Disusun Oleh :
Kelompok 5
BKI 5 B
FAKULTAS DAKWAH
1
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.....
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan
kasih sayang-Nya kepada setiap makhluk yang telah diciptakan-Nya, dan yang telah
memberikan berkah limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya kepada hambanya,
shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad saw. Dan segenap
keluarganya sahabatnya dan para pengikutnya.
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konseling Multibudaya, kami telah
berhasil menyusun makalah Psikologi Abnormal dengan judul Gangguan pada anak
"Gangguan belajar". Sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
dan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah memberi arahan dan semangat kepada penulis,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Semoga
makalah yang ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Terakhir penulis memohon maaf apabila didalam makalah yang di sajikan ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, baik dalam segi penulisan maupun
dalam segi pembahasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
2
Kata
Pengantar............................................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
16
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kesulitan belajar adalah kondisi di mana seorang anak tidak dapat belajar dengan
maksimal. Pada umumnya, kesuliitan belajar aan sangat berpengaruh pada prestasi akademis
seorang anak. Tidk hanya berpengaruh pada prestai akademik, kesulitan belajar akan
berpengaruh pada interaksi sosial anak terseut.
Kesulitan belajar menurut USOE (the United States Office of Education) seperti
dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dn Lloyd (dalam Abdurrahman,2003) menyatakan bahwa:
“Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan Bahasa ujaran dan tulisan. Gangguan
tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-
kondisi seperti gangguan perseptual, luka pad otak, disleksia, dan afasia perkembangan.
Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik,
hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan
lingkungan, budaya, atau ekonomi. Menurut penjelasan tersebut, kesulitan belajar hanya
menimpa anak-anak dengan gangguan yang terdapat pada otak. Anak-anak yang memiliki
keterbatasan fisik tidak termasuk ke dalam kategori anak yang mengalami kesulitan belajar.
Berbeda dengan USOE, the National Joint Committee For Learning Disabilities atau
NJCLD (dalam Abdurrahman, 2003) mendefinisikan kesulitan belajar adalah kesulitan yang
dimanifestasikan dalam kemahiran kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menuli, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut
berasal dari dalam yang disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat, meskipun
mungkin terjadi bersamaan dengan kondisi lain yang mengganggu (tunagrahita, gangguan
sensoris, hambatan sosial dan emosional). Pendapat ini sangat berbeda dengan USOE yang
memisahkan kesulitan belajar antara anak penderita gangguan pada otak dengan anak yang
mengalami kesulitan belajar hambatan sensoris atau motoric. NJCLD menganggap bahwa
6
rusaknya sensoris dan motorik seseorang juga menjadi sebab kesulitan seorang anak dalam
belajar.
7
Subini (2011) menjelaskan bahwa kesulitan belajar pada anak tidak hanya disebabkan
oleh masalah yang berasal dari faktor internal seorang anak, tetapi faktor eksternal juga
mengambil andil dalam kesulitan belajar pada anak. Akan tetapi, Subini tetap menekankan
bahwa penyebab utama seorang anak mengalami kesulitan dalam belajar berasal dari faktor
internal anak itu sendiri.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan salah satu penyebab kesulitan seorang anak mengalami
kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri mereka. Factor ini sangat bergantung pada
kemampuan otak seorang anak, dan kemampuan fungsi alat-alat indra.
8
Seorang anak akan termotivasi dengan suatu hal jika berkaitan dengan cita-cita
mereka. Mereka akan belajar dengan baik untuk meraih cita-cita yang diimpikan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seorang anak
mengalami kesulitan dala proses belajar. Faktor eksternal kesulitan belajar terbagi
menjadi tiga, yaitu factor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor keluarga
Keluarga menjadi salah satu faktor penyebab seorang anak mengalami
kesulitan dalam proses belajar. Orang tua yang tidak paham bagaimana cara
mendidik anak dengan baik akan berpengaruh pada perkembangan anak.
Selain itu, suasana rumah dan hubungan antarkeluarga juga berpengaruh
dalam proses belajar pada anak. Kondisi rumah yang nyaan serta hubungan
bai kantar keluarga. Akan membentuk suasana belajar yang baik bagi anak.
Faktor sekolah
Sekolah menjadi dalah satu faktor penyebab kesulitan belajar pada anak.
Limgkungan sekolah yang baik akan memberikan dapak positif bagi anak
dalam proses belajar mereka. Guru, metode mengajar, dan fasilitas sekolah
akan sangat berpengaruh pada proses belajar.
Faktor masyarakat
Faktor lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan
belajar seorang anak. Factor lingkungan berkaitan erat dengan kegiatan anak
di masyarakat, teman dalam bergaul, dan lingkungan masyarakat secara
umum.
9
2015). Kesulitan yang dialami anak tersebut sangat mempengaruhi prestasi
akademiknya. Bahkan dalam lingkungan umum, kondisi tersebut mengakibatkannya
mengalami gangguan mental dikarenakan lingkungan yang sering menganggapnya
bodoh.
Anak dengan kesulitan belajar disleksia memiliki masalah pada sistem kerja
otaknya, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam proses pembelajaran.
Permaslahan tersebut mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam
mengungkapan pikiran mereka, salah satunya adalah kesulitan dalam
mengungkapkan kata tertulis. Menurut Natalia (2014:4) ketidakmampuan dalam
proses belajar yang dialami oleh siswa disleksia disebabkan oleh kesulitan mereka
dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
b. Kesulitan Belajar Diskalkulia
Diskalkulia didefinisikan sebagai kesulitan memperoleh keterampilan
aritmatika dasar, seperti berhitung dan memahami bilangan. Mereka cenderung
merasa sulit untuk memecahkan soal matematika dasar, dan segala hal lain yang
berkaitan dengan hitung-hitungan atau angka. Mungkin juga mereka sebenarnya
memahami logika di balik matematika, tetapi tidak bagaimana atau kapan
menerapkan apa yang mereka ketahui untuk menyelesaikan soal
matematika.Seringkali anak, atau bahkan orang dewasa, yang mengidap diskalkulia
juga sulit memahami konsep kuantitas atau konsep seperti “lebih besar” dan “lebih
kecil”. Mereka mungkin tidak mengerti bahwa angka 5 sama artinya dengan kata
“lima”. Anak-anak dengan diskalkulia juga susah mengingat fakta matematika, dan
sulit memahami angka dan simbol-simbol lainnya dalam matematika.Diskalkulia
dapat berdampak pada pendidikan dan pekerjaan. Seringkali orang yang memiliki
diskalkulia mengalami kesulitan finansial hingga bahkan sulit mendapat pekerjaan.
Namun, semua kesulitan ini tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan (intelegensi)
yang kurang atau rendahnya jenjang pendidikan seseorang.
10
mungkin mereka melakukan banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk
memadukan bunyi dan huruf.Disgrafia biasanya terjadi saat anak pertama kali berinteraksi
dengan huruf,yaitu ketika anak berumur sekitar 6 tahun. Atau dapat dikatakan ketika anak
duduk di bangku sekolah dasar Sehingga seharusnya sekolah dasar sudah seharusnya
memegang peranan dan tanggung jawab dalam membantu anak disgrafia yang tidak sama
dengan anak berkebutuhan khusus
11
kemampuan untuk menggambarkan keseluruhan hanya dengan melihat
sebagian dari bentuk keseluruhan.
2) Membedakan secara visual (visual discrimination). Kemampuan untuk
mengetahui perbedaan antara bnda-benda yang bentuknya sama, surat-surat,
atau kata-kata (seperti huruf “b” dan “d” dapat ditangkap berbeda oleh anak)
3) Membedakan bentuk secara visual (visual form discrimination).
Kemampuan untuk dapat membedakan adanya perbedaan antara bentuk
auditori masa kini (seperti dapat membedakan antara segitiga dan bentuk
gambar intan pada sebuah kartu gambar)
4) Menghubungkan figur dasar secara visual (visual gigure ground
relationship). Mampu mengidentifikasi bentuk figure seseorang (misalnya,
gadis) dari gambar yang memunculkan tiga figure yang sama
5) Persepsi terhadap ukuran (size perception). Kemampuan untuk merasakan
secara tepat tentang ukuran suatu benda dengan kemampuan visual
6) Persepsi mengenai jarak dan kedalamannya (depth and distance perception).
Kemampuan terhadap persepsi ukuran, panjang, kedalaman, dan jarak dari
berbagai benda dan mampu melihat benda-benda yang bergerak
7) Mengenali suatu benda (object recognition). Kemampuan untuk
mengintegrasikan rangsang visual ke dalam bentuk secara keseluruhan
2) Secara kesamping (laterality) yaitu mengetahui yang mana sisi kiri atau
kanan dari tubuh
3) Secara tegak lurus (vertically) yaitu konsep tentang arah ke atas dan ke
bawah
12
4) Terhadap kesan tubuh (bodi image) yaitu konsep pemahaman bagian-
bagian tubuh
5) Berkaitan denga garis tengah tubuh (midline body) yaitu konsep tentang
garis tengah tubuh secara tegak lurus dari tubuh manusia yang memisahkan
tubuh ke dalam dua sisi yang sama. Permasalahan yang sering dijumpai dalam
pemahaman tubuh antara lain:
Kelainan gerak seringkali dapat diamati pada anak-anak dengan hendaya kesulitan
belajar. Hal itu dimungkinkan karena masalah gerak dan kesulitan belajar mempunyai
etiologi yang sama (Myers & Hammill dalam Geddes, 1981). Kelainan gerak dapat
diamati melalui : pertama, kegiatan saat mempertahankan keseimbangan dan bentuk
tubuh (balance and postural mainbtenance) yaitu dalam kesulitan belajar untuk duduk,
berdiri, mempertahankan postur dan keseimbangan khusus; kedua, gerak dasar dan
gerak lokomotor (locomotion and basic movement) kekurangan terjadi pada
ketrampilan untuk berjalan, berlari, memanjat, mekanisasi tubuh, melompat,
meloncat-loncat, dan pola-pola gerak tubuh secara gross motor.
13
4) apraxia (dyspraxia), yaitu ketidakmampuan untuk berinisiatif atau
melakukan gerak dalam pola-pola gerak yang rumit, seperti serangkaian tugas
gerak untuk melakukan loncatan
14
2.6 Penanganan Dalam Kesulitan Belajar Pada Anak
Gangguan belajar pada anak memang sering kita jumpai dimanapun kita berada.
Biasanya menyerang anak umur 7-8 tahun. Gangguan belajar ini bisa bermacam-macam
mulai dari kesulitan atau keterlambatan menulis, membaca, berhitung dan motorik anak usia
dini. Ketika kita memiliki atau melihat anak yang memiliki gangguan belajar, jangan
langsung menuduh nya bodoh dan malas. Semua anak berbeda, tidak semua anak dapat
dengan mudah menerima pelajaran disekolah maupun dirumah.
15
Tentunya orangtua juga wajib membantu anak dalam merencanakan karir sesuai
dengan keterampilannya untuk membantu membangun rasa percaya diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah kondisi di mana seorang anak tidak dapat belajar dengan
maksimal. Pada umumnya, kesuliitan belajar aan sangat berpengaruh pada prestasi akademis
seorang anak. Tidk hanya berpengaruh pada prestai akademik, kesulitan belajar akan
berpengaruh pada interaksi sosial anak terseut.
a. Faktor internal
Rendahnya daya ingat
Terganggunya alat indra
Kebiasaan belajar
Minat
Motivasi
b. Faktor Eksternal
16
Faktor keluarga
Faktor sekolah
Faktor masyarakat
Jenis-jenis Gangguan Belajar Pada Anak ada tiga yaitu Kesulitan Belajar Membaca Atau
Disleksia,Diskalkulia dan Disgrafia.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kata sempurna tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah di atas agar lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Asdi
Mahasatya
Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Jogjakarta: Javalitera
Boarding School,SMA Dwiwarna. 2021. 7 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak.
https://www.smadwiwarna.sch.id/cara-mengatasi-kesulitan-belajar/
17
Anggraini, Ariska Puspita. 2020. Gangguan Belajar pada Anak: Jenis, Penyebab, hingga
Cara menanganinya: Kompas.com
https://amp.kompas.com/health/read/2020/02/19/103400768/gangguan-belajar-pada-anak-
jenis-penyebab-hingga-cara-menanganinya
Ghufron, M. Nur & Risnawita, Rini. 2015. “KESULITAN BELAJAR PADA ANAK:
Identifikasi Faktor yang Berperan”. Jurnal vol.3 no.2: STAIN Kudus & STAIN Kediri
18