Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Asesmen kesulitan belajar


(teknik pengumpulan data dan analisisnya)
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Atot Sugiri M. Pd.I.
Disusun Oleh :
Siti Nurmala
60403070121103

PGSD
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP BINA MUTIARA
Jl .pembagunan jl.selakaso kulon,pasirhalang ,kec.sukaraja,kabupaten sukabumi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga tugas mata kuliah Pendidikan psikologi Pendidikan yaitu membuat makalah
yang berjudul ” Asesmen kesulitan belajar: teknik pengumpulan data dan
analisisnya)” ,dapat tersusun sampai dengan selesai.
Adapun tujuan dari penulisan untuk memenuhi Tugas dari mata kuliah
pendidikan psikologi Pendidikan yang diampu bapak Dr.Atot Sugiri M.Pd.I. untuk
itu saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman . Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa saya
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lengkong, 17 Januari 2022


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I..................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................................................1

BAB II.................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.................................................................................................................2

BAB III...............................................................................................................................3

PENUTUP...........................................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak kasus anak ditemukan di sekolah, dari sekian banyak kasusanak atau masalah
anak-anak di sekolah adalah masih ditemukannya anak yang mengalami kegagalan
dalam belajar, tidak memiliki prestasi yang baik dalam belajar bahkan gagal dalam
mengikuti pembelajaran di sekolah. Anak-anak yang demikian seringkali didentikan
sebagai anak bodoh. Pada awal-awal anak mengikuti pendidikan ditandai dengan kesulitan
berbahasa,
tidak mampu atau mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis dan berhitung.K
esulitan belajar anak seringkali ditumpahkan sebagai masalah internalanak secara
personal. Kekurang pahaman guru dan orangtua pada masalahyang dihadapi anak
seringkali dirasakan guru dan orangtua sebagai
ketidak mampuan anak mengikuti pembelajaran di kelas. Anak sering kalidigeneralisasi
dan dianggap sama antara satu anak dengan anak yang
lainnya.Keberagaman peserta didik yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan
dampak pada berbagai masalah belajar seorang anak. Banyak anak yang merasa frustasi,
tertekan dan tidak mampu keluar dari masalahyang dihadapinya.dengan instrument
identifikasi dan asesmen yang dapat dibuat dandikembangkan oleh guru akan memberikan
gambaran bagaimana guru danorangtua mengenali masalah belajar anak. Kesulitan belajar
bukan semata-mata hanya masalah anak, tetapi juga harus menjadi perhatian dan
masalahyang harus dipecahkan oleh guru, sekolah dan orangtua. Peran guru, sekolahdan
orangtua erupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam memfasilitasianak berkesulitan
belajar.Pada orangtua anak yang mengalami kesulitan belajar umumnyamemiliki asumsi
dan merasa bahwa anaknya kurang pintar dan dapat belajar bersama teman lainnya di
kelas, gagal dalam belajar. !idak memiliki masalah"

secara fisik karena mereka memiliki indra yang lengkap. mereka dapat melihat, dapat
mendengar, dapat berbicara dan memiliki organ fisik yanglengkap. hal ini ditunjang
dengna asumsi bahwa anak berkesulitan
belajar adalah anak yang memiliki hambatan dari segi kemampuan komunikasi
%bahasa, berhitung, membaca dan menulis.
Anak berkesulitan belajar selain memiliki hambatan dalam belajar, mereka masih memilik
i potensi dalam bidang lain seperti seni dan olahraga yang perlu dioptimalkandalam
pembelajaran.engan kondisi seperti ini anak berkesulitan belajar mamiliki masalahdan
kebutuhan belajar yang berbeda satu dengan lainnya. Kondisi anak unik akan sangat
mempengaruhi model program, strategi pembelajaran, sumber-sumber yang dibutuhkan,
anggota komunitas dimana anak itu berada danakti&itas belajar dan sosial anak.'uru
idealnya melakukan asesmen dan dengan hasil asesmen yangdilakukan sorang guru dapat
diketahui faktor penyebab anak mengalamikesulitan belajar dapat yang secara umum
dapat dibedakan dalam dua fator utama yaitu yang bersifat internal dan eksternal. (aktor
internal
kesulitan belajar lebih disebabkan oleh faktor atau masalah yang terkait langsungdengan
perkembangan anak, sedangkan faktor eksternal lebih disebabkanoleh kondisi sosial
psikologis ataupun ekonomi yang kurang memberikankesempatan pada anak untuk belajar
dan berkembang secara optimal

.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa assesmen dari kesulitan belajar ?
2. Apa saja tekhnik pengumpulan data dan analisisnya ?
1.3 Tujuan
Agar penulis mampu
1. Mengetahui Apa assesmen dari kesulitan belajar?
2. Mnegetahui Apa saja tekhnik pengumpulan data dan analisis dalam kesulitan
belajar

BAB II
PEMBAHASAN

Kesulitan Belajar, Lupa dan Kejenuhan Belajar


A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Menurut para ahli kesulitan belajar diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran di sekolah. Jadi kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu
mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh guru. Kesulitan belajar siswa ini jangan
dibiarkan berlarut-larut oleh guru, tetapi harus segera diketahui dan diatasi oleh guru, tentunya
berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:
 Learning Disorder (kekacauan belajar) adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
 Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat indera, atau gangguan psikologis lainnya.
 Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
 Slow Learner (lambat belajar) adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf
potensi intelektual yang sama.
 Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar) mengacu pada gejala dimana siswa tidak
mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

2. Gejala-Gejala Kesulitan Belajar Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar


dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau
menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti:
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian,
sering termenung, hiperaktif, sering membolos. Meskipun perilaku menyimpang dapat merupakan
indikasi adanya kesulitan belajar, namun tidak semua perilaku menyimpang dapat disamakan dengan
munculnya kesulitan belajar. Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan belajar yang
paling jelas. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, tugas rumah serta
ulangan yang ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah. Nilai-nilai rendah yang dicapai
siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi
siswa.
3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Secara umum, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar itu terdiri atas dua macam, yaitu:
1. Faktor Intern Siswa Yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,
diantaranya:
a. yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;
b. yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c. yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alatalat indera
penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor Ekstern Siswa Yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa, diantaranya:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu,
dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh, dan
teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor
yang bersifat umum di atas, ada juga faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan
belajar pada siswa, yaitu faktor khusus seperti sindrom psikologis berupa “learning
disability” (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul
sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan
belajar itu.
Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca. Disgrafia (dysgraphia),
yakni ketidakmampuan belajar menulis.  Diskalkulia (dyscalculia), yakni
ketidakmampuan belajar matematika. Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom
di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang
menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain
dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
4. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Usaha untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi
siswa harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis dan remedies yaitu melalui proses
pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan
remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan belajar siswa benar-benar dapat
diatasi. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara
sistematis dan terarah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi Adanya Kesulitan Belajar Pada langkah pertama ini guru harus
melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.
Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar tersebut tidak boleh berdasarkan
naluri belaka, tetapi harus berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman. Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah
tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar. Banyak
langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah
prosedur Weener&Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
a) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
b) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
c) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
e) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
2) Menelaah/Menetapkan Status Siswa Pada langkah kedua ini guru akan
menelaah/memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar, tujuannya adalah
untuk menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Untuk
memastikan jenis atau bentuk kesulitan masing-masing siswa dapat dilakukan dengan dua
cara:
 Dengan membandingkan hasil pencapaian/penguasaan TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
hasil belajar siswa dengan TIK yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Dengan cara ini
dapat ditetapkan bagian-bagian mana atau halhal apa saja dari konsep atau materi pelajaran
yang disampaikan guru yang sulit dikuasai oleh masing-masing siswa.
 Dengan menetapkan bentuk kesulitan mereka dalam proses belajarnya; apakah sumber
kesulitan tersebut terjadi pada waktu menerima atau pada waktu menyerap pelajaran.
3) Memperhatikan Sebab Terjadinya Kesulitan Pada tahap ketiga ini, guru harus berupaya
untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan belajar tersebut, yaitu dengan
menggunakan alat diagnostik kesulitan belajar. Alat tersebut dapat berupa tes diagnostik
dan tes-tes untuk mengukur kemampuan intelegensi, kemampuan mengingat, kemampuan
alat indera dan sebagainya yang erat kaitannya dengan proses belajar. Berdasarkan
informasi dari hasil tes tersebut dapat ditetapkan penebab kesulitan belajar, apakah karena
alat inderanya kurang baik; ingatannya lemah; kecerdasannya kurang; kuranmg matang
untuk belajar karena kurang menguasai konsep dasar yang dipelajari; kurang motivasi dan
sebagainya.
4) Mengadakan Perbaikan Pada tahap keempat ini, guru dapat bertindak untuk
mengadakan perbaikan guna mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Strategi
pelaksanaan yang ditempuh guru dalam mengadakan perbaikan ini harus dilakukan melalui
pendekatan psikologi didaktis, yaitu, Pertama, siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari
faktor kesulitan/kekurangan mereka. Kedua, mereka yakin kesulitan/kekurangan mereka dapat
mereka atasi. Ketiga, siswa dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan
kondisi kesulitan yang mereka alami.
. Autisme pada dasarnya adalah suatu kelainan biologis pada penyandangnya. Pada saat ini
autisme dikategorikan sebagai “biological disorder”, dalam arti bahwa autisme bukan
merupakan gangguan psikologis. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa autisme adalah suatu
gangguan perkembangan karena adanya kelainan pada sistem saraf penyandangnya
(neurological or brain based development disorder). Autisme dapat terjadi pada siapa pun,
tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Sampai
saat ini, penyebab GSA belum dapat ditetapkan. Negara-negara maju yang sanggup
melakukan penelitian menyatakan bahwa penyebab autisme adalah interaksi antara faktor
genetik dan mungkin berbagai paparan negatif yang didapat dari lingkungan. Kelainan ini
menimbulkan gangguan, antara lain gangguan komunikasi, interaksi sosial, serta keterbatasan
aktivitas dan minat. Autisme pada saat ini sudah dikategorikan sebagai suatu epidemik di
beberapa negara. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain terapi perilaku,
terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, dan pendidikan
khusus. Beberapa dokter melakukan penatalaksanaan penanganan biomedis dan diet khusus.
Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu,
sampai terapi dengan lumba-lumba, juga sering ditawarkan.

2 . TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

1. Tes Diagnostik Kesulitan Penyelesaian Masalah


Tes yang digunakan dalam penelitian ini tes formatif yang dapat digunakan
untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. Tes ini digunakan bertujuan untuk
menentukan letak kesalahan atau kesulitankesulitan apa saja yang dialami siswa
dalam menyelesaikan masalah.
Jenis tes yang digunakan oleh peneliti berupa tes uraian yang berisi soal non rutin.
Soal tes diagnostik kesulitan menyelesaikan masalah persamaan dan fungsi kuadrat
dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada indikator kesulitan menyelesaikan
masalah. Adapun indikator kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori penyelesaian masalah menurut
Polya.
2. Angket (Kuisioner)
Angket atau kuisioner digunakan untuk menyebut metode maupun instrumen. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden dalam hal ini yaitu siswa untuk
dijawab dengan jujur. Peneliti menggunakan angket supaya mengetahui jawaban
siswa dengan meneliti gaya belajar yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran
di kelas maupun di rumah masing-masing.
3. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dengan narasumber yaitu peserta didik.
Wawancara juga disebut sebagai percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan
terwawancara (interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan diajukan.
Wawancara ditujukan untuk sumber data yang terlibat. Wawancara yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah indepth interview (wawancara mendalam). Dalam hal ini,
peneliti memilih siswa sebagai sumber data untuk menguatkan data kesulitan siswa
dalam menyelesaikan masalah
4. Triangulasi Data
Triangulasi data diartikan sebagai teknik pengecekan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data.
Triangulasi dibedakan menjadi tiga macam, yakni triangulasi teknik,
triangulasi sumber, dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi waktu yang berarti
cara melakukan pengecekan dengan suatu teknik dalam waktu atau situasi yang
berbeda.
Dari hal tersebut, untuk menguji keabsahan supaya data yang dikumpulkan
akurat serta mendapatkan makna langsung terhadap tindakan di dalam penelitian,
maka peneliti menggunakan triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara
membandingkan data hasil angket, tes, dan data hasil wawancara pada sumber yang
sama sehingga menjadi bukti penelitian yang kredibel.

3. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data merupakan suatu proses dalam mencari maupun menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan dan wawancara dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
dan orang lain.
analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Milles dan Hubberman
yaitu analisis naratif. Selain itu, dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan
data kuantitatif berupa persentase dan tabel hanya sebagai pelengkap. Pemanfaatan
data dalam bentuk persentase, tabel sederhana pada dasarnya sudah menjadi bagian
dari pemanfaatan data statistik namun dalam pengertian sederhana atau dalam arti
sempit (statistik deskripstif). Antara statistik deskriptif dengan metode penelitian
kualitatif keduanya saling membutuhkan atau saling melengkapi. Hasil analisis
kualitatif ini akan kurang lengkap jika tidak disertai data statistik deskriptif dalam hal
ini berupa data persentase kesulitan dan tabel gaya belajar siswa.

Tahapan-tahapan teknik analisis data yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Data Pada saat di lapangan peneliti memperoleh berbagai data, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah
data yang diperoleh semakin banyak, rumit, dan kompleks. Dari hal tersebut, sangat
perlu untuk melakukan proses analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,. memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya, serta membuang yang tidak diperlukan.Dalam hal
ini, data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas,
mempermudah peneliti untuk melakukan proses pengumpulan data selanjutnya, serta
mencarinya apabila diperlukan. Data yang direduksi dalam hal ini yakni dilakukan
dengan cara merangkum hasil kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes diagnostik
persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat yang telah diberikan serta mereduksi data
tentang gaya belajar
2. Penyajian Data Setelah data direduksi, kemudian langkah selanjutnya yaitu
menyajikan data. Pada penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Menurut Milles and Huberman yang paling sering digunakan dalam menyajikan data
dalam penelitian kualitatif yakni berupa teks naratif. Dengan menyajikan data, maka
akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kegiatan
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami oleh peneliti. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan penyajian data yang telah diperoleh dalam bentuk deskripsi, yakni
mendeskripsikan kesalahan dan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
menyelesaikan masalah persamaan dan fungsi kuadrat serta menyajikan angket gaya
belajar siswa.
Untuk lebih jelasnya, peneliti melakukan penyajian data dengan cara sebagai
berikut :
a. Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang telah dipilih sebagai subjek
penelitian.
b. Menyajikan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap siswa yang
menjadi subjek penelitian.
c. Mengamati kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dari hasil tes diagnostik
dan wawancara.
d. Menyajikan beberapa angket yang telah dilakukan untuk mengetahui gaya
belajar terhadap siswa yang menjadi subjek penelitian.
e. Membandingkan data-data yang diperoleh (triangulasi data).
3. Mengambil Kesimpulan (Verifikasi)
Menurut Miles and Hubermand langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik ini
untuk menarik kesimpulan dari berbagai informasi yang telah diperoleh mengenai
kesalahan dan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan masalah
persamaan dan fungsi kuadrat.
Peneliti dalam proses verifikasi melakukan beberapa langkah, yakni sebagai berikut:
a. Mengelompokkan data-data yang sejenis.
b. Menarik kesimpulan dari data yang diperoleh menggunakan triangulasi data.
c. Metode triangulasi data dengan proses penguatan data yang diperoleh dari
berbagai teknik pada sumber yang sama sehingga menjadi bukti penelitian yang
kredi

KESIMPULAN
Kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang
diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. , untuk menguji keabsahan
supaya data yang dikumpulkan akurat serta mendapatkan makna langsung terhadap
tindakan di dalam penelitian, maka peneliti menggunakan triangulasi teknik yang
dilakukan dengan cara membandingkan data hasil angket, tes, dan data hasil
wawancara pada sumber yang sama sehingga menjadi bukti penelitian yang kredibel.
kualitatif keduanya saling membutuhkan atau saling melengkapi. Hasil analisis
kualitatif ini akan kurang lengkap jika tidak disertai data statistik deskriptif dalam hal
ini berupa data persentase kesulitan dan tabel gaya belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

135 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatiof,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 335

136 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatiof,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 338.

137 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatiof,


Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 341

138 Ira Nofitasari dan Yuliana Sihombing, “Deskripsi Kesulitan Belajar Peserta
Didik dan Faktor Penyebabnya dalam Memahami Materi Listrik Dinamis Kelas
X SMA Negeri 2 Bengkayang”, Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA).
Vol. 7 No. 01, Juni 2017, hlm. 47.
Nurmalasari azizah, ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMK MA’ARIF NU 1 CILONGOK
KABUPATEN BANYUMAS, NURMALASARI AZIZAH_ANALISIS
KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT DITINJAU DARI GAYA
BELAJAR SISWA SMK MA'ARIF NU 1 CILONGOK KABUPATEN
BANYUMAS.pdf (iainpurwokerto.ac.id) di akses pada : purwokerto 20201

Anda mungkin juga menyukai