Kesulitan Belajar
Dosen Pengampu:
Dr. Zainuddin Untu, M. Pd
Disusun oleh:
Kelompok 9
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
“Kesulitan Belajar” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran dari pembaca
makalah ini agar ke depannya kami dapat memperbaiki segala bentuk kesalahan
yang terdapat di dalam makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Semoga kita semua selalu diberikan
kesehatan, kelimpahan rezeki, dan diberikan kelancaran dalam melakukan segala
aktivitas, serta dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari rahmat dan
hidayah Allah SWT. Akhirnya, semoga makalah ini bisa turut andil dalam
mencerdaskan generasi muda bangsa, serta dapat menambah wawasan bagi kita
semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabka siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997:229). Menurut Sabri
(1995:88) kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran di sekolah. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang
telah ditetapkan. Ada beberapa kasus kesulitan dalam belajar, sebagaimana
yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu : (1) Kasus kesulitan
dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar. (2) Kasus
kesulitan yang berlatar belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan
situasi belajar. (3) Kasus kesulitan dengan latar belakang kebiasaan belajar
yang salah. (4) Kasus kesulitan dengan latar belakang ketidakserasian antara
kondisi obyektif keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif instrumental
impuls dan lingkungannya.
Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan di mana siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar
yang rendah. Siswa yang mengalami masalah dengan belajarnya biasanya
ditandai adanya gejala: (1) prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang
dicapai oleh kelompok kelas; (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang dilakukan; (3) lambat dalam melakukan tugas belajar. Kesulitan
belajar bahkan dapat menyebabkan suatu keadaan yang sulit dan mungkin
menimbulkan suatu keputusasaan sehingga memaksakan seorang siswa untuk
berhenti di tengah jalan.
Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat dideteksi dengan
kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal tes.
Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir
soal. Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban
siswa yang salah dalam mengerjakan suatu soal. Siswa yang berhasil dalam
4
belajar akan mengalami perubahan dalam aspek kognitifnya. Perubahan
tersebut dapat dilihat melalui prestasi yang diperoleh di sekolah atau melalui
nilainya. Dalam kenyataannya masih sering dijumpai adanya siswa yang
nilainya rendah. Rendahnya nilai atau prestasi siswa ini adanya kesulitan dalam
belajarnya. Siswa yang secara potensial diharapkan akan mendapat nilai yang
tinggi, akan tetapi prestasinya biasa-biasa saja atau mungkin lebih rendah dan
teman lainnya yang potensinya lebih kurang darinya, dapat dipandang sebagai
indikasi bahwa siswa mengalami masalah dalam aktivitasnya. Kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menghalangi atau
memperlambat seorang siswa dalam mempelajari, memahami serta menguasai
sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
adalah segala sesuatu yang membuat tidak lancar (lambat) atau menghalangi
seseorang dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu untuk dapat
mencapai tujuan. Adanya kesulitan belajar dapat ditandai dengan prestasi yang
rendah atau di bawah ratarata yang dicapai oleh kelompok kelas, hasil yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan dan lambat dalam
melakukan tugas belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan sukar
dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga
ia akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai materi, menghindari
pelajaran, serta mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar?
2. Apa penyebab dari kesullitan belajar?
3. bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar?
5
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab dari kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi kesulitan belajar
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku, atau tanggapann yang disebabkan oleh pengalaman.
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan
belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga
tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak
lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan sekedar pengalaman, belajar adalah
suatu proses dan bukan suatu hasil, karena itu belajar berlangsung secara aktif
dan integratif dengan menggunakan bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriah.
Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang
berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelligensi yang
rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan karena faktor lain
di luar intelligensi. Gangguan belajar dapat meliputi ketidakmampuan untuk
memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi
secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan
dan memperngaruhi performa akademik.
Pengertian kesulitan belajar terbagi menjadi beberapa pengertian yaitu;
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar sesorang terganggu karena timbulnya repons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapai
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, atau ganguan
psikologis.
7
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membuutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar dibawah intelektualnya.
8
penguasaan pengetahuan dan keterampilan awal yang harus dikuasai
sebagai prasyarat pada jenjang berikutnya. Seorang anak akan melupakan
isi pembelajarannya jika tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Karena itu, isi kurikulum bagu anak berkesulitan belajar harus real,
relevant, realistic, dan rational.
3. Lingkungan Kelas
Lingkungan fisik kelas dapat memperburuk kesulitan belajar. Suara
yang mengganggu dapat mengganggu rentang perhatian dan bertahan
dengan tugas pada anak berkesulitan belajar. Temperatur kelas,
pencahayaan, kehadiran benda-benda yang menstimulasi perhatian anak,
sumber yang tersedia, ruangn belajar yang nyaman, tempat duduk dan
ukuran kelas akan memperngaruhi kualitas belajar.
4. Gaya Belajar
Gaya belajar seperti kurangnya perhatian terhadap tugas sekolah,
mudah terganggu, impulsif, rendahnya monitoring diri, dsan kurangnya
koreksi diri merupakan beberapa hal yang menunjukkan gaya belajar yang
buruk.
9
3. Faktor Rumah, orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi
anak-anak mereka, karena dari merekalah anakmulai menerima pendidikan.
Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam
kehidupan keluarga.
4. Kebutuhan Anak Terhadap Pembelajaran Yang Efektif Dan Efisien, dasar
dari pembelajaran adalah rasa ingin tahu yang mendalam pada anak dan
keinginan untuk mempelajari, mengontrol dirinya sendiri dan
lingkungannya. Anak terdorong secara alami untuk mempelajari sesuatu
yang baru dan menghadapi tantangan baru. Pada saat anak menerima
kegagalan, anak menunjukkan kehilangan semangat dan keberanian untuk
menghadapi tugas-tugas baru.
10
2. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data
adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus
b. Membandingkan antarkasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari
pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan
ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar anak didik.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
d. Untuk mendapatkan hasil diagnosis yang meyakinkan, sebaiknya
minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahian mereka masing-
masing, yaitu:
1) Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
2) Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
3) Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
4) Sosiolog, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami
oleh anak.
e. Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di
sekolah.
f. Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
4. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar
kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan
11
program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan
kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5. Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan yang dimaksud disini adalah
pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar
sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk
treatment yang mungkn dapat diberikan ialah:
a. Melalui bimbingan belajar individual.
b. Melalui bimbingan belajar kelompok.
c. Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah
psikologis.
f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan
karakteristik setiap mata pelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang
telah diberikan telah berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak
dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal
sama sekali. Bila jawaban anak terhadap soal yang diberikan pada tahap
treatment sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa
treatment gagal. Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari
faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu. Dalam rangka pengecekan
kembali atas kegagala treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu
ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Re-Checking data (baik yang berhubungan dengan masalah
pengumpulan maupun pengolahan data).
b. Re-diagnosis.
c. Re-prognosis.
d. Re-treatment.
12
e. Re-evaluasi.
13
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk menetapkan sebab
kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat diagnostik
kesulitan belajar. Alat tersebut dapat berupa test diagnostik dan test-test
untuk mengukur kemampuan inteligensi, kemampuan mengingat,
kemampuan alat indera dan sebagainya yang erat kaitannya dengan
proses belajar.
d. Mengadakan Perbaikan
Strategi pelaksanaan yang ditempuh guru dalam mengadakan
perbaikan ini harus dilakukan dengan melalui pendekatan psikologis
didaktis, yaitu: Pertama, siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari
faktor kesulitan/kekurangan mereka; kedua, mereka yakin
kesulitan/kekurangan mereka dapat diatasi; ketiga, siswa dibimbing
untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi
kesulitan yang mereka alami.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu;
1. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara
lahiriah. Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam
wujud fisik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah
kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena
faktor intelligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga
disebabkan karena faktor lain di luar intelligensi.
2. Faktor penyebab kesulitan belajar sebagai akibat dari beberapa pengaruh
yatitu metode pembelajaran, kurikulum, lingkungan kelas, dan gaya
belajar.
3. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu,
mengidentifikasi adanya kesulitan belajar, menetapkan status siswa,
memperkirakan sebab terjadinya kesulitan belajar, dan mengadakan
perbaikan
B. Saran
Pemahaman tentang materi “Kesulitan Belajar”sangat penting untuk
dipahami dengan baik. Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat
menelaah dengan perkembangan siswa. Diagnosis terhadap tantangan nyata
yang dilakukan anak-anak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan
belajar kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat
menentukan pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA