Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR ANAK USIA


SEKOLAH DASAR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN SD

Dosen Pengampu

ALPID SYAHPUTRA S.pd, M.pd

DISUSUN OLEH:

SUCI RAMADHANI SAFITRI

APRIL LIANA

DESWINTA KHAIRANI

ULFA ZAHWANI

NAZWA NATASHA ARAFAT

HAYATUL FINA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA TAHUN PELAJARAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang direncanakan
semula.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bpk Alpid Syahputra, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Sd.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ KESULITAN
BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DASAR ” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya petunjuk petunjuk,
serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak tentunya makalah ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mempunyai kekurangan yang tidak sedikit, oleh karna
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
dalam membuat makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua baik bagi penulis
sendiri dan para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb.

Langsa, Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1


DAFTAR ISI........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5


2.1 Pengertian Kesulitan Belajar ..................................................................... 5
2.2 Latar Belakang Kesulita Belajar ................................................................ 7
2.2 Ciri Ciri Kesulitan Belajar ......................................................................... 9
2.3 Dampak Kesulitan Belajar ........................................................................ 11
2.4 Penanganan Dan Program Pendidikan
Bagi Anak Yang Kesulitn Belajar .............................................................. 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13


3.1 Simpulan .................................................................................................. 13
3.2 Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan kegiatan berproses dan juga unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Syah, 2003). Setiap anak didik datang ke
sekolah tidak lain kecuali untuk belajar di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan
dikemudian hari. Sebagian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk
belajar, tidak mesti ketika di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk
kepentingan belajar. Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik
(Djamarah, 2002).
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik Aktivitas belajar bagi setiap
individu juga tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-
kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat
sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi (Ahmadi & Supriyono, 2004).
Pendidikan sebagai faktor pendukung dalam perkembangan seorang anak (Syah, 2021).
Pendidikan pada jenjang sekolah dasar tidak hanya melatih siswa untuk membaca, menulis dan
berhitung tetapi mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki siswa untuk
persiapan jenjang sekolah berikutnya. Kesulitan dalam belajar merupakan hal yang wajar terjadi
dalam setiap pembelajaran seperti ketika siswa mengalami ketidakpahaman, kesalahan dalam
menerima informasi, kesulitan dalam berfikir maupun mengingat. Pada kelas rendah menulis
dikategorikan menulis permulaan. Kemampuan menulis ini sangat perlu untuk siswa SD.
Berbagai kemampuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat mengasah kemampuan
berbahasa siswa terdiri dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Ningsih,
2019).

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar?
2. Apa Saja yang Melatarbelakangi Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar?
3. Apa Saja Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar?
4. Apa Dampak Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar?
5. Bagaimana Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang Mengalami Kesulitan
Belajar Usia Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan perumusan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengertian Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
2. Mengetahui Latar Belakang Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
3. Mengetahui Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
4. Mengetahui Dampak Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
5. Memgetahui Apa Saja Penanganan dan Program Pendidikan Bagi Anak yang Mengalami
Kesulitan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan Belajar merupakan suatu gejala yang nampak pada Peserta Didik yang ditandai
dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah normal yang telah ditetapkan. Peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki inteligensi normal, tetapi
menunjukkan atau atau beberapa hal yang penting dalam proses belajar , baik dalam persepsi ,
ingatan, perhatian maupun fungsi motoriknya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian
yang luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau Kekacauan Belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak
dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.

5
4. Slow Learner atau Lambat Belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau Ketidakmampuan Belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.

Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orang tua perlu mengetahui bentuk
kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan
yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang
pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah. Bahkan belajar menjadi 4
golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4
masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1. Out of Law / tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah,
dsb)
2. Bad Habit / kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan
pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-
an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak
sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ
bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence
yang juga perlu diperhatikan.

2.2 Latar Belakang Kesulitan Belajar

Pendidikan sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata. Akan


tetapi, merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemerintah, keluarga dan masyarakat.

6
Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, ternyata banyak
tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, salah satu diantaranya adalah kesulitan belajar
bagi para murid.
Masing-masing individu murid memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar,
baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuannya. Dengan demikian tidak mengherankan
jika dalam suatu kelas ada murid-murid yang demikian menonjol prestasi belajarnya, ada yang
tergolong sedang, dan ada pula yang tergolong rendah atau sangat rendah. Kelompok murid-
murid yang terakhir tersebut dapat diindikasikan sebagai murid-murid yang mengalami kesulitan
belajar yang cukup serius, dalam arti perlu adanya penanganan secara terencana, terpadu dan
berkesinambungan.
Berbicara tentang kesulitan belajar itu sendiri, kita menyadari sepenuhnya, bahwa
pendidikan dasar merupakan fondasi bagi pendidikan selanjutnya. Jika fondasinya keropos, maka
kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi ketika anak yang bersangkutan mengikuti
jenjang berikutnya.
Oleh karena itu, sebagai pendidik atau guru, khususnya di sekolah dasar, kita perlu
mengenali murid-murid yang mengalami kesulitan belajar dan sekaligus mencari solusi yang
tepat, agar murid-murid yang bersangkutan dapat meningkatkan prestasi belajarnya dimasa yang
akan datang. Kesulitan belajar yang dialami oleh murid-murid pada dasarnya disebabkan oleh
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal yakni penyebab yang berasal dari diri murid itu sendiri,yaitu:
1. Kemampuan intelektual, merujuk pada kemampuan seseorang dalam memproses,
menyimpan dan menggunakan informasi secara cerdas dan efektif. Kemampuan
intelektual biasanya diukur dengan tes IQ (Intelligence Quotient) yang mencangkup
berbagai aspek seperti kemampuan verbal, kemampuan numeric dan kemampuan spasial.
2. Afeksi (perasaan dan percaya diri), merujuk pada perasaan atau emosi yang dirasakan
oleh seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau suatu objek atau situasi. Afeksi
dapat bersifat positif seperti kebahagiaan, kasih sayang, cinta dan sukacita. Afeksi
bersifat negative seperti kesedihan, kecemasan, marah dan rasa takut.
3. Motivasi, merujuk pada kekuatan atau dorongan internal yang memotivasi seseorang
untuk bertindak dan mencapai tujuan tertentu.
4. Kematangan untuk belajar, merujuk pada kemampuan seseorang untuk belajar dan
memahami materi pelajaran secara efektif sesuai dengan tahap perkembangan dan
kebutuhan individu. Kematangan untuk belajar melibatkan berbagai aspek seperti
kemampuan kognitif, kemampuan emosional, kemampuan sosial dan kemampuan fisik.

7
5. Usia, guru atau pendidik perlu memahami perkembangan pada setiap usia dan
menyediakan pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa pada
usia tertentu. Hal ini akan membantu siswa belajar dengan lebih baik dan memperoleh
keberhasilan dalam pendidikan dan masa depannya.
6. Kebiasaan belajar yang buruk, yaitu kebiasaan yang menghambat proses pembelajaran
dan dapat mempengaruhi hasil belajar.
7. Kemampuan mengingat, tergantung pada sejumlah faktor seperti kemampuan memori,
frekuensi interaksi dengan anak-anak SD dan intensitas pengalaman yang dimiliki anak-
anak tersebut.
8. Kemampuan penginderaan meliputi :
- Masalah pendengaran: Anak yang memiliki masalah pendengaran mungkin
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diucapkan oleh guru atau teman
sekelasnya.
- Masalah penglihatan: Anak yang memiliki masalah penglihatan, seperti rabun jauh
atau rabun dekat, mungkin kesulitan dalam membaca, menulis atau menggambar.
- Masalah sensorik: Beberapa anak mungkin mengalami masalah dalam penginderaan
lainnya seperti masalah pada indera peraba, penciuman atau pengecap. Hal ini dapat
mengganggu kemampuan mereka dalam memperoleh informasi dari lingkungan
sekitarnya dan dapat mempengaruhi kemampuan belajar.
- Masalah koordinasi: Anak yang mengalami kesulitan dalam koordinasi tubuh meraka
seperti memegang pensil atau mengikat sepatu, mungkin juga mengalami kesulitan
dalam belajar.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yakni penyebab yang berasal dari luar murid, yaitu:
1. Guru, adalah faktor penting dalam pembelajaran, namun dalam beberapa kasus guru
dapat menjadi faktor yang menghambat kesulitan belajar anak antara lain:
- Kurangnya pemahaman tentang kebutuhan individu: Setiap anak memiliki kebutuhan
dan gaya belajar yang berbeda. Jika seorang guru tidak memahami kebutuhan
individu anak, maka mereka mungkin tidak dapat memberikan dukungan yang
dibutuhkan untuk memfasilitasi pembelajaran anak. Sebagai contoh, seorang anak
mungkin lebih membutuhkan penjelasan yang lebih detail, lebih banyak waktu untuk
bekerja pada tugas, atau bantuan tambahan dalam memahami konsep-konsep tertentu.

8
- Ketidaktahuan tentang kesulitan belajar: Guru yang tidak memahami jenis kesulitan
belajar yang dialami anak, dapat menghambat kemampuan mereka dalam
memfasilitasi pembelajaran. Sebagai contoh, seorang anak mungkin mengalami
disleksia, dyscalculia, atau ADHD, namun guru tidak mengetahui kondisi tersebut
dan tidak dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan.
- Kurangnya keterampilan dalam pengajaran: Seorang guru yang kurang
berpengalaman atau tidak terlatih dalam pengajaran dapat menghambat kemampuan
anak untuk belajar. Seorang guru yang tidak memiliki keterampilan yang diperlukan
dalam pengajaran, seperti keterampilan menjelaskan konsep secara jelas dan
terstruktur, atau keterampilan mengelola kelas, dapat membuat anak merasa kesulitan
dalam memahami dan mengikuti pelajaran.
- Ketidaksensitifan terhadap masalah sosial dan emosional: Beberapa anak mungkin
mengalami kesulitan belajar karena masalah sosial atau emosional yang
mempengaruhi kemampuan mereka dalam memusatkan perhatian pada pembelajaran.
Seorang guru yang tidak sensitif terhadap masalah-masalah tersebut, atau tidak
memiliki keterampilan dalam mengatasi masalah sosial dan emosional, dapat
menghambat kemampuan anak untuk belajar.
2. Kualitas pembelajaran, jika kualitas pembelajaran tidak memadai, maka anak mungkin
mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep baru, membuat koneksi antara
informasi yang telah dipelajari, atau mengingat informasi untuk jangka panjang.
3. Instrumen atau fasilitas pembelajaran yang tidak memadai dapat menjadi penghambat
dalam belajar anak karena dapat mengganggu kemampuan anak untuk memperoleh
informasi dan belajar dengan efektif. Misalnya buku atau peralatan rusak yang tidak
mencukupi.
4. Lingkungan yang tidak mendukung misalnya kebisingan, pencahayaan yang kurang
memadai, suhu ruangan terlalu panas atau dingin, dsb.

Selain faktor-faktor diatas , menurut Noehi Nasution 1992:215 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan hasil belajar yang rendah, antara lain:
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak
2. Gangguan perasaan atau emosi
3. Kurangnya motivasi untuk belajar
4. Kurang matangnya anak untuk belajar
5. Usia yang termapau muda
6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7. Kebiasaan belajar yang buruk
8. Kemampuan mengingat rendah

9
9. Terganggu alat-alat indra
10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11. Tidak ada dukungandari lingkungan belajar

2.3 Ciri-Ciri Anak Kesulitan Belajar

Menurut Moh. Surya 1978, tingkah laku yang merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kesulitan belajar antara lain:
1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah, artinya skor yang diperoleh dibawah rata-
rata
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar

Dari apa yang dikemukakan diatas dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, diharapkan para guru dapat memahami dan
mengidentifikasi nama siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana pula yang tidak.
Sedangkan para guru dapat melakukan beberapa langkah sebagai diagnosis terhadap kesulitan
belajar. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mereka
mengikuti pelajaran.
b. Memeriksa pendengaran dan penglihatan siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ikhwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

10
2.4 Dampak Kesulitan Belajar

Dampak Kesulitan Belajar terhadap peserta didik, yaitu:


a. Segi psikologik : masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dalam mendengarkan,
berpikir, membaca, mengeja, matematik, penekanan pada reaksi, ketidak mampuan memahami
dan mengungkapkan (bahasa reseptif dan ekspresif), kondisi motorik yang buruk, gerakan
ceroboh sehingga mempengaruhi fungsi belajarnya.
b. Segi sosial emosional : ketidakstabilan emosi dan impulsivitas yang ditandai seringnya
terjadi perubahan yang menyolok dalam suasana hati dan temperamen. impulsivitas ditunjukkan
dengan kurang dapat mengontrol impuls-impuls. Pada anak tiba-tiba menyerang orang
lain/benda tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam diri pada waktu yang tidak
sepantasnya. Hiperakitf dikaitkan dengan kesukaran belajar disamping adanya kegelisahan,
toleransi yang rendah terhadap frustasi, agresif, persepsi sosial dan harapan interpersonal yang
buruk serta perilaku yang tidak sesuai.
c. Segi pendidikan : Kesulitan belajar prasekolah perlu segera ditangani karena dapat
mempengaruhi masa selanjutnya atau disebut ‘high risk’ karena sulitnya mengidentifikasinya.

2.5 Penanganan Dan Program Pendidikan Bagi Anak Yang Kesulitan


Belajar

Penanganan berasal dari persepsi medis dan persepsi psikoedukasional.


a. Ahli mengatakan bahwa kesukaran belajar karena kerusakan fungsi otak dapat dikurangi
dengan obat misalnya megavitamin atau manajemen diet.
b. Psikolog dan ahli yang lain mengatakan bahwa kesukaran belajar karena defisit
keterampilan perseptual motorik, akan mencari bantuan yang dapat meningkatkan fungsi
tersebut, dan jika karena kekurangan dibidang akademik dengan memodifikasi perilaku, latihan
pengamatan dll.

11
Bentuk penanganan lain :
1. REMEDIAL : Usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi belajar yang terhambat.
Prosedurnya :
- Analisis hasil diagnosis
- Menentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan
- Menyusun program perbaikan
- Melaksanakan program perbaikan
- Menilai perbaikan belajar-mengajar

2. TUTORING : Bantuan yang diberikan langsung pada bidang studi terhambat pada siswa
sekolah dengan tujuan mengejar ketertinggalan di kelas.

3. KOMPENSASI : Diberikan bila hambatan yang dimiliki berdampak negatif dalam proses
pembentukkan konsep dirinya. Misalnya anak yang mengalami hambatan auditif dapat
digunakan saran belajar yang lain. Untuk menangani anak dengan kesulitan belajar
Khusus tidak hanya dilakukan oleh pihak sekolah atau psikolog saja, tapi orang tua juga
harus dilibatkan dalam hal ini. Pelibatan orang tua dalam hal ini yaitu : membantu anak
untuk berhasil, menghargai usaha anak, mencoba membuat rutinitas dalam kegiatan
sehari-hari (agar anak tahu apa yang harus dilakukan terlebih dahulu), memberikan tugas
satu per satu / bertahap (agar anak tidak bingung), berlaku simpatik tetapi tegas, jangan
terlalu memaksa anak, membantu anak untuk bergaul atau berteman. Dari uraian diatas
diharapkan bagi para oang tua / guru agar lebih bijaksana lagi dalam menilai anak. Anak
yang selalu mendapat nilai jelek bukan berarti ia bodoh tapi mungkin ada penyebab-
penyebab lainnya. Nah tugas orang tua / guru lah yang mencari tahu apa penyebab
tersebut sehingga kita dapat membantu si anak.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Kesulitan belajar anak SD dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan guru untuk memperhatikan kondisi anak
dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar anak dapat belajar dengan optimal.
Orangtua juga dapat membantu anak dengan memberikan dukungan dan motivasi, serta
mengajarkan teknik belajar yang efektif. Sementara itu, guru perlu memahami kondisi dan
kebutuhan masing-masing anak, serta menciptakan pembelajaran yang menarik dan interaktif
untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar anak. Dengan dukungan dan perhatian yang
tepat, anak SD dapat mengatasi kesulitan belajar dan mencapai potensi terbaik mereka.

3.2 Saran

Orang tua dan guru wajib mengidentifikasi apa saja yang menjadi penyebab anak
kesulitan belajar, memberikan dukungan atau motivasi seperti pujian atas usaha dan prestasi
anak serta menciptakan lingkungan yang kondusif. Dengan menerapkan saran tersebut, orang tua
dan anak dapat mengatasi kesulitan belajar anak dan dapat mencapai potensi terbaik anak tingkat
sekolah dasar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar (edisi revisi).

Jakarta: Rineka Cipta

Azis, M. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan PAUD

Di Kelompok Bermain Fun Islamic School. Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah

Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 100–110.

https://doi.org/10.24042/ajipaud.v2i2.5927

Kadek Yati Fitria Dewi, L. T. D. H. (2021). Mengelola Siswa Dengan Kesulitan Belajar

Menulis (Disgrafia). Daiwi Widya Jurnal Pendidikan, 08(4), 30–41.

Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

14

Anda mungkin juga menyukai