Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LATAR BELAKANG KESULITAN BELAJAR


DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR/PENGAJARAN REMEDIAL

DOSEN PENGAMPU
Dr. NOVITAWATI, S. Psi., M.Pd.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 (KELAS 5F) PGSD

1. Siti Nurwahidah : 1710125120070


2. Veniy Octavia : 1710125220084
3. Yohan Adi Irawan : 1710125210086
4. Yuda : 1710125210087
5. Sri Astuti : 1710125320215
6. Surti : 1710125320218
7. Wahyu Nanda Wardana : 1710125310230

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2019

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT.Tuhan semesta alam, yang telah memberikan
petunjuk kepada kita semua untuk mengenal kebenaran dan mengikuti-Nya agar
terhindar dari cela dan siksa di dunia maupun di akhirat. Shalawat dan salam
selalu kita curah kan kehariban junjungan Nabi Besar Muhamad SAW, beserta
keluarga, sahabat, beserta pengikut beliau hingga akhir jaman.
Dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
yang terutama kepada Ibu Dosen Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd. dan sekaligus
pengasuh mata kuliah “Diagnosis Kesulitan belajar/Pengajaran Remedial“ yang
memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan makalah dengan judul
Latar Belakang Kesulitan Belajar“ sehingga dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami menyadari di dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan perlu
penyempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif,
guna penyempurnaan makalah nanti.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kita sebagai penulis dan umumnya pembaca, Aamiin ya rabbal
‘alamin.

Banjarmasin, 6 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Pengertian Kesulitan Belajar.....................................................................3

B. Latar Belakang Kesulitan Belajar.............................................................5

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar................................................5

D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar.............................................................8

BAB III PENUTUP...........................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................11

B. Saran.......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya dalam pencapaian tujuan pendidikan itu
sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika di
sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluargasendiri.Kesulitan belajar
tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.Hal
tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.Selain itu,
siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar.
Kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleh
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-
intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar, karena dalam rangka proses pembelajaran tidak semua
siswa mudah menerima dan merekam hasil dari suatu proses pembelajaran.
Kemampuan untuk menangkap pelajaran juga berlainan, tingkat usahanya pun
juga bervariasi, maka faktor waktu yang dibutuhkan oleh individu yang
berbeda juga akan berbeda untuk menguasai materi atau bahan yang sama.
Kualitas pengajaran turut menentukan ketuntasan penguasaan bagi para
siswa. Oleh karena itu, usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam
kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pengajaran lebih konkret, lebih
praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan
banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa.Diharapkan guru
mampu mengaplikasikan kesulitan belajar pada peserta didik dalam belajar
tersebut kegiatan belajar mengajar, sehingga setelah melakukan proses belajar
siswa akan mengalami perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Selain
itu, seorang guru atau orang tua juga dituntut untuk dapat memecahakan
permasalahan-permasalahan belajar yang dialami anak agar tidak mengganggu
perkembangan belajar anak.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian kesulitan belajar

2
2. Latar belakang kesulitan belajar
3. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
4. Cara mengatasi kesulitan belajar
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kesulitan belajar
2. Memahami latar belakang kesulitan belajar
3. Mengenal faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
4. Mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar
1.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesulitan Belajar
Definisi kesulitan belajar berasal dari negara pengembangannya, Amerika
Serikat. Pertama kali dikemukkan oleh The United States Office of Education
yang dikenal dengan Public Law (PL) 94-142 pada 1977 yang menyatakan
bahwa :
Kesulitan belajar khusus merupakan gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologis dasar mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa
ujaran atau tulisan. Gangguan ini mungkin tampak sebagai ciri bentuk
kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, mengeja atau
menghitung.Batasan ini meliputi kondisi seperti gangguan perceptual, luka
padtak, disleksia, dan atau afasia perkembangan. Batasan ini tidak mencakup
anak-anak yang memiliki masalah belajar yang disebabkan oleh gangguan
dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, tunagrahita, gangguan
emosional, dank arena kemiskinan ekonomi (dikutip oleh Heward &
orlansky,2002).

Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang
telah ditetapkan. bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak
antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang
dicapai oleh peserta didik (prestasi actual). Jadi, kesulitan belajar yang dialami
peserta didik tidak selalu disebabkan oleh intelegensi atau angka
kecerdasannya yang rendah.Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami
oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument,
dan lingkungan belajar.

Menurut Grossman kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana prestasi


tidak tercapai sesuai dengan kriteria standar yang ditetapkan. Blassic dan
Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi normal,
tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yangpenting dalam proses

4
belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi
motoriknya.

Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut


Warkitri dkk (1990) sebagai berikut :

(1) Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana


proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan.

(2) Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak


tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan
berbagai sebab sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi
intelektualnya.

(3) Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada


gejalaproses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun
anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera
ataupun gangguan psikologis yang lain.

(4) Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anakyang
memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar
yang dicapai tergolong rendah.

(5) Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan
anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan
kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.

5
B. Latar Belakang Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan.Namun
dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga,
kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara
seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada
umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata,
sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang
terabaikan.Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata”
(sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai
untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sisi kemudian timbullah
apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficuly) yang tidak hanya
menimpa oleh siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa ynag berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat
dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh
faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang
sesuai dengan harapan.

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Menurut Bary M Franklin dalam jurnalnya yang berjudul “the formation
of school subjects” pada tahun 2018. Menyatakan bahwa pada akhir tahun
1930-an sampai awal tahun 1940-an ada misskonsepsi tentang faktor
penyebab kesulitan belajar bahwa kesulitan belajar hanya disebabkan oleh
anak-anak yang mengalami cedera otak atau disfungsi neurologis lainnya
seperti keterbelakangan mental.

6
Bary M Franklin berpendapat bahawa anak yang mengalami kesulitan
belajar tidak hanya disebabkan oleh cedera otak, gangguan mental dan
disfungsi neurologi lainnya. Tetapi, kesulitan belajar juga bisa disebabkan
oleh faktor luar seperti perubahan ekonomi, sosial dan budaya yang begitu
pesat. (BM Franklin – The formation of school subjects,2018 –
taylorfrancis.com).
Kesulitan belajar tidak hanya terjadi pada jenjang sekolah dasar atau
menengah namun dapat terjadi pula pada orang tua.Hal ini sejalan dengan
Kereh, Subandar, & Tjiang (Wahyuni, 2017), kesulitan belajar matematika
dapat terjadi pada hampir setiap tahap/ jenjang selama masa sekolah peserta
didik, bahkan pada orang dewasa (mahasiswa).Beranekaragam tingkat
kesulitan yang dialami peserta didik mulai dari kurang paham terhadap konsep
sampai motivasi belajar yang rendah. Hal ini berpengaruh terhadap hasil
belajar yang diraih dan karakter yang tertanam jauh dari target dan harapan.
(e-journal.unipma.ac.id/index.php/jipm/article/view/1569)

Penyebab kesulitan belajar itu dikaitkan dengan faktor-faktor yang


berperan dalam belajar, maka penyebab kesulitan belajar itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual seperti
perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis
kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan
pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan (Fontana, 1981).
Sedang faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor
yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru,
kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa
hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun
lingkungan alam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang dikemukakan


oleh (Noehi Nasution, 1992)adalah sebagai berikut :

 Rendahnya kemampuan intelektual anak

7
 Gangguan perasaan atau emosi

 Kurangnya motivasi untuk belajar

 Kurang matangnya anak untuk belajar

 Usia yang terlampau muda

 Latar belakang sosial yang tidak menunjang

 Kebiasaan belajar yang kurang baik

 Kemampuan mengingat yang rendah

 Terganggunya alat-alat indra

 Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan

 Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

Suryabrata (1986) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar


dapat berasal dari luar diri siswa (ekstrinsik) dan dari dalam diri siswa
(intrinsik).Kedua faktor tersebut berinteraksi baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa.

(jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/article/view/431)

Secara umum, faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar adalah :

1. Faktor Internal

a. Motivasi belajar

Motivasi belajar yang rendah akan berpengaruh terhadap proses


belajar anak. Kemudian anak akan mengalami kesulitan untuk
menerima pelajaran. Motivasi belajar siswa masih berupa motivasi
belajar ektrinsik yang berasal dari rasa takut mereka akan amarah atau
hukuman dari guru dan takut mendapat nilai yang rendah.

8
b. Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda.


Apabila guru menyampaikan pembelajaran berbeda dengan kebiasaan
belajar anak tersebut, maka mereka akan lebih lambat untuk menerima
apa yang diajarkan. Misalkan, siswa sering belajar sembari menonton
televisi atau mendengarkan musik. Siswa lebih mudah memahami
materi dengan melakukan kegiatan sedangkan guru sering
menerangkan dengan cara ceramah. Sehingga, untuk menerima
pembelajaran yang diajarkan akan lebih lambat.

c. Sikap dalam belajar

Aspek afektif dalam sikap ditunjukkan saat pembelajaran. Mereka


mudah merasa bosan dan kurang menghargai proses pembelajaran
yang berlangsung. Maka mereka memilih untuk berbicara dengan
teman, bermain, dan mengganggu teman yang lain. Dengan sikap
seperti itu, maka apa yang disampaikan oleh guru tidak dapat ditangkap
olehnya sehingga hasil belajarnya menjadi kurang baik dan dapat
dikatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar.

d. Minat belajar

Minat belajar siswa juga menjadi penyebab kesulitan belajar.


Dengan pelajaran yang diminati siswa kemudian diberikan pelajaran
lain maka siswa akan tidak bersemangat dalam pelajaran serta hasil
belajarnya menajdi kurang baik.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan keluarga
Penciptaan suasana belajar dalam keluarga kurang kondusif
sehingga tidak mendukung keberhasilan belajar anak. Pendampingan
belajar dari orang tua dalam mengatasi materi yang sulit mereka
pahami juga kurang terlihat. Pola asuh orang tua yangditerapkan dan

9
kualitas atau perhatian hubungan antara orang tua dan anak juga
menjadi hal yang dapat membentuk perilaku.
Seperti menurut Feng Liang dalam jurnalnya yang berjudul
“translation neuroscience” tahun 2019 menyatakan bahwa
lingkungan keluarga memiliki pengaruh tertentu pada anak-anak
dengan kesulitan belajar baik itu kecerdasan verbal (VIQ), kecerdasan
kinerja (PIQ) dan kecerdasan skala penuh (FIQ). Kesulitan belajar
yang dialami anak karena pengaruh lingkungan keluarga sangatlah
berpengaruh bagi perkembangan anak. (F Liang, P Li – translational
neuroscience,2019 – degruyter.com).

b. Lingkungan masyarakat
Minat anak terhadap teman sebaya di lingkungan rumahnya sangat
tinggi. Contohnya, memiliki kebiasaan yang kurang baik. Mereka suka
bermain hingga larut malam. Sehingga juga memilki kebiasaan seperti
itu karena sering berteman dengan mereka, hasilnya adalah motivasi
dan semangat untuk belajar menjadi berkurang dan bahkan mereka
tidak dapat belajar dengan tenang karena hanya memikirkan bermain.
Apabila dalam lingkungan masyarakat tersebut terdapat kegiatan-
kegiatan yang baik dan bermanfaat maka tentu akan berpengaruh
terhadap individu siswa yakni memilki pengalaman belajar di luar
sekolah.

c. Lingkungan Sekolah

Kondisi lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan


belajar adalah tingkat kebisingan, kebersihan dan kondisi fisik sekolah
serta orang-orang yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut.

D. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Menurut Peng Peng dan Douglas Fuchs dalam jurnalnya yang berjudul
“journal of learning disabilities” tahun 2016, berpendapat bahwa anak-anak

10
yang menderita kesulitan belajar akan lebih lambat berkembang baik itu dari
pemahaman verbal atau pemahaman numeriknya. (P Peng, D Fuchs – journal
of learning disabilities,2016 – journal.sagepub.com)

Kemandirian belajar, dapat disimpulkan bahwa indikator kemandirian


belajar menurut Sumarmo (Purwasih, 2016) adalah: (1) berinisiatif belajar
dengan atau tanpa bantuan orang lain; (2) mendiagnosa kebutuhan belajarnya
sendiri; (3) merumuskan/memilih tujuan/target belajar; (4) memilih dan
menggunakan sumber; (5) memilih strategi belajar, dan mengevaluasi hasil
belajarnya; (6) bekerjasama dengan orang lain; (7) membangun makna; dan
(8) mengontrol diri. Adapun indikator yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah indikator yang disampaikan oleh Sumarmo (2014).

(http://e-journal.ivet.ac.id/index.php/matematika/article/view/528)

Untuk itu seorang guru harus bisa menangani dan membimbing anak yang
berkesulitan belajar. Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswanya.Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu
diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa
langkah penting yang meliputi:

1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan


hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa;
2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan;
3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching
(pengajaran perbaikan).

Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan


langkah selanjutnya, yakni melaksanakan program perbaikan.

a. Analisis Hasil Diagnosis

11
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan
belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan
khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui
secara pasti. Contoh: Cantika mengalami kesulitan khusus dalam
memahami konsep kata polisemi. Polisemi ialah sebuah istilah yang
menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih.Kata “turun”,
umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun
ranjang, turun tangan, dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata “naik”yang
juga dapat dipakai dalam banyak frase seperti: naik daun, naik darah, naik
banding, dan sebagainya.

b. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah

Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan


bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan
perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan
menjadi tiga macam, yaitu:

1) bidang kecakapan bermasalah yang dapat dltangani oleh guru sendiri;


2) bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan
bantuan orang tua;
3) bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh
guru maupun orang tua.

Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk
ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus-
kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang
termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini
dipandang tidak berketerampilan (unskilled people).Oleh karenanya, para
siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut
tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan
perawatan khusus.

c. Menyusun Program Perbaikan

12
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial
teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:

1) tujuan pengajaran remedial;


2) materi pengajaran remedial;
3) metode pengajaran remedial;
4) alokasi waktu pengajaran remedial;
5) evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran
remedial.
d. Melaksanakan Program Perbaikan

Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat


dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa
di mana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang
memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses
pengajaran perbaikan tersebut.

Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai


alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru
sangat dianjurkan mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan
dan penyuluhan. Selain ini, guru juga dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang
dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan
masalah kesulitan belajar siswa.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang
telah ditetapkan. Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor
internal) yang meliputi: kemampuan intelektual seperti perasaan dan percaya
diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan
belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti
melihat, mendengarkan, dan merasakan (Fontana, 1981). Sedang faktor yang
berasal dari luar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan
dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas
pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa
hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam. Cara mengenal anak yang memiliki kesulitan belajar adalah
dengan cara mengenali ciri-ciri kesulitan belajar. Apabila ciri-ciri kesulitan
belajar tersebut terdapat pada diri anak, maka dapat dikatakan bahwa anak
tersebut memiliki kesulitan belajar.

B. Saran
1. Peran orang tua harus mampu mengetahui sekecil apa pun masalah yang
dihadapi anaknya baik dalam kesulitan belajar agar, orang tua mau
berpartisipasi untuk membantu anak ketika dalam kesulitan belajar.
2. Peran guru agar mampu membantu anak yang mengalami kesulitan dalam
belajar.
3. Peran sekolah agar membantu siswa/siswi yang mengalami kesulitan
dalam belajar dan memberikan alternatif untuk membantu siswa yang
bermasalah.

14
Dengan demikian ke 3 komponen tersebut harus saling kerjasama dalam
membantu siswa yang bermasalah di kesulitan belajar agar siswa mampu
mengoptimalkan diri dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hendra, Surya. 2015. Cara Cerdas(Smart) Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta:


PT. Elex Media Komputindo

Abdurrahman,Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Runtukahu, T.J. & Kandou, S. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Wood, S., dkk. 2009. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media Group

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

https://books.google.co.id/books?
id=F5xjDwAAQBAJ&pg=PA276&dq=LATAR+BELAKANG+KESULI
TAN+BELAJAR&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwij4PPItrzkAhXEfSsKHX
FTCIQQ6AEILTAB#v=onepage&q=LATAR%20BELAKANG
%20KESULITAN%20BELAJAR&f=false

(Diakses Pada Hari Jum’at 6 September 2019 Pukul 22:49 WITA)

15
Feng Liang, Panpan Li. 2019. Characteristics Of Cognitive in Children with
Learning Difficulties. Journal of Translational Neuroscience. 10(1): 141-
146.

Bary M Franklin. 2018. The First Crusade For Learning Disabilities: The
Movement for The Education of Backward Children. Journal of The
Formation of School Subjects. 3(1): 190-209.

Peng Peng, Douglas Fuchs. 2016. A Meta-analysis of Working Memory Deficits


in Children with Learning Difficulties: Is There A Difference Between
Verbal Domain And Numerical Domain?. Journal Of Learning
Disabilities. 49(1): 3-20.

e-journal.unipma.ac.id/index.php/jipm/article/view/1569 (Diakses Pada Hari


Sabtu, 7 September 2019 Pukul 14:10 WITA)

jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/article/view/431 (Diakses Pada Hari Sabtu, 7


September 2019 Pukul 14:14 WITA)

http://e-journal.ivet.ac.id/index.php/matematika/article/view/528 (Diakses Pada


Hari Sabtu, 7 September 2019 Pukul 14:20 WITA)

Erika Ristiyani dan Evi Sapinatul Bahriah.2016.Analisis Kesulitan Belajar Kimia


Siswa Di SMAN X Kota Tangerang Selatan.Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran IPA.2(1): 18-29.

16
Indah Puspitasari,Ratna Purwasih,Adi Nurjaman.2017.Analisis Hambatan Belajar
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Program Linear.Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika.6(1): 39-46.

Lailatul Fajriyah,Evi Sri Risky,Ratna Purwasih,Wahyu Hidayat.2018.Analisis


Kemampuan Penalaran Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP
Pada Materi Persamaan Garis Lurus.Jurnal Of Mathematics
Education.2(1): 107-115

17

Anda mungkin juga menyukai