Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN STUDI KASUS PERKEMBANGAN ANAK USIA SD

“KESULITAN DALAM MEMBACA”

DISUSUN OLEH :

Atikah Putri (23129130)


Efrilia Putri Handayani (23129104)
Milza Mulyani Putri(23129341)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Muhammadi, M.Si

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FALKUTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih dan penyertaanNya
kami dapat menyelesaikan Makalah Laporan “ OBSERVASI KESULITAN BELAJAR
MEMBACA ” dan kami juga berterimasakih kepda bapak Drs. Muhammadi, M.Si dan ibuk
Ranti Meizatri, S.Pd, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Perkembangan belajar Peserta Didik SD
yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai kesulitan belajar membaca pada anak. Kami juga menyadari
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan – kekurangan untuk itu, saya berharap adanya
kritiK dan saran serta usulan demi perbaikan makalah laporan ini, dan mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
laporan ini.

Padang, 9 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 4
C. TUJUAN MASALAH .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Pengertian kesulitan belajar membaca ............................................................................... 6
B. Penyebab kesulitan belajar membaca ................................................................................. 8
C. Solusi mengatasi kesulitan membaca ................................................................................ 10
D. Upaya penerapan untuk memotivasi anak yang kesulitan membaca .............................. 13
E. Laporan Observasi anak kesulitan membaca .................................................................. 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17
B. SARAN ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Membaca merupakan kemampuan dasar pada jenjang pendidikan dasar.


Sekolah Dasar (SD) adalah satuan pendidikan yang memberikan kemampuan dasar
tersebut sebagaimana yang dinyatakan dalam Bab II pasal 6 ayat 6 PP No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan
formal diharapkan dapat menangani kesulitan yang dialami siswa untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa termasuk kemampuan membaca. Siswa akan berkembang
secara optimal melalui perhatian guru yang positif, begitupun sebaliknya. Kemampuan
terpenting yang harus dipelajari pada masa kanak-kanak adalah membaca. Burn, dkk.
mengatakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu
masyarakat terpelajar, karena aktivitas belajar pada anak dimulai dari bagaimana
individu membaca, dan proses membaca buku akan sangat dipentingkan bagi anak
untuk kehidupan mendatang. Jika terjadi permasalahan pada kemampuan membaca
yang merupakan bagian dari kemahiran berbahasa, maka akan berdampak pada proses
belajar yang lain. Fakta di lapangan mendukung bahwa anak yang mengalami hambatan
berbahasa dan kesulitan belajar mempunyai efek negatif dan signifikan pada
pendidikan anak.

Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai


dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga
memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini
mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan
dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca akan tertinggal dengan
siswa yang lainnya, selain itu siswa merasa terbebani dengan apa yang ditugaskan oleh
guru dikarenakan siswa yang berkesulitan dalam membaca ini tidak mampu mengikuti
intruksi yang diberikan oleh guru, misalnya semua siswa diharapkan untuk
mengerjakan soal namun pada siswa yang berkesulitan membaca ini dia merasa
kebingungan dalam membaca soal ataupun jawaban soal. Ketertinggalan inilah yang
nantinya membuat siswa ini tidak mendapat nilai yang sesuai (belum mencapai KKM)
dan tidak dinaikan kelas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kesulitan membaca pada anak usia SD ?
2. Bagaimana penyebab terjadinya kesulitan belajar membaca pada anak usia SD ?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan membaca pada anak usia SD ?

4
4. Apa saja upaya penerapan yang dilakukan untuk memotivasi anak yang kesulitan
membaca ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa itu kesulitan membaca .
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesulitan membaca pada anak usia SD.
3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitan
membaca pada anak usia SD.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya penerapan yang dilakukan untuk memotivasi
anak yang kesulitan membaca pada anak usia SD.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kesulitan belajar membaca


1. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan
hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini ditandai
kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh problem-problem
neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga prestasi belajarnya rendah,
tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang dilakukan.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
manifiestasi tingkah laku (bio-psikososial) baik secara langsung atau tidak, bersifat
permanen dan berpotensi menghambat berbagai tahap belajar siswa.
Dari sejumlah pendapat di atas, kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan
terjabarkan dalam istilah-istilah, seperti:

a) Learning Disorder (ketergantungan belajar), adalah keadaan di mana proses


belajar siswa terganggu, karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya siswa, yang mengalami gangguan belajar seperti ini, prestasi
belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terlambat, oleh
adanya respon-respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar yang
dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.

b) Learning Disabelities (ketidakmampuan belajar), adalah ketidakmampuan


seorang siswa, yang mengacu kepada gejala di mana siswa tidak mampu belajar
(menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya di bawah potensi
intelektualnya.

c) Learning Disfunction (ketidak_fungsian belajar), adalah gejala di mana


proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan
psikologis yang lainnya.

d) Under Achiever (pencapaian randah), yang mengacu kepada anak-anak atau


siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Terbukti, pada hasil belajar (sekolah) yang buruk.

e) Slow Learner (lambat belajar), adalah siswa yang lambat dalam proses
balajarnya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama, dibandingkan dengan
anak-anak yang lain memilih taraf potensial intelektual yang sama.

Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam
dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia berarti
kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan ini

6
disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau
kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata secara tertulis.
Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia sebagai
suatu sindroma kesulitan dalam mempelajarikomponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala
sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut Lerner
seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca
sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.
Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar. Sebuah
kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam membaca;
membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata;
penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca
tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau cerita, banyak keliru
menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola membaca yang tidak wajar
pada anak.
Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan yang
seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal ini
dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Disleksia
merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat
membaca buku atau tulisan.
Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau tujuh
tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12 tahun kadang
mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi ketika anak
memasuki bangku sekolah dasar.
a. Ciri-ciri disleksia:
 Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan dengan
bermacam ucapan.
 Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau
m-n.
 Ketika membaca anak sering sala1h melanjutkan ke paragraph berikutnya atau
tidak berurutan.
 Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
 Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata pelajaran
diucapkan menjadi perjalanan.
Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem
pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan
bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan yang
tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus memiliki
metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki metode yang
berbeda-beda, begitupun anak disleksia.

2. Kesulitan belajar membaca


Kesulitan membaca pada anak penderita disleksia tentu saja akan berpengaruh
pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dalam pelajaran
matematika, misalnya, anak akan kesulitan memahami symbol-simbol. Karena

7
anak yang mengalami disleksia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya.
Kadang-kadang dalam berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.

b. Cara belajar siswa didik disleksia


 Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara
orang tua dan guru
 Anak duduk di barisan paling depan di kelas
 Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya
guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan
membuka halaman lain, misalnya halaman 50
 Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di
papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan
latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
 Anak disleksia yang sudah menunjukan usaha keras untuk berlatih dan belajar
harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling
dengan waktu istirahat yang cukup.
Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang
pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang
hampir sama. Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika
belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang
menggunakan sistem belajar yang praktikal.
Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka
merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan
yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi
demikian buruk akibat perbedaan yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan
membawa anak menjadi individu dengan self-esteem yang rendah dan tidak percaya
diri. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau
dengan saudaranya yang tidak disleksia.

B. Penyebab kesulitan belajar membaca


1. Faktor internal
Yaitu faktor yang ditimbulkan berdasarkan pada diri peserta didik terutama minat
baca yang kurang dibiasakan buat belajar membaca. Minat baca yang kurang dan
kebiasan belajar membaca peeserta didik yang kurang, bisa mengakibatkan
kemampuan membaca peserta didik tidak terlatih. Faktor-faktor internal penyebab
peserta didik kurang lancar membaca menurut Tarmizi, dalam (Farida Rahim,
2008:46) adalah:
a. Kurang Mengenal Huruf
Kesulitan tidakmampuan peserta didik mengenali huruf-huruf seringkali
dijumpai guru. Ketidakmampuan peserta didik membedakan huruf besar dan
kecil termasuk dalam kategori kesulitan.Ketidak jelasan peserta didik
melafalkan sebuah huruf sering terjadi, khususnya seperti huruf: [b], [c], [d],
[p], [v].Untuk memastikan apakah peserta didik mengalami kesulitan dalam
mengenali huruf dapat dilakukan melalui pengujian secara informal atau
pengujian secara formal dengan menggunakan tes
pengenalan huruf.

8
b. Menghilangkan Huruf
Penghilangan huruf sering dilakukan oleh peserta didik berkesulitan membaca
karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa dan bentuk
kalimat. Penghilangan huruf biasanya terjadi pada awal kata.
Kesulitan penghilangan ini adalah peserta didik menghilangkan (tidak
dibaca)satu huruf, kata dari teks yang dibaca misalnya :Tujuh dibaca tuju,
Bapak dibaca bapa, Majalah dibaca majala dan lain-lain.Penghilangan huruf, ini
biasanya dilakukan oleh ketidakmampuan peserta didik mengucapkan huruf-
huruf yang membentuk kata. Bahkan ada huruf yang sengaja tidak dibaca
karena sulit membacanya.
c. Membaca Kata Demi Kata
Peserta didik yang mengalami kesulitan jenis ini biasanya berhenti setelah
membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Membaca
kata demi kata seringkali disebabkan oleh:Gagal memahami makna kata,
atauKurang lancar membaca.Membaca kata demi kata memang merupakan
tahap awal dari kegiatan membaca. Akan tetapi jika peserta didiktidak
mengalami kemajuan dalam hal tersebut, maka dia termasuk kategori peserta
didik yang menghadapi masalah.

2. Faktor Eksternal
Salah satu faktor penyebab kesulitan membaca adalah faktor eksternal, faktor
eksternal yang dapat menjadi penyebab kesulitan membaca adalah keadaan
keluarga dan keadaan sekolah. Slameto (Dalam MulyonoAbdurrahman, 2003:52).
a. Keadaan Keluarga
Sri RahayuHaditono (2006:3) bahwa“Keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama”. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil,
tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara
dan dunia.Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong
untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan
pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.Oleh karena itu
orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Jalan
kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian
yang serius tentang
cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan
dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
“Peranan guru itulah yang memegang peranan yang terpenting, dalam arti
bahwa perhatian guru pribadi terhadap peserta didiknya lebih memajukan
perkembangan anak daripada organisasi sekolah, dimana seorang guru lebih
sering menghadapi anak-anak dari kelas itu”,W.A. Gerungan (dalamM. Asrori,
2007:35). Oleh sebab itu, pendidik harus dituntut untuk menguasai bahan
pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar,
interaksi dengan peserta didiknya, serta perhatian terhadap masalah-masalah
yang dihadapi peserta didiknya.Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal

9
pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar peserta
didik, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar
lebih giat lagi. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan
guru dengan peserta didik, alat- alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara
guru dan peserta didik kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Menurut Oktadiana (2019:152-160), “berikut beberapa faktor-faktor yang


mempengaruhi kesulitan membaca:
1) Faktor fisik
Peserta didik terlihat gampang lelah, mengantuk dan pusing sebagai akibatnya
menciptakan konsentrasinya cepat hilang dan penglihatan atau telinga peserta
didik tadi samar-samar sebagai akibatnya menciptakan siswa merasa kesulitan
buat belajar membaca.
2) Faktor minat
Kurangnya minat peserta didik buat belajar membaca ditinjau berdasarkan
kurangnya peserta didik buat memperhatikan materi yang disampaikan pengajar
dalam ketika pengajar mengungkapkan materi, dikarenakan pengajar tadi tidak
bisa menentukan metode atau media pembelajaran yg menarik minat peserta
didik, sebagai akibatnya minat peserta didik buat belajar pula sebagai kurang,
apabila peserta didik kurang minat buat belajar membaca maka semangatnya
buat belajar membaca pula kurang.
3) Faktor motivasi
Motivasi peserta didik kurang, hal ini terlihat ketika peserta didik tampak acuh
tidak acuh, gampang putus asa, perhatiannya tidak tertuju dalam pelajaran,
senang menggangu sahabat kelas, meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak
mengalami kesulitan belajar membaca. Oleh lantaran itu, besar kecilnya
motivasi peserta didik pada belajar sangat berpengaruh pada kesuksesan belajar
membacanya.

C. Solusi mengatasi kesulitan membaca


Menurut Udhiyanasari (2019:42-43), “beberapa upaya guru dalam mengatasi kesulitan
membaca adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan media pembelajaran
Peserta didik kesulitan membaca lebih mudah dalam mengenal gambar.
Sehingga menggunakan metode pembelajaran dengan bantuan gambar akan
sangat memudahkan peserta didik dalam mengenal huruf.
2. Meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan motivasi
Meningkatkan motivasi belajar membaca peserta didik dengan salah satu cara
yaitu membacakan dongeng dan kemudian
menjelaskan berbagai macam manfaat dengan bias membaca. Selain itu rasa
percaya diri anak juga harus ditimbulkan karena biasanya peserta didik
kesulitan membaca sulit dalam mengikuti pelajaran dikelas sehingga sering
dikucilkan oleh teman sekelasnya. Menimbulkan rasa percaya diri peserta didik
dengan cara memunculkan semangat belajar peserta didik dikelas.
3. Tidak pernah menyalahkan peserta didik atas kondisi yang dialaminya

10
Beberapa orang tua menyalahkan peserta didik ketika mengalami kesulitan
membaca, yang mana karena kurang pahamnya orangtua terhadap kesulitan
membaca itu sendiri. Orangtua memahami bahwa peserta didik kurang belajar,
sering bermain sehingga menyalahkan peserta didik ketika mengalami kesulitan
membaca. Padahal yang sebenarnya adalah kesulitan membaca disebabkan
karena adanya kesalahan di otak peserta didik.
4. Memberikan program khusus membaca remedial
Pemberian program ini diberikan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan membaca dalam skala berat. Yang mana Program membaca untuk
kelas remedial dikhususkan untuk peserta didik yang mengalami kesulitan
membaca cukup berat sehingga peserta didik dapat mengatasi kesulitannya
secara intensif”.

Kesimpulan dari teori di atas bahwasanya upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi kesulitan membaca peserta didik adalah menggunakan media
pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan motivasi, tidak
pernah menyalahkan peserta didik atas kondisi yang dialaminya, dan
memberikan program khusus membaca remedial. Upaya guru sangat
dibutuhkan dalam mengatasi kesulitan membaca peserta didik”.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan bagi anak yang mengalami kesulitan
membaca, strategi berikut bertujuan untuk membantu guru yang ingin melibatkan
siswa mereka dan mengembangkan kecintaan mereka pada membaca

1. Strategi Membaca Bersama – sama


Ketika para siswa diminta untuk bergantian menyampaikan bacaan dengan keras di
depan kelas, hal ini dapat menjadi momena yang mengerikan bagi para siswa yang
tidak percaya diri terhadap kemampuan membaca mereka.

2. Bertukar pilihan bacaan guru dengan siswa.


Sementara saat guru sangat baik dalam memilih teks yang bagus bagi siswa dengan
tingkat membaca yang sesuai, tidak ada yang dapat mengalahkan minat serta
ketertarikan siswa, ketika mereka sendiri yang memilih bacaannya.Membiarkan
siswa memilih buku mereka sendiri, memberinya kepemilikan dan juga kebebasan
dalam pilihan bacaan justru akan dapat menumbuhkan kecintaan mereka seumur
hidup terhadap sastra (bacaan)

3. Betukar Pilihan Bacaan Guru Dengan Siswa


Sementara saat guru sangat baik dalam memilih teks yang bagus bagi siswa dengan
tingkat membaca yang sesuai, tidak ada yang dapat mengalahkan minat serta
ketertarikan siswa, ketika mereka sendiri yang memilih bacaannya.Membiarkan
siswa memilih buku mereka sendiri, memberinya kepemilikan dan juga kebebasan
dalam pilihan bacaan justru akan dapat menumbuhkan kecintaan mereka seumur
hidup terhadap sastra (bacaan).

4. Pra-mengajar kosakata dan ejaan

11
Ketika mengenalkan suatu bacaan baru kepada siswa, kita bisa membuat daftar kosa
kata baru yang nantinya akan ditemui siswa, dan memberikan daftar tersebut
sebelum siswa mulai membaca. Mengajak siswa untuk terbiasa dengan kosa kata
baru dengan menjelaskan pengertian kata-kata tersebut dan mengajak siswa
berpartisipasi dalam permainan kata, dapat mengurangi kebingungan ketika siswa
menemui kata baru dalam suatu bacaan. Melatih perbendaharaan kata dapat
meningkatkan kepercayaan diri, pemahaman serta kefasihan siswa dalam membaca
dan memahami isi bacaan.

5. Pemahaman Kebutuhan Individu


Identifikasi penyebab kesulitan membaca, apakah itu masalah penglihatan,
masalah pendengaran, atau tantangan kognitif lainnya. Dengan memahami
kebutuhan individu, solusi dapat disesuaikan.

6. Bantuan Guru dan Orang Tua


Kolaborasi dengan guru untuk memahami permasalahan spesifik anak dan
mendapatkan saran untuk membantu di rumah. Libatkan orang tua dalam proses
belajar untuk memberikan dukungan tambahan.

7. Bahan Bacaan Menarik


Sediakan buku dan materi bacaan yang sesuai dengan minat anak. Buku yang
menarik dapat meningkatkan motivasi dan minat dalam membaca.

8. Metode Pengajaran Varied


Gunakan metode pengajaran yang beragam. Misalnya, kombinasikan metode
fonetik dan holistik. Berbagai pendekatan dapat membantu menangkap
perhatian anak.

9. Bermain Sambil Belajar(permainan edukatif)


Integrasikan pembelajaran dengan kegiatan bermain. Misalnya, gunakan
permainan papan atau aktivitas kreatif yang melibatkan membaca.

10. Penguatan Positif


Berikan penguatan positif saat anak berhasil membaca. Dorong mereka untuk
merasa percaya diri dan memberikan dukungan yang konsisten.

11. Konsultasi dengan Spesialis Pendidikan


Jika kesulitan tetap berlanjut, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan
spesialis pendidikan atau psikolog anak. Mereka dapat memberikan evaluasi
mendalam dan saran yang lebih khusus.

Ingatlah bahwa setiap anak memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, dan
pendekatan yang berhasil mungkin bervariasi. Konsistensi dan kesabaran dalam
memberikan dukungan sangat penting.

12
D. Upaya penerapan untuk memotivasi anak yang kesulitan membaca
Berdasarkan solusi atau cara diatas ada beberapa upaya yang kami lakukan untuk
memotivasi anak yang kesulitan membaca sehingga mempermudah mereka untuk
belajar membaca,yaitu :
1. Melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui(identifikasi)masalah
kesulitan belajar membaca yang dialami anak tersebut.
2. Memberikan buku bacaan yang menarik sesuai dengan minat anak sehingga anak
termotivasi untuk membaca buku tersebut.Contohnya buku yang bergambar dan
berwarna warni.
3. Ajak anak membaca bersama mengenal huruf dan kata demi kata.Untuk
meningkatkan keterampilan membaca anak serta memberikan contoh model
pembacaan yang baik dan benar.
4. Memberikan ice breaking dalam proses belajar membaca sembari memberikan
motivasi atau dorongan mereka untuk belajar membaca dan lebih percaya diri.
5. Menggunakan konten Multimedia dan menonton Film edukasi belajar membaca.

E. Laporan Observasi anak kesulitan membaca


a. Profil Pewawancara
Nama : Efrilia Putri Handayani
NIM : 23129104
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Seksi : 23 BB 04
Umur : 18 tahun
Status : Mahasiswa

Nama : Milza Mulyani Putri


NIM : 23129341

Nama : Atikah Putri


NIM : 23129130

b. Profil Narasumber
Nama : Kayla Rasyahdiandra
Umur : 8 Tahun
Kelas :3
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Sekolah : SDN 01 Bandar Buat
Masalah : Kesulitan Belajar Membaca

Identitas Orang Tua Narasumber


Nama :
 Ayah : Asraf
 Ibu : Dewi
Pekerjaan :

13
 Ayah : Buruh Harian
 Ibu : IRT

c. Transkip Wawancara
Dialog Wawancara
Pewawancara : Assalamualaikum adek…

Narasumber : Waalaikumsalam kakak

Pewawancara : sebelumnya perkenalkan nama kakak


Efrilia Putri Handayani kakak datang di sekolah adek dengan tujuan kakak mau
wawancarai adek, tapi sebelum itu kakak mau kenal nama adek siapa..?

Narasumber : Nama saya Kayla Rasyah Diandra


Pewawancara : Umurnya Berapa dek ?

Narasumber : 8 Tahun Kak

Pewawancara : apakah adek punya kesulitan dalam


belajar atau mengikuti pembelajaran
Narasumber : Iya kak.. saya belum lancar membaca

Pewawancara : Apa kesulitan yang adek alami dalam


proses belajar membaca..?

Narasumber : saya belum mampu mengenal huruf


A-Z ( masih susah melafalkan huruf, belum mampu membaca suku kata, belum
mampu membaca kata )

Pewawancara : apa factor penghambat sehingga adek


sampai saat anak ini belum lancar dalam membaca..?

Narasumber : KurangNya minat dalam belajar kak,


saya lebih suka main Hp Dan main bersama teman-teman.

Pewawancara : Biar adek bisa cepat lancar membaca


adek harus rajin belajar, adek boleh main hp tapi adek harus seimbangkan dengan
belajar. Karna dengan belajar membaca dapat melatih otak adek, adek bias minta
bantuan kepada orang tua adek di rumah untuk ajari adek..

Narasumber : iya kakak..

14
d. Analisis Hasil Wawancara

Kesulitan belajar membaca pada siswa dapat memnyebabkan peserta didik


untuk sulit mengetahui sesuatu atau masalah yang ada dalam sebuah bacaan seperti
yang dialami adek Kayla karena dia sulit dalam membaca dan kurangnya minat
baca maka sampai saat ini dia belum bisa mengetahui isi bacaaan- bacaan dan belum
mengetahui masalah – masalah yang ada pada bacaan tersebut.

e. Lampiran

Vidio Wawancara : https://youtu.be/NW9dRbykASc?si=MAne8QQDXROgmcyl

Foto :

15
16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SDN PANNARA,
Dapat di tarik kesimpulan bahwa keterampilan membaca pada siswa atas nama
Muh. Fikram sampai saaat ini belum mengenal huruf, belum mampu membaca suku
kata, belum mampu membaca kata karna kurangNya minat belajar membaca.
Kesulitan membaca permulaan dikarenakan kurangnya
minat belajar siswa, kurangnya minat membaca, kurangnya bimbingan belajar dan
kurangnya bantuan keluarga dalam proses belajar membaca permulaan. Implikasi
dari pelaksanaan penelitian ini adalah memotivasi siswa untuk belajar memahami
isi dan makna dari sebuah bacaan, serta memotivasi siswa untuk belajar
mengkomunikasikan secara lisan maupun
tulisan.

B. SARAN
Sebaiknya guru mengadakan jam tambahan bagi siswa yang masih kesulitan
membaca, guru memberikan perhatian lebih pada anak yang lancar membaca dan
mengajari siswa mengenal huruf dengan beberapa teknik serta peran orang tua
dirumah yang mendukung.

17
DAFTAR RUJUKAN

Abdulrahman Mulyono, (1999),Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Gorys, Keraf, (1991), Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Lidwana, Soeisniwati, 2012, Disleksia Berpengaruh pada Kemampuan Membaca.

18

Anda mungkin juga menyukai