Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Al-Qur’an
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Psikologi Belajar

Dosen Pengampu : Asna Lutfa

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

Sii Nurjanah (21130018)


Umi Fatonah (...........)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan beribu- ribu
nikmat kepada kepada kita semua, mulai dari iman, islam dan ikhsan hinnga
kelompok kami bisa membuat makalah yang telah kami buat.
Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Patoni sebagai
dosen di mata kuliah Fikih Ibadah serta banyak terima kasih pula kepada teman-
teman semua yang telah menyemangati berjalannya makalah ini
Adapun tujuan disusunnya makalah kami adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Belajar yang berjudul Al-Qur’an dengan dosen yang kami
hormati sebagai pembimbing berjalannya pembuatan makalah ini kami ucapkan
banyak terimakasih.
Kelompok kami menyadari masih banayk kesalahan atau kekurangan dari
makalah kami karnanya kami menerima kritik dan saran dari ibu dosen serta
teman-teman semua sebagai pembaca makalah ini.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca serta
menjadi pengetahuan atau wawasan bagi semua pihak, khususnya Mahasiswa
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia. Aamiinn yaa rabbal ‘alamiinn. Terima
Kasih.

Depok, 10 Oktober 2022

i
Daftar Isi

Table of Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. Pengertian Al- Qur’an..................................................................................................3
B. Kandungan Isi Al-Qur’an.............................................................................................5
C. Dialah Lafadz Al-Qur’an terhadap Konsekuensi Hukum..........................................11
BAB III..............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................................13
Dafar Pustaka.....................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarga sendiri.
Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami
kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa
yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-
siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan
rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya
kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi
yang rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-
faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu
mendapt jaminan keberhasilan belajar, karena dalam rangka berbagai
macam cara dan bentuk, sesuai dengan yang diharapkan dan diusahakan
oleh makhluk.1

1
Manna’ Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Terj. Mudzakir AS., (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 2004), hlm. 1.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian kesulitan belajar?
2. Apa saja jenis-jenis kesulitan belaja?
3. Apa saja manifestasi kesulitan belajar?
4. Apa saja penyebab kesulitan belajar?
5. Bagaimana mendiagnosis siswa yang mengalami kesulitan belajar?

C. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui Pengertian kesulitan belajar
2. Mengetahui Jenis-jenis kesulitan belajar
3. Manifestasi kesulitan belajar
4. Mengatahui Penyebab kesulitan belajar
5. Mengetahui Langkah-langkah dalam mendiagnosis siswa yang
mengalami kesulitan belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang
untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun, dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa
itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang
terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita
pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan
rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang itu terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang
berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan
kapasitasnya.
Kesulitan belajar adalah suatu kelainan yang membuat individu
yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif
(Jamaris, 2014). Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar
apabila mereka mengalami kegagalan dalam mencapai tingkat pengusaan
materi atau tujuan pembelajaran tertentu dalam suatu waktu yang telah
ditetapkan.
Kesulitan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang sukar,
sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Berdasarkan dua
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah
gangguan yang dialami oleh sesorang terhadap proses belajarnya karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya sehingga berakibat pada prestasi
belajarnya. Kesulitan belajar dapat juga diartikan sebagai keadaan dimana

3
seseorang mengalami kesukaran dalam proses perubahan tingkah laku dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kesulitan belajar
juga bisa ditandahi ketika seseorang tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, sulitnya seseorang memahami materi pelajaran.

B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar


1. Perspektif Tugas-Tugas Perkembangan
a. Kesulitan dalam Pemusatan Perhatian
Ketidakmampuan menentukan pilihan perhatian perhatian akan
menyebabkan anak tidak memproses dengan cermat dan tidak focus.
Kesulitan dalam memecahkan perhatian mengakibatkan anak sulit
mengalihkan perhatian terhadap hal lain yang penting. Hal ini menjadi
penyebab masalah penerimaan informasi dan kesulitan belajar.
Kesulitan perhatian mencakup kesulitan memusatkan perhatian dan
kesulitan menghentikan perhatian.
b. Kesulitan dalam Mengingat
Kesulitan dalam mengingat apa yang telah dilihat dan didengar
atau apa yang telah dialami, merupakan faktor penyebab kesulitan
dalam berpikir. Kesulitan dalam mengingat akan menyebabkan
kesulitan dalam melakukan proses berpikir dan selanjutnya akan
menyebabkan kesulitan belajar.
c. Kesulitan dalam berpikir
kemampuan berpikir adalah kemampuan mengoperasikan
kemampuan kognitif yang mencakup kemampuan bertransformasi
konsep dan mengasosiasikan formasi konsep dalam memecahkan
masalah.
d. Kesulitan dalam bahasa
Secara umum anak yang mengalami kesulitan bahasa tidak dapat
berbicara seperti anak-anak sebayanya dan tidak dapat merespon secara
tepat terhadap berbagai pernyataan verbal seperti sapaan, perintah dan
permintaan.

4
e. Kesulitan dalam persepsi dan perseptual motor
Anak yang mengalami kesulitan persepsi tidak dapat memahami
petunjuk arah dijalan, tidak dapat memahami kata tertulis, dan simbol-
simbol visual lainnya. Ia tidak dapat memahami arti dari suatu gambar
yang dilihatnya atau suara yang didengarnya.
2. Pengolahan Informasi
a. Mengintegrasikan input informasi
Siswa yang mengalami kesulitan mengintegrasikan input informasi
akan mengalami kesulitan dalam bercerita dengan urutan yang benar dan
tidak dapat mengingat informasi sesuai dengan urutannya.
b. Menyimpan Informasi
Penyimpanan informasi erat hubungannya dengan ingatan baik jangka
pendek ataupun jangka panjang.
c. Memberikan respon yang sesuai dengan informasi yang diterima
Kesulitan dalam memberikan respons terhadap informasi yang
diterima melalui bahasa disebabkan oleh kesulitan dalam berbahasa secara
lisan. Kesulitan dalam memproses informasi dapat menyebabkan kesulitan
berbahasa lisan. Hal yang sama dapat terjadi dalam menulis dan
menggambar.

3. Perspektif Aktivitas Belajar


a. Learning Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah
terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut
gerakan lemah-gemulai

5
b. Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat
dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai dengan baik.
c. Underachiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau
rendah.
d. Slow Leaner
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

C. Manifestasi Kesulitan Belajar


Anak yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai gejala
yang dimanifestasikan dalam perilakunya. Sehubungan dengan itu
beberapa gejala yang merupakan manifestasi yang berlaku umum anatara
lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

6
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada siswa
yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilaiyang diperolehnya selalu
rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan
kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, aeperti membolos, datang
terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luat
kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,
mudah tersinggung,
pemarah, dan sebagainya. Misalnya dalam menghadpi nilai rendah,
tidak menunjukkan
perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

D. Penebab Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,
mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat
dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar terdiri atas dua macam.

7
1. Faktor internal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
muncul dari dalam siswa
sendiri.
2. Faktor ekternal siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari luar diri
siswa.
Para ahli seperti Cooney et al (1975), Widdiharto (2008) dan Nurwidodo
(2011) telah mengidentifikasikan dan menggolongkan faktor penyebat
kesulitan menjadi lima yaitu :
1. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang
sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga
proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak sempurna.
Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat
tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti
kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat
tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
a. Kerusakan yang terjadi pada susunan syaraf pusat
Salah satu penyebab dari kesulitan belajar adalah karena disfungsi otak
yang terjadi secara minimal atau minimal brain dysfunction. Oleh sebab
itu, otak merupakan perangkat yang penting dan berpengaruh terhadap
keberhasilan manusia dalam melakukan berbagai kegiatannya, termasuk
kegiatan belajar. Otak merupakan pusat sistem syaraf.
b. Ketidakseimbangan biokimia
Zat pewarna dan penyedap makanan yang terdapat pada berbagai jenis
makanan yang dimakan anak merupakan penyebab kesulitan belajar dan
hiperaktif pada anak. Zat pewarna non alami/artfisial menyebabkan reaksi
kurang baik dalam sistem syaraf.
c. Ketirunan / Genetik

8
Hasil penelitian Lovitt membuktikan bahwa dyslexia disebabkan oleh
faktor genetic. Sementara penelitian Hermann menyimpulkan bahwa
kesulitan membaca, mengeja, dan kesulitan menulis berhubungan dengan
faktor genetic.
d. Nutrisi
Gula, khususnya gula yang terkandung di dalam minuman dan makanan
yang telah dikemas di dalam kaleng merupakan penyebab hiperaktif pada
anak. Kekurangan vitamin juga dapat berpengaruh pada belajar kelainan
perilaku.
e. Pengaruh teratogenic (zat kimia/obat-obatan)
Yaitu pengaruh zat-zat kimia seperti alcohol, rokok, dan limbah
kimia serta obat-obatan. Selain lima faktor diatas, menurut Nurwidodo
(2011) secara sistematis beberapa gangguan fisik yang dapat menyebabkan
kesulitan belajar adalah sebagai berikut.
a. Ganggungan Penglihatan dan pendengaran
Gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran, baik yang ringan
maupun sedang, terlebih-lebih yang bersifat keseluruhan akan berpengaruh
besar terhadap keberhasilan belajar yang dicapai. Anak akan mengalami
hambatan dalam melakukan pengamatan dan menerima rangsang dari luar.
b. Gangguan perepsi
Beberapa kasus menunjukkan ada siswa yang sebenarnya dapat melihat
dan mendengar dengan baik. Setelah ransang yang ditangkap itu dibawa
ke otak oleh urat syaraf sensoris terganggu oleh mekanisme penafsiran
atau persepsi gambaran. Akibatnya anak salah menafsirkan informasi.
c. Anggota badan yang kurang sempurna.
Bila seorang siswa memiliki cacat pada tubuhnya akan mempengaruhi
proses dan hasil belajarnya.
d. Kondisi fisik yang bersifat temporer (sementara)
Keadaan jasmani yang bersifat temporer (sementara) yang dapat
mengganggu proses dan hasil belajar diantaranya yaitu kelelahan,
pengaruh makanan, pengaruh obat tertentu, dan kesehatan.

9
2. Faktor Sosial
Yaitu faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di
rumah. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya
akan berbeda dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau
anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan
orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan
terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan
belajar anak.
Faktor sosial siswa juga meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya
dibagi menjadi 3 macam:.
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group)
yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.
3. Faktor Emosional dan Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai
perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui
bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa
aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikologis ini adalah
intelligensi yang dimiliki oleh anak. Selain IQ factor psikologis yang dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat,
minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam
belajar.
4. Faktor Intelektual (Kecerdasan / Intelegensi)
Siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan oleh faktor
intelektual, umumnya kurang berhasil dalam menguasai konsep atau

10
prinsip walaupun telah berusaha mempelajarinya. Anak yang memiliki IQ
cerdas (110 – 140), atau genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk
memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong
sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun
juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ
dibawah 90 atau bahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami
kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru
perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya.
5. Faktor Pedagogis/Kependidikan
Di antara penyebab kesulitan belajar siswa yang sering dijumpai adalah
faktor kurang
tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologi.
Selain itu kondisi dan
situasi yang ada di sekolah dapat pula menimbulkan kesulitan belajar bagi
siswa. Keadaan
sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar antara lain:
a. Strategi pengajaran
teknik mengajar yang tidak cocok dengan gaya belajar siswa, penyajian
bahan
pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan anak, gaya mengajar yang
monoyon akan
membuat anak bosan. Adanya tuntutan sekolah dan upaya mengajarkan
sesuatu yang tidak
sesuai dengan tahapan perkembangan anak dapat menimbulkan kesulitan
belajar.
b. Media dan sumber belajar
Kurangnya media belajar serta sumber belajar akan membatasi
kesempatan anak untuk
belajar.
c. Situasi Sekolah

11
Faktor situasi dan lingkungan sekolah yang kurang menguntungkan
diantaranya suasana
yang gaduh karena dekat pabrik, dekat jalan raya, pasar, mall, penataan
ruang kelas yang tidak rapi atau sekolah yang tidak memiliki cukup
halaman untuk bermain akan mudah mengganggu konsentrasi dan suasana
belajar.
d. Pengelolaan sekolah
Permasalah pengelolaan sekolah mungkin tidak berpengaruh langsung
terhadap hasil belajar, tetapi berbagai hal yang terkait dengan pengelolaan
personel, keuangan yang tidak baik akan mempengaruhi semangat belajar
anak.
e. Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah yang tidak memadai akan mempengaruhi semangat
belajar siswa.
f. Teknik Evaluasi
Penggunaan teknik evaluasi yang tidak tepat dapat membuat anak malas
dalam belajar.
Misalnya penilaian didasarkan suka dan tidak suka dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana anak didik tidak
dapat menyerap pelajaran dengan sebagaimana mestinya. Faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik.

12
Sedangkan, faktor eksternal berasal dari luar peserta didik. Macam-macam
kesulitan belajar terdiri dari lima yaitu : Learning disorder, Learning
disfunction, Underachiever, Slow learner, Learning disabilities. Terdapat
tujuh karakteristik dan manifestasi untuk mendiagnosis kesulitan belajar
pada diri siswa. Diagnosis adalah keputusan atau penentu mengenai hasil
dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
jenis kesulitan yan dialami siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan
adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang
diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan
belajar.

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai calon seorang guru yang memegang
peranan penting dalam proses pembelajaran, seharusnya dapat mengerti
perilaku maupun karakteristik siswa agar kita dapat mengetahui jika siswa
tersebut mengalami jenis kesulitan belajar yang mana sehingga kita dapat
mencegahnya atau berupaya membantunya untuk meminimalisir kesulitan
belajar yang dihadapinya.
.

13
Dafar Pustaka

Cooney, T.J., Davis, E.J. & Henderson, K.B. 1975. Dynamics of Teaching
Secondary School
Mathematics. Boston: Houghton Mifflin Company.
Demanik, Eric.son. 2014. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Menurut Ahli.
Husamah, Pantiwati, Y, Restian, A & Sumarsono,P. 2018. Belajar dan
Pembelajaran.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Jamaris, M. 2014.Kesulitan Belajar: Prespektif, Asesmen, dan
Penanggulangannya bagi Anak
Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Gahlia Indonesia
Nurwidodo. 2011. Perkembangan Belajar Peserta Didik SD: Bahan ajar Cetak.
Jakarta:
Ditnaga DIKTI

14
15

Anda mungkin juga menyukai