Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEKNIK MEMAHAMI PERKEMBANGAN DAN


MASALAH ANAK SEKOLAH DASAR

DOSEN PENGAMPU : Evinna Cinda Hendriana, S.Pd., M.Pd

Kelompok 9 :
1. Nesa Elma ( 1138505200142 )
2. Paula Angelita Undai ( 1138505200157 )
3. Zuliaty ( 1138505200235 )

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
SINGKAWANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Teknik Memahami Perkembangan dan Masalah Anak Sekolah Dasar”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta
Kependidikan SD. Penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Evinna Cinda Hendriana,S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Kapita Selekta Kependidikan SD yang telah memberikan tugas Makalah
beserta PPT.
2. Semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Aamiin.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi serta dapat dijadikan
sebagai bahan pelajaran bagi kita semua tentang Teknik Memahami
Perkembangan dan Masalah Anak Sekolah Dasar. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Singkawang, 15 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

A. Jenis-Jenis Masalah dan Faktor Penyebabnya .......................................... 2

B. Teknik-Teknik Memahami Masalah Siswa ............................................ 11

BAB III PENUTUP............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan,
kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya. Selain
itu kita harus mengerti psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak
dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.
Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik. Salah satunya dengan tes. Tes yang digunakan
bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.
Selain itu, tes bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan
juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya.
Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai teknik memahami
perkembangan dan masalah anak sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah?
2. Apa saja jenis-jenis masalah siswa Sekolah Dasar?
3. Apa saja faktor penyebab yang mempengaruhi masalah siswa Sekolah
Dasar?
4. Bagaimana teknik memahami perkembangan masalah siswa Sekolah
Dasar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian masalah
2. Dapat mengetahui jenis-jenis masalah siswa SD
3. Dapat mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi masalah siswa
di SD
4. Mendeskripsikan bagaimana teknik memahami perkembangan masalah
siswa SD

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Masalah dan Faktor Penyebabnya


1. Pengertian Masalah
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan,
ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya sesuatu kebutuhan
seseorang, dan ada pula yang mengartikan sebagai sesuatu yang tidak
mengenakkan. Prayitno (1985), memberikan batasan tentang masalah sebagai
sesuatu yang (1) tidak disukai adanya, (2) menimbulkan kesulitan bagi diri
dan orang lain, dan (3) dan adanya keinginan untuk menghilangkannya.
2. Jenis-Jenis Masalah Siswa Sekolah Dasar
Masalah yang dialami siswa sekolah dasar dapat bermacam-macam
menurut corak dan ragamnya. Keragaman tersebut dapat pula dilihat dari
intensitas dan kuantitasnya. Secara intensitas, masalah siswa sekolah dasar
dapat bergerak dari masalah yang bersifat temporer (masalah ringan), sampai
pada tingkat yang sedang yang berupa neurosis, dan berat yang berupa
psikosis. Pada kesempatan ini masalah yang dipaparkan lebih berorientasi
pada kuantitasnya atau macamnya. Prayitno (1985) menyusun klasifikasi
masalah yang dihadapi siswa sekolah dasar menjadi enam klasifikasi sebagai
berikut.
a. Masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
b. Masalah keluarga dan rumah tangga.
c. Masalah-masalah psikologis.
d. Masalah-masalah sosial
e. Masalah kesulitan dalam belajar.
f. Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
Ahli lain, Rice (Shertzer dan-Stone, 1974) menggolongkan masalah-
masalah yang dialami siswa Sekolah Dasar dalam enam kategori, yaitu
sebagai berikut.

2
a. Masalah-masalah emosional, yaitu gelisah, aktivitas berlebihan, tidak
matang, impulsif, murung.
b. Kelemahan intelektual, misalnya tidak dapat memusatkan perhatian,
kemampuan rendah, lemah ingatan, syaraf penerimaan tidak berfungsi
dengan baik, kebiasaan buruk dalam belajar, dan hasil belajar rendah.
c. Kurang motivasi, termasuk kurang semangat, sikap tidak baik, frustrasi
dan kurang minat belajar.
d. Kerusakan moral, seperti pendusta, bicara porno, sembrono, mencuri,
nilai-nilai belum berkembang.
e. Sakit jasmani, seperti sakit kronis dan kesehatan buruk.
f. Kesalahsuaian sosial, seperti tingkah laku anti sosial, agresif, konflik,
keterasingan, dan tingkah laku kasar.
Dari berbagai ahli tersebut, dapat kita buat klasifikasi masalah yang
berkaitan dengan perkembangan murid sekolah dasar sebagai berikut.
a. Masalah yang berkaitan dengan perkembangan fisik dan kesehatan, di
antaranya kecacatan, gangguan otot gerak, penyakit yang diderita,
status
kesehatan, dan gangguan indra.
b. Masalah yang berhubungan dengan belajar, di antaranya lamban
belajar, lemah belajar, kurang motivasi belajar, dan prestasi belajar
rendah.
c. Masalah-masalah emosional, di antaranya takut, mudah marah, depresi,
khawatir, dan pengecut.
d. Masalah-masalah moral, di antaranya bicara porno, menyontek,
berbohong, mencuri, menipu, dan lari dari tanggung jawab.
e. Masalah penyesuaian, di antaranya kejam, suka mengganggu, dan tidak
mau bekerja sama
f. Masalah-masalah kelompoknya.
g. Masalah yang berkaitan dengan keluarga dan rumah tangga.
h. Masalah kepribadian.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Masalah

3
Masalah yang dialami oleh siswa sekolah dasar tidak timbul begitu
saja, tetapi ada berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya masalah
tersebut. Apabila guru mampu mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah
yang dialami siswa maka ia akan mampu memberikan penanganan dan atau
pencegahan sedini mungkin. Secara mudah, apabila dikaitkan dengan
perkembangan yang seharusnya dicapai tidak tercapai. Keadaan ini dapat
penguasaan tugas perkembangan maka masalah timbul apabila tugas-tugas
dilihat dari perilaku murid sehari-hari melalui aktivitasnya di sekolah saat ia
mengikuti pelajaran atau saat ia sedang bermain. Secara garis besar, faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah yang dihadapi siswa dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa
(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).
a. Faktor Internal
1) Keadaan fisik
Ada tiga kelompok penyebab timbulnya masalah yang berkaitan
dengan keadaan fisik, yaitu sebagai berikut :
a. Keadaan indra persepsinya
Keberadaan indra sering merupakan penyebab langsung
permasalahan pada siswa, misalnya siswa yang mengalami
gangguan pada indra penglihatan, akan muncul berbagai masalah
yang berkaitan dengan persepsi mata, pada gilirannya akan
mengalami masalah dalam pembentukan konsep melalui mata.
Demikian pula halnya yang mengalami gangguan persepsi lewat
telinga persepsi lewat kulit (peraba), persepsi lewat pengecap, dan
persepsi lewat olvaktorik (hidung). Selain itu, mereka yang
mengalami gangguan persepsi, sering mengalami gangguan syaraf
sensori dan syaraf motoriknya.
b. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik sering merupakan sumber permasalahan
bagi siswa, misalnya anak yang terlalu kecil karena perkembangan
fisiknya terganggu, akan mengalami gangguan penyesuaian,

4
demikian pula halnya dengan mereka yang terlalu besar. Kejadian
ini sering menjadi sumber masalah karena lingkungan anak
sekitarnya yang mengejek tentang kehadirannya.
c. Kesehatan siswa.
Kesehatan siswa merupakan penyebab permasalahan. Siswa
yang kesehatannya terganggu (sakit-sakitan) cenderung akan
mempunyai banyak masalah dibanding dengan siswa yang sehat.
Anak yang sehat selalu akan segera ikut ambil bagian dalam kegiatan
bermain, sedangkan mereka yang sakit-sakitan cenderung pasif.
Keadaan ini juga berakibat pada keterlibatan anak dalam kegiatan
belajar-mengajar.
2) Keadaan psikologis
Banyak sumber permasalahan yang disebabkan oleh keadaan
psikologis anak, di antaranya adalah berikut ini.
a. Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi).
b. Kurangnya pengalaman berfantasi.
c. Kurangnya perhatian, konsentrasi terhadap kegiatan yang terjadi di
sekolah maupun di lingkungan anak
d. Bakat yang tidak sesuai dengan lingkungan anak.
e. Tidak adanya minat dalam diri anak.
f. Sikap yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
g. Tidak adanya kemauan dalam diri anak.
3) Pemenuhan gizi (nutrisi)
Banyak permasalahan yang timbul karena keadaan nutrisi/gizi
anak tidak baik. Pengaruh langsung dari malnutrisi adalah tidak
tercapainya derajat kesehatan anak. Hal ini akan menimbulkan berbagai
gangguan, misalnya mudah lelah, mudah sakit, dan tidak ada
konsentrasi. Kekurangan protein dapat berakibat langsung terhadap
kecerdasan anak, avitaminosis A dapat berakibat kebutaan, dan
avitaminosis yang lain akan muncul berbagai gangguan dalam
kesehatan anak.

5
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mengakibatkan timbulnya permasalahan
bagi anak adalah lingkungan tempat anak berada. Secara garis besar ada
tiga macam lingkungan anak, yaitu sebagai berikut.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang
seringmenyebabkan masalah. Masalah yang sering timbul dari
lingkungan ini, di antaranya adalah:
a. Keadaan status ekonomi keluarga
Dalam keluarga miskin cenderung timbul berbagai masalah
yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak. Keadaan ini
cenderung akan menuntut anak untuk membantu dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani kegiatan
ekonomi ini, yang pada gilirannya terganggu kegiatan belajarnya.
b. Perhatian orang tua
Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan
menimbulkan berbagai masalah anak. Makin besar anak sebenarnya
perhatian orang tua makin diperlukan, hanya variasinya makin
banyak, dan caranya yang berbeda. Kenakalan anak salah satu
penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua.
c. Harapan orang tua
Harapan orang tua sering menimbulkan sumber masalah bagi
anak Orang tua yang mempunyai harapan yang terlalu tinggi
terhadap anak, apabila tidak sesuai dengan kemampuan anak justru
menimbulkan masalah yang cukup serius bagi anak. Hal ini karena
terjadi tuntutan yang lebih dari orang tua, sementara anak tidak
mampu memenuhinya, akhirnya terjadilah kompensasi pada diri
anal- Demikian pula halnya, bila orang tua harapannya terlalu rendah
juga berakibat tidak adanya motivasi berprestasi bagi anak itu sendiri
d. Hubungan keluarga yang tidak harmonis

6
Hubungan keluarga yang tidak harmonis dapat berupa
perceraian orang tua, hubungan antaranggota keluarga yang tidak
saling peduli, dan sebagainya. Keadaan ini dapat berakibat anak
menjadi tidak betah berada di rumah. Apabila ini berkelanjutan,
dapat merupakan faktor penyebab permasalahan yang serius.
2) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sering merupakan sumber penyebab
masalah, di antaranya adalah berikut ini.
a. Kondisi kurikulum
Keadaan kurikulum yang sering berubah akan menyebabkan
timbulnya masalah cukup serius bagi siswa. Seyogianya perubahan
kurikulum diterapkan dengan cukup hati-hati dengan
memperhatikan aspek kesiapan siswa sebagai subjek belajar. Selain
itu, isi kurikulum sendiri hendaknya benar-benar sesuai dengan
perkembangan.
b. Hubungan guru dengan siswa
Jauhnya perbedaan antara guru dan siswa dari sisi usia sering
menjadi masalah tersendiri bagi siswa. Untuk itu hendaknya antara
guru dan siswa terjalin hubungan akrab seperti halnya hubungan
antara bapak dan anak di rumah. Guru hendaknya memahami
perbedaan antarindividu siswa.
c. Hubungan antara siswa
Keadaan latar belakang siswa yang berbeda sering menjadi
penyebab hubungan antarsiswa kurang harmonis. Untuk itu, guru
hendaknya cukup peka walaupun di sekolah diciptakan kompetisi
antarsiswa, hendaknya guru lebih giat dalam membantu siswa untuk
saling menyesuaikan diri.
d. Iklim sekolah
Iklim sekolah yang kurang sehat akan menimbulkan masalah
tersendiri bagi siswa. Adanya persaingan yang tidak sehat antarsiswa
mendorong guru untuk selalu membantu dalam membina

7
kepribadian dan penyesuaian dirinya. Penekanan yang terus-
menerus untuk berhasil akan berakibat munculnya sifat bohong,
masa bodoh, kepatuhan pasif, hilangnya inisiatif, dan pengkhayal.
3) Lingkungan masyarakat
Selain lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga dapat
menjadi sumber timbulnya masalah. Lingkungan masyarakat yang
baik, selalu mendukung kehadiran sekolah di masyarakatnya sehingga
sekolah dapat berkembang dengan baik. Namun, masyarakat yang
kurang mendukung terhadap kehadiran sekolah akan mengacau, pada
gilirannya akan menolak kehadiran sekolah tersebut. Masyarakat
lingkungan sekolah yang sehat dapat menjadi sumber belajar yang
cukup baik.
4. Masalah Anak Lamban (Slow Learner)
Slow Learner merupakan sebutan bagi sekelompok anak yang
mengalami masalah belajar. Mereka mempunyai prestasi belajar di bawah
rata-rata karena intelegensinya setingkat lebih rendah daripada intelegensi
anak normal. Rata-rata IQ mereka menurut klasifikasi Terman berkisar
antara 70-90. Anak lamban dapat mengikuti pendidikan pada kelas-kelas
biasa tanpa membutuhkan peralatan khusus, kecuali pengadaptasian program
belajar dengan kemampuan yang ia miliki serta waktu belajar yang agak
panjang. Berdasarkan keadaan tersebut di atas, masalah yang sering timbul
pada anak lamban, di antaranya adalah berikut ini.
a. Masalah yang berhubungan dengan kemampuan piker
Kemampuan pikir anak lamban agak rendah sehingga mereka
lambat dalam memecahkan masalah-masalah sederhana. Hal ini
menyebabkan mereka kalah bersaing dengan teman-teman yang normal.
Keadaan ini disebabkan oleh kemampuan dasar (intelegensinya) yang
rendah.
b. Masalah yang berkaitan dengan ingatan
Ingatan anak lamban agak lemah dan tidak tahan lama. Mereka
lekas lupa dan biasanya tidak mampu mengingat-ingat suatu peristiwa

8
yang terjadi 3 tahun yang lalu. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah
apa yang dijelaskan guru hari ini, biasanya beberapa hari kemudian sudah
terlupakan. Lebih-lebih apabila ia mengingat isi pelajaran yang ia pelajari
sendiri. Dalam menangkap kesan juga lambat sehingga ia sering
ketinggalan dengan teman-teman yang normal.
c. Anak lamban sering terancam putus sekolah
Walaupun demikian, apabila guru memahami lebih awal
sebenarnya mereka dengan proses bantuan yang sistematis dapat
menyelesaikan studi dengan cukup.
d. Masalah yang berkaitan dengan emosi
Emosi anak lamban rata-rata kurang terkendali. Mereka lebih suka
mementingkan diri sendiri, bahkan terjadi kompensasi yang berlebihan.
Apabila badannya besar, mereka cenderung nakal dan bermusuhan dengan
temannya. Perasaannya mudah terpengaruh oleh teman lain atau
lingkungan. Mereka tidak memiliki pendirian yang kuat.
5. Masalah Anak Sangat Cerdas
Anak sangat cerdas sering juga disebut sebagai anak berbakat. Anak
berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual atau taraf
intelegensi yang tinggi. Menurut skala intelegensi Wechsler, mereka
memiliki taraf intelegensi lebih dari 130, yang dibedakan menjadi kelompok
anak yang sangat cerdas dan luar biasa cerdas (genius). Dengan keunggulan
intelegensi tersebut mereka memiliki peluang besar untuk mencapai prestasi
yang tinggi sehingga mereka lebih berhasil dalam kariernya. Untuk itu
mereka memerlukan program khusus yang terencana, selain program umum
di sekolahnya. Beberapa ciri dari mereka adalah berikut ini.
a. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam penalaran, berpikir abstrak,
pengambilan keputusan dari fakta-fakta, memahami pengertian, dan
melihat hubungan
b. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
c. Cepat dan mudah menerima pelajaran.

9
d. Memiliki ruang lingkup perhatian yang lebih luas, memungkinkan mereka
dapat memilih objek perhatian yang sesuai dan tekun dalam memecahkan
masalah.
e. Memiliki perbendaharaan kata yang lebih banyak dan lebih dalam
penggunaan bahasa dibanding teman sebayanya.
f. Mempunyai kemampuan kerja mandiri yang efektif.
g. Memiliki pengamatan yang lebih tajam dan teliti.
h. Menunjukkan orisinalitas dalam kerja intelektual dan inisiatif.
i. Menunjukkan ketajaman perhatian dan memberikan tanggapan yang cepat
terhadap gagasan-gagasan baru.
j. Dapat mengingat secara cepat.
k. Memiliki perhatian besar terhadap sifat-sifat dasar manusia dan alam
semesta (asal-usul, dan nasib).
l. Memiliki daya imajinasi yang luar biasa.
m. Mudah memahami petunjuk dan arahan yang kompleks.
n. Memiliki macam-macam hobi dan memiliki minat baca yang besar.
o. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam matematika, terutama dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, sebenarnya mereka tidak
bermasalah apabila dilihat dari kemampuan dasar yang mereka miliki.
Masalah yang mungkin dihadapi oleh siswa sangat cerdas, antara lain berikut
ini.
a. Masalah pendidikan dan pengajaran
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran murid sangat cerdas
dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari murid yang lain. Dengan
demikian, mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terintegrasi
dan terencana. Selain itu, mereka lebih memerlukan pendekatan yang
lebih individual
b. Masalah psikologis
Mereka cenderung mementingkan diri sendiri sehingga
perkembangan pribadinya tidak seimbang, senang menyendiri, sibuk

10
melakukan percobaan sehingga sering lupa diri, dan sering melakukan
tindakan yang melampaui batas.
c. Masalah sosial psikologis
Dalam bidang ini mereka tidak mudah bergaul, tidak mudah
menerima pendapat orang lain, dan sukar menyesuaikan diri dengan
temannya.
B. Teknik-Teknik Memahami Masalah Siswa
1) Segi-Segi Yang Perlu Dipahami
Pada dasarnya segi-segi individu yang harus dipahami dalam rangka
bimbingan adalah meliputi keseluruhan pribadi siswa beserta latar belakang
yang berkaitan. Secara lebih terperinci, segi-segi tersebut adalah berikut ini.
a. Identitas Diri
Berbagai aspek yang secara langsung menjadi ciri utama keunikan
pribadi, misalnya nama, jenis kelamin, umur, agama, tinggi dan berat
badan, warna kulit, serta ciri-ciri tubuh. Di samping itu, yang tergolong
identitas diri ini, antara lain tempat tinggal, orang tua, dan pendidikan.
b. Kondisi Jasmaniah dan Kesehatan
Kondisi jasmaniah yang perlu dipahami adalah kesempurnaan
pancaindra, penglihatan, pendengaran, kelengkapan anggota badan,
kesempurnaan alat-alat bicara, kelainan dan cacat jasmani yang diderita,
serta kehidupan hormon terutama kelamin. Kesehatan terutama penyakit-
penyakit yang sering diderita atau penyakit yang bersifat menetap, dan
banyak mengganggu perkembangan belajar anak. Termasuk juga dalam
kondisi jasmaniah dan kesehatan adalah kecelakaan dan peristiwa-
peristiwa yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang, seperti operasi.
c. Kapasitas dan Kecakapan
Kapasitas merupakan suatu kemampuan yang masih bersifat
potensial atau terkandung. Termasuk ke dalam kapasitas ini adalah
kapasitas yang bersifat umum disebut intelegensi atau kecerdasan dan
kapasitas khusus disebut bakat. Intelegensi yang merupakan suatu
kapasitas umum, menunjukkan suatu cara berbuat atau bertindak dalam

11
menghadapi situasi-situasi yang bersifat problematis. Intelegensi
merupakan suatu potensi, tetapi dipengaruhi oleh kecakapan-kecakapan
dan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang. Kecakapan atau
achievement merupakan kemampuan nyata yang telah dikuasai oleh
seseorang pada suatu saat. Kecakapan berkembang dari kapasitas, baik
yang bersifat umum maupun khusus.
d. Sikap dan Minat
Sikap atau attitude merupakan kecenderungan untuk merespon
atau bertindak terhadap orang, objek ataupun situasi tertentu. Ada
beberapa dimensi dari sikap, ialah pertama, dimensi arah, yaitu apakah
seseorang menerima atau menolak sesuatu, kedua, tingkatannya, yaitu
apakah seseorang menyukai atau tidak menyukai sesuatu, dan ketiga,
intensitasnya atau kekuatan dan kelemahan dari sikap tersebut. Minat atau
interest merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang
memusatkan perhatian terhadap seseorang, sesuatu benda ataupun
kegiatan tertentu.
Minat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sikap, kedua-
duanya merupakan tenaga pendorong bagi perbuatan seseorang. Sikap dan
minat lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan, keduanya bersifat
pribadi dan dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Dalam pendidikan di
sekolah, sikap dan minat sangat memegang peranan penting dalam belajar
karena banyak mendasari motif terhadap pelajaran atau jurusan serta
sekolah yang mereka ikuti
e. Watak dan Temperamen
Ada orang-orang tertentu yang sering mengartikan kepribadian
sama dengan watak dan atau temperamen. Atau memandang watak dan
temperamen sebagai unsur yang paling utama dan pertama. Sesungguhnya
watak dan temperamen hanyalah merupakan salah satu unsur kepribadian,
sama dengan unsur-unsur atau atribut kepribadian yang lain. Seperti
halnya dengan unsur kepribadian yang lain watak atau temperamen lebih

12
memegang peranan utama untuk sesuatu tugas, peranan ataupun
pekerjaan, dan atribut lain dalam hal lain.
f. Aspirasi Sekolah dan Pekerjaan
Aspirasi merupakan jangkauan harapan dan kemauan untuk
mencapainya. Aspirasi seorang siswa sangat dipengaruhi oleh aspirasi
serta motivasi dari orang tuanya, kondisi sosial ekonomi orang tuanya,
kemajuannya saat sekarang serta faktor-faktor lingkungan dan kesempatan
yang tersedia. Aspirasi yang penting bagi perkembangan siswa adalah
aspirasi tentang sekolah, dan pekerjaan. Jenis pekerjaan yang menjadi
harapan dan menarik minat siswa menentukan jalur sekolah mana yang
harus dilalui untuk mencapainya.
Jadi, aspirasi pekerjaan dan sekolah keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Untuk dapat memberikan bimbingan terhadap
perkembangan sekolah siswa, perlu diketahui aspirasi siswa tentang
sekolah-sekolah dan pekerjaan yang ada, baik macamnya maupun
tingkatnya. Dan untuk tiap macam dari tingkatan tersebut perlu diketahui
derajat aspirasinya. Mungkin seorang siswa memiliki aspirasi lanjutan
studi sampai tingkat SMTA saja, sedangkan siswa lain mengharap sampai
tingkat perguruan tinggi. Siswa yang mempunyai aspirasi sampai tingkat
SMTA mungkin lebih mengharap SMEA, dibandingkan dengan
harapannya tentang SMTA yang lain.
g. Aktivitas Sosial
Perkembangan seorang siswa bukan saja dapat dilihat dari aktivitas
dan prestasi belajarnya di sekolah, tetapi juga dapat dilihat dari aktivitas
dan prestasi sosial di luar sekolah. Untuk memahami hal itu perlu
dikumpulkan data tentang aktivitas sosial siswa tersebut. Aktivitas sosial
ini meliputi aktivitas dalam keorganisasian, organisasi pemuda, taruna
karya, pramuka, klub olahraga, klub kesenian, klub rekreasi, aktivitas
kemanusiaan, misalnya partisipasi dalam kegiatan PMI, kelompok
sukarela membantu bencana alam, serta kelompok-kelompok sosial
lainnya. Dalam berbagai kegiatan sosial tersebut mungkin siswa

13
memperoleh beberapa tanda penghargaan atau pengakuan dari lembaga
resmi. Hal itu perlu juga diketahui sebab berbagai penghargaan yang
diterima dapat menunjukkan status siswa dalam kegiatan kemasyarakatan.
h. Hobi dan Pengisian Waktu Senggang
Jika aktivitas sosial merupakan aktivitas yang dapat memberikan
sumbangan kepada orang lain, masyarakat maka hobi dan pengisian waktu
senggang lebih menunjukkan aktivitas untuk kepentingan bagi diri siswa
sendiri. Baik hobi maupun aktivitas sosial keduanya mempunyai peranan
yang sama karena dapat merupakan alat bagi pengembangan dan
penyaluran bakat dan minat. Lebih jauh, hobi dan aktivitas sosial dapat
mengisi kekosongan jiwa, memberikan latihan berbagai keterampilan serta
latihan kepekaan sosial serta perasaan. Sudah tentu tidak semua jenis hobi
serta aktivitas sosial mempunyai nilai seperti itu.
i. Keluarbiasaan dan Kelainan-kelainan yang Dimiliki Siswa
Unsur lain yang perlu dipahami dalam bimbingan adalah
keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki siswa. Keluarbiasaan
siswa biasanya dapat dilihat dari kemampuan dan prestasi yang sangat
menonjol dari siswa umpamanya dalam bidang seni, permainan, olahraga,
matematika, dan kemampuan indra. Selain keluarbiasaan yang perlu
diketahui juga dari siswa adalah kelainan-kelainan yang dideritanya
mungkin kelainan tersebut berupa kelainan fisik ataupun kelainan sosial-
psikologis yang mengganggu perkembangannya atau interaksi dengan
orang lain.
j. Latar Belakang Keluarga Siswa
Unsur-unsur di atas mungkin berkembang dalam kondisi atau di
latar belakangi oleh faktor-faktor dalam keluarga tertentu. Seorang
pembimbing atau guru bukan hanya harus memahami unsur tersebut,
tetapi faktor penting dalam keluarga yang biasa melatar belakangi
perkembangan siswa, seperti berikut ini.
1. Keadaan sosial ekonomi keluarga.
2. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.

14
3. Status sosial ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.
4. Hubungan sosial- -psikologis antarorang tua dan antara orang tua
dengan anak.
5. Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya
terhadap kegiatan belajar anak.
6. Besarnya keluarga serta orang-orang yang turut berperan dalam
keluarga tersebut.
7. Lingkungan tempat tinggal keluarga.
8. Segi-segi etis, religius, dan lain-lain daripada keluarga.
2) Siapa Yang Dipahami
Pemahaman segi-segi kepribadian siswa dapat dilakukan melalui
berapa sumber. Sumber pertama adalah siswa itu sendiri. Pengumpulan data
dari sumber pertama dapat dilakukan melalui teknik pengamatan atau
observasi, teknik komunikasi baik langsung atau tidak langsung serta melalui
teknik pengukuran. Makin tinggi tingkat usia siswa makin dapat dipercaya
penggunaan pendekatan ini, tetapi makin muda usia siswa kita harus lebih
hati-hati menggunakan pendekatan ini. Untuk siswa-siswa Sekolah Dasar
tingkat rendah lebih baik menggunakan pendekatan pengumpulan sumber
data kedua, dan untuk tingkat kelas yang lebih tinggi lebih baik digunakan
sumber pertama dan sumber kedua.
Pengumpulan data dari sumber kedua, dapat diperoleh dari orang tua
siswa serta anggota keluarga dekat dari siswa, guru-guru yang pernah
mengajar dan bergaul lama dengan siswa, petugas sekolah yang lain, tetapi
mengenal dengan baik pribadi dan tingkah laku siswa, dokter pribadi atau
perawat yang lama merawat siswa, serta orang-orang lain (mungkin
temannya) yang telah lama bergaul dan mengenal siswa dengan baik.
3) Cara-Cara Memahami
a. Teknik Tes dan Non-Tes
Keseluruhan teknik pemahaman individu atau pengumpulan data
pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu
teknik tes dan teknik non-tes. Teknik tes disebut siswa testing yang usaha

15
pemahamannya individu dengan menggunakan alat-alat yang bersifat
mengukur atau men-tes. Oleh karena alat yang digunakan bersifat
mengukur maka hasil dari pemahaman ini dapat berupa angka-angka hasil
ukur. Teknik non-tes tidak menggunakan alat-alat yang bersifat
menghimpun atau pengumpulan saja.
Hasil akhir dari teknik non-tes tidak berbentuk angka-angka tetapi
berupa suatu deskripsi atau pelukisan tentang sifat. Karakteristik tingkah
laku siswa. Mungkin dalam teknik non-tes juga ditemukan angka-angka
tetapi angka- angka tersebut kecenderungan saja, angka-angka tersebut
hanya merupakan hasil upaya penyederhanaan deskripsi yang terlalu
panjang. Perbedaan lain dari alat yang digunakan dalam teknik tes dan
non-tes adalah sifatnya, pada tes alat yang digunakan sudah dibakukan
sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya, sedangkan pada non-tes
belum atau tidak dilakukan.
b. Macam-macam tes
1) Teknik Tes
a) Tes intelegensi
Sesuai dengan namanya kelompok tes ini digunakan untuk
mengukur intelegensi atau kecerdasan. Tes yang paling tua yang
sering dianggap sebagai tes baku adalah tes Binet (1905). Tes ini
sudah mengalami beberapa revisi dan yang terakhir adalah
tahun 1960 oleh Terman dan Meriil. Oleh karena Tes Binet
menggunakan skala usia mental maka metodenya juga disebut A
mental age scale. Satuan ukuran intelegensi yang digunakan dalam
tes Binet adalah IQ (Intelegency quotient yang diperoleh dari hasil
pembagian antara usia mental dengan usia kronologis dikalikan
seratus).
Secara teoretis ideal IQ suatu populasi bergerak darí 0
sampai 2O0, dengan rata-ratanya 100. Oleh karena itu, interval IQ
di sekitar 100 dianggap kelompok normal. Tes intelegensi lain yang
banyak dikenal di Indonesia adalah tes Progressive Matrices (PM).

16
PM ada dua tipe, yaitu PM berwarna bagi anak sampai usia 10 tahun
dan PM tidak berwarna untuk 11 tahun ke atas. Tes lain yang banyak
digunakan di Indonesia adalah tes intelegensí dari Weschler. Ada
dua tipe Weschler, yaitu WISC dan WAIS, keduanya disebut
Weschler-Beilevue Inteligency Scale (WBIS). Weschler Intelegency
Scale for Children (WISC) diperuntukkan bagi anak, sedangkan
Weschler Adult Inteligency Sale (WAIS) diperuntukkan orang
dewasa. Selain digunakan satuan intelegensi model Binet, yaitu IQ
digunakan Juga satuan lain, seperti Persentil serta SKOR Standar.
Persentil (Pct menunjukkan kedudukan persentase seseorang).
Seorang yang dalam tes intelegensi mendapat Pct 75, menunjukkan
kedudukan siswa tersebut dapat membawahi 75% dari seluruh
populasi.
b) Tes Bakat
Jika tes intelegensi digunakan untuk mengukur kemampuan
individu yang bersifat umum maka tes bakat digunakan untuk
mengukur kemampuan dalam aspek-aspek khusus, misalnya aspek
verbal atau kemampuan menggunakan bahasa, numerikal atau
kemampuan menggunakan angka-angka. Hasil-hasil pengukuran
bakat sangat penting baik bagi kelanjutan studi dan pemilihan
pekerjaan maupun bagi pemilihan program belajar. Seorang siswa
yang kurang berprestası dalam belajarnya di suatu sekolah mungkin
bukan disebabkan karena intelegensinya rendah, tetapi karena ia
mengambil program studi, jurusan atau sekolah yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
Beberapa tes bakat susah diadaptasikan dan banyak
digunakan di Indonesia, umpamanya Differential Aptitude Tes
(DAT) Multiple Aptitude Tes (MAT), dan GTLB. Tes DAT dapat
mengukur bakat-bakat, yaitu berpikir verbal kemampuan bilangan,
berpikir abstrak, hubungan ruang, berpikir mekanis, kecepatan dan
ketelitian, dan penggunaan bahasa. MAT dapat mengukur bakat-

17
bakat, yaitu bahasa, science, sosial, seni, administrasi dan pekerjaan
lapangan. Dalam pengukuran biasanya dibantu juga dengan gambar
profile. Dengan menggunakan tes bakat, kita dapat memperoleh
jenis dan derajat bakat setiap individu.
c) Tes Kepribadian
Tes kepribadian adalah tes yang mengukur sifat- sifat atau
karakteristik primer dan sekunder, umpamanya sifat introversi-
ekstraversi, stabilitas emosi, rasa humor, kehidupan seksual,
kepercayaan pada diri sendiri, dan popularitas. Untuk mengukur
kepribadian selain digunakan tes biasa, juga digunakan tes proyeksi.
Tes proyeksi menggunakan gambar-gambar atau lukisan yang tidak
berstruktur. Melalui gambar, lukisan yang tidak berstruktur tersebut,
individu dapat memproyeksikan kecenderungan-kecenderungan
pribadinya.
Penggunaan tes proyeksi didasarkan atas asumsi bahwa
setiap ekspresi dan tingkah laku individu memproyeksikan sifat-sifat
dan kecenderungan pribadinya. Tes proyeksi yang terkenal adalah
tes Rorschach. Tes ini menggunakan gambar-gambar percakapan
tinta. Tes proyeksi lain adalah Thematic Apperception Test (TAT).
Tes ini menggunakan sejumlah gambar apersepsi, melalui gambar
apersepsi tersebut individu membuat cerita. Keseluruhan rangkaian
cerita yang dibuat individu akan menggambarkan pribadinya. Untuk
mengukur intelegensi, bakat maupun kepribadian ada ahli tersendiri
yang melaksanakannya.
d) Tes Prestasi Belajar
Tes ini merupakan tes untuk mengukur prestasi belajar pada
berbagai mata pelajaran yang diikuti siswa. Tes prestasi belajar
mempunyai beberapa fungsi sesuai dengan tujuannya ada yang
berfungsi sebagai tes formatif, tes sumatif, tes diagnostik ataupun tes
penempatan. Oleh karena fungsi dan tujuannya berbeda maka
macam-macam tes di atas mempunyai sifat-sifat yang berbeda pula.

18
Tes prestasi belajar dapat dikembangkan oleh para guru untuk
mengukur kemajuan belajar masing-masing siswanya. Agar tes
dapat memberikan data prestasi dengan tepat maka sebaiknya tes
yang dikembangkan telah dikaji terlebih dahulu antara lain dari segi
validitasnya, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Di samping itu, tes prestasi belajar ada yang telah bersifat
baku. Pada umumnya tes ini dikembangkan oleh suatu tim yang
bersifat regional atau nasional. Pengembangannya dilakukan secara
cermat dengan memperhitungkan, syarat-syarat seperti
dikemukakan di atas. Tergolong ke dalam tes ini misalnya tes yang
digunakan dalam EBTA, EBTANAS, dan SIPENMARU.
2) Teknik Non-Tes
a) Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpul data adalah
pengamatan yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut
1. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih
dahulu.
2. Direncanakan secara sistematis.
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuannya.
4. Dapat diperiksa validitas, reliabilitas, dan ketelitiannya.
5. Bersifat kuantitatif.
Teknik observasi digunakan untuk memahami individu pada
aspek-aspek yang bersifat perbuatan, misalnya kebiasaan belajar,
tingkah laku di kelas, hubungan sosial, aktivitas dalam diskusi, dan
ketepatan melakukan suatu tugas. Agar observasi dapat dilakukan
dengan baik maka terlebih dahulu harus disiapkan alat bantunya,
yaitu pedoman observasi.
b) Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Catatan anekdot ini merupakan cara untuk melengkapi
observasi bahwa dalam mengadakan observasi itu pengamat dapat
melakukan pencatatan tentang kejadian yang berlaku dengan suatu

19
kasus atau individu. Teknik ini sangat berguna untuk studi kasus dan
penelaahan tentang perkembangan individu atau sekelompok
individu karena apabila catatan- catatan anekdot itu dikumpulkan
dan disusun berdasarkan kesesuaian terhadap masalah kasus, akan
terdapatlah semacam kecenderungan perkembangan, terutama
perkembangan kepribadian kasus tersebut.
c) Daftar Cek
Daftar cek atau sering disebut Chek-list merupakan suatu
daftar yang mengandung faktor-faktor atau problem-problem yang
mungkin muncul dan diselidiki. Pengamat tinggal memberikan
tanda cek (V) pada problem yang muncul yang telah berada dalam
daftar yang disediakan. Dengan daftar cek diharapkan permasalahan
yang diselidiki lebih terarah dan sistematis.
d) Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala penilaian adalah alat pengumpulan data yang
dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan,
menilai individu atau situasi.
Apabila skala semacam itu digunakan untuk menjelaskan,
menggolongkan, atau menilai dari sendiri, skala itu dinamakan suatu
tes atau investori atau self-report-form. Apabila skala penilaian ini
digunakan khusus untuk menilai, menerangkan atau menggolongkan
sikap individu atau kelompok terhadap sesuatu, skala itu disebut
"skala sikap" (attitude scale).
e) Alat-alat Mekanis (Mechanical Devices)
Dalam observasi banyak dipergunakan alat-alat mekanis,
elektronis, dan optis. Kesemuanya itu untuk memudahkan dan
mengabdikan hal-hal yang ditelaah. Alat-alat yang dipergunakan,
misalnya kamera dan tape recorder. Alat-alat ini dapat pula
dipergunakan sebagai pembantu dalam wawancara.
f) Wawancara

20
Wawancara merupakan cara menemukan masalah siswa
dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan antara orang yang
mewawancarai (interview). Dalam wawancara selalu ada dua pihak
yang terlibat dan masing- masing mempunyai kedudukan yang
berbeda. Pihak yang satu sebagai pihak yang mencari
data/keterangan, sedangkan pihak kedua sebagai pihak yang
members keterangan/data. Adanya perbedaan antara keduanya ini
sebagai yang membedakan antara wawancara dengan pembicaraan
biasa.
Dengan demikian, wawancara itu bukan hanya bertujuan
untuk mengumpulkan informasi dari pihak. subjek wawancara.
Wawancara mempunyai tujuan-tujuan lain, di antaranya
ialah;(1)menciptakan hubungan baik di antara kedua belah pihak
yang terlibat (subjek wawancara dan pewawancara); (2) meredakan
ketegangan yang terdapat dalam diri subjek wawancara; (3)
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh subjek wawancara;
(4) mendorong ke arah pemahaman diri pada pihak subjek
wawancara; (5) mendorong ke arah penyusunan rencana kegiatan
yang konstruktif pada pihak subjek wawancara.
g) Angket (Questioner)
Angket adalah alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada subjek (responden) untuk
mendapat jawaban. Menurut cara penyampaiannya, angket dapat
dibedakan antara angket langsung, ialah apabila angket itu langsung
disampaikan kepada orang yang dimintai pendapat atau jawabannya;
sedangkan angket tak langsung, ialah apabila angket itu disampaikan
kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang pendapat atau
keadaan orang lain.
h) Biografi dan Autobiografi
Biografi dan autobiografi dapat dipergunakan juga untuk
mengumpulkan data dalam rangka program bimbingan di sekolah.

21
Dengan biografi dapat mengetahui bagaimana perkembangan hidup
murid tertentu secara menyeluruh dan garis besarnya. Sedangkan
dengan autobiografi dapat diketahui perkembangan diri individu
secara menyeluruh dan garis besarnya seperti ditinjau dan dirasakan
oleh individu yang bersangkutan. Cara yang dilakukan pembimbing
atau guru adalah siswa diminta untuk mengarang atau bercerita
tentang kehidupannya. Dilihat dari strukturnya, biografi dan
autobiografi dapat dibedakan antara bentuk berstruktur dan bentuk
tidak berstruktur.
i) Sosiometri
Sosiometri merupakan teknik untuk mengungkapkan
masalah yang berkaitan dengan hubungan sosial antaranggota dalam
satu kelompok. Dengan sosiometri, dapat dilihat masalah yang
berkaitan dengan hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya
seseorang bergaul atau berteman dapat dilihat dengan sosiometri ini.
j) Studi Dekomentasi
Banyak data tentang siswa yang sudah dicatat dalam
beberapa dokumen, seperti dalam buku induk, rapor, buku pribadi,
dan surat-surat keterangan. Data tersebut dapat berguna untuk
dijadikan bahan pemahaman siswa. Untuk itu data siswa yang sudah
didokumentasikan perlu sekali dianalisis dengan secermat-
cermatnya. Teknik mempelajari data yang sudah didokumentasikan
ini disebut teknik studi dokumentasi. Untuk menjamin kebenaran
data dokumentasi itu perlu sekali dicek kembali dengan teknik-
teknik lain, seperti angket, wawancara, dan observasi. Dengan studi
dokumentasi kita dapat membandingkan data yang telah ada dengan
data yang akan dikumpulkan.
k) Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus merupakan metode pengumpulan data yang
bersifat integratif dan komprehensif. Integratif,
artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat

22
komprehensif, artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh
aspek pribadi individu secara lengkap. Dalam studi kasus data
seorang murid (kasus) diperoleh dari berbagai pihak, seperti guru,
orang tua, dokter, dan psikolog. Studi kasus memiliki ciri-ciri, antara
lain mengumpulkan data yang lengkap, bersifat rahasia, terus-
menerus (kontinu) secara ilmiah, dan diperoleh dari berbagai pihak.
Teknik ini sangat diperlukan untuk memperoleh pemahaman diri
siswa yang dijadikan sebagai kasus. Siswa yang memerlukan studi
kasus ialah siswa yang menunjukkan gejala mengalami kesulitan
atau masalah yang. serius sehingga membutuhkan bantuan yang
serius pula

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada
yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya sesuatu kebutuhan seseorang, dan
ada pula yang mengartikan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan. Menurut
Prayitno, terdapat beberapa jenis masalah siswa sekolah dasar yaitu:
1. Masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
2. Masalah keluarga dan rumah tangga.
3. Masalah-masalah psikologis.
4. Masalah-masalah sosial
5. Masalah kesulitan dalam belajar.
6. Masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
yang dihadapi siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor yang
berasal dari diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa
(eksternal). Kemudian ada berbagai teknik dan alat yang terbagi menjadi dua
dan dapat digunakan untuk berbagai segi pribadi individu antara lain, Teknik tes
dan non-tes. Teknik tes terdiri dari tes intelegensi, tes bakat, tes kepribadian, dan
tes prestasi belajar. Sedangkan non-tes terdiri dari observasi, catatan anekdot,
daftar cek, skala penilaian wawancara, alat-alat mekanis, wawancara, angket,
biografi dan autobiografi, sosiometri, studi dokumentasi, dan studi kasus (case
study)
B. Saran
Penulis memberikan saran mengenai materi yang dibahas yaitu guru harus
menyampaikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dan tidak
pilih kasih, lebih banyak mengedukasi siswa mengenai bahaya perundungan agar
mencegah kasus bullying. Siswa yang kurang dukungan dari orang sekitarnya maka
siswa tersebut tidak akan semangat, pendiam, menyendiri, dsb. Oleh karena itu
perlu diadakannya dukungan-dukungan dari orang sekitarnya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. (1990). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Yasbit
Psikologi UGM.
Boltom, D.L. (1973). Selection and Evaluation of Teachers. New York: Mc.
Graw-Hill. Book Co.
Bony, M.A. & Johnson. (1975). L.V. Educational Social Psychology. New York:
Macmillan Co. Inc.
Dardji Darmodiharjo. (1982). Petunjuk Pelaksanaan tentang Pengembangan
Sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Peningkatan Ketahanan Sekolah.
Jakarta: Depdikbud.
Ericson. C.E. (1950). The Counseling Interview. New York: Prentice-Hall. Inc.
Erman Amti dan Marjohan. (1993). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti
P2TK.
Gordon, I.G. (1960). The Teacher as A Guidance Worker. New York: Harper.
Haysom, J.T. & Sutton, C.R. (1974). Innovation in Teacher Education. London:
Mc. Graw-Hill Book Co.
Johnson, C. E. (1980). Answers to some Basic Questions about Teacher
Competency and CBTE. Atlanta: Georgia University.
Rahayu, T. S. (2021). Masalah-Masalah Siswa di Sekolah.

25

Anda mungkin juga menyukai