Anda di halaman 1dari 17

MINI RISET

Dosen Pengampu :

Dr. Hendripal Panjaitan .S.Pd.MA.M.Si

DI SUSUN OLEH :
NUR FEBRIYANI

(0102201027)

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 20222/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
1. Latar Belakang..............................................................................................................................2
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
3. Tujuan Penelitian...........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................................4
1. Defenisi Kesulitan Belajar.............................................................................................................4
2. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar..................................................................................................6
3. Gejala-Gejala Sulit Belajar...........................................................................................................7
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar..........................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................11
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................................................11
1. Populasi dan Sampel....................................................................................................................11
2. Metode Penelitian........................................................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................13
HASIL PENELITIAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan
sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan,
dan prioritas secara baik dari pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan. Tercapainya
tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa.
Keberhasilan itu pada umumnya dikaitkan dengan tinggi rendahnya nilai yang dicapai siswa,
daya serap siswa, serta prestasi siswa yang berupa nilai raport. Dengan kata lain keberhasilan
pendidikan dipengaruhi banyak faktor.

Belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh setiap individu
untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan,
juga sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari). Komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan menjadi 2
yaitu stimulus (S) dan Respon (R). Kesulitan belajar siswa merupakan keadaan yang berada
dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan untuk memperoleh hasil yang
diharapkan (Siti Maryati, 1994).

Hambatan yang terjadi dalam proses belajar secara tidak langsung disadari oleh siswa
SD, karena hambatan itu bisa dari psikologis (perilaku siswa), sosiologis (interaksi siswa),
dan antropologis (budaya keseharian dari siswa). Siswa SD yang mengalami kesulitan
belajar pastinya memiliki hambatan untuk mencapai hasil belajar, sehingga hambatan itulah
yang nantinya akan berpengaruh pada akademik siswa. Seperti, siswa menjadi malas, siswa
mengalami ketertinggalan materi, prestasi siswa menurun dan juga Tingkat IQ rendah (Idris,
2009)

Kesulitan belajar siswa mempunyai banyak sekali definisi. Seperti, Learning


disolder (kesulitan belajar siswa yang disebabkan adanya respon yang bertentangan),

iii
Learning disfussion (gejala yang dialami oleh siswa akibat proses belajar yang diberikan
tidak dilakukan oleh siswa dengan baik), Under Uchiever (gangguan yang dialami oleh
siswa yang mempunyai tingkat potensi intelektual yang tinggi, tetapi prestasi yang dimiliki
oleh anak tergolong standart), Slow leaner (hambatan atau gangguan yang terjadi pada anak
sehingga anak membutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pembelajaran
dibandingkan anak yang lain), Learning disabilities (hambatan yang terjadi pada siswa yang
tidak suka belajar atau cenderung menghindar dari belajar).

Kesulitan belajar bisa juga terjadi pada anak yang berkemampuan dibawah standart,
tidak hanya terjadi pada siswa yang berkemampuan rendah. Kesulitan belajar juga bisa
menimpa pada siswa dan mahasiswa yang memiliki akademik normal atau rata-rata yang
standar. Karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang memperlambat tercapainya
kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Kesulitan Belajar siswa merupakan
ketidakmampuan siswa dalam belajar (Pitaloka & Susilo, n.d.).

Langkah-langkah pemecahan kesulitan belajar siswa, yaitu membicarakan kepada


kepala sekolah terlebih dahulu tentang adanya siswa yang bermasalah. Kemudian mencari
cara yang perlu dilakukan untuk menangani masalah-masalah tersebut, Mengamati dan
mencatat pola-pola tingkah laku murid yang seringmelakukan keributan, Kegiatan
mempelajari kembali “Commulative Record”, Bermusyawarah dengan guru-guru lain,
Kegiatan berkonsultasi dengan ahli psikologi, mewawancarai murid yang bersangkutan, jika
perlumelakukan referial (Kurniani Ningsih et al., 2021).

Siswa yang mengalami kesulitan belajar harus diberikan motivasi agar


membangkitkan semangatnya dalam belajar. Pada hakikatnya minat belajar pada anak bisa
muncul apabila terdapat seseoranng yang menarik perhatian terhadap anak. Minat tersebut
muncul apabila dipenuhinya beberapa syarat, yaitu memberikan pembelajaran dengan cara
yang menarik, mengadakan selingan dengan permainan, menjelaskan dari yang mudah ke
sulit, kemudian memberikan contoh yang nyata ke contoh yang konkret, menggunakan alat
peraga atau media pembelajaran.

2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kesulitan Belajar?
2. Jelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar?
3. Bagaimana Gejala-Gejala Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar?

iv
4. Bagaimana Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar pada Siswa?

3. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa itu Kesulitan Belajar.
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar.
3. Untuk Mengetahui Gejala-Gejala Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar.
4. Untuk Mengetahui Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar pada Siswa.

v
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Defenisi Kesulitan Belajar


Penyuluh agama adalah salah satu profesi yang berperan penting dalam upaya
berdakwah dan menyebarkah agama Islam. Selain menjalankan tugas pokoknya sebagai
penyuluh agama juga memegang banyak peranan penting dalam lingkup kegiatan
keagamaan.
Menurut National Institute of Health, USA kesulitan belajar adalah
hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan
yang signifikan antara taraf intelegensia dan kemam- puan akademik yang seharusnya
dicapai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar kemungkinan disebabkan oleh
gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat
menimbulkan gang- guan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca,
menulis, pemahaman dan berhitung.
Selain definisi tersebut di atas, menurut Sudrajat kesulitan belajar siswa mencakup
pengertian yang luas, di antaranya: (a) learning disorder; b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning disabilities. Di bawah ini akan diuraikan
dari masing-masing pengertian tersebut.
Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang berten- tangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasar- nya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh: siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh: siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia

vi
tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
Under achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
malah sangat rendah. Slow Learner Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang
lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama diban-
dingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehing- ga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
adalah suatu kesulitan yang berdampak serius pada kemampuan anak didik dalam menerima
pelajarannya. Kesulitan tersebut berasal dari luar(eksternal) dan dari dalam (internal) anak
didik. Yang terpenting dari hal ini adalah bagaimana guru, orang tua dan masyarakat sekitar
untuk dapat mengatasinya. Dengan demikian perlu kiranya untuk dapat mengetahui faktor-
faktor apa yang melatarbelakangi sehingga kesulitan ini bisa terjadi. Sehingga dengan
pengetahuan yang ada guru, orang tua dan masyarakat lain dapat mengambil tindakan yang
efektif.
2. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar dapat dilihat dari menurunnya penam- pilan akademik
atau prestasi belajarnya. Selain itu, kesulitan belajar dapat dilihat dari adanya atau
munculnya perilaku yang tidak biasa (misbehavior) siswa seperti suka berteriak di kelas,
mengganggu teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah serta sering minggat dari sekolah.
Syah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu Faktor intern siswa,
yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri dan Faktor
ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Kedua
faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,
yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas

vii
intelektual/inteligensi siswa;
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti tergang- gunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). Faktor Eksternal
Siswa Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi ling- kungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi
tiga macam.
4) Lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
5) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkam- pungan
kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

6) Lingkungan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah


yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar
yang ber- kualitas rendah.
Dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab dari kesulitan bela- jar, guru,
orang tua dan pakar pendidikan dapat segera mengambil tin- dakan dalam mengatasi
kesulitan tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat menjamin siswa lebih baik lagi
pada masa yang akan datang.

3. Gejala-Gejala Sulit Belajar


Dalam hal ini biasanya guru atau orang tua menganggap siswa tersebut mungkin
malas atau bodoh dan tidak dipedulikan bahkan akan diasingkan. Keadaan ini tidak akan
menyelesaikan masalah bahkan akan menambah parah masalah yang muncul. Oleh karena
itu, guru perlu mendeteksi gejala-gejala yang ada untuk dapat memberikan solusi. Menu- rut
Sudrajat kesulitan belajar dapat dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:

a) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

viii
c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

d) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.

e) Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak


mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

f) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah


tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam meng- hadapi situasi
tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan
sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton mengidentifikasi siswa yang diduga menga- lami kesulitan
belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila:

a) Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam
pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).

b) Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan


ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini
dapat digolongkan ke dalam under achiever.

c) Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlu- kan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan
ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi
pengulang (repeater).10

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang
mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga
dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas bagi siswa yang dapat diperkirakan mengalami
kesulitan belajar.

ix
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru
sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan iden- tifikasi (upaya mengenali gejala
dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan
belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan
menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemu- kannya kesulitan belajar jenis tertentu
yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar.

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang
cukup terkenal adalah proses Weener dan Senf sebagai- mana yang dikutip Syah sebagai
berikut:

a) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika


mengikuti pelajaran.
b) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
c) Mewancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk menge- tahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
e) Memberikan tes kemampuan intelegensia (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.

Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan mudah oleh
guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa dapat
berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang sangat perlu dicatat ialah apabila
siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh di bawah normal (tuna grahita),
orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusus anak-anak
tuna grahita, karena lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan
kemudahan belajar khusus untuk anak-anak anormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-
nyata menunjuk- kan misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial

x
atau kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula, umpamanya dimasukkan
ke lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus pecandu narkotika.

Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia,


disgrafia, dan diskalkulia sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, guru dan orang tua
sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani para siswa pengidap sindrom-sindrom tadi di samping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan). Sayangnya di sekolah-sekolah di
Indonesia tidak seperti di keba- nyakan sekolah negara-negara maju, belum menyediakan
guru-guru pen- dukung. Namun, untuk mengatasi kesulitan karena tidak adanya support
teacher itu orang tua siswa dapat berhubungan dengan biro konsultasi psikologi dan
pendidikan yang biasanya terdapat pada fakultas psikologi dan fakultas keguruan yang
terkemuka di kota-kota besar tertentu.

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesu- litan belajar
siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagaimana yang dikemukakan Syah
(2000: 175) sebagai berikut:

a) Menganalisa hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan


hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
b) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan.
c) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching
(pengajaran perbaikan).
d) Melaksanakan program perbaikan.

xi
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel


Populasi sumber penelitian ini adalah SD Negeri No.106162 Medan Estate dan
Sampel penelitian ini adalah 5 siswa kelas IV C SD Negeri No.106162 Medan Estate yang
dilaksanakan pada tanggal senin, 16 Oktober 2023.

2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penilaian
deskriptif adalah salah satu penelitian yang dilakukan untuk melukiskan variabel atau
kondisi apa yang ada dalam situasi (Furchan, 982). Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim
(1989), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejaka, peristiwa, keadaan, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain,
penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian yang
bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, situasi, kejadian dan sifat populasi.

Berdasarkan pada pendapat tersebut, maka observasi ini termasuk dalam kategori
penelitian deskrptif. Sedangkan masalah yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian
adalah masalah kesulitan belajar yaitu (a) learning disorder; b) learning disfunction; (c)
underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning disabilities yang ada di SD Negeri
No.106162 Medan Estate. Penulis juga melakukan telaah pustaka, yaitu mengumpulkan
data dari barbagai sumber informasi yang terkait dengan masalah yang akan diteliti.
Sumber informasi yang dimaksud dapat berupa buku, jurnal, koran, dan sumber
informasi lainnya yang ada kaitannya dengan masalah penelitian ini, (M Zulham, 2011).

Wawancara dan observasi adalah teknik penelitian dengan melakukan


pengamatan subjek kajian secara langsung turun ke lapangan, ntuk mengkaji subjek
kajian dengan menelaah perilaku dan interaksi subjek kajian secara spontan dan
alamiah. Dalam penelitian ini, peneliti telah membuat indikator-indikator yang akan
diobservasi. Subjek yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI

xii
SD Negeri No.106162 Medan Estate. Maka dalam pengumpulan sumber data ini, penulis
melakukan telaah pustaka dari buku, internet, dan berbagai sumber informasi yang
terkait dengan permasalahan kesulitan belajar.

xiii
BAB IV

HASIL PENELITIAN
Dari hasil pengamatan melalui metode secara langsung dalam bentuk wawancara dan
observasi maka, hasil yang saya dapat dari sampel mengenai kesulitan belajar (a) learning
disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
disabilities siswa kelas VI C SD Negeri No.106162 Medan Estate adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang mengalami kesulitan belajar learning disorder


a. Identitas Siswa
Nama : Reza Ardiansyah Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : IV C
b. Latar Belakang Keluarga
Keluarga Reza adalah keluarga sederhana yang terlihat bahagia namun tidak seperti
yang kita bayangkan. Ayah Reza adalah seorang wiraswasta dan ibunya hanya buruh
cuci dan menggosok, dengan jumlah keluarga yang cukup banyak bisa di bilang
banyak juga pengeluaran yang harus di keluarkan. Reza merupakan anak pertama dari
3 bersaudara. Orang tua Reza harus mencari uang untuk kedua susu adiknya dan
biaya sekolah Reza. Di karenakan orang tua reza yang cukup sibuk mencari uang
karena ekonomi mereka yang tidak stabil mungkin yang membuat Reza jadi kurang
perhatian oleh ayah ibunya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dari hasil wawancara dan observasi saya kepada Reza dan wali kelas Reza dapat
ditarik kesimpulan yaitu faktor yang mempengaruhi Reza mengalami learning
disorder ada banyak sekali diantaranya faktor diri sendiri, faktor lingkungan dan
faktor keluarga. Faktor diri sendiri misalnya Reza mengakui dia sangat malas sekali
dalam mengikuti Pelajaran yang diberikan oleh guru, reza merasa kesal bila dia terus
di tegur oleh guru untuk mengerjakan tugas. Faktor lingkungan yaitu karena Reza
tinggal di daerah pemukiman yang padat penduduk yang anak-anaknya tidak sekolah,
Reza pun terpengaruh oleh lingkungan, Reza sempat ingin seperti teman-temannya
yang tidak sekolah dan menjadi pengemis jalanan karena bisa mendapatkan uang

xiv
katanya. Faktor Keluarga yaitu karena kurangnya dukungan dan motivasi oleh orang
tua maka dari itu Reza seperti tidak punya semangat untuk sekolah.
d. Solusi yang diberikan Guru
Guru sudah melakukan koordinasi antara orang tua Reza, namun komunikasi guru
dengan orang tua Reza tidak terlalu baik. Orang tua Reza menyerahkan sepenuhnya
anaknya untuk belajar di sekolah, karena menurut orang tua Reza memang hanya
sekolah lah tempat nya untuk belajar. Orang tua Reza berkata “Ya udah ku sekolahin
dia disini ngapain lagi ku ajari dia di rumah. Jadi apa tugas guru?”. Para guru pun
suda mencoba memberi pengertian kepada orang tua Reza namun tidak mendapatkan
hasil. Untuk membantu Reza dalam mengatasi masalah kesulitan belajarnya ini
dengan memberikan perhatian extra kepada Reza dan selalu memberi motivasi agar
Reza selalu semangat dalam belajar.
e. Hasil dari Solusi yang diberikan Guru
Solusi yang diberikan guru kepada Reza berjalan dengan baik, lambat laun Reza
semakin bersemangat datang kesekolah. Dan mulai bisa mengenal huruf, menulis
sudah lancar. Karena Reza ingin jadi Tentara guru selalu memberi motivasi “Kalau
mau jadi Tentara harus rajin membaca”, Reza pun semakin semangat saat belajar
membaca.

xv
xvi
DAFTAR PUSTAKA

Idris, R. (2009). MENGATASI KESULITAN BELAJAR DENGAN PENDEKATAN

PSIKOLOGI KOGNITIF. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

12(2), 152–172. https://doi.org/10.24252/lp.2009v12n2a3

Kurniani Ningsih, S., Amaliyah, A., & Puspita Rini, C. (2021). ANALISIS KESULITAN

BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR. Berajah

Journal, 2(1), 44–48. https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.48

Pitaloka, Y. D., & Susilo, B. E. (n.d.). KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIKA.

xvii

Anda mungkin juga menyukai