Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DASAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen Pengampu:

Kuswati, S.Pd.I, M.Pd.I

Di Susun Oleh:

MASTUROH

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-AMIN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya Kami panjatkan menyusun tugas makalah yang berjudul
“KONSEP DASAR”.

Pada dasarnya makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata
kuliah ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS di STIT AL-AMIN INDRAMAYU.

Demikian tugas ini disusun semoga Bermanfaat, agar dapat memenuhi


tugas mata kuliah ULUMUL HADIS.

Subang, 30 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2

A. Pengertian dan Istilah Anak Berkebutuhan Khusus ......................... 2


B. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus ........................................... 3
C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ................................. 3
D. Dampak dan Akibat Kelinan ............................................................ 4
E. Hak-hak yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 6

A. Kesimpulan ........................................................................................ 6
B. Saran .................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap
sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang
cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak
berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak
yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di
dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang
bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat
dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep Anak Berkebutuhan Khusus ?

2. Bagaimanakah prevalensi Anak Berkebutuan Khusus di Indonesia ?

3. Apakah faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ?

4. Apa saja Dampak dan Akibat Kelainan?


5. Apa hak-hak yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus?

C. Tujuan

1. Mengetahui Konsep Anak Berkebutuhan Khusus

2. Mengetahui Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia

3. Mengetahui Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

4. Mengetahui Dampak dan Akibat Kelainan

5. Mengetahui Hak-hak yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan


dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis,
emosi, dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan
perlakuan dan pendidikan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan
merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak
berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak
berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen
(penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan
khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat. Jadi
anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup
garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan
lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang
cacat. Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan
menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat
sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap
(permanent).

1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer) Anak


berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak
yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya trauma akibat
bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami kesulitan
konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau anak yang
tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar.

2
Pengalaman traumatis dapat menjadi hambatan dalam belajar karena
mengganggu emosional siswa. Pengalaman traumatis seperti itu
bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi
yang tepat bisa jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini
memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan
yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini
tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali
anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer,
dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan
yang disebut pendidikan kebutuhan khusus.

2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen) Anak


berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat
internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak
yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan
perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik),
gangguan interaksi-komunikasi, gannguan emosi, sosial dan tingkah laku.
Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanensama
artinya dengan anak penyandang kecacatan.

B. Prevalensi Anak Berkubutahn Khusus

Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia Jumlah anak


berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Berdasarkan hasil survey antar sensus, BPS 2005 memperkirakan dari 22,8
juta penduduk rentang usia 5-14 tahun, 4,2 juta atau 10 persen diantaranya
merupakan anak berkebutuhan khusus. Angka tersebut sudah meningkat tajam
dalam beberapa tahun terakhir ini. Mengingat makin mudahnya kita
menemukan anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang baik secara fisik,
intelektual,

3
emosi maupun social ditengah masyarakat. Anak berkebutuhan khusus
baik yang mengalami kecacatan fisik maupun gangguan intelektual bisa jadi
akan terus bertambah Lahirnya anak-anak berkebutuhan khusus ini tak lepas
dari berbagai persoalan. Mulai dari makin buruknya kualitas lingkungan
hidup, kurang sehatnya gaya hidup masyarakat hingga pola-pola makan yang
tidak tepat. Terutama pada ibu hamil, melahirkan dan pada masa pengasuhan
anak. Peran ibu sangat penting untuk mempersiapkan lahirnya generasi muda
yang sehat dan tidak mengalami gangguan fisik maupun intelektual. Salah
satu caranya adalah menyiapkan masa pra kehamilan, intervensi khusus
selama kehamilan berlangsung dan pola pengasuhan yang benar pada anak
hingga usia diatas balita. Selain perencanaan kehamilan yang matang,
mengenali gejala gangguan tumbuh kembang pada anak sejak dini juga akan
memungkinkan ABK bisa mengesplorasi kemampuan dan bakatnya secara
optimal. Kuncinya bagaimana orangtua mengenalinya sejak awal lalu
memberikan terapi penanganan yang tepat.

C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus Sebagai makhluk beragama


akan yakin bahwa anak berkebutuhan khusus lahir ke dunia di samping sudah
menjadi takdir yang Mahakuasa,
tetapi sebagai manusia yang berkecimpung di dunia keilmuan perlu mengkaji,
dan mengidentifikasi mengapa hal itu bisa terjadi. Karena di samping takdir
bisa juga karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kelainan pada anak
berkebutuhan khusus ada 4, yaitu
1. Herediter
Kebanyakan anak berkebutuhan khusus merupakan bawaan dari
lahir. Dan yang mendasari hal tersebut, adalah faktor hereditas atau
genetik yang diturunkan dari orang tua.

4
2. Infeksi
Infeksi (baik secara langsung ataupun tidak langsung) yang
menyerang bayi sebelum / sesudah lahir juga dapat menyebabkan
kelainan.
3. Keracunan
Keracunan yang dimaksud dapat secara langsung pada anak,
maupun lewat perantara ibu ketika mengandung.
4. Trauma
Merupakan cedera yang terjadi pada anak sehingga menyebabkan
perubahan struktur rangka, ataupun cedera yang terjadi ketika proses
persalinan.
5. Kekurangan Gizi
Kurangnya asupan gizi pada bayi dalam kandungan maupun sesudah
lahir, sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sehingga jika asupan
yang diberika tidak sesuai atau takarannya kurang, dapat menyebabkan
kelainan.
D. Dampak dan Akibat Kelainan

Kelainan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus, sedikit-banyak


pasti akan mempengaruhi bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari.
Dampak-dampak tersebut dibagi menjadi 3:

1. Dampak Fisiologis

Dampak ini berkaitan dengan fisik anak, baik tampilan maupun


koordinasinya. Anak seringkali akan kesulitan untuk mengontrol
koordinasi gerak, jika terdapat kelainan pada anggota tubuhnya.

5
2. Dampak Psikologis

Dampak psikologis merupakan dampak yang berhubungan dengan


keadaan mentalnya. Keadaan mental yang labil akibat kelainan, akan
mengganggu proses kejiwaannya.

3. Dampak Sosiologis

Dampak ini timbul karena hubungan anak dengan lingkungan


sekitarnya. Perbedaan yang ada pada anak berkebutuhan khusus seringkali
memunculkan minder dan mental yang labil, sehingga anak tersebut
kesulitan dalam berbaur atau bersosialisasi.

E. Hak-hak yang dimiliki Anak Berkebutuhan Khusus


Berdasarkan Landasan Yuridis
A. UUD 1945 (Amandemen)
B. UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional
C. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
D. UU No. 4 1997 tentang Penyandang Cacat
E. Deklarasi Bandung (Nasional) “Indonesia Menuju Pendidikan
Iklusif” 8-14 Agustus 2004

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal
baik secara fisik, psikis, emosi, dan perilaku, sehingga dalam
mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan
pendidikan khusus.
2. Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia dari tahun
ke tahun terus meningkat. Mengingat makin mudahnya kita
menemukan anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang baik
secara fisik, intelektual, emosi maupun social ditengah masyarakat
Karena di samping takdir bisa juga karena ada faktor-faktor
tertentu yang menjadi penyebabnya.
3. Banyak faktor penyebab terjadinya anak berkebutuhan khusus
menjadi tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, dan lain-lain.
Banyak para pakar telah mendapatkan faktor-faktor penyebab
terjadinya hambatan/kelainan sehingga dapat di bagi menjadi tiga
fase yaitu: masa pre natal, natal dan post natal.
4. Dampak-dampak
- Dampak Fisiologis
- Dampak Psikologis
- Dampak Sosiologis

7
5. Hak-hak

Berdasarkan Landasan Yuridis Hak Anak Berkebutuhan Khusus


ada 5 yaitu :

- UUD 1945 (Amandemen)


- UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional
- UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
- UU No. 4 1997 tentang Penyandang Cacat
- Deklarasi Bandung (Nasional) “Indonesia Menuju Pendidikan
Iklusif” 8-14 Agustus 2004
B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya masih banyak terdapat 
kekurangan, maka Kami sebagai Penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan di masa yang akan datang

8
DAFTAR PUSTAKA

Raharja, Djaja da Sujarwanto. 2010. Pengantar Pendidikan Luar Biasa


(Orthopedagogik). Surabaya : UD MAPAN

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik tunagrahita. Jakarta: Direktorat Pendidikan


Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2006). Program Direktorat Pembinaa Sekolah Luar Biasa 2006.


Jakarta: Derektorat PSLB

http://nurhajiyah.blogspot.com/2015/06/makalah-anak-berkebutuhan-khusus.html

Anda mungkin juga menyukai