Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Gangguan pada anak "Gangguan belajar"

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal

Dosen pengampu : Ghoif Nurrohman, M.Psi

Disusun Oleh :

Kelompok 5

BKI 5 B

Ratu Rifdatunahdah (201520043)

Rachma Saudah Malyafazia (201520051)

Yunita Pramudita (201520058)

Mutiara Nurfadillah (201520066)

Samrotul Janiah (201520071)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

1
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.....

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan
kasih sayang-Nya kepada setiap makhluk yang telah diciptakan-Nya, dan yang telah
memberikan berkah limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya kepada hambanya,
shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Dan segenap
keluarganya sahabatnya dan para pengikutnya.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konseling Multibudaya, kami telah
berhasil menyusun makalah Psikologi Abnormal dengan judul Gangguan pada anak
"Gangguan belajar". Sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
dan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah memberi arahan dan semangat kepada penulis,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Semoga
makalah yang ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Terakhir penulis memohon maaf apabila didalam makalah yang di sajikan ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, baik dalam segi penulisan maupun
dalam segi pembahasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Serang, 21 Desember 2022

Kelompok 5

DAFTAR ISI

2
Kata
Pengantar............................................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................


4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................


4

1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Belajar Pada Anak....................................................................... 5


2.2 Konsep dan Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak................................................ 6
2.3 Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar Pada Anak..........................................................
6
2.4 Jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak.........................................................................
8
2.5 Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak............................................................
9
2.6 Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak...................................................................
13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

3.2 Saran.............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
16

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak semua anak terlahir dengan sempurna, memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Mereka memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda. Namun,
memiliki anak yang tumbuh dan berkembang dengan sempurna adalah harapan setiap
orang tua. Akhir-akhir ini muncul kekhawatiran dan keresahan dalam diri orang tua
mengenai hambatan secara psikologi maupun fisiologi dalam tumbuh kembang anak.
Salah satu hambatan yang sering terjadi pada anak dan meresahkan orang tua adalah
gangguan belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Gangguan belajar sering diidentikkan dengan ketidakmampuan belajar, prestasi yang
rendah, serta ketertinggalan anak dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah.
Gangguan tersebut dapat berupa kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca,
menulis, mengeja, dan berhitung. Anak yang mengalami gangguan belajar ataupun
berkebutuhan khusus berhak untuk belajar Bersama anak-anak yang tidak mengalami
gangguan belajar, di ruang kelas yang sama dengan nyaman serta mendapatkan perlakuan
yang baik dari lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apasaja Konsep dan Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak ?
b) Apasaja Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar Pada Anak ?
c) Apasaja jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak Penanganan Dalam Kesulitan
Belajar Pada Anak ?
d) Apasaja Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak.
e) Apasaja Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak.?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui Konsep dan Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak.


b) Untuk menmengetahui penyebab Gangguan Kesulitan Belajar Pada Anak.
c) Untuk mengetahui Jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak Penanganan Dalam
Kesulitan Belajar Pada Anak.
d) Untuk mengetahui Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak.
e) Untuk mengetahui Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gangguan Belajar Pada Anak

Kesulitan belajar adalah kondisi di mana seorang anak tidak dapat belajar dengan
maksimal. Pada umumnya, kesuliitan belajar aan sangat berpengaruh pada prestasi akademis
seorang anak. Tidk hanya berpengaruh pada prestai akademik, kesulitan belajar akan
berpengaruh pada interaksi sosial anak terseut.

Kesulitan belajar menurut USOE (the United States Office of Education) seperti
dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dn Lloyd (dalam Abdurrahman,2003) menyatakan bahwa:
“Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan Bahasa ujaran dan tulisan. Gangguan
tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-
kondisi seperti gangguan perseptual, luka pad otak, disleksia, dan afasia perkembangan.
Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik,
hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan
lingkungan, budaya, atau ekonomi. Menurut penjelasan tersebut, kesulitan belajar hanya
menimpa anak-anak dengan gangguan yang terdapat pada otak. Anak-anak yang memiliki
keterbatasan fisik tidak termasuk ke dalam kategori anak yang mengalami kesulitan belajar.

Berbeda dengan USOE, the National Joint Committee For Learning Disabilities atau
NJCLD (dalam Abdurrahman, 2003) mendefinisikan kesulitan belajar adalah kesulitan yang
dimanifestasikan dalam kemahiran kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menuli, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut
berasal dari dalam yang disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat, meskipun
mungkin terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang mengganggu (tunagrahita, gangguan
sensoris, hambatan sosial dan emosional). Pendapat ini sangat berbeda dengan USOE yang
memisahkan kesulitan belajar antara anak penderita gangguan pada otak dengan anak yang
mengalami kesulitan belajar hambatan sensoris atau motoric. NJCLD menganggap bahwa

6
rusaknya sensoris dan motorik seseorang juga menjadi sebab kesulitan seorang anak dalam
belajar.

2.2 Konsep dan Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak


Dalam jurnal M. Nur Ghufron & Rini Risnawita vol.3 No.2, 2015 yang berjudul
“KESULITAN BELAJAR PADA ANAK: Identifikasi Faktor yang Berperan” mengatakan
bahwa istilah kesulitan belajar atau learning disability diberikan kepada anak yang
mengalami kegagalan dalam situasi pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, pengertian
“belajar” dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai “perubahan perilaku yang terjadi secara
terus menerus yang tidak diakibatkan oleh kelelahan atau penyakit” (dalam Cruickshank &
Hallahan, 1975). Maka setiap karakteristik yang bersifat individu merupakan hasil dari
perpaduan pengaruh-pengaruh lingkungan dan kondisi-kondisi genetika. Dengan demikian
variabel-variabel organismik, dan genetika sangat berpengaruh terhadap perilaku, selama
lingkungan juga turut berpengaruh. Pengaruh organismik dan genetika memerlukan adanya
respon lingkungan yang efektif (Throne dalam Cruickshank & Hallahan, 1975).
Perubahan-perubahan dalam perilaku dan belajar setiap individu dapat terjadi melalui
manipulasi variabel lingkungan dan genetika pada situasi khusus dari suatu perkembangan
yang bersifat individu. Dengan demikian terhadap anak-anak dengan hendaya (suatu
abnormalitas dari adanya fungsi) kesulitan belajar atau learning disability, tunagrahita atau
mentally retarded dan kelumpuhan otak atau cerebral palsy mempunyai dampak terhadap
kemampuan mengatasi kondisi-kondisi lingkungan secara luar biasa yang berbeda dengan
anak-anak normal. Jika inteligensi didefinisikan secara operasional sebagai ”proses melalui
pembelajaran terhadap anak yang menggunakan sarana budaya dalam upaya untuk
mengetahui dan melakukan manipulasi lingkungan”, maka dapat dikatakan bahwa setiap
perkembangan inteligensi secara langsung berkaitan dengan dukungan yang berhubungan
dengan azas keturunan (genetika) dari perseorangan dan beberapa lingkungan tempat anak
hidup. Perbedaan lingkungan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan
inteligensi. Dan secara relatif proporsi genetika dan lingkungan akan berbeda-beda pula
hasilnya dalam tes intelegensi.

2.3 Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar Pada Anak

7
Subini (2011) menjelaskan bahwa kesulitan belajar pada anak tidak hanya disebabkan
oleh masalah yang berasal dari faktor internal seorang anak, tetapi faktor eksternal juga
mengambil andil dalam kesulitan belajar pada anak. Akan tetapi, Subini tetap menekankan
bahwa penyebab utama seorang anak mengalami kesulitan dalam belajar berasal dari faktor
internal anak itu sendiri.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan salah satu penyebab kesulitan seorang anak mengalami
kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri mereka. Factor ini sangat bergantung pada
kemampuan otak seorang anak, dan kemampuan fungsi alat-alat indra.

1) Rendahnya daya ingat


Daya ingat yang rendah sangat berpengaruh pada proses belajar anak. Seorang
anak akan mengalami kesulitan dalam belajar jika memiliki daya ingat yang
rendah. Materi pelajaran yang diberikan pun tidak dapat diingat semuanya dengan
baik.
2) Terganggunya alat indra
Alat indra merupakan salah satu bagian dari tubuh yang mendukung dalam proses
belajar, akan tetapi jika seorang anak mengalami masalah pada salah satu alat
indra mereka, maka proses belajar mereka pun akan terganggu. Seorang anak
penyandang tunarungu atau tunawicara akan mengalami kesulitan dalam proses
belajar mereka karena keterbatasan indra yang dimiliki.
3) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar pada seorang anak sangat berbeda-beda. Perbedaan kebiasaan
dalam belajar inilah yang menjadi salah satu penyebab seorang anak mengalami
kesulitan dalam belajar, karena kurangnya pemahaman terhadap materi yang
diberikan.
4) Minat
Minat seorang anak akan sangat berpengaruh dalam proses belajar mereka.
Seorang anak yang memiliki minat belajar karena keinginannya sendiri akan
beroengaruh pada tingkat keberhasilan belahar mereka. Akan tetapi, sangat
berbeda jika seorang anak belajar karena paksaan dari orang-orang di sekitar
mereka.
5) Motivasi

8
Seorang anak akan termotivasi dengan suatu hal jika berkaitan dengan cita-cita
mereka. Mereka akan belajar dengan baik untuk meraih cita-cita yang diimpikan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seorang anak
mengalami kesulitan dala proses belajar. Faktor eksternal kesulitan belajar terbagi
menjadi tiga, yaitu factor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
 Faktor keluarga
Keluarga menjadi salah satu faktor penyebab seorang anak mengalami
kesulitan dalam proses belajar. Orang tua yang tidak paham bagaimana cara
mendidik anak dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan anak.
Selain itu, suasana rumah dan hubungan antarkeluarga juga berpengaruh
dalam proses belajar pada anak. Kondisi rumah yang nyaan serta hubungan
bai kantar keluarga. Akan membentuk suasana belajar yang baik bagi anak.
 Faktor sekolah
Sekolah menjadi dalah satu faktor penyebab kesulitan belajar pada anak.
Limgkungan sekolah yang baik akan memberikan dapak positif bagi anak
dalam proses belajar mereka. Guru, metode mengajar, dan fasilitas sekolah
akan sangat berpengaruh pada proses belajar.
 Faktor masyarakat
Faktor lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan
belajar seorang anak. Factor lingkungan berkaitan erat dengan kegiatan anak
di masyarakat, teman dalam bergaul, dan lingkungan masyarakat secara
umum.

2.4 Jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak


a. Kesulitan Belajar Membaca Atau Disleksia
Anak dengan kebutuhan khusus merupakan anak yang memerlukan
penanganan
khusus juga, salah satunya anak yang mengalami disleksia. Disleksia merupakan
salah satu anak kubutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam memhami bahasa
dalam bentuk tertulis. Kesulitan belajar yang dialami siswa disleksia merupakan
kesulitan belajar primer yang mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan
dalam membaca, menulis, mengeja, dan bahkan kesulitan dengan angka (Munawaroh,

9
2015). Kesulitan yang dialami anak tersebut sangat mempengaruhi prestasi
akademiknya. Bahkan dalam lingkungan umum, kondisi tersebut mengakibatkannya
mengalami gangguan mental dikarenakan lingkungan yang sering menganggapnya
bodoh.
Anak dengan kesulitan belajar disleksia memiliki masalah pada sistem kerja
otaknya, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam proses pembelajaran.
Permaslahan tersebut mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam
mengungkapan pikiran mereka, salah satunya adalah kesulitan dalam
mengungkapkan kata tertulis. Menurut Natalia (2014:4) ketidakmampuan dalam
proses belajar yang dialami oleh siswa disleksia disebabkan oleh kesulitan mereka
dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
b. Kesulitan Belajar Diskalkulia
Diskalkulia didefinisikan sebagai kesulitan memperoleh keterampilan
aritmatika dasar, seperti berhitung dan memahami bilangan. Mereka cenderung
merasa sulit untuk memecahkan soal matematika dasar, dan segala hal lain yang
berkaitan dengan hitung-hitungan atau angka. Mungkin juga mereka sebenarnya
memahami logika di balik matematika, tetapi tidak bagaimana atau kapan
menerapkan apa yang mereka ketahui untuk menyelesaikan soal
matematika.Seringkali anak, atau bahkan orang dewasa, yang mengidap diskalkulia
juga sulit memahami konsep kuantitas atau konsep seperti “lebih besar” dan “lebih
kecil”. Mereka mungkin tidak mengerti bahwa angka 5 sama artinya dengan kata
“lima”. Anak-anak dengan diskalkulia juga susah mengingat fakta matematika, dan
sulit memahami angka dan simbol-simbol lainnya dalam matematika.Diskalkulia
dapat berdampak pada pendidikan dan pekerjaan. Seringkali orang yang memiliki
diskalkulia mengalami kesulitan finansial hingga bahkan sulit mendapat pekerjaan.
Namun, semua kesulitan ini tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang kurang atau rendahnya jenjang pendidikan seseorang.

c. Kesulitan Belajar Disgrafia

Disgrafia merupakan salah satu kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya


kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam  komposisi tulisan. Pada umumnya
istilah disgrafia digunakan untuk mendiskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk.Anak
yang memiliki disgrafia mungkin dengan sangat pelan.bisa jadi sangat tak terbaca dan

10
mungkin mereka melakukan banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk
memadukan bunyi dan huruf.Disgrafia biasanya terjadi saat anak pertama kali berinteraksi
dengan huruf,yaitu ketika anak berumur sekitar 6 tahun. Atau dapat dikatakan ketika anak
duduk di bangku sekolah dasar Sehingga seharusnya sekolah dasar sudah seharusnya
memegang peranan dan tanggung jawab dalam membantu anak disgrafia yang tidak sama
dengan anak berkebutuhan khusus

2.5 Karakteristik Gangguan Belajar Pada Anak


Karakteristik anak dengan hendaya (suatu abnormalitas dari adanya fungsi)
kesulitan belajar khusus, sangat berbeda dengan anak-anak yang berkebutuhan lain.
Oleh karena itu, beberapa tipe umum dari karakteristik mereka sering digunakan oleh
para pendidik sebagaimana yang diungkapkan oleh Delphi (2006) dalam jurnal M. Nur
Ghufron & Rini Risnawita vol.3 No.2, 2015 yang berjudul “KESULITAN BELAJAR
PADA ANAK: Identifikasi Faktor yang Berperan” sebagai berikut :
a. Kemampuan Persepsi yang Rendah (poor perceptual abilities)
Kemampuan persepsi yang rendah, berkaitan dengan persepsi pendengaran,
persepsi visual, dan persepsi taktil. Kekurangan dapat terjadi pada kemampuan
persepsi pendengaran (auditory perception) menyangkut:
1) membedakan pendengaran, yaitu kemampuan untuk dapat membedakan
suara, bunyi huruf hidup (vowel), dan bunyi huruf mati (consonant) yang sama
2) pengakhiran pendengaran, kemampuan untuk melakukan sintesis bunyi-
bunyi dari bagian keseluruhan (contohnya, mendengar bagian suatu kata, dan
kemudian mengetahui apa yang ada dalam seluruh kalimat)
3) bentuk dasar pendengaran, kemampuan untuk menghiraukan latar belakang
suara yang tidak selaras
4) atensi dan pengalokasian pendengaran, kemapuan untuk mengetahui lokasi
sumber suara dan arah suara.
Pada persepsi visual (visual perception), kekurangan kemungkinan
terjadi dalam kemampuan-kemampuan persepsi visual sebagai berikut:
1) Klosur visual (visual closure). Pola melengkapi, mekanisme tanggungjawab
untuk melengkapi secara otomatis terhadap simbol-simbol visual yang sudah
dikenal (contohnya, melihat bagian yang tidak lengkap suatu gambar dan tahu
bagaimana bentuk keseluruhan dari gambar tersebut). Diartikan sebagai

11
kemampuan untuk menggambarkan keseluruhan hanya dengan melihat
sebagian dari bentuk keseluruhan.
2) Membedakan secara visual (visual discrimination). Kemampuan untuk
mengetahui perbedaan antara bnda-benda yang bentuknya sama, surat-surat,
atau kata-kata (seperti huruf “b” dan “d” dapat ditangkap berbeda oleh anak)
3) Membedakan bentuk secara visual (visual form discrimination).
Kemampuan untuk dapat membedakan adanya perbedaan antara bentuk
auditori masa kini (seperti dapat membedakan antara segitiga dan bentuk
gambar intan pada sebuah kartu gambar)
4) Menghubungkan figur dasar secara visual (visual gigure ground
relationship). Mampu mengidentifikasi bentuk figure seseorang (misalnya,
gadis) dari gambar yang memunculkan tiga figure yang sama
5) Persepsi terhadap ukuran (size perception). Kemampuan untuk merasakan
secara tepat tentang ukuran suatu benda dengan kemampuan visual
6) Persepsi mengenai jarak dan kedalamannya (depth and distance perception).
Kemampuan terhadap persepsi ukuran, panjang, kedalaman, dan jarak dari
berbagai benda dan mampu melihat benda-benda yang bergerak
7) Mengenali suatu benda (object recognition). Kemampuan untuk
mengintegrasikan rangsang visual ke dalam bentuk secara keseluruhan

b. Kesulitan Menyadari Tubuh Sendiri (body wareness difficulties)

Kesadaran terhadap tubuh didefinisikan sebagai konsep dan pemahaman bahwa


adanya saling keterhubungan yang erat antara tubuh seseorang dengan lingkungannya
selama proses perubahan perilaku. faktor-faktor yang terlibat dalam perkembangan
kesadaran terhadap tubuh adalah kinasthesia, asimilasi, dan perlengkapan visual.
Kesulitankesulitan terhadap kesadaran tubuh dimungkinkan terjadi dalam wilayah
ketrampilan gerak diantaranya:

1) Orientasi ruang (spatial orientation) yaitu pemahaman terhadap ruang


sekitar diri seseorang berkaitan dengan jarak, arah, dan posisi

2) Secara kesamping (laterality) yaitu mengetahui yang mana sisi kiri atau
kanan dari tubuh

3) Secara tegak lurus (vertically) yaitu konsep tentang arah ke atas dan ke
bawah

12
4) Terhadap kesan tubuh (bodi image) yaitu konsep pemahaman bagian-
bagian tubuh

5) Berkaitan denga garis tengah tubuh (midline body) yaitu konsep tentang
garis tengah tubuh secara tegak lurus dari tubuh manusia yang memisahkan
tubuh ke dalam dua sisi yang sama. Permasalahan yang sering dijumpai dalam
pemahaman tubuh antara lain:

a) kelainan tubuh untuk melakukan orientasi dan ketidakmampuan


untuk mengenal bagian-bagian tubuh (aautotopegnosis

b) ketidakmampuan untuk mengenali jari-jari selama dilakukan tes


lokalisasi jari-jari (finger agnosia)

c. Kelainan Kegiatan Gerak (disorder of motor activity)

Kelainan gerak seringkali dapat diamati pada anak-anak dengan hendaya kesulitan
belajar. Hal itu dimungkinkan karena masalah gerak dan kesulitan belajar mempunyai
etiologi yang sama (Myers & Hammill dalam Geddes, 1981). Kelainan gerak dapat
diamati melalui : pertama, kegiatan saat mempertahankan keseimbangan dan bentuk
tubuh (balance and postural mainbtenance) yaitu dalam kesulitan belajar untuk duduk,
berdiri, mempertahankan postur dan keseimbangan khusus; kedua, gerak dasar dan
gerak lokomotor (locomotion and basic movement) kekurangan terjadi pada
ketrampilan untuk berjalan, berlari, memanjat, mekanisasi tubuh, melompat,
meloncat-loncat, dan pola-pola gerak tubuh secara gross motor.

Termasuk tipe-tipe umum kelainan gerak seperti:

1) hyperactivity (hyperkinethesis), yaitu mobilitas yang resah, tidak menentu,


secara serampangan, dan mobilitas yang berlebihan

2) hypoactivity (hypokinethesis), yaitu sifat pendiam, tidak aktif, dan kegiatan


geraknya kurang cukup

3) clumsiness, yaitu sifat kesulitan dalam mengontrol gerak dengan adanya


ketidakserasian dan ketidakefisien perilaku gerak dalam bentuk kekakuan
secara fisik dan tidak ada koordinasi gerak

13
4) apraxia (dyspraxia), yaitu ketidakmampuan untuk berinisiatif atau
melakukan gerak dalam pola-pola gerak yang rumit, seperti serangkaian tugas
gerak untuk melakukan loncatan

5) ketekunan (perseveration), yaitu sifat yang secara otomatis dan seringkali


secara sukarela untuk menindaklanjuti perilaku yang dapat diamati sewaktu
melakukan kegiatan berbicara, menulis, membaca secara oral, menggambar
dan melukis

6) adiadochokinesia, yaitu ketidakmampuan untuk melakukan gerak alternatif


dan gerak cepat.

d. Kesulitan dalam ketrampilan psikomotor sangat erat hubungannya dengan


ketidakberfungsian persepsi khusus, antara lain:

1) Respon psikomotor yang lemah terhadap petunjuk yang diperoleh melalui


pendengaran berupa perbedaan suara dengan kegiatan yang berbeda, seperti
kat-kata ”talk” dan ”walk” dalam bahasa Inggris, ”jalan” dengan ”jualan”
dalam bahasa Indonesia

2) Respon psikomotor terhadap persepsi visual yang lemah. Kemampuan


persepsi visual yang spesifik penyebab adanya respon psikomotor terhadap
persepsi visual yang lemah, dapat menyebabkan seseorang tidak mampu
membedakan bola putih yang dilambungkan di udara dengan latar belakang
awan sehingga yang bersangkutan tidak dapat menangkap bola putih dengan
baik

3) Rendahnya respon psikomotor terhadap persepsi taktil. Ketidaktepatan


respon psikomotor terhadap ciri-ciri khusus taktil menjadi penyebab kesalahan
membedakan benda-benda dengan cara taktil. Contohnya, seorang anak tidak
mampu membedakan dua nikel dalam kumpulannya dengan dua perempat
nikel yang ada di atas meja.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak dengan


hendaya kesulitan belajar adalah kemampuan persepsi yang rendah, kesulitan
menyadari tubuh sendiri dan kelainan kegiatan gerak dan kesulitan dalam ketrampilan
psikomotor.

14
2.6 Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak

Gangguan belajar pada anak memang sering kita jumpai dimanapun kita berada.
Biasanya menyerang anak umur 7-8 tahun. Gangguan belajar ini bisa bermacam-macam
mulai dari kesulitan atau keterlambatan menulis, membaca, berhitung dan motorik anak usia
dini. Ketika kita memiliki atau melihat anak yang memiliki gangguan belajar, jangan
langsung menuduh nya bodoh dan malas. Semua anak berbeda, tidak semua anak dapat
dengan mudah menerima pelajaran disekolah maupun dirumah.

Lalu bagaimana cara penanganannya? Bagaimana cara mengatasinya? Oke, mari


langsung bahas saja, selain meminta bantuan kepada ahlinya, ada tiga hal nih yang perlu
bunda dilakukan untuk membantu anak yang mengalami gangguan belajar. Dilansir dari
laman healthy children, berikut hal tersebut:

a. Fokus pada kemampuan anak


Semua anak pasti memiliki bakatnya masing-masing. Temukan bakat pada anak
dan bantu dia untuk mengembangkannya. Misalnya anak jago olahraga, kesenian
atau matematika. Sebisa mungkin bantu anak kembangkan bakatnya. Pastikan
untuk selalu memuji anak ketika ia mampu atau berhasil dalam menyelesaikan
suatu tugas.
b. Kembangkan keterampilan Sosial dan Emosional Anak
Ketidakmampuan belajar pada anak adalah tantangan bagi dirinya sendiri ketika
beranjak dewasa. Ketidakmampuan ini akan membuat anak sedih, marah, atau
menarik diri dari lingkungan. Maka dari itu, bantulah anak dengan memberikan
kasih sayang, dan juga dukungan. Yakinkan pada anak bahwa setiap orang
memiliki proses belajar yang berbeda. Cobalah untuk membuat suatu kelompok
dan kegiatan lain yang bisa menumbuhkan kemampuan sosial dan emosional anak
serta membantunya membangun rasa percaya diri.
c. Rencanakan Masa Depan
Hampir setiap orang tua pasti mengkhawatirkan masa depan anaknya. Tetapi,
jangan tunjukkan kekhwatiran itu kepada anak kita. Orangtua harus bisa
meyakinkan bahwa semua orang berhak bahagia, berhak meraih kesuksesan,
termasuk anak kita. Faktanya, banyak orang yang memiliki gangguan belajar
memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dan berhasil sukses dalam hidupnya.

15
Tentunya orangtua juga wajib membantu anak dalam merencanakan karir sesuai
dengan keterampilannya untuk membantu membangun rasa percaya diri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesulitan belajar adalah kondisi di mana seorang anak tidak dapat belajar dengan
maksimal. Pada umumnya, kesuliitan belajar aan sangat berpengaruh pada prestasi akademis
seorang anak. Tidk hanya berpengaruh pada prestai akademik, kesulitan belajar akan
berpengaruh pada interaksi sosial anak terseut.

a. Faktor internal
 Rendahnya daya ingat
 Terganggunya alat indra
 Kebiasaan belajar
 Minat
 Motivasi
b. Faktor Eksternal

16
 Faktor keluarga
 Faktor sekolah
 Faktor masyarakat

Jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak ada tiga yaitu Kesulitan Belajar Membaca Atau
Disleksia,Diskalkulia dan Disgrafia.

Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak:

 Fokus pada kemampuan anak


 Kembangkan keterampilan Sosial dan Emosional Anak
 Rencanakan Masa Depan

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kata sempurna tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas agar lebih
baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Kurnia Nur H, Diah Rahmawati. 2018. Panduan Pendampingan Gangguan Belajar


Disleksia. Tangerang: Albasil Aksara

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Asdi
Mahasatya

Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta: Javalitera

Humas,2018 Edugraph Bantu Anak Disgraphia dalam Belajar. Universitas Negeri


Yogyakarta.

Boarding School,SMA Dwiwarna. 2021. 7 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak.
https://www.smadwiwarna.sch.id/cara-mengatasi-kesulitan-belajar/

17
Anggraini, Ariska Puspita. 2020. Gangguan Belajar pada Anak: Jenis, Penyebab, hingga
Cara menanganinya: Kompas.com
https://amp.kompas.com/health/read/2020/02/19/103400768/gangguan-belajar-pada-anak-
jenis-penyebab-hingga-cara-menanganinya

Ghufron, M. Nur & Risnawita, Rini. 2015. “KESULITAN BELAJAR PADA ANAK:
Identifikasi Faktor yang Berperan”. Jurnal vol.3 no.2: STAIN Kudus & STAIN Kediri

18

Anda mungkin juga menyukai