Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KESULITAN BELAJAR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Robi’ah


Adawiyah ,M.Pd

Disusun Oleh :
1. Fadilatul Maisaroh : 2011090023
2. Intania Yolanda : 2011090034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita Muhammad
SAW, yang atas kehadirannya yang telah membawakan cahaya islami.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan dengan judul “Masa Tiga Kerajaan Besar” di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan dan UIN Raden Intan Lampung.

Terima kasih disampaikan kepada ibu Robi’ah Adawiyah ,M.Pd selaku dosen
mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat khususnya bagi kami


selaku penyusun dan umumnya bagi kita semua. Menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
dapat menjadi lebih baik.

1 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar...............................................................................5

2.2 Ciri – Ciri Kesulitan Belajar................................................................................7

2.3 Jenis – Jenis Kesulitan Belajar............................................................................8

2.4 Faktor Penyebab Kesulitan Belajar .............................................................. 10

2.5 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar ..................................................................12

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................18

3.2 Saran ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan IQ rata-rata atau diatasnya,
namun memiliki ketidakmampuan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan
dalam integrasi sensori motorik. Anak berkebutuhan khusus sangat berhak mendapat
pendidikan khusus namun anak ini bukan termasuk kategori anak luar biasa. Anak
dengan kesulitan belajar ini memiliki keterlambatan dalam belajar berbicara,
membaca, mengeja, menulis, atau mengerjakan perhitungan. Jumlah anak berkesulitan
belajar terus mengalami peningkatan tiap tahun. Kebijakan dalam proses
pembelajaran dan upaya dalam memberikan perhatian terhadap dunia Pendidikan anak
berkebutuhan khusus sudah cukup banyak. Pendidikan memungkinkan setiap manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.Kesulitas
belajar spesifik disleksia merupakan kesulitan dalam membaca, mengeja dan menulis .

Pada umumnya anak penyandang disleksia terutama pada penyandang disleksia


ringan memiliki IQ rata rata atau bahkan lebih, pendengaran dan penglihatan yang
normal serta tidak bermasalah secara emosional. Penyandang disleksia ringan bisa
menunjukkan keberhasilan dalam mengatasi masalah kedisleksiaannya berarti di
dalam kehidupan sosial maupun akademis dia mampu untuk terus
berkembang.Perkembangan teknologi sangat baik digunakan untuk membantu
mempermudah pekerjaan manusia, namun dengan bertambahnya kebutuhan manusia,
maka teknologi juga berkembang ke dunia hiburan. Salah satu bentuknya adalah
perkembangan dunia game berbasis android yang sudah semakin bervariasi. Dari
berbagai macam game berbasis Android terutama pada game yang berjenis edukasi
masih belum banyak game Android yang menjadi media pembelajaran yang
berkualitas mendidik dan mengajar bagi anak yang mengalami disleksia ringan,
karena dengan adanya game edukasi maka penyandang disleksia ringan bisa lebih
mudah dalam proses belajar.Berdasarkan masalah yang timbul karena kurang adanya
media pembelajaran bagi anak disleksia ringan, menciptakan sebuah media
pembelajaran untuk penyandang disleksia ringan dapat bertujuan untuk membantu
anak anak yang tergolong ke dalam anak disleksia ringan dalam kelancaran membaca,

4
dan diharapkan anak anak bisa mengasah kelancaran anak anak dalam membaca.
Game ini nantinya akan berupa kumpulan permainan edukasi yang nantinya akan
didesain semenarik mungkin agar lebih menarik perhatian untuk anak penyandang
disleksia ringan untuk belajar .

1.2 Rumusan Masalah

a) Pengertian Kesulitan Belajar


b) Ciri – Ciri Kesulitan Belajar
c) Jenis – Jenis Kesulitan Belajar
d) Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
e) Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

1.3 Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu pemahaman mengenai materi
kesulita belajar dan makalah ini bisa digunakan sebagai pegangan untuk belajar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar


Pada umumnya kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata
disabilityditerjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak
sebenarnya masih mampu untuk belajar. Menurut seorang ahli pedidikan, Dimyati
Mahmud (2006: 23) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan dalam diri
seseorang yang terjadi karena pengalaman”. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai

suatu kondisi dan suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan - hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan - hambatan belajar ini bukan hanya
masalah intruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.
Peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran akan
mendapatkan hasil pembelajaran yang kurang optimal.

Menurut Mulyadi (2010: 6), kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas,
meliputi :
1. Learning Disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena timbulnya respon yang bertentangan. Dengan demikian, hasil belajar yang
dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki.
2. Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) adalah ketidakmampuan
seseorang yang mengacu kepada gejala dimana seseorang tidak mampu belajar
(menghindari belajar) sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya.
3. Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) adalah menunjukkan gejala dimana
proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-
tanda subnormalitas mental, gangguan alat indera atau gangguan psikologis lainnya.
4. Under Achiever adalah mengacu pada seseorang yang memiliki tingkat potensi
intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

6
5. Slow Learner adalah seseorang yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan waktu dibandingkan seseorang yang lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
Uraian diatas menunjukkan bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian yang
lebih luas daripada pengertian-pengertian “Learning Disorder, learning disabilities,
learning disfunction, under achiever, dan slow learner”. Mereka yang tergolong
seperti diatas akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam proses belajar.

2.2 Ciri-ciri kesulitan belajar


Menurut Ratih Zimmer Gandasetiawan (2009:75) ada beberapa ciri-ciri kesulitan
belajar, antara lain:
1. Lambat berbicara
2. Bermasalah dalam pengucapan
3. Sulit membuat kalimat, menentukan kosakata atau memiliki kata-kata yang
memiliki persamaan makna
4. Kesulitan dalam mempelajari angka dan huruf juga nama-nama hari dan bulan
5. Fokus mudah teralihkan, senang memulai sesuatu tetapi sulit mengakirinya
6. Sulit bergaul, sangat aktif dalam gerakan tidak dapat duduk diam lebih darilima
menit
7. Sulit mengikuti hal-hal rutin tidak mampu mengukuti petunjukLambat
mngenali antara kata, kalimat dan suara
8. Sering membuat kesalahan dalm membaca dan menulis
9. Bingung dengan tanda aritmatika (+, -, x, /, =)
10. Sulit beradaptasi dengan hal-hal baru
11. Impulsif dan tidak mampu merencanakan sesuatu
12. Tidak mampu menggunakan alat tulis dengan baik
13. Bermasalah mempelajari waktu dan tempat
14. Sulit mengkoordinasikan tubuh sehingga sering menabrak-nabrak atau
jatuhTidak peduli dengan kondisi sekitarnya.

7
2.3 Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

Menurut psikologi pendidikan kesulitan belajar terbagi menjadi 6, yaitusebagai


berikut:

1. Non-verbal Learning Disabilities (NLD)

Dalam psikologi pendidikan, ini adalah kesulitan belajar pertama dan tingkat
kejadiannya sangat sering. Dalam hal ini ketidakmampuan belajar siswa adalah dalam
pemahaman terhadap objek visual dalam pelajaran yang dipelajarinya.Siswa dengan
kesulitan belajar tipe pertama ini memerlukan bantuan penjelasan auditori dari orang
lain secara gamblang sehingga sumber belajar tidak bisa hanya dari tulisan atau
gambar saja.Anak dengan kesulitan belajar seperti ini harus diberi penanganan
komprehensif oleh guru maupun orang tuanya di rumah.Jika tepat penanganannya, di
sekolah, prestasi mereka akan terjaga dengan baik. Mereka sangat butuh bermacam
metode dan beragam media pembelajaran.

2. Dyscalculia

Kesulitan belajar tipe kedua adalah kesulitan belajar di mana soal-soal matematika
yang sedang dihadapi siswa tidak bisa ia pecahkan.Semisal membuat bangun ruang
atau bangun datar, mengenal warna, dan mengerjakan operasi hitung. Gejala kesulitan
belajar ini secara umum terdeteksi ketika masih berada di taman kanak-kanak.Jika
ditemukan indikasi ini, disarankan agar orang tua berkonsultasi dengan psikolog
terdekat. Anak dengan kesulitan belajar Dyscalculia juka kesulitan menyusun atau
merangkai kata dan huruf, selain kesulitan matematika.Untuk mengatasi kesulitan
belajar ini harus dipakai metode belajar untuk anak diskalkulia semisal berhitung
dengan jari, kertas tempel, kertas warna, atau memakai kelereng, dan
sejenisnya.Tanpa panduan dari orang tua atau guru, anak seperti ini tidak bisa belajar
sendiri terlebih dibiarkan sendiri belajar. Karena pembelajaran harus melibatkan
banyak kreativitas dan ragam media pembelajaran.

3. Auditory and Visual Processing Disorder (APD)

8
Anak-anak dengan kesulitan belajar seperti ini pada umumnya tidak bisa mengerti
bahasa pengantar pelajaran baik dalam bentuk lisan maupun tertulis
penyajiannya.Dalam semua mata pelajaran, anak akan susah belajar kalau sudah
begini. Dalam hal ini solusinya adalah penerapan praktik nyata atau pola kinestetik
agar pemahaman anak lebih mudah.Secara umum, anak dengan kesulitan belajar ini di
kelas tidak bisa diam, dan di lingkungannya cenderung ingin mencoba banyak hal
baru.Jika terdeteksi persoalan ini, guru sebaiknya melarang siswa untuk mengerti
pelajaran sesuai dengan apa yang mereka senangi.Lebih jauhnya, jika dikembangkan
hal ini, bukan mustahil jika kreativitas luar biasa bisa diciptakan oleh mereka.

4. Dyslexia

Mungkin istilah ini pernah anda dengar sebelumnya. Disleksia adalah sejenis
gangguan belajar di mana siswa sulit memahami tulisan baik berupa angka ataupun
huruf.Ketimbang membuat penjelasan sendiri berbentuk tulisan di buku yang
disediakan, penjelasan oral justru lebih mereka pahami. Dalam hal ini otak anak
tersebut bisa dikatakan termasuk rendah.Metode pembelajaran inovatif dan kreatif
adalah metode yang baik untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka oleh guru bisa
diajak untuk mengedepankan pembelajaran berkarakteristik menciptakan
kreativitas.Semisal dengan membuat aneka permainan yang sifatnyta menyenangkan,
atau membuat hasta karya, dan lain-lain.

5. Dysgraphia

Kesulitan belajar yang kelima terjadi ketika seorang siswa tidak mampu
menuliskan sesuatu yang sedang mereka pikirkan atau apa yang dikatakan kepada
mereka oleh orang lain.Anak tersebut ingatannya terhadap angka dan huruf terbilang
rendah. Ketika anak lain bisa membedakan huruf dan angka, anak dengan kesulitan
belajar dysgraphia biasanya belum.Metode drilling atau pengulangan bisa diterapkan
oleh guru untuk mengatasi persoalan ini. Setiap kali mereka belajar, mintalah mereka
untuk sebanyak mungkin menulis angka atau alhabet.Dengan cara ini, ingatan mereka
akan semakin kuat dan bisa membedakan

9
antara huruf dan angka. Jika dilaksanakan dengan sukses metode ini, anaktersebut
bukan mustahil dalam menulis akan semakin cepat.

6. Specific Language Impairment (SLI)

Sesuai nama istilahnya, anak dengan kesulitan belajar ini mengalami kesulitan
untuk mencerna dan belajar bahasa. Penyebabnya pada otak kanan ada gangguan
sehingga rendah kemampuan berbahasanya kendati sudah cukup usianya.Mereka
dengan gangguan bahasa secara umum dalam pengungkapan kata-kata sedikit agak
sulit. Akibatnya mereka tampak seperti anak yang mengalami keterbelakangan
mental.Sebetulnya sangat normal otak mereka hanya saja ketika diajak berkomunikasi
secara kompleks, mereka sedikit sulit memahaminya. Kesulitan belajar ini bisa
diselesaikan dengan cara mengajak mereka sesering mungkin diajak berdialog atau
menonton film dengan begitu dalam belajar bahasamereka bisa lebih enjoy.

2.4 Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar merupakan salah satu yang menjadi dampak terhadap
prestasi belajar peserta didik menjadi rendah baik yang datang dari diri sendiri
maupun lingkungan terdekat peserta didik. Penyebab kesulitan belajar yang dialami
peserta didik dapat dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik yang rendah.
Faktor utama yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak berasal dari dalam diri
anak sendiri (internal).Banyak ahli yang mengemukakan faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing- masing.

Menurut Syah (2008 : 173)” faktor-faktor kesulitan belajar peserta didik meliputi
gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik peserta didik” yaitu :
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) yaitu antara lain seperti rendahnyakapasitas
intelektual atau intelegensi peserta didik.
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi labilnya emosi, minat dan
sikap peserta didik.
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu meliputi terganggunya alat-alat

10
indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Menurut Syah (2008 :173) “Faktor ekstern peserta didik meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar peserta didik”.
Faktor ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat- alat belajar yang berkualitas rendah.

2) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah danibu,


dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
3) Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah kumuh dan teman sepermainan.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor


yang menyebabkan kesulitan belajar dalam diri peserta didik dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab kesulitan belajar
dalam diri peserta didik sangat dipengaruhi oleh:

1) Rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi peserta didik saat prosesbelajar


mengajar berlangsung.
2) Kurangnya kesadaran dan rendahnya sikap peserta didik saat proses belajar
mengajar berlangsung.
3) Terganggunya alat - alat indra penglihatan yang menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan belajar.
Penyebab kesulitan belajar dari luar anak didik dipengaruhi oleh:
1) Lingkungan sekolah artinya kesulitan belajar dipengaruhi oleh kenyamanan dan
ketenangan peserta didik ketika belajar di sekolah.
2) Lingkungan keluarga artinya apabila terdapat ketidakharmonisan hubungan antara
anggota keluarga.
3) Lingkungan masyarakat artinya lingkungan anak didik yang mayoritas tidak
memperhatikan pendidikan dan akan menyulitkan peserta didik untuk mencari teman
belajarnya.

11
2.5 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Tugas pendidik atau guru adalah mempersiapkan generasi bangsa agar mampu
menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari sebagai khalifah Allah
di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi
(fitrah) sebagai anugrah Allah yang tersimpan dalam diri anak, baik yang bersifat
jasmaniah maupun ruhaniah, melalui pembelajaran sebuah pengetahuan, kecakapan,
dan pengalaman berguna bagi hidupnya. Dengan demikian pendidikan yang pada
hakekatnya adalah untuk memanusiawikan manusia memiliki arti penting bagi
kehidupan anak. Hanya pendidikan yang efektif yang mampu meningkatkan kualitas
hidup dan mengantarkan anak survive dalam hidupnya.

Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta menjadikan
jalan yang baik demi kemajuan. Sejak berlakunya kurikulum 1995, pengertian guru
mengalami penyempurnaan, menurut kurikulum 1995 ialah “Guru adalah perencana
dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam upaya
proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum.

Peranan guru sangat penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran, selain


sebagai nara sumber guru juga merupakan pembimbing dan pengayom bagi para
murid yang ada dalam suatu kelompok belajar. hal tersebut sesuai dengan ungkapan
T. Rustandy (1996 : 71) yang mengatakan bahwa : Guru memegang peranan sentral
dalam proses pembelajaran, memiliki karakter dan kepribadian masing-masing yang
tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan proses pembelajaran. Pola
tingkah laku guru dalam proses pembelajaran biasanya ditiru oleh siswa dalam
perjalanan hidup sehari-hari, baik di lingkungan keluarga ataupun masyarakat, karena
setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian.
Keragaman kecakapan dan kepribadian ini mempengaruhi terhadap situasi yang
dihadapi dalam proses pembelajaran.

12
Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi
dalam alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru
terhadap anak, adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan
untuk anak. (M. Solehuddin, 1997 : 55).Adapun syarat- syarat bagi guru pada
umumnya, termasuk di dalamnya guru agama, telah tercantum dalam Undang-Undang
Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 Bab X Pasal 15 yang berbunyi :

“Syarat utama menjadi guru selain ijazah dan syarat-syarat lain mengenai kesehatan
jasmani dan rohani, ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan
pengajaran”. (Zuhairini, 1983 :35).

Beberapa cara mengatasi kesulitan dalam belajar dapat dilakukan dengan cara
belajar yang efektif dan efisien. Cara demikian merupakan problematika yang perlu
mendapatkan perhatian cukup serius. Orang tua dan Guru Kelas kerap kali
memberikan saran-saran kepada siswa agar rajin belajar karena rajin adalah pangkal
cerdas. Orang cerdas akan mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan
perkembangan zaman yang serba kompleks.

Berikut ini beberapa alternatif dalam kesulitan belajar :

1. Observasi Kelas

Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu mengurangi kesulitan dalam
tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana kondisi kelas
dalam kegiatan belajar, cukup nyaman, segar, sehat dan hidup atau tidak. Kalau
suasana kelas sangat nyaman, tenang dan sehat, maka itu semua dapat memotivasi
siswa untuk belajar lebih semangat lagi.

2. Pemeriksaan Alat Indera

Dalam hal ini dapat difokuskan pada tingkat kesehatan siswa khusus mengenai alat
indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah melakukan tes atau
pemeriksaan kesehatan di Puskesmas / Dokter, karena tingkat kesehatan yang baik
dapat menunjang pelajaran yang baik pula. Maka dari itu, betapa

13
pentingnya alat indera tersebut dapat menstimulasikan bahan pelajaran langsungke
diri individu.

3. Teknik Main Peran

Disini, seorang guru bisa berkunjung ke rumah seorang murid. Di sana seorang
guru dapat leluasa melihat, memperhatikan murid berikut semua yang ada di
sekitarnya. Di sini guru dapat langsung melakukan wawancara dengan orang tuanya
mengenai kepribadian anak, keluarga, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain. Selain itu
juga, guru bisa melihat keadaan rumah, kondisi dan situasinya dengan masyarakat
secara langsung.

4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes

Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ seseorang dapat
dilihat dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan sederhana. Dengan
latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai kepribadian siswa secara praktis dari segi
dasar, logika dan privasi seseorang.

5. Menyusun Program Perbaikan

Penyusunan program hendaklah dimulai dari segi pengajar dulu. Seorang pengajar
harus menjadi seorang yang konsevator, transmitor, transformator, dan organisator.
Selanjutnya lengkapilah beberapa alat peraga atau alat yang lainnya yang menunjang
pengajaran lebih baik, karena dengan kelengkapan-kelengkapan yang lebih kompleks,
motivasi belajarpun akan dengan mudah didapat oleh para siswa.

Hendaklah semua itu disadari sepenuhnya oleh para pengajar sehingga tidak ada
lagi kendala dan hambatan yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Selain itu
tingkat kedisiplinan yang diterapkan di suatu sekolah dapat menunjang kebaikan
dalam proses belajar. Disiplin dalam belajar akan mampu memotivasi kegiatan belajar
siswa.

14
Alternatif lain yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih
dahulu melakukan beberapa langkah berikut ini :

a. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan


hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan


adanya perbaikan.

c. Menyusun program perbaikan.

Dalam menyusun program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan


sebagai berikut :

a. Tujuan pengajaran remedial

Contoh dari tujuan pengajaran remedial yaitu siswa dapat memahami kata “tinggi”,
“pendek” dan “gemuk” dalam berbagai konteks kalimat.

b. Materi pengajaran remedial

Contoh materi pengajaran remedial yaitu dengan cara lebih khusus dalam
mengembangkan kalimat-kalimat yang menggunakan kata-kata seperti di atas.

c. Metode pengajaran remedial

Contoh metode pengajaran remedial yaitu dengan cara siswa mengisi dan
mempelajari hal-hal yang dialami oleh siswa tersebut dalam menghadapi kesulitan
belajar.

d. Alokasi waktu

Contoh alokasi waktu remedial misalnya waktunya Cuma 60 menit.

e. Teknik evaluasi pengajaran remedial

Contoh teknik evaluasi pengajaran remedial yaitu dengan menggunakan tesisian


yang terdiri atas kalimat-kalimat yang harus disempurnakan, contohnya

15
dengan menggunakan kata tinggi, kata pendek, dan kata gemuk.Selanjutnya untuk
memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif atau cara-cara
pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari
buku-buku khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga sangat
dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu
yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan
masalah kesulitan belajar siswa.Keaktifan siswa tidak hanya dituntut dari segi fisik,
tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi fikiran dan
mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Ini sama halnya dengan siswa tidak belajar, karena siswa tidak merasakan perubahan
di dalam dirinya, padahal pada hakekatnya belajar adalah “perubahan” yang terjadi
dalam diri seseorang yang telah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Penerapan sikap dan pembentukan kepribadian pada diri siswa harus


dioptimalkan, mengingat keberhasilan suatu proses pembelajaran bukan diukur oleh
adanya penambahan dan perubahan pengetahuan serta keterampilan saja, namun nilai
sikap harus terakomodasi, sebab dengan perubahan sikap akan menentukan terhadap
perubahan kognitif ataupun psikomotor.Sama halnya dengan belajar, mengajar pun
pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengjar adalah proses
memberikan bimbingan, bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah interaksi antara guru dengan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Agar
proses belajar mengajar tersebut berlangsung secara efektif selain diperlukan alat
peraga sebagai pelengkap yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan peserta
didik diperlukan pula aturan dan tata tertib yang baku agar dalam pelaksanaannya
teratur dan tidak menyimpang.

16
Dari hakikat proses belajar mengajar, pembelajaran merupakan proses komunikasi,
maka pembelajaran seyogyanya tidak atraktip melainkan harus demokrasi. Siswa
harus menjadi subjek belajar, bukan hanya menjadi pendengar setia atau pencatat
yang rajin, tetapi siswa harus aktif dan kreatif dalam berbagai pemecahan masalah.
Dengan demikian guru harus dapat memilih dan menentukan pendekatan dan metode
yang disesuaikan dengan kemampuannya, kekhasan bahan pelajaran, keadaan sarana
dan keadaan siswa.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada umumnya kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris


“Learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata
disabilityditerjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak
sebenarnya masih mampu untuk belajar. Menurut seorang ahli pedidikan, Dimyati
Mahmud (2006: 23) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan dalam diri
seseorang yang terjadi karena pengalaman”. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dan suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan - hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan - hambatan belajar ini bukan hanya
masalah intruksional atau pedagogis saja, tetapi merujuk pada masalah psikologis.
Peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran akan
mendapatkan hasil pembelajaran yang kurang optimal.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah interaksi antara guru dengan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik. Agar
proses belajar mengajar tersebut berlangsung secara efektif selain diperlukan alat
peraga sebagai pelengkap yang digunakan guru dalam berinteraksi dengan peserta
didik diperlukan pula aturan dan tata tertib yang baku agar dalam pelaksanaannya
teratur dan tidak menyimpang.

3.2 Saran

Terkaitnya makalah yang dibuat kali ini yang membahas menengenai


kesulitan belajar dapat disusun dengan lebih baik lagi,dengan melengkapi
pembahasan jika ada kekurangan didalamnya dan mencantumkan referensi
agar tidak dianggap plagiarisme.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Jojoh Nurdiana, dkk.(2005) Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, materi


Penataran Tertulis Program Terakreditasi Guru TK, Bandung

Nasution Noehi, Drs. dkk. 1994. Buku Modul 1 – 6.

http://smp.labschool.upi.edu/macam-macam-kesulitan-belajar-menurut-psikologi-
pendidikan/

http://eprints.ums.ac.id/63834/4/BAB%20II..pdf

https://pgribanjarsari.wordpress.com/2010/01/10/52/

https://docs.google.com/forms/u/0/d/e/1FAIpQLSfQP2EJB7RhwGC0w2TiI0rfF-
XzucodMYnPcqSWF7_z7TRqhA/formResponse

19

Anda mungkin juga menyukai