak gugur dan wajib dibayarkan suami.

20
3. Fasakh
    Fasakh merupakan salah satu penyebab putusnya pernikahan. Fasakh merupakan batalnya
akad atau lepasnya ikatan perkawinan antara suami istri yang disebabkan terjadinya cacat atau
kerusakan pada akad itu sendiri, atau disebabkan hal-hal yang datang kemudian yang
menyebabkan akad tidak dapat dilanjutkan.
Fasakh yang disebabkan adanya cacat atau kerusakan yang terjadi dalam akad nikah, seperti
berikut.
1) Setelah akad dilakukan, diketahui bahwa pasangan itu ternyata saudara sekandung, seayah
seibu, atau saudara sepersusuan.
2) Seorang anak yang belum balig (lelaki atau perempuan) dinikahkan oleh walinya yang bukan
ayah atau kakeknya kemudian anak ini mencapai usia balig, ia berhak untuk memilih (hak khiar),
perkawinan yang telah diakadkan itu diteruskan atau dihentikan. Hak ini dinamakan khiyar bulug
(hak pilih setelah seseorang sampai usia balig). Jika salah seorang di antara anak yang telah balig
tersebut memilih untuk tidak melanjutkan perkawinan tersebut, akad ini dianggap fasakh.
(Ensiklopedi Hukum Islam 1. 1997. Halaman 317)
Adapun fasakh yang disebabkan sesuatu yang datang kemudian pada akad sehingga akad
tersebut tidak dapat dilanjutkan seperti berikut.
1) Jika suami istri dahulunya non-Islam, kemudian istrinya masuk Islam. Pada saat itu juga akad
tersebut batal karena muslimah dilarang menikah dengan laki-laki musyrik.
2) Jika salah seorang dari suami istri murtad atau keluar dari agama Islam untuk selamanya.

BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

1.1. KEUNGGULAN BUKU


1. Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan. Sedangkan menurut syara’ ialah melepaskan
taali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami istri.
2. Berikut ini adalah beberapa macam talak menurut beberapa tinjauan:

21
a. Macam-macam talak ditinjau dari waktu melakukan yaitu: Thalaq sunni dan thalaq bid’i
Talak ditinjau dari jelas tidaknya ucapan yaitu: Sharih dan kinayah
b. Talak ditinjau dari kemungkinan ruju’ atau tidak yaitu:Thalaq raj’i dan thalaq ba’in
c. Talak ditinjau dari cara menyampaikan yaitu: dengan ucapan, tulisan, isyarat , dan
dengan utusan.
3. Para Ahli Fiqih berbeda pendapat tentang hukum talak. Pendapat yang paling benar diantara
semua itu adalah yang mengatakan “terlarang”, kecuali karena alasan yang benar.
4. Diantara rukun-rukun talak adalah adanya: a. Suami, b. Istri, c. Shighat thalaq dan, d.
Qhosdu.
5. Diantara beberapa shighat thalaq (ungkapan) adalah: dengan kata-kata, dengan isyarat,
dengan tulisan/Surat, serta dengan mengirimkan seorang utusan.
6. Seorang suami apabila sudah mengumpuli istrinya maka ia berhak tiga kali talak. Para ulama’
sepakat, suami dilarang mentalak istrinya tiga kali berturut-turut dalam masa satu kali suci.
7. Berikut ini adalah beberapa akibat talak dalam talak raj’i, apabila masa iddah telah habis
maka tidak boleh ruju’ dan berarti perempuan itu telah ter talak ba’in. Dalam talak ba’in
suami harus melakukan akad nikah baru jika ingin kembali.
8. Menurut bahasa kata "fasakh" berasal dari bahasa Arab ‫ فسخا‬- ‫ يفسخ‬-‫ فسخ‬yang berarti batal atau
rusak. Sedangkan menurut istilah fasakh adalah suatu bentuk perceraian yang diputuskan oleh
hakim karena dianggap pernikahan itu memberatkan salah satu pihak baik istri atau laki laki
atau bahkan kedua belah pihak.
9. Fasakh adakalanya disebabkan terjadinya kerusakan atau cacat pada akad nikah itu
sendiri dan adakalanya disebabkan hal-hal yang datang kemudian.
10. Beberapa bentuk fasakh diantaranya: Fasakh yang terjadi dengan sendirinya dan fasakh yang
memerlukan campur tangan hakim.
11. Perbedaan talak dan fasakh:
a. Talak ialah pembubaran ikatan perkawinan dengan lafal talak. Sedangkan fasakh
memutuskan pernikahan tanpa menjatuhkan talak.
b. Perceraian boleh dilakukan dengan lafal sharih (jelas) dan lafaz kinayah (sindiran), begitu
juga perceraian boleh dilakukan dengan talak raj’i atau talak ba’in. Sedangkan
pembubaran perkawinan secara fasakh hanya boleh diputuskan oleh hakim di mahkamah.
c. Berpisahnya suami istri akibat talak tidak mengakhiri ikatan suami istri secara seketika,
karena ada masa iddah, kecuali pada thalaq ba’in. Sedangkan fasakh baik karena hal-hal
yang datang belakangan ataupun karena adanya syarat-syarat yang tidak terpenuhi, maka
ia mengakhiri ikatan pernikahan seketika itu.

22
1.2. KELEMAHAN BUKU
Berdasarkan hasil review terhadap ketiga buku ini, baik buku utama dan buku pembanding
memiliki kekurangan masing-masing. Seperti pada buku utama jelas disampaikan mengenai
bagaimana talak dan fasakh serta perbedaannya yang sebenarnya.
Sedangkan pada buku pembanding dijelaskan tentang indikator yang dapat dijadikan sebagai
acuan talak dan fasakh.

BAB IV
IMPLIKASI
Teori-teori yang dipaparkan dalam menjelaskan materi “Talak dan Fasakh” merupakan teori
yang relevan, berkaitan antara subbabnya yang cocok dijadikan sebagai kepustakaan dan bisa
dijadikan literatur bagi berbagai pihak seperti mahasiswa, dosen, guru, dan lain-lain. Karena dengan
buku ini dapat menjadi penuntun dalam memajukan pengetahuan kita mengenai bagaimana Talak

23
dan Fasakh di Indonesia. Agar pendidikan di Indonesia ini tidak hanya maju dalam bidang IPTEK
saja, tetapi juga dalam bidang keagamannya juga.
Buku utama dan buku pembanding didesain dengan secara detail dilengkapi dengan
pendapat ahli serta ayat-ayat dan hadist yang menjadi sumber dasar materi yanng dipaparkan dalam
ketiga buku tersebut sehingga memudahkan dalam mempelajari serta memahaminya.

BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Setelah melakukan Critical Book Report terhadap kedua buku, saya menyimpulkan bahwa
ketiga buku tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi menurut saya, ketiga buku

24
tersebut saling melengkapi dalam penjelasan materi “Talak dan fasakh”, sehingga apa yang kurang
pada buku utama dapat dilengkapi oleh buku pembanding dan sebaliknya.

5.2. SARAN
Setelah melakukan Critical Book Review terhadap ketiga buku di atas, saya memberi
rekomedasi terhadap ketiga buku tersebut kepada pihak seperti mahasiswa calon guru untuk dapat
dijadikan referensi, karena ketiga buku tersebut sangat mendetail penjelasan mengenai Talak dan
Fasakh, terutama pada buku utama dan pembanding 1 lebih mendetail karena buku ini lebih fokus
kepada hukum hukum Talak dan Fasakh serta lengkap dengan perbedaannya. Namun, saya
mengharapkan kepada semua pihak agar lebih teliti dalam mencari dan menjadikan suatu buku
sebagai referensi dalam pembelajaran, penelitian, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai