Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

JENIS-JENIS MASALAH SISWA DI BERBAGAI


TINGKAT SEKOLAH (TK, SD, SLTP/SLTA)

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling


Dosen Pengampu :
Drs. Sugiyarta Stanislaus, M. Si.

Disusun Oleh:

Frida Afra Adhani/4001421110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " JENIS-JENIS MASALAH SISWA DI
BERBAGAI TINGKAT SEKOLAH (TK, SD, SLTP/SLTA) " dengan tepatwaktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Bimbingan Konseling bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.
Sugiyarta Stanislaus, M. Si selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 19 Oktober 2022

Frida Afra Adhani


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara Naluriah, Kodrati, Fitrohnya Manusia adalah makhluk social memerlukan orang lain
dalam kehidupannya tanpa sesamanya manusia tidak akan bisa hidup. pada mulanya manusia
berada dalam satu lingkungan social yang kecil adam dan hawa, semakin berkembangnya umat
manusia menyebar kemana-mana dengan kondisi fisik yang berbeda pula. dari uraian diatas
diketahui memberikan diskripsi manusia secara sistematis bahwa manusia berada dan
berhubungan dengan sesamanya dalam pola- pola tertentu sebagai individu yang berhubungan
dengan individu lain, yang berhubungan dengan kelompok; masyarakat,politik,social.
konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain.
konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya
saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
Untuk itu kita disini akan membahas tentang jenis-jenis masalah yang dihadapi individu
dan jenis-jenis bimbingan, agar kita dapat mengetahui masalah –masalah yang dihadapi oleh
peserta didik (siswa) dan juga mengetahui jenis-jenis bimbingan dalam penyuluhan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Apa saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah?
4. Bagaimana cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?

C. Tujuan
Dengan mempelajari tentang pengertian dan jenis-jenis masalah,diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Menjelaskan pengertian masalah
2. Menjelaskan jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
4. Menjelaskan cara untuk membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang di hadapi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian masalah
Masalah adalah ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai
tidak terpenuhinya harapan sesuatu kebutuhan seseorang, ada pula yang mengartikan sebagai
sesuatu yang tidak mengenakan.
Prayitno (1985), memberikan batasan tentang masalah sebagai sesuatu yang :
a. tidak disukai adanya
b. menimbulakan kesulitan bagi diri dan orang lain
c. adanya keinginan untuk menghilangkannya.
Untuk merefleksikan pengertian tersebut, dapat dilihat dari kita sendiri. Apabila dalam diri ada
sesuatu yang tidak dikehendaki, tidak disukai atau berkenaan pada sendiri dapat menimbulkan
kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Jika ada maka dapat dikatakan dalam diri kita
ada masalah, masalah dapat dialami oleh siapa pun termasuk siswa sekolah dasar. Untuk itu
perlu diupayakan penanggulannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan
baik.
B.jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu
tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya,
anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985)
menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklasifikasikan atas:

1. kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi


yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi

masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan


belajar yang amat tinggi itu.
3. sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang

memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran


khusus.
4. kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam

belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.


5. bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan

kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka


menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-
hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah


Masalah yang dihadapi oleh siswa sekolah dasar tidak timbul begitu saja, tetapi ada
berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Apabila guru mampu
mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah yang dialami oleh siswa maka ia akan mampu
memberikan penanganan atau pencegahan sedini mungkin. Secara mudah, apabila dikaitkan
dengan penguasaan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai tidak tercapai. Keadaan ini
dilihat dari prilaku murid sehari-hari melalui aktivitasnya di sekolah saat ia mengikuti pelajaran
atau saat ia sedang bermain.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dihadapi
siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).

Faktor Internal
a. Keadaan fisik
Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang berkaitan dengan keadaan fisik, yaitu
sebagai berikut:
1. Keadaan indra persepsinya
Keberadaan indra merupakan penyebab langsung permasalahan pada siswa, misalnya siswa
yang mengalami gangguan pada indra penglihatan, akan muncul berbagai masalah yang
berkaitan dengan persepsi mata, pada gilirannya akan mengalami masalah dalam pembentukan
konsep melalui mata. Demikian pula halnya yang mengalami gangguan persepsi lewat telinga
persepsi lewat kulit (peraba, persepsi lewat pengecap, dan persepsi lewat alvaktorik (hidung).
Selain itu, mereka yang mengalami gangguan persepsi, sering mengalami gangguan
syaraf sensori dan syaraf motoriknya.
2. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan sumber permasalahan bagi siswa, misalnya anak yang terlalu
kecil karena perkembangan fisiknya terganggu, akan mengalami gangguan penyesuaian,
demikian pula halnya mereka yang terlalu besar. Kejadian ini sering menjadi sumber masalah
karena lingkungan anak sekitarnya yang mengejek kehadirannya.
3. Kesehatan siswa
Kesehatan siswa merupakan penyebab permasalahan. Siswa yang kesehatannya terganggu
(sakit-sakitan) cenderung akan mempunyai banyak masalah dibanding dengan siswa yang
sehat. Anak yang sehat selalu akan segera ikut ambil bagian dalam kegiatan bermain,
sedangkan mereka yang sakit-sakitan cenderung pasif. Keadaan ini juga berakibat pada
keterlibatan anak dalam kegiatan belajar-mengajar.
b. Keadaan psikologis
Banyak sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan psikologis anak, di antaranya
sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi)
2. Kurangnya pengalaman berfantasi
3. Kurangnya perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di sekolah maupun di
lingkungan anak.
4. Bakat yang tidak sesuai dengan lingkungan anak.
5. Tidak adanya minat dalam diri anak.
6. Sikap yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
7. Tidak adanya kemauan dalam diri anak.
c. Pemenuhan gizi (nutrisi)
Banyak permasalahan yang timbul karena keadaan nutrisi/gizi anak tidak baik. Pengaruh
langsung dari malnutrisi adalah tidak tercapainya derajat kesehatan anak. Hal ini akan
menimbulkan berbagai gangguan, misalnya mudah lelah, mudah sakit, dan tidak ada
konsentrasi. Kekurangan protein dapat berakibat langsung terhadap kecerdasan anak,
avitaminosis dapat berakibat kebutaan, dan vitaminosis yang lain akan muncul berbagai
gangguan dalam kesehatan anak.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mengakibatkan timbulnya permasalahan bagi anak adalah lingkungan
tempat anak berada. Secara garis besar ada tiga macam lingkungan anak, yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang sering menyebabkan masalah.
Masalah yang sering timbul dari lingkungan ini, di antaranya adalah:
1. Keadaan status ekonomi keluarga
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan
hidup anak. Keadaan ini cenderung akan menuntut anak untuk membantu dalam memnuhi
kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani kegiatan ekonomi ini, yang pada
gilirannya terganggu kegiatan belajarnya.

2. Perhatian orang tua


Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah anak. Makin
besar anak sebenarnya perhatian orang tua makin diperlukan, hanya variasinya makin banyak,
dan caranya berbeda. Kenakalan anak salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian
orang tua.

3. Harapan orang tua


Harapan orang tua sering menimbulkan masalah bagi anak orang tua yang mempunyai harapan
yang terlalu tinggi terhadap anak, apabila tidak sesuai dengan kemampuan anak justru
menimbulakan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini karena terjadi tuntutan yang lebih
dari orang tua, sementara anak tidak mampu memenuhinya, akhirnya terjadi kompensasi pada
diri anak, demikian pula halnya, bila orang tua harapannya terlalu rendah juga berakibat tidak
adanya motivasi berprestasi bagi anak itu sendiri.

4. Hubungan keluarga yang tidak harmonis


Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis dapat berupa perceraian orang tua, hubungan
antar anggota keluarga yang tidak saling perduli, dan sebagainya. Keadaan ini dapat berakibat
anak menjadi tidak betah berada di rumah, apabila ini berkelanjutan, dapat merupakan faktor
penyebab permasalahan yang serius.

b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sering merupakan sumber penyebab masalah, di antaranya adalah sebagai
berikut:

1. Kondisi kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan timbulnya masalah cukup serius bagi siswa.
Seyogyanya perubahan kurikulum diterapkan dengan cukup hati-hati dengan memperhatikan
aspek kesiapan siswa sebagai subyek belajar. Selain itu, isi kurikulum sendiri hendaknya benar-
benar sesuai dengan perkembangannya.

2. Hubungan guru dengan siswa


Jauhnya perbedaan antar guru dan siswa dari sisi usia sering menjadi masalah tersendiri bagi
siswa. Untuk itu hubungan antar guru dengan siswa terjalin hubungan akrab seperti halnya
hubungan antar bapak dan anak di rumah. Guru hendaknya memahami perbedaan antar
individu siswa.

3. Hubungan antar siswa


Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi penyebab hubungan antar siswa
kurang harmonis. Untuk itu, guru hendaknya cukup peka walaupun di sekolah diciptakan
kompetensi siswa, hendaknya guru lebih giat dalam membantu siswa untuk saling
menyesuaikan diri.

4. Iklim sekolah
Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah tersendiri bagi siswa. Adanya
persaingan antar siswa yang tidak sehat mendorong guru untuk selalu membantu dalam
membina kepribadian dan penyesuaian dirinya. Penekanan yang terus menerus untuk berhasil
akan berakibat munculnya sifat bohong, masa bodoh, kepatuhan pasif, hilangnya inisiatif dan
pengkhayal.

c. Lingkungan masyarakat
Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat menjadi sumber timbulnya
masalah. Lingkungan masyarakat yang baik, selalu mendukung kehadiran sekolah di
masyarakatnya sehingga sekolah dapat berkembang dengan baik. Namun, masyarakat yang
tidak mendukung terhadap kehadiran sekolah akan mengacau, pada gilirannya akan menolak
kehadiran sekolah tersebut. Masyarakat lingkungan sekolah yang sehat dapat menjadi sumber
belajar yang cukup baik.

D. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar


Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar antara lain:
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau
membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa,
pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran
perbaikan bisa juga disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi
yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan
dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang
diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman
kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana
dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).

2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau
beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah
dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan
belajar sebelumnya.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya
diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya,
kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan
dan kurang dihargai.

3. Peningkatan Motivasi Belajar


Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid meningkatkan motivasinya
dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan :
a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui
tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d. Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu
yang menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e. Menciptakan suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara
murid dengan murid.
f. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang
menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.
g. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

4. Peningkatan Keterampilan Belajar


Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :
a. Membuat catatan waktu guru mengajar.
b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
c. Menegrjakan latihan-latihan soal.

5. Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik


Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan
kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu
ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid.
Untuk itu murid hendaknya dibantu dalam hal:
a. Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
b. Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c. Mengataur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d. Memilih tempat belajar yang baik.
e. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian yang dapat dilakukan
guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah :
1. Membantu murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok
bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-
bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui
kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2. Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar
kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu mengetahuai
apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara
memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang
harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3. Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat
yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid
memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4. Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu
metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite,
Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5. Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6. Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya.
Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7. Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan
memindahkan tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk
murid (tidak terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa
kuku dan sebagainya.
8. Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental,
penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif
penyelenggaraan.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar sendiri merupakan
proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap
dan kebiasaan yang baik, menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan
pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam
sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid
yang mengalami keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam
belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar dan sering
tidak sekolah. Guru dapat mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah
belajar melaui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan
belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung sanagt kompleks karena
masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan, ada pula dari sebab yang
sama tetapi menimbulkan masalah yang berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal
yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah
belajar bisa dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar,
dan peningkatan keterampilan belajar.

Anda mungkin juga menyukai