Anda di halaman 1dari 13

KEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR

Di susun untuk memenuhi mata kuliah Konsep Psikologi Pendidikan


Oleh Dosen Pengampu : Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd

Oleh

1. Yola Adelina Naipospos (1233111065)


2. Helmalia Putri (1231111040)
3. Friska Delviana Silaban (1233111192)
4. Jesminton Gultom (1233111139)
5. Yashinta Beta Simanjuntak (1233111067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berisikan
“KEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR” guna memenuhi penyelesaian tugas pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Makalah ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan kepada semua pihak terutama kepada Dosen Pengampu Ibu
Dra. Eva Betty Simanjuntak, M.Pd, terimakasih juga kepada anggota kelompok kami yang
telah berkontribusi dalam bentuk pikiran atau materi dalam menyelesaikan makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan makalah ini, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga materi ini dalam
makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, 20 Maret 2024

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN KEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR................................... 3
B. PENGKATEGORIAN KEBUTUHAN KHUSUS.......................................................... 4
C. BELAJAR DI SLB ( Sekolah Luar Biasa )..................................................................... 5
D. BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI ............................................................................. 6
E. CARA MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ..................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP.................................................................................................................................. 9
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 9
B. SARAN ........................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) adalah disiplin ilmu yang
membahas tentang layanan pendidikan yang disesuaikan bagi semua anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan pekembangan akibat dari kebutuhan khusus tertertu baik
yang bersifat temporer maupun yang besifat permanen. Tidak setiap anak yang dilahirkan
di dunia ini selalu mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-
faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan
khusus atau anak luar biasa.

Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan


tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep
diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan karakteristik
setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru.
Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan
dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan
berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut
diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku
kearah pendewasaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kebutuhan khusus dalam belajar


2. Apa-apa saja jenis kebutuhan khusus
3. Apa yang diamaksud dengan belajar di SLB
4. Apa yang dimaksud dengan belajar inklusi
5. Bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus

1
C. Tujuan Penulisan

1. Memahami dan mengetahui apa itu kebutuhan khusus dalam belajar


2. Mengetahui jenis-jenis kebutuhan khusus
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar di SLB
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar di sekolah inklusi
5. Mengetahui bagaimana cara menangani anak berkebutuhan khusus

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR

Kebutuhan khusus dalam belajar adalah kebutuhan yang mengalami hambatan


belajar dan hambatan perkembangan yang menyebabkan anak mengalami hambatan jika
mengikuti pendidikan dengan metode dan alat yang berlaku pada umumnya. Pendidikan
kebutuhan khusus (special needs education) adalah disiplin ilmu yang membahas tentang
layanan pendidikan yang disesuaikan bagi semua anak yang mengalami hambatan belajar
dan hambatan pekembangan akibat dari kebutuhan khusus tertertu baik yang bersifat
temporer maupun yang besifat permanen. Pendidikan kebutuhan khusus adalah suatu
pendidikan yang mempunyai tiga fungsi: fungsi preventif, fungsi kompensasai, dan fungsi
intervensi.

1. Fungsi Preventif

Fungsi preventif adalah upaya pencegahan agar tidak muncul hambatan belajar dan
hambatan perkembangan akibat dari kebutuhan khusus tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mencegah faktor-faktor lingkungan dan dari diri sendiri yang dapat menyebabkan
hambatan belajar.

2. Fungsi Kompensasai

Fungsi kompensasai adalah menyediakan perlengkapan atau metode yang dapat


membantu anak dalam belajar, Fungsi ini dalam mempelajari kebutuhan khusus adalah
upaya pendidikan untuk menggantikan fungsi yang hilang atau mengalami hambatan
dengan fungsi yang lain. Seorang anak yang kehilangan fungsi penglihatan akan sangat
kesulitan untuk belajar atau bekerja jika berhubungan dengan penggunaan fungsi
penglihatan. Oleh karena itu, hilangnya fungsi penglihatan dapat
dialihkan/dikompensasikan kepada fungsi lain, misalnya perabaan dan pendengaran.

3. Fungsi Intervensi

Fungsi intervensi dalam kebutuhan belajar khusus adalah upaya menangani


hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang sudah terjadi pada diri anak.
Intervensi dalam pendidikan kebutuhan khusus bertujuan untuk membantu anak mengatasi

3
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang disebabkan oleh kebutuhan khusus
tertentu, seperti kehilangan penglihatan, fungsi pendengaran, atau kebutuhan lainnya.

B. PENGKATEGORIAN KEBUTUHAN KHUSUS

Dalam dunia pendididkan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas


beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini beberapa jenis anak yang
berkelainan khusus:

1. Tunanetra

Tunanetra adalah orang yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 atau


kurangpada mata yang baik, walaupun dengan memakai kacamata, atau yang daerah
penglihatannya sempit sedimikian kecil sehingga yang terbesar jarak sudutnya tidak lebih
dari 20 derajat.

2. Tunarungu

Penderita tuna runggu adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan


indara pendengar. Tunarunggu tidak dapat mendengar suara atau bunyi. Dikarenakan tidak
mampu mendengar suara atau bunyi, kemampuan berbicara pun kadang terganggu.
Sebagaimana kita ketahui, keterampilan berbicara sering kali tentukan oleh seberapa sering
seseorang mendengar orang lain berbicara. Akibatnya anak-anak tunarunggu sekaligus
memiliki hambatan bicara dan menjadi bisu.untuk berkomunikasi dengan orang lain,
mereka menggunakan bahasa bibir atau bahasa isyarat. Sebagaimana anak tunanetra,
mereka memiliki potensi perkembangan yang sama dengan anak lain yang tidak mengalami
hambatan perkembangan apa pun.

3. Tunadaksa

Tunadaksa adalah penderita kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti


tangan, kaki, atau bentuk tubuh. penyimpangan perkembangan terjadi pada ukuran, bentuk,
atau kondisi lainnya. Sebenarnya, secara umum mereka memiliki peluang yang sama untuk
melakukan aktualisasi diri. Namun, karena lingkungan kurang mempercayai
kemampuannya, terlalu menaruh rasa iba, maka anak-anak tundaksa sedikit memiliki
hambatan psikologis, seperti tidak percaya diri dan tergantung pada orang lain. Akibatnya.
penampilan dan keberadaan mereka dikehidupan umum kurang diperhitungkan.

4
4. Tunagrahita

Tungrahita adalah kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum dibawah rata-
rata, yaitau IQ 84 kebawah berdasarkan tes dan muncul sebelum usia 16 tahun. Tunagrahita
juga bias diartikan sebagai lambannya fungsi intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan
tes inteligensibaku dan terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga
usia 18 tahun.

5. Tunalaras

Tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku. Secara fisik,
penderita tunalaras tidak mempunyai perbedaan yang mencolok daripada anak yang
normal. Umumnya, anak tunalaras berperilaku aneh."

6. Autis

Autis adalah sindrom yang sering disalahpahami oleh kebanyakan orang. Anak-
anak penyandang autis sering kali dianggap tidak waras, gila, dan berbahaya. Sungguh
suatu pemahaman yang sangat tragis dan menakutkan. Dengan persepsi masyarakat yang
sedemikian rupa, maka perkembangan dan keberadaan anak autis menjadi tidak
diperhatikan. Jangankan untuk sekolah, untuk berinteraksi saja anak autis sering tidak
mendapatkan tempat.

C. BELAJAR DI SLB ( Sekolah Luar Biasa )

SLB adalah singkatan dari Sekolah Luar Biasa, yang merupakan lembaga
pendidikan khusus untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Di SLB, pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap siswa.

Berikut adalah beberapa poin penting tentang belajar di SLB:

1. Kurikulum Teradaptasi: Kurikulum di SLB disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi


masing-masing siswa. Ini berarti ada fleksibilitas dalam metode pengajaran dan materi
pembelajaran.
2. Pendekatan Multidisipliner: Guru di SLB biasanya memiliki latar belakang dalam
bidang khusus seperti pendidikan khusus, terapi bicara, terapi fisik, atau terapi lainnya.
Mereka bekerja secara kolaboratif untuk menyediakan pendekatan pembelajaran yang
holistik.

5
3. Pemenuhan Kebutuhan Spesifik: Siswa di SLB mungkin memiliki berbagai kebutuhan
seperti gangguan perkembangan, gangguan belajar, autisme, tunanetra, tunarungu, atau
kebutuhan medis lainnya. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus dirancang
untuk memenuhi kebutuhan spesifik ini.
4. Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Banyak SLB menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis pengalaman, di mana siswa belajar melalui aktivitas langsung,
simulasi, dan pengalaman praktis lainnya.
5. Pendekatan Individualisasi: Setiap siswa diperlakukan secara individual sesuai dengan
kemampuan, minat, dan kebutuhan mereka. Ini bisa termasuk pembelajaran satu-satu,
penggunaan alat bantu pembelajaran khusus, atau modifikasi kurikulum.
6. Dukungan Tambahan: Di SLB, siswa juga mendapatkan dukungan tambahan seperti
terapi khusus (terapi wicara, terapi fisik, terapi okupasi), konseling, bimbingan karir,
dan dukungan medis sesuai kebutuhan.
7. Keterlibatan Orang Tua: Pentingnya keterlibatan orang tua sangat diakui di SLB. Orang
tua sering dilibatkan dalam proses pembelajaran dan diberikan informasi serta
keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan
anak mereka di rumah.

Pendidikan di SLB bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar yang inklusif,


mendukung perkembangan penuh potensi, dan mempersiapkan siswa untuk kehidupan
mandiri atau integrasi dalam masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.

D. BELAJAR DI SEKOLAH INKLUSI

Sekolah inklusi adalah sebuah pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan


khusus tanpa memandang kondisi fisik, intelegensi,sosial, emosional, dan kondisinya
lainnya untuk belajar bersama dengan anak-anak normal di sekolah regular. Anak
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Pendidikan inklusi merupakan layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak-anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak-anak sebayanya di sekolah reguler.
Dengan begitu sekolah model seperti ini dituntut untuk menyesuaikan kurikulum, sarana
dan prasarana, maupun sistem pembelajaran yang diterapkan dengan kondisi peserta didik.
Pendidikan ini belum banyak diketahui orang.

6
Sekolah inklusi dianggap dapat memberi berbagai manfaat baik masyarakat umum
maupun bagi anak luar biasa sendiri. Masyarakat akan mulai mau menerima keberadaan
anak luar biasa. Selain itu di sekolah inklusi juga memungkinkan anak berkebutuhan
khusus belajar bersama dengan anak normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal.
Banyak penelitian yang membahas manfaat yang diperoleh anak berkebutuhan khusus dari
sekolah regular. Loiacono dan Valenti (2010) menyatakan bahwa anak berkebutuhan
khusus yang bersekolah di sekolah regular memiliki kompetensi sosial yang lebih baik.
Interaksi sosial memberikan kesempatan anak berkebutuhan khusus bagaimana
berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan diri mereka. Dengan adanya sekolah
seperti ini maka potensi anak yang normal maupun berkebutuhan khusus dapat di
optimalkan sehingga mampu dan siap kelak di dalam masyarakat.

E. CARA MENANGANI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan


tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi dibanding mengasuh anak-anak
pada umumnya. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menangani anak
berkebutuhan khusus di antaranya adalah sebagai berikut:

A. Penguatan kondisi mental orang tua

Strategi ini membutuhkan peran aktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak
berkebutuhan khusus. Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan
khusus diantaranya perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, bekerjasama dalam
pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari informasi mengenai anak
berkebutuhan khusus. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, sebagai
bentuk apresiasi terhadap diri sendiri yang sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga
sehari-hari untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus,

B. Dukungan sosial yang memadai

Dukungan sosial memegang peranan luar biasa bagi keberlangsungan pengasuhan


anak berkebutuhan khusus. Dukungan social dapat berupa dorongan moral, yang
menguatkan dari masyarakat sekitar maupun keluarga terdekat. Melalui dukungan sosial,
diharapkan orang tua anak berkebutuhan khusus dapat berbagi pengalaman tentang pola
asuh anak berkebutuhan khusus. Hal ini belum banyak terlihat di lingkungan masyarakat

7
kita, mengingat masih kuatnya kepercayaan bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus
merupakan "karma" dari tuhan. Sehingga, kecenderungan yang ada keluarga dengan anak
berkebutuhan. khusus cenderung "dikucilkan" masyarakat. Untuk menghapus
kecenderungan ini, perlu peran pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
umum tentang anak berkebutuhan khusus. Edukasi ini dapat disampaikan melalui jalur
media atau pos-pos pelayanan masyarakat untuk menyentuh masyarakat di area pinggiran
atau pedesaan."

C. Peran aktif pemerintah

Peran aktif pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan konsultasi


yang dapat dijangkau masyarakat. Hal ini merupakan faktor yang sangat vital bagi
masyarakat umum, terutama bagi mereka yang beradapadakelas social menengahkebawah.
Tidak dapat dipungkiri, pelayanan konsultasi dan kesehatan masih merupakan sesuatu hal
yang mahal.

Dengan menyediakan konsultasi anak berkebutuhan khusus yang mudah dijangkau


masyarakat, diharapkan anak berkebutuhan khusus mendapat pelayanan konsultasi yang
mudah dan murah. Pemerintah pun, harus menyediakan fasilitas penanganan anak
berkebutuhan khusus secara terpadu. Saat ini, pemerintah sudah memberikan perhatian
kepada anak berkebutuhan khusus melalui pembentukan direktorat pembinaan sekolah
luarbiasa (PSLB) di bawah koordinasi departemen pendidikan dan kebudayaan.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan
potensi kemanusiaan mereka secara sempurna, anak ini membutuhkan bantuan layanan
pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus. Klasifikasi anak-anak berkebutuhan khusus, yang mengalami
kelainan fisik mencakup anak-anak yang mengalami kelainan penglihatan (tunanetra),
kelainan fungsi pendengaran (tunarungu), dan anak-anak yang mengalami kelainan tubuh
(tunadaksa). Derajat kelainan masing-masing jenis ketunaan tersebut sangat beragam, dari
kategori ringan sampai yang berat, namun secara umum dapat dilihat klasifikasi secara
umum maupun klasifikasi secara khusus.

Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak
berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam
menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.

B. SARAN

Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan
anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi
para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan
khusus dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti
itu bukan malah dijauhi akan tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal
lainnya akan tetapi caranya yang berbeda.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hadis, Abdul. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung:


Penerbit Alfabeta
Geniofam. 2010. Mengasuh & Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus.
Jogjakarta: Gerailmu
Nurjannah. (2015, 04 Oktober). Makalah Tentang Anak Berkebutuhan Khusus.
http:// httpnurjannah.blogspot.co.id/ 2015/02/ v- behaviorurldefaultvmlo.

10

Anda mungkin juga menyukai