Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen pengampu:
Khotimatus Sholikhah, M.pd
Disusun oleh
1. Jovan aunu robby (22051148)
2. Dewi Retno Sari ( 22051116)
3. Lia zuliatin (

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’amaikum wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji dan syukur tak
lupa penyusun haturkan kepada-Nya. Yang telah melimpahkan rahmat, serta inayah-Nya
kepada tim penyusun. Sehingga, dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“DEVINISI BELAJAR.’’
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
menunjukkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yakni
dengan lahirnya agama islam.
Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu tim
penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat khususnya kepada Ibu
Khotimatus Sholikhah, M.pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
yang telah membimbing penyusun untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Tim penyusun mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
pembuatan makalah ini kami juga masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
memohon agar pembimbing materi dan pembaca dapat memaklumi-Nya. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini.
Akhir kata tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacan-Nya
di kemudian hari. Aamin.
Wassalamualaikum wr. Wb.

Lamongan, 6 Desember 2023


Hormat kami,

Penyusun

2
Contents
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR.................................................................................5
B. FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR..........................................................................6
C. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR.....................................................................................7
D. ALTERNATIF PEMECAHAN KESULITAN BELAJAR.......................................................12
E. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar adalah berubah, artinya usaha untuk mengubah tingkah laku sehingga
dapat dikatakan bahwa belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang
belajar. Perubahan yang dimaksud tidak hanya pada penambahan pengetahuan saja
tetapi juga dalam bentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri, jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan
tingkah laku seseorang Melalui proses belajar seseorang yang awalnya tidak tahu
menjadi tahu, yang pada awalnya tidak bisa menjadi bisa

Kesulitan belajar atau learning disability atau biasa disebut dengan istilah
learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang membuat
individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif
Kegiatan belajar yang kurang efektif akan berpengaruh terhadap informasi atau
pengetahuan yang didapatkan oleh siswa tersebut, kesulitan belajar ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor namun tidak mudah untuk menentukan faktor
tersebut karena bersifat kompleks. Bahkan, faktor penyebab itu tidak dapat diketahui
namun mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima dan memproses informasi
serta kemampuan dalam belajar bidang-bidang studi tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kesulitan belajar yang dialami siswa


2. Apa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui kesulitankesulitan yang
dialami siswa dalam memahami materi arti pecahan dan urutannya serta untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam memahami materi
arti pecahan dan urutannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR


Kesulitan belajar disebut juga dengan learning disability atau learning
difficulty merupakan suatu dimana keadaan yang membuat individu merasakan
kesulitan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Banyak hal yang membuat
seorang individu mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar tidak hanya
berhubungan dengan tingkat intelejensi dari individu saja melainkan hanya individu
tersebut yang mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan
menyelesaikan tugas tugas yang sudah diberika.Menurut Utami, kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi siswa dimana proses belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam mencapai hasil belajar, jadi kondisi dimana siswa tidak
dapat belajar dengan mestinya. Hambatan ini berasal dari dalam maupun dari luar
siswa. Kesulitan belajar adalah suatu masalah yang akan sering dihadapi oleh
seorang guru dan merupakan tanggung jawab seorang guru untuk mengatasinya
kesulitan belajar siswa. Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana siswa kurang
mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses belajar
sehingga proses dan hasil pembelajaran kurang memuaskan atau kurang
maksimal.Menurut Betty, kesulitan belajar merupakan suatu bentuk gangguan yang
dialami oleh siswa dalam satu atau lebih dari faktor psikis yang mendasar yang
meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan yang dengan
sendirinya muncul sebagai kemampuan tidak sempurna dalam hal mendengarkan,
berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau membuat perhitungan matematika,
termasuk juga kelemahan motorik ringan, gangguan emosional atau akibat keadaan
ekonomi, budaya, atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi siswa.Menurut
Abdurrahman, menjelaskan bahwa kesulitan berlajar merupakan ketidak tepatan
dalam pembelajaran yang disebabkan oleh:

1) kemungkinan adanya disfungsi otak,

2) kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik,

3) prestasi belajar yang rendah jauh dibawah kepastian intelegensi,

5
4) adanya sebab lain seperti tuna grahita, gangguan emosional, adanya
hambatan sensoris, ketidak tepatan dalam pembelajaran, atau karena kemiskinan
budaya.Menurut Suwarto, menjelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan
kegagalan dalam hal mencapai tujuan belajar, yang ditandai dengan prestasi belajar
siswa yang rendah. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam hal belajar adalah
peserta didik yang tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang di perlukan
sebagai prasyarat untuk belajar ditingkat berikutnya. Selanjutnya siswa tersebut
perlu diadakannya remidiasi untuk materi yang masih kurang tersebut dengan begitu
dapat meningkatkan nilai dalam belajar siswa.Menurut Ismail, kesulitan belajar
merupakan kondisi peserta didik yang tidak dapat belajar dengan maksimal karena
disebabkan oleh adanya hambatan yang dialami oleh siswa, kendala atau gangguan
dalam belajarnya. Belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu
perubahan pada tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketika kesulitan belajar tersebut terjadi tentu saja ada hambatan-hambatan yang
hadir dalam kegiatan pembelajaran sehingga berkaitan dengan hasil belajarnya
rendah.

B. FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR


Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri
dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal, yaitu:

a. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau
menderita cacat tubuh.

b. Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu faktor intelegensi,


bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental.

2. Faktor Eksternal, yaitu:

a. Faktor Keluarga

1) Faktor orang tua:

a) Cara mendidik

b) Hubungan orang tua dengan anak

6
c) Contoh atau bimbingan dari orang tua

d) Suasana rumah atau keluarga

e) Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin)


maupun berlebihan (kaya).

b. Faktor sekolah

1) Faktor guru:

a) Guru yang tidak berkualitas

b) Hubungan antara guru dengan peserta didik yang kurang baik

c) Guru yang tidak mempunyai kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan


belajar peserta didik.

d) Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.

2) Faktor alat, karena tanpa adanya alat, terutama bagi pelajaran yang bersifat
praktikum, akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena kesulitan alat, guru
cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan kepasifan
peserta didik.

3) Faktor gedung sekolah pada umumnya dan ruang kelas pada khususnya.

4) Faktor kurikulum

5) Faktor waktu sekolah dan disiplin yang kurang

c. Faktor media massa dan lingkungan sosial, baik teman bergaul, lingkungan
tetangga, maupun aktivitas dalam masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar ini dapat
berupa sebab-sebab individual maupun sebab-sebab yang kompleks.

C. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Kata diagnosis berasal dari kata “to diagnose” yang artinya menetapkan

sifat-sifat penyakit dengan memeriksa gejala-gejalanya. Kegiatan ini biasanya

dilakukan oleh seorang dokter dalam melakukan pemeriksaan terhadap

7
pasiennya untuk menemukan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.

Istilah diagnosis tersebut sekarang telah dipopulerkan juga di kalangan

pendidik terutama sekali dalam membicarakan masalah proses belajar dan

pembelajaran. Tentu saja dalam hal ini pendidik tidak akan memeriksa gejala-

gejala penyakit peserta didik, tetapi dengan diagnosis di sini berarti menyelidiki

atau menemukan penyebab timbulnya kesulitan belajar, menetapkan jenis

dan letak kesulitan belajar. Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat

dibedakan menjadi kesulitan ringan ,sedang dan berat. Sehubungan dengan

pendapat ini Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi (2010) menjelaskan ketiga

tingkat kesulitan belajar tersebut seperti berikut :

1. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang

kurang perhatian di saat mengikuti proses pembelajaran.

2. Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami

gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor

keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dan sebagainya.

3. Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami

ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, tuna daksa,

tuna wicara dan sebagainya.

Menemukan penyebab timbulnya kesulitan belajar adalah merupakan

hal yang sangat penting. Hal ini diibaratkan seperti seorang dokter menemukan

penyebab sakit kepala, apakah sakit kepala disebabkan oleh tekanan darah

yang tidak stabil, disebabkan cuaca yang tidak bersahabat, disebabkan

8
terlalu kecapaian bekerja dan berpikir, disebabkan terganggunya proses kerja

organ tubuh yang lain atau disebabkan hal lain. Pemberian resep obat tentu

disesuaikan dengan penyebab penyakit tersebut di samping

mempertimbangkan kondisi pasien agar obat yang diberikan betul-betul efektif.

Begitu juga proses kerja pendidik (guru, guru BK/konselor), mereka akan

dihadapkan kepada permasalahan bagaimana menemukan penyebab

kesulitan belajar, hal ini didasari pada asumsi bahwa tidak dapat diambil

suatu keputusan yang bijaksana untuk membantu siswa yang mengalami

kesulitan belajar, apabila pendidik belum memiliki gambaran yang jelas tentang

penyebab kesulitan tersebut. Umpamanya : jika siswa mengalami kesulitan

belajar disebabkan kerusakan pendengaran atau penglihatan, maka pendidik

tidak akan dapat memberikan bantuan kepadanya, meskipun dengan

mencoba memperbaiki kesulitan tersebut dengan jalan memberikan jam tambahan


belajar(remedial). Di samping itu ada beberapa kesulitan yang

ditemui pendidik dalam menemukan kesulitan belajar secara tepat, kesulitan

tersebut antara lain :

1. Sedikit sekali memiliki gambaran atau pemahaman tentang penyebab

yang memungkinkan pola kesulitan belajar tertentu

2. Tidak memiliki cara yang efektif dalam menentukan manakah yang

sebenarnya di antara beberapa kemungkinan penyebab atau sekurang-

kurangnya penyebab yang paling dominan atau paling berpengaruh.

Dengan demikian, secara positif dapat dikemukakan bahwa pen diagnosis

yang bijaksana dan efisien adalah :

1. Mengetahui berbagai kemungkinan yang beralasan (reasonable) tentang

faktor-faktor yang mungkin merupakan penyebab kesulitan belajar.

9
2. Mengetahui cara menemukan secara efisien manakah faktor-faktor yang

sebenarnya atau yang paling penting atau dominan di antara

kemungkinan-kemungkinan penyebab tersebut.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab mengapa melaksanakan

diagnosis kesulitan belajar tersebut begitu sulit. Penyebab tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Penyebab kesulitan belajar yang berbeda menimbulkan pola gejala

perilaku yang sama.

Sering kali kita amati gejala-gejala perilaku yang mengalami kesulitan

belajar yang tampak pada seorang peserta didik disebabkan oleh faktor-faktor

berbeda dengan peserta didik yang lain. Contoh : dua orang peserta didik

yang memiliki perilaku yang sama, seperti sering menggangu teman, tidak

mengerjakan tugas, sering membolos. Namun jika diteliti ternyata penyebab

tingkah laku mereka tersebut berbeda-beda. Peserta didik pertama bila

diperiksa secara seksama penyebabnya adalah kurang perhatian dari orang

tua. Boleh jadi dikarenakan kesibukan orang tua, anak kurang diperhatikan,

kurang mendapat kasih sayang dan lain-lain. Sebagai gantinya dia mencari

perhatian dari pihak lain. Untuk mendapatkan perhatian tersebut dia melakukan

kompensasi, namun sayang kompensasi yang dilakukan bersifat negatif.

Sebaliknya untuk peserta didik yang kedua ternyata penyebabnya adalah

dia kurang diterima dalam pergaulan di kelas, merasa di sisihkan, kurang


berinteraksi dengan teman sehingga jika menemukan kesulitan dalam

mengerjakan tugas dia tidak bisa bertanya dengan temannya.

2. Pola-pola gejala-gejala yang berbeda ditimbulkan oleh penyebab yang

sama.

10
Penyebab yang sama dapat menimbulkan gejala perilaku yang berbeda.

Hal ini kebalikan dari situasi nomor satu di atas. Contoh : dua orang peserta

didik yang sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang kurang tetapi

memperlihatkan perilaku yang berbeda. Untuk peserta didik pertama, malas

belajar karena tidak memiliki fasilitas belajar yang lengkap namun untuk

peserta didik yang kedua malah sebaliknya, dia lebih berinisiatif untuk

meminjam fasilitas, seperti buku ke perpustakaan atau meminjam dari

temannya.

3. Penyebab-penyebab tersebut saling ada ketergantungan atau berkaitan

satu sama lainnya.

Ada penyebab masalah kesulitan belajar tidak disebabkan oleh satu

faktor saja, mungkin dua, tiga, atau lebih dan faktor-faktor tersebut saling

berkaitan. Contoh : peserta didik mengalami kesulitan belajar akibat dari

kurangnya fasilitas belajar, fasilitas kurang disebabkan ekonomi orang tua

kurang memadai, kurang ekonomi akibat dari budaya etos kerja yang tidak

maksimal. Malas bekerja dan budaya menerima apa adanya berarti pola

pikirnya tidak memiliki inisiatif dan aspiratif. Orang tua yang tidak memiliki

aspirasi untuk maju akan berpengaruh juga terhadap motivasi belajar anaknya.

Demikianlah saling keterkaitan antar variabel tersebut sehingga sulit untuk

menentukan dari mana harus mulai untuk membenahi permasalahan kesulitan

belajar peserta didik tersebut.

Dari beberapa penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penyebab kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik itu beraneka

11
ragam

2. Penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks sehingga sukar dipahami

3. Usaha untuk mencari solusi kesulitan belajar itu tidak sama untuk semua

peserta didik.

D. ALTERNATIF PEMECAHAN KESULITAN BELAJAR

Ada beberapa indikator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari

petunjuk sebagai berikut:

1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompok anak didik di kelas.

2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.

3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas dan selalu menunda waktu.

4. Anak didik menunjukan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar
mata.pelajaran tetapi lain waktu masa belajarnya menurun derastis.Dari gejala-gejala
yang nampak di atas guru bisa memprediksi bahwa anak sedangmengalami kesulitan
belajar dan untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi yaitu memperoleh data dengan cara langsung mengamati terhadap


objekatau anak didik.
2. Interviu yaitu memperoleh data dengan cara wawancara langsung terhadap orang
yang diselidiki atau anak didik.
3. Dokumentasi yaitu suatu cara untuk mengetahui sesutu dengan melihat catatan-
catatan arsip dan dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidikinya atau
anak didik.

4. Tes Diaknostik yaitu untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh anak
didikberdasarkanhsil tes formatif yang sebelumnya.Beberapa langkah yang perlu
ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik sebagai
berikut:

12
E. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa


bagaimana cara

memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini
dimulai

dengan adanya suatu keresahan dari problem (masalah) yang harus dipecahkan.
Strategi problem

solving (strategi pemecahan masalah) bukan hanya sekedar strategi mengajar tapi
juga

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode- metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.

Dalam pemecahan problem-problem baru yang dihadapi diperlukan kesanggupan


untuk

berpikir. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya sekolah turut bertanggung jawab
mempersiapkan

siswa dengan menggunakan strategi problem solving dalam mengajarkan berbagai


mata

pelajaran. Strategi ini memusatkan kegiatan pada murid. Jadi berbeda dengan
metode ceramah

yang mengutamakan guru.

Pada tingkat ini, siswa belajar merumuskan dan memecahkan masalah, memberikan

respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi


problematik,

mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Menurut John Dewey


belajar

13
memecahkan masalah ini berlangsung sebagai berikut : individu menyadari masalah
bila dia

dihadapkan pada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya


kesulitan.

Strategi ini telah mendorong anak untuk berpikir secara sistematis dengan

menghadapkannya pada problem-problem. Jika anak-anak telah terlatih dengan


metode ini,

mereka diharapkan dapat menggunakannya dalam situasi-situasi problematis dalam


hidupnya.

Menurut Gagne kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada

akhirnya mereka bukan hanya sekedar pemecah masalah, tetapi juga belajar sesuatu
yang baru.

Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun
dalam

banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan


fleksibel.4

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita pahami bahwa strategi problem solving

merupakan strategi yang melatih siswa untuk lebih berpikir jauh kedepan dengan
dihadapkan

kepada berbagai macam persoalan dan mencari pemecahan terhadap masalah


tersebut. Dengan

adanya strategi seperti ini siswa akan terlatih untuk berpikir lebih bijak dan mencari
jalan keluar

yang terbaik tehadap masalah yang ia hadapi baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan

masyarakat dimana mereka tinggal.

14
Dilihat dari aspek filosopis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk

mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka strategi problem
solving

merupakan suatu strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk


dikembangkan. Hal ini

disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada


masalah. Dari

mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks; dari mulai
masalah

pribadi sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah


negara dan

masalah dunia. Strategi inilah diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang


dihadapi.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

16

Anda mungkin juga menyukai