Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG

ANAK DENGAN HAMBATAN KESULITAN BELAJAR


(ABB)

Dosen Pembimbing : Afrijatunnisyah, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK V

1. NOVA LESTARI NPM. 211020066


2. HAIRUL AMILAH NPM. 211020082
3. YUSRIL MAHENDRA NPM. 211020056
4. IRWANSYAH NPM. 211020077

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS NGGUSUWARU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
Makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Kota Bima, Oktober 2023


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar............................................................ 2
B. Latar Belakang Kesulitan Belajar.................................................... 4
C. Gejala Kesulitan Belajar.................................................................. 9
D. Dampak Kesulitan Belajar............................................................... 10
E. Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang
Mengalami Kesulitan Belajar........................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................... 12
B. Saran...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesulitan belajar yang sering dialami oleh para siswa di sekolah
merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian yang serius di
kalangan para pendidik. Karena kesulitan belajar yang mereka alami akan
membawa dampak negatif, baik terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap
lingkungannya. Hal ini termanifestasikan dalam bentuk timbulnya kecemasan,
frustasi, mogok sekolah, drop out, keinginan untuk berpindah-pindah sekolah
karena malu telah tinggal kelas beberapa kali.
Untuk mencegah dampak negatif yang lebih jelek, yang mungkin timbul
karena kesulitan belajar yang dialami para peserta didik, maka para pendidik
harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh
para peserta didiknya. Untuk itu dalam makalah ini, kami mencoba menguraikan
latar belakang kesulitan belajar, karakteristik peserta didik dalam belajar, gejala-
gejala kesulitan belajar, dan mengatasi kebosanan.
Berlatarbelakang dengan masalah tersebut di atas, maka makalah ini kami beri
judul "Kesulitan Belajar"

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesulitan belajar?
2. Apa saja yang melatarbelakangi kesulitan belajar?
3. Apa saja gejala kesulitan belajar?
4. Apa saja dampak kesulitan belajar?
5. Bagaimana penanganan dan program pendidikan bagi anak yang
mengalami kesulitan belajar?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a)
learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner,
dan (e) learning disabilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing
pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah
terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin
akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur
tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya
dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 –
140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

2
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui
bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih
mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua
yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik
di sekolah maupun dirumah.
Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita.
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata
orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah
menjalankan perintah, dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka
ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan
anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient).
Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman
mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan
emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya
yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang
juga perlu diperhatikan.

B. Latar Belakang Kesulitan Belajar


Pendidikan, sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab pemerintah
semata. Akan tetapi, merupakan tanggung jawab bersama antara pihak
pemerintah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian upaya-upaya untuk

3
menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dapat terealisasi dengan
baik pula.
Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, ternyata
banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, salah satu diantaranya
adalah kesulitan belajar bagi para murid. Masing-masing individu murid memiliki
perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar, baik dalam aspek minat, bakat,
maupun kemampuannya. Dengan demikian tidak mengherankan jika dalam suatu
kelas ada murid-murid yang demikian menonjol prestasi belajarnya, ada yang
tergolong sedang, dan ada pula yang tergolong rendah atau sangat rendah.
Kelompok murid-murid yang terakhir tersebut dapat diindikasikan sebagai murid-
murid yang mengalami kesulitan belajar yang cukup serius, dalam arti perlu
adanya penanganan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Berbicara tentang kesulitan belajar itu sendiri, sesungguhnya masih dapat
dipilah-pilah menjadi beberapa bagian. Dalam hal ini, ada murid-murid yang
mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada yang kesulitan
belajar untuk beberapa mata pelajaran. Jika kita cermati, sekecil apapun kesulitan
belajar yang dihadapi murid-murid, tetap merupakan permasahalan yang serius,
minimal akan menjadi batu sandungan dalam upaya kualitas pendidikan.
Kita menyadari sepenuhnya, bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi
bagi pendidikan selanjutnya. Jika fondasinya keropos, maka kita dapat
membayangkan apa yang akan terjadi ketika anak yang bersangkutan mengikuti
jenjang berikutnya. Oleh karena itu, sebagai pendidik atau guru, khususnya di
sekolah dasar, kita perlu mengenali murid-murid yang mengalami kesulitan
belajar dan sekaligus mencari solusi yang tepat, agar murid-murid yang
bersangkutan dapat meningkatkan prestasi belajarnya dimasa yang akan datang.
Kesulitan belajar yang dialami oleh murid-murid pada dasarnya disebabkan oleh
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal yakni penyebab yang berasal dari diri murid itu sendiri.
Misalnya, kemalasan, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang gizi, mengalami
kelainan mental dan sebagainya. Implikasi dari faktor penyebab yang beragam
tersebut memerlukan upaya pemecahan yang berbeda-beda pula, dan ini

4
merupakan pekerjaan rutinitas dari para guru yang notabene memiliki peran
ganda, yakni sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih dan sekaligus
sebagai orang tua pengganti.
Setiap murid memiliki bakat, minat, dan kemampuan intelektual yang
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Mengenai bakat dan kemampuan
intelektual itu sendiri sesungguhnya merupakan faktor bawaan, atau sudah ada
pada diri anak yang bersangkutan sejak lahir. Sedangkan minat dapat
dikategorikan sebagai faktor bawaan, akan tetapi dapat pula terjadi karena adanya
pengaruh dari luar yang sifatnya lebih dominan. Kemampuan intelektual tersebut
sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar pada murid-murid.
Semakin tinggi kemampuan intelektualnya, semakin besar pula peluangnya dalam
upaya pencapaian prestasi belajar.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelektualnya, maka semakin
kecil kemungkinan untuk mencapai prestasi belajar. Anak-anak bersangkutan,
cenderung mengalami kesulitan belajar untuk semua materi pelajaran yang
disajikan guru di kelas, terutama ketika anak yang bersangkutan duduk di kelas-
kelas yang lebih tinggi, Karena materi pelajaran yang disajikan semakin
kompleks. Namun demikian kesulitan belajar tersebut bisa saja terjadi pada anak-
anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, karena adanya faktor-faktor
penyebab lainnya. Tidak berbeda dengan kemampuan intelektual, bakat dan minat
juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar pada anak-anak yang
bersangkutan. Sebagai gambaran, jika seseorang memiliki bakat atau minat
terhadap mata pelajaran Matematika misalnya, maka anak yang bersangkutan
cenderung akan memiliki prestasi yang tinggi dalam bidang yang bersangkutan.
Sebaliknya, jika anak tersebut tidak memiliki bakat atau minat, maka ia cenderung
akan mengalami kesulitan belajar.
Satu hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan
kelainan yang dialami oleh murid-murid, misalnya kurang pendengaran, kurang
penglihatan maupun lambat belajar. Kelainan yang masih dalam taraf ringan
biasanya sulit terdeteksi oleh para guru di Sekolah Dasar pada umumnya,
mengingat bahwa anak-anak yang bersangkutan secara sepintas tidak berbeda
dengan anak-anak normal lainnya. Akan tetapi apabila tidak mendapatkan

5
perhatian secara khusus, maka anak-anak yang bersangkutan akan mengalami
hambatan dalam menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkannya antara lain lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, maupun lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan
lingkungan sosial yang pertama dan utama untuk masing-masing anak sebelum
mengenal dunia luar atau masyarakat di sekelilingnya. Oleh karena itu, keluarga
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keberhasilan pendidikan anak
yang bersangkutan. Dalam kaitan ini, apabila pihak keluarga kurang menaruh
perhatian, kurang memberikan dukungan, bimbingan maupun motivasi, maka
anak yang bersangkutan cenderung akan mengalami kesulitan belajar. Lebih-lebih
jika orang tua memanfaatkan anaknya untuk mencari nafkah. Jelas anak-anak
yang bersangkutan tidak memiliki waktu untuk belajar.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang kedua setelah
lingkungan keluarga. Disini anak-anak ditempa, digembleng, dibina dan
dibimbing agar pada gilirannya kelak menjadi manusia-manusia yang berguna
bagi nusa, bangsa dan Negara. Minimal berguna bagi dirinya sendiri maupun
keluarganya. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat dikategorikan sebagai
faktor yang paling dominan dan sangat menentukan terhadap keberhasilan upaya-
upaya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sekolah dalam hal ini bukan hanya sosok gedung yang berdiri dengan
anggun, tetapi termasuk di dalamnya faktor ketenagaan, sarana, prasarana, bahan
belajar dan kelengkapannya, program pendidikan, manajemen dan sebagainya.
Dari segi ketenagaan misalnya, apabila para guru tidak mempunyai kemampuan
profesional maka tidak mengherankan apabila murid-murid tampak loyo, kurang
bergairah dan sebagainya. Guru harus bisa bersaing dengan segala kesenangan
anak di luar sekolah. Proses belajar mengajar harus menarik, menumbuhkan minat
dan motivasi anak. Karena pengaruh diluar sekolah sudah sangat mempengaruhi
dan menguasai anak. Permainan anak sekarang sudah bermacam-macam dan
serba elektronik dan acara TV untuk anak sudah bercerita tentang masa depan.
Semuanya itu setiap saat bisa mempengaruhi konsentrasi anak untuk belajar.
Bagaimana mungkin pendidikan akan berhasil apabila gurunya tidak profesional.

6
Lingkungan masyarakat termasuk lingkungan sosial anak merupakan salah
satu penyebab timbulnya kesulitan belajar bagi anak-anak yang bersangkutan.
Dalam konteks ini, jika anak-anak bergaul dengan anak-anak yang tidak
bersekolah, maka motivasi belajarnya cenderung kurang menguntungkan. Dengan
demikian, tidak mustahil jika anak-anak yang bersangkutan mengalami kesulitan
belajar. Selain teman bergaul, masyarakat di sekitarnya juga memiliki peranan
penting terhadap motivasi belajar anak-anak. Sebagai gambaran, apabila anak
berada di lingkungan industri yang banyak memanfaatkan tenaga di bawah umur
misalnya, maka cepat atau lambat anak yang bersangkutan akan tergiur untuk
mendapatkan upah dari pekerjaan kasar yang diiming-imingkan oleh pihak
perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, lingkungan bermain anak juga
mempunyai pengaruh yang cukup besar. Apabila teman-teman bermainnya rata-
rata tidak bersekolah atau drop out dari sekolah, maka motivasi belajarnya kian
lama kian menurun. Satu hal lagi yang perlu dicermati, yakni kian maraknya acara
tayangan TV maupun permainan elektronik seperti halnya Playstation, Game
online dan sejenisnya, merupakan faktor penyebab menurunnya motivasi untuk
belajar. Sebagai akibatnya anak akan lamban menerima pelajaran dari guru.
Selain faktor-faktor eksternal di atas, ada juga faktor-faktor eksternal
lainnya yang menyebabkan murid-murid mengalami kesulitan belajar. Adapun
faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

1. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik. kemampuan


dasar merupakan wadah bagi kemungkinan keberhasilan belajar yang
diharapkan. jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang akan
dicapai akan rendah pula.
2. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. sebagaimana
halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk mencapai hasil
belajar tertentu. peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu
kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. Sumadi
Suryabrata mengatakan: seseorang akan lebih berhasil kalau ia belajar dalam
lapangan yang sesuai dengan bakatnya, demikian pula dalam lapangan kerja,

7
seseorang akan berhasil kalau ia bekerja dalam lapangan yang sesuai dengan
bakatnya.
3. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motivasi yang besar
maka peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena
motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Persaingan yang
sehat baik antar individu maupun kelompok dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
4. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu
tertentu dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar, misalnya, konflik yang
dialaminya, kesedihan dan lain-lain.
5. Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan
kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan
lain sebagainya.
6. Faktor hereditas yang tidak mendukung kegiatan belajar seperti buta warna,
kidal, cacat tubuh dan lain-lain.

Adapun faktor yang terdapat dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta
didik, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan
dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang memadai, teknik evaluasi yang
kurang tepat, ruang belajar yang tidak nyaman, situasi sekolah yang kurang
mendukung dan lain sebagainya.
2. Situasi dalam keluarga mendukung situasi belajar peserta didik, seperti rumah
tangga yang kacau, kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan
pekerjaannya, kurangnya kemampuan orang tua dalam memberi pengarahan
dan lain sebagainya.

C. Gejala Kesulitan Belajar


Menurut Moh. Surya, tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala
kesulitan belajar antara lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah.

8
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar.
Dari apa yang dikemukakan diatas dapat dipahami adanya beberapa
manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik,
diharapkan para guru dapat memahami dan mengidentifikasi nama siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan mana pula yang tidak.
Sedangkan para guru dapat melakukan beberapa langkah sebagai diagnosis
terhadap kesulitan belajar. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa
ketika mereka mengikuti pelajaran.
b. Memeriksa pendengaran dan penglihatan siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ikhwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

D. Dampak Kesulitan Belajar


Dampak Kesulitan Belajar terhadap peserta didik, yaitu:
a. Segi psikologik : masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dalam
mendengarkan, berpikir, membaca, mengeja, matematik, penekanan pada
reaksi, ketidak mampuan memahami dan mengungkapkan (bahasa reseptif
dan ekspresif), kondisi motorik yang buruk, gerakan ceroboh sehingga
mempengaruhi fungsi belajarnya.
b. Segi sosial emosional : ketidakstabilan emosi dan impulsivitas yang
ditandai seringnya terjadi perubahan yang menyolok dalam suasana hati
dan temperamen. impulsivitas ditunjukkan dengan kurang dapat
mengontrol impuls-impuls. Pada anak tiba-tiba menyerang orang
lain/benda tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam diri
pada waktu yang tidak sepantasnya. Hiperakitf dikaitkan dengan

9
kesukaran belajar disamping adanya kegelisahan, toleransi yang rendah
terhadap frustasi, agresif, persepsi sosial dan harapan interpersonal yang
buruk serta perilaku yang tidak sesuai.
c. Segi pendidikan : Kesulitan belajar prasekolah perlu segera ditangani
karena dapat mempengaruhi masa selanjutnya atau disebut ‘high risk’
karena sulitnya mengidentifikasinya

E. Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang Mengalami


Kesulitan Belajar
Penanganan berasal dari persepsi medis dan persepsi psikoedukasional.
a. Ahli mengatakan bahwa kesukaran belajar karena kerusakan fungsi otak
dapat dikurangi dengan obat misalnya megavitamin atau manajemen diet.
b. Psikolog dan ahli yang lain mengatakan bahwa kesukaran belajar karena
defisit keterampilan perseptual motorik, akan mencari bantuan yang dapat
meningkatkan fungsi tersebut, dan jika karena kekurangan dibidang
akademik dengan memodifikasi perilaku, latihan pengamatan dll.

Bentuk penanganan lain :


1. REMEDIAL : Usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang
terhambat. Prosedurnya :
- Analisis hasil diagnosis
- Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan
- Menyusun program perbaikan
- Melaksanakan program perbaikan
- Menilai perbaikan belajar-mengajar
2. TUTORING : Bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi terhambat
pada siswa sekolah dengan tujuan mengejar ketertinggalan di kelas.
3. KOMPENSASI : Diberikan bila hambatan yang dimiliki berdampak negatif
dalam proses pembentukkan konsep dirinya. Misalnya anak yang mengalami
hambatan auditif dapat digunakan saran belajar yang lain.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a)
learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner,
dan (e) learning disabilities.
Untuk menangani anak dengan kesulitan belajar Khusus tidak hanya
dilakukan oleh pihak sekolah atau psikolog saja, tapi orang tua juga harus
dilibatkan dalam hal ini. Pelibatan orang tua dalam hal ini yaitu : membantu anak
untuk berhasil, menghargai usaha anak, mencoba membuat rutinitas dalam
kegiatan sehari-hari (agar anak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu),
memberikan tugas satu per satu / bertahap (agar anak tidak bingung), berlaku
simpatik tetapi tegas, jangan terlalu memaksa anak, membantu anak untuk bergaul
atau berteman.

B. Saran
Dari uraian diatas diharapkan bagi para oang tua / guru agar lebih
bijaksana lagi dalam menilai anak. Anak yang selalu mendapat nilai jelek bukan
berarti ia bodoh tapi mungkin ada penyebab-penyebab lainnya. Nah tugas orang
tua / guru lah yang mencari tahu apa penyebab tersebut sehingga kita dapat
membantu si anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Nandiyah. 2019. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Cahya, Laili S, 2013. Adakah ABK di Kelasku?. Yogyakarta, Grup Relasi Inti
Media

Hildayani, Rini, dkk, 2014. Penanganan Anak Berkelainan. Tanggerang Selatan:


Universitas Terbuka

Mangunsong, Frieda. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi

12

Anda mungkin juga menyukai