Anda di halaman 1dari 21

JENIS-JENIS MASALAH SISWA DIBERBAGAI TINGKAT SEKOLAH

(TK, SD, SLTP/SLTA) DAN PENANGANANYA

MATA KULIAH BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu :

Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Disusun oleh :

Shelfany Nadyatama (4401419031)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KOTA SEMARANG

2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Jenis-Jenis Masalah
Siswa Diberbagai Tingkat Sekolah (TK, SD, SLTP/SLTA) dan Penangananya”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai jenis-jenis masalah siswa diberbagai tingkat sekolah (TK, SD,
SLTP/SLTA) dan penangananya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.,
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian, penulis mohon maaf apabila banyak kesalahan pada
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 8 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR……….............................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………..…………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………...………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………..………..…..2
BAB II PEMBAHASAN……………………..…………….…………………..3
2.1 Pengertian dan Ciri - Ciri Masalah…………………………………..3
2.2 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya………3
2.3 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya…...….8
2.4 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA…………….…..11
BAB III PENUTUP………………………………………………………… 17
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………17
3.2 Saran………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Siswa TK pada umumnya adalah individu yang mempunyai kisaran umur antara 4
– 6 tahun. Menurut tahapan yang telah dijelaskan oleh Piaget diatas pada tahap ini
pengetahuan diperoleh melalui simbol, seperti kata-kata tapi, scemes yang intuitif bukan
logis, pada tahap ini anak memiliki cara berpikir egosentris atau masih melihat sesuatu
hanya pada satu sudut pandang saja. Menurut Hurlock (1994) perkembangan emosi yang
sering terjadi pada masa kanak-kanak antara lain munculnya amarah, perasaan takut,
cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Bimbingan dan konseling
sangat penting pada tahap ini karena pada tahap ini perkembangan juga sering disebut
sebagai “masa emas” yang dapat menuntun anak pada jenjang yang lebih tinggi.
Masa sekolah dasar adalah masa kanak-kanak menuju masa remaja. Menurut
tahapan yang dikemukakan oleh Piaget pada tahap ini anak mengalami tahap Operasional
Konkrit yaitu pada umur 7-12 tahun, Pengetahuan diperoleh dan struktur simbolis dan
logis, tetapi skema terbatas pada objek konkrit dan hadir dan acara.
Masa SMP dan SMA adalah masa remaja menuju masa pra remaja. Menurut Piaget
pada masa ini anak mengalami masa Operasional Formal kisaran umur 12 tahun keatas
pada masa ini seorang anak pengetahuan seorang anak diperoleh dan disusun secara
simbolis dan logis dan hipotetis atau deduktif (“jika maka”) berpikir dapat digunakan untuk
menghasilkan semua kemungkinan situasi tertentu.
Dalam setiap masa kanak – kanak sampai masa orang remaja pastinya mengalami
perubahan baik dalam sikap maupun perilaku yang khusus yang dalam segala hal. Dari
perubahan yang dialami oleh siswa dari tingkat TK, SD, Dan SLTP/SLTA selalu
menghadapi permasalahan yang harus dilewati baik masalah yang berasal dari diri sendiri
maupun masalah yang berasal dari luar seperti masalah yang ditimbulkan dari lingkungan.
Oleh karena itu, guru dan orang tua perlu mengetahui masalah yang apa saja yang akan
terjadi selama siswa mengalami perubahan. Selain itu, guru dan orang tua harus bisa
menangani permasalahan yang timbul dengan cara yang efektif dan sesuai dengan jenis
permasalahan yang ada. Penanganan yang tepat dalam menangai permasalahan siswa dari
tingkat TK, SD, SLTP/SLTA maka akan berdampak pada perkembangan siswa dan
pembentukan perilaku yang positif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dari penulisan
makalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian dan Ciri – Ciri Masalah?
2. Bagaimana Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya?
3. Bagaimana Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya?
4. Bagaimana Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA dan Penanganannya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan dari penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Ciri – Ciri Masalah.
2. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya.
3. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya.
4. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA dan
Penanganannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ciri – Ciri Masalah

A. Pengertian Masalah

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai
tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal
yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang
tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.

B. Ciri – ciri Masalah

Adapun ciri-ciri masalah dapat di kemukakan sebagai berikut:

1. Masalah muncul karena adanya kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan
(das sein).
2. Semakin besar kesenjanagan, maka masalah semakin berat.
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda – beda.
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh indidvidu itu sendiri
maupun oleh lingkungan.
5. Masalah timbul akibat dari prose belajar yang keliru.
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang perlu di jawab.
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.

2.2 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya

A. Jenis - Jenis Masalah Siswa Tingkat TK

Masalah yang dihadapi oleh siswa di Taman Kanak-kanak biasanya berkaitan dengan
gangguan pada perkembangan siswa. Apabila gangguan tidak segera diatasi, maka gangguan
ini akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.

Deliana, S. M. Dan Koto, R. Mengemukakan bahwa secara garis besar masalah siswa di TK
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu masalah – masalah yang berkaitan dengan fisik, psikis,
dan sosial.

1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang mungkin dialami oleh siswa di TK pada umumnya meliputi:
a. Masalah gangguan fungsi panca indra
Ganguan fungsi indra yang sering dijumpai pada siswa di tingkat TK adalah
gangguan pendengaran dan pengelihatan. Gangguan pengelihatan baru dapat
diketahui setelah derajat gangguannya sudah sangat besar, karena untuk gangguan
yang masih ringan sangat sulit untuk di deteksi. Hal ini dikarenakan siswa tidak
menyadari bahwa pengelihatan sedang ada gangguan. Gangguan pengelihatan
untuk TK biasanya dibawa sejak lahir atau tidak menutup kemungkinan ada faktor
pemicu dari luar. Sedangkan untuk masalah gangguan pendengaran akan lebih
mudah dikenali oleh lingkungan sekitar (misalnya guru, orang tua, dan teman).
Gangguan pendengaran ini lebih banyak disebabkan oleh faktor kebersihan telinga
yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
b. Cacat tubuh
Pada usia TK, gangguan cacat tubuh mempunyai dampak yang sangat besar pada
diri siswa, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik siswa akan terganggu
aktivitas fisiknya, sedangkan secara psikis, siswa belum bisa memahami dirinya
sehingga siswa akan menarik diri dari teman – teman sebayanya dan apabila hal ini
dibiarkan berlanjut dalam waktu yang panjang, maka akan menggangu
perkembangan siswa selanjutnya.
c. Obesitas (kegemukan)
Masalah obesitas pada usia TK mempunyai dampak negatif terhadap
perkembangan fisik dan psikis siswa. Siswa yang terlalu gemuk mengalami
kesulitan dalam beraktivitas dan menyebabkan timbulnya penyakit seperti jantung,
patah tulang, dll.
d. Kidal
Sebenarnya kidal bukan menjadi masalah yang membuat kidal merupakan suatu
masalah adalah orang – orang yang ada disekitarnya, terutama guru dan orang tua
yang menginginkan siswa kidal, untuk beraktivitas seperti siswa – siswa yang
lainnya. Paksaan seperti ini yang membuat siswa kidal menjadi tertekan sepanjang
hidupnya.
e. Hiperaktif
Ciri – ciri siswa hiperaktif yaitu tidak dapat memusatkan perhatian dalam jangka
waktu yang lama, impulsif misalnya sering bertindak sebelum berfikir, sulit
mengorganisasi perkerjaan, sering berteriak – teriak di dalam kelas, dll, dan berlari
– lari secara berlebihan. Serta siswa sulit duduk dengan tenang atau gelisah secara
berlebihan.
2. Masalah Psikis
Masalah siswa yang berkaitan dengan masalah psikis antara lain sebagai berikut:
a. Konsentrasi
Pada siswa yang mempunyai kemampuan konsentrasinya rendah proses belajarnya
terganggu.
b. Inteligensi
Masalah inteligensi ini meliputi masalah yang ditimbulkan karena inteligensi
rendah dan masalah yang ditimbulkan inteligensi tinggi.
c. Berbohong
Penyebab berbohong diantaranya adalah kekerasan pada orang tuan dan para guru
sehingga siswa berbohong supaya terhindar dari hukuman, peniruan, dari orang
dewasa, kesadaran siswa akan kekurangan dirinya sehingga mendorong siswa untuk
berbohong karena ingin dipuji dan juga karena imajinasinya.
d. Emosi
Masalah emosi meliputi perasaan takut, cemas, marah, iri hati dan cemburu, mudah
tersinggung, dan perasaan sedih.
3. Masalah Sosial
Masalah siswa TK yang termasuk kedalam masalah sosial sebagai berikut:
a. Tingkah laku agresif
Tingkah laku agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun
verbal atau berupa ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan.
Penyebab anak agresif diantaranya karena terkekang, reaksi emosi terhadap frustasi
karena dilarang melakukan sesuatu peniruan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi
karena, pada keluarga siswa cenderung dihargai. Tingkah laku orang tua juga
merupakan model yang paling efektif bagi siswa. Dengan kata lain, siswa menjadi
agresif karena mencontoh orang tuanya.
b. Daya adaptasi kurang (cenderung menarik diri dari lingkungan)
Siswa yang memiliki daya adaptasi kurang, cenderung tidak mau bergaul dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Daya adaptasi kurang diakibatkan oleh ruang
lingkup siswa yang masih terbatas pada situasi rumah dan sekolah. Apalagi sebelum
masuk sekolah orang tua kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal
lingkungan luar. Ciri anak yang memiliki daya adaptasi kurang adalah pemalu,sulit
bergaul, minder, cenderung pasif, dan rendah diri. Daya adaptasi kurang dapat
diatasi dengan cara membiarkan siswa bereksplorasi, perkenalan dengan
lingkungan luar kepada siswa termasuk teman sebaya.
c. Negativisme
Reaksi siswa berupa pelanggaran terhadap aturan – aturan yang ada. Pada umumnya
bsetiap siswa lasti akan mengalami masa pembangkangan. Masa pembangkangan
siswa ini akan berakhir tergantung pola pengasuhan yang diberikan orang tuanya.
Ketika orang tua bisa menangani siswa dengan benar maka masa pembangkangan
siswa tersebut akan cepat berakhir. Cara yang efektif untuk mengatasi siswa yang
membangkang adalah bukan dengan memberikan kemarahan kepada siswa ataupun
tindakan galak yang lainnya karena hal tersebut akan menimbulkan masalah baru
dan biasanya menghambat perkembangan siswa.
d. Perilaku berkuasa
Wujudnya siswa suku meminta, memerintah, mengancam, dan memaksa teman
sebayanya. Penyebab siswa berperilaku berkuasa karena dirumah siswa bisa anak
tunggal dan orang tua selalu menuruti keinginan anaknya.
e. Perilaku merusak
Pada umumnya siswa yang berperilaku merusak dia akan membanting dan
melemparkan barang – barang yang ada disekitarnya disaat keinginannya tidak
terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh perilaku kasar dari lingkungan rumah.

B. Penanganan Masalah Siswa Tingkat TK

Penanganan paling utama dalam menangani permasalahan yang ada adalah guru harus sabar,
ulet dan telaten dalam menghadapi permasalahan yang ada. Pemberian motivasi positif
terhadap siswa akan memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan dalam segala
aspek. Beberapa cara mengatasi masalah - masalah yang biasa terjadi antara lain:

a. Sosio-emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sosio-emosional yaitu dengan
adanya motivasi positif dari guru dan orang tua, berikan sedikit pujian agar siswa
menjadi lebih berani untuk bergaul, dan orang tua dan guru harus bisa menjelaskan
kepada siswa bahwa sekolah harus mandiri.
b. Motorik
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah motori yaitu dengan siswa diajari
melalui kegiatan yang mengasah koordinasi dari motorik kasar maupun motorik halus.
Seperti kegiatan out bond yang melatih kimerja otot motorik kasar. Dan latihan
menggambar atau menulis untuk melatih gerak motorik halus. Serta latihan terus-
menerus secara berkesinambungan baik untuk mengembangkan motorik kasar ataupun
halus.
c. Penglihatan
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengelihatan yaitu dengan
mengajari dan mengarahkan dengan menunjukkan dan menyebutkan berbagai macam
bentuk dan warna sehingga siswa mengerti dan paham tentang benda-benda yang ada.
Serta latihan ketangkasan seperti menyusun puzzle memberi warna pada gambar,
menyusun benda bangun ruang (balok, kubus, seditiga dll) untuk membektuk suatu
benda atau bangunan.
d. Pendengaran
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pendengaran yaitu dengan
menunjukkan berbagai suara, siswa diajak untuk berbicara dan memberikan kosakata
untuk dihafal dan dipahami, dan mengajari siswa untuk bernyanyi lagu-lagu sederhana
dan yang terutama adalah motivasi.
e. Berbahasa
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berbahasa yaitu dengan siswa
dilatih terus untuk diajak berbicara terus menerus dan latihan berbicara di depan umum
untuk mengemukakan apa yang ada di pikirannya.
f. Kecerdasan
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecerdasan yaitu dengan guru
mengajak siswa untuk belajar tentang hal-hal kecil disekitar kita tetapi tetap sarat akan
nilai edukatifnya dan mengajak siswa bermain belajar dengan model sambil
belajar.sehingga anak merasa senang ketika belajar.

2.3 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya

Siswa sekolah dasar berada pada fase akhir masa kanak-kanak, dan berada pada
rentangan usia antara 6-12 tahun atau sampai munculnya tanda-tanda fase pra puber. Kegagalan
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada masa ini akan mengakibatkan pola
perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-temannya dan tidak
mampu menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan.

Pada fase akhir masa kanak-kanak ini setiap individu tidak lepas dari berbagai
permasalahan yang jika dibiarkan akan menghambat perkembangan individu dalam mencapai
kedewasaannya. Berbagai masalah yang dialami siswa SD, diantaranya adalah masalah emosi,
masalah social, dan masalah prestasi belajar.

a. Masalah Emosi
Pada periode akhir masa kanak-kanak ini ada waktu dimana anak sering
menjalani emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka
dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, dengan
demikian anak menjadi sulit dihadapi. Pada masa ini banyak terjadi ledakan
kemarahan dan perasaan kecewa. Terdapat beberapa factor yang dapat memicu
menngginya emosi pada usia SD ini, diantaranya adalah keadaan fisik, misalnya
sakit atau lelah. Anak yang sedang sakit atau lelah cenderung menjadi cepat marah,
rewel, dan sulit dihadapi. Keadaan lingkungan dapat juga menyebabkan
meningginya emosi anak, misalnya terjadinya perubahan yang menonjol dalam pola
kehidupan anak, seperti perceraian, kematian, atau ketidakharmonisan hubungan
antar snggota keluarga.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
membantuk peserta diidk menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus
mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah
emosional inin. Dalam layanan bimbingan konseling kelompok anak dapat berlatih
bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan
masalah, bagaimana cara mengendalikan diri.
b. Masalah Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai “usia kelompok” karena
ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, dan merasa tidak
puas bila tidak bersama dengan teman-temannya. Keanggotaan kelompok dapat
menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya sangat sering
terjadi dan cukup mengganggu proses sosiali.
Permasalahn tersebut misanya, menjadi anggota geng seringkali menimbulkan
pertentangan dengan orang tua. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
gengnua daripada berada di lingkungan keluarganya, sehingga anak tidak
melakukan tugas-tugas rumah dan keluarga. Hal ini dapat mengganggu ikatan
emosional antara dua pihak.
Kedua, permusuan antara laki-laki dan perempuan semakin meluas dan
melahirkan sikap antipasti terhadap anggota lawan jenis. Kecemburuan anak
perempuan terhadap kebebasan yang dimiliki anak laki-laki membuat antipasti
dapat memperparah sikap antipasti tersebut.
Ketiga, adalah cara yang paling merusak yaitu, cara anak memperlakukan anak-
anak yang bukan anggota gengnya. Anak-anak yang telah membentuk geng
bersikap kejam dan kasar terhadap anak-anak yang bukan anggota gengnya.
Untuk itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan
remaja tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dan penyesuaian dirinya.
c. Masalah Kesulitan Belajar
Meningkatnya pelanggaran di sekolah dapat dilihat dalam kehidupan nyata
bahwa anak tidak lagi menyenangi sekolah dan menganggap beberapa mata
pelajaran membosankan sehingga “berhenti belajar” dan tidak memusatkan
perhatian pada mata pelajaran tersebut. Anak juga tidak didukung oleh teman-
temannya seperti ketika masih duduk di kelas-kelas yang lebih dibawahnya.
Keadaan itu dapat menyebabkan anak menjadi mengalami kesulitan belajar yang
ditandai dengan rendahnya prestasi belajar mereka. Hurlock (1980:166),
mengemukakan berbagai pelanggaran yang umumnya dilakukan oleh anak-anak
pada fase akhir masa kanak-kanak. Pelanggaran dirumah, mencakup berkelahi
dengan saudara, merusak milik saudara, bersikap kasar kepada saudara yang lebih
dewasa, dan lainnya. Sedangkan pelanggaran di sekolah mencakup mencuri,
menipu, berbohong, menggunakan kata-kata kasar, merusak fasilitas sekolah, dan
lainnya.
Berikut beberapa contoh gangguan social emosional anak usia sekolah dasar
yang sering nampak di kelas yaitu:
- Anak hiperaktif, yaitu cenderung tidak bisa diam. Ia cenderung bergerak terus
menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lombat, bahkan berteriak.
Anak ini sulit untuk dikontrol.
- Distractibility,yaitu anak yang cenderung cepat bosan. Ia seringkali
mengalihkan perhatiannya ke beberapa objek lain di kelas. Anak ini mudah
dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan
yang berlangsung di kelas.
- Poor selfconcepta, yaitu anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, dan
sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini
cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak
mampu. Karena itu, ia cenderung kurang bernai bergaul serta suka menyendiri.
- Anakimpulsivea, yaitu anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi
pertanyaa di kelas. Namun, jawaban yang diberikan seringkali tidak
menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini tidak
menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu
menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
- Anadestructive behaviour, yaitu anak yang suka merusak benda-benda yang
ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negative dalam bentuk membanting dan
melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah. Anak
seperti ini cepat tersinggung.
- Dependency child, yaitu anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak
seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya
sendiri. Ia sangat bergantung pada orang di sekitarnya. Sikap orang tua yang
terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat
tergantung.
- Withdrawl, adalah anak yang mempunyai social ekonomi yang sangat rendah,
sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-
tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu
- Learning disability, adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental
yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk
menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang
dipelajari.
Sehingga dari permasalahan diatas, disini diharapkan guru dapat membantu siswa
dalam menerima informasi pengetahuan serta dapat memilih media pembelajaran
yang sesuai dan sekolah mampu memfasilitasi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam menunjang proses pembelajaran tersebut.

2.4 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA


Secara sederhana masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang menghambat,
merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan tujuan tertentu. Bentuk
konkret dari hambatan atau rintangan itu dapat bermacam-macam, misalnya godaan,
gangguan dari dalam atau dari luar, tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup. Masalah
yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah beraneka ragam, salah satunya masalah
perkembangan individu. Pengawasan terhadap remaja harus dilakukan sedini mungkin untuk
meminimalisir terjadinya masalah yang lebih besar. Selain orang tua dan lingkungan bermain,
lingkungan sekolahpun juga memiliki perasan penting dalam memantau perkembangan
melalui kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah. Siswa SMP merupakan remaja awal yang
berada pada fase negatif. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut yaitu, negatif dalam
prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental, dan negatif dalam sikap soial, baik
dalam bentuk menarik diri dalam lingkungan maupun dalam bentuk agresif terhadap
lingkungan (Yusuf, 2006).

Pada masa transisi dari fase anak-anak menuju remaja awal, memungkinan siswa
mengalami masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya masalahmasalah
dan kenakalan remaja. Kondisi ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
Keluarga, lingkungan sosial, dan juga pihak sekolah. mengungkapkan bahwa terdapat 4
Aspek perkembangan yang harus dicapai oleh siswa dengan tujuan untuk meminimalisir
hambatan-hambatan siswa dalam mencapai kesuksesan yaitu, perkembangan pribadi,
perkembangan akademik, perkembangan sosial, dan perkembangan karir. Keempat aspek
perkembangan tersebut menjadi kompetensi dasar siswa yang jika tidak terpenuhi akan
menimbulkan beragai masalah. Hal ini selaras dengan 4 bidang layanan bimbingan dan
konseling:

1. Perkembangan Pribadi, diantaranya masalah kesehatan, fisik, dan perilaku konsumtif.


(Enung, 2010)
2. Perkembangan Sosial, diantaranya hubungan interpersonal, perilaku moral, seksual, dan
penyalahgunaan obat-obatan Terlarang (NAPZA). (Desmita, 2005)
3. Perkembangan Akademik, diantaranya konsep diri akademik, keterampilan meningkatkan
belajar, dan mencapai sukses dalam belajar. (ASCA, 2004)
4. Perkembangan Karir, diantaranya mengembangkan kesadaran karir dan memperoleh
informasi karir. (ASCA, 2004)
Ada pendapat yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung
resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus,
banyak mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Terlebih bagi siswa sekolah menengah
yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai
perubahan baik secara fisik maupun secara psikis.

Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat
dari perubahan yang terjadi pada masa puber, yaitu:

a. Ingin menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak
biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, juga
sering bertengkar dengan sesama teman bermain. Anak puber lebih sering melamun, dan
mulai bereksperimen seks melalui masturbasi.
b. Bosan. Dengan datangnya masa puber, anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada
masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.
c. Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
d. Antagonisme sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan. Pada umumnya
diungkapkan dengan kritik dan komentar-komentar yang cenderung merendahkan.
e. Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang berlebihan hanya
dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah, sedih,
cepat tersinggung, dan cepat marah.
f. Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak
pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak yang
sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya.

Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber tersebut sering mengganggu
tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa remaja, dan sebagai
akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada masa remaja.
Beberapa masalah yang dialami oleh remaja

a. Masalah Emosi

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
membantu subjek didik menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-
langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Dalam layanan
bimbingan dsn konseling kelompok anak dapat berlatih bagaimana cara menjadi pendengar
yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri.
Melalui wahan kelompok siswa dapat berlatih mengendalikan diri.

b. Masalah Penyesuaian Diri

Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama
teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam segala pola
perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Dalam
keadaan demikian, remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan berbagai akibat
yang akan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya
merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting.

Untuk itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan remaja
tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam penyesuaian dirinya. Melalui
penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan baka dan minat yang baik, lewat
kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, untuk mencegah dan mengatasi kesalahan
pergaulan.

c. Masalah Perilaku Seksual

Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan


kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan
jenis dan belajar memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai
tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang kuat unuk
memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunyai
minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi
mengenai seluk beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari
informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggunggjawabkan yang
kadang lebih menjurus ke pornografi. Sebagai akibatnya, dapat menimbulkan perilaku seks
remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan,
seperti ciuman, bercumbu, masturbasi, dan bersenggama. Bahkan hubungan seks di luar nikah
dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling merasa
terikat. (Hurlock, 1980:229).

d. Masalah Perilaku Sosial

Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya
diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi yang
berbeda. Dengan pola-pola perilaku sosial seperti ini, maka dapat melahirkan geng-geng atau
kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama,
suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah tersebut di atas, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok (baik
kurikuler maupun kokurikuler) dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras,
dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-
bedakan siswa yang satu dengan yang lain.

e. Masalah Moral

Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan
remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, dan kelompok remaja. Ketidakmampuan mana yang
benar dan mana yang salah dpat membawa malapetaka bagi kehidupan remaja pada
khususnya dan pada semua orang pada umumnya.

Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah


sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, untuk meningkatkan budi
pekerti

f. Masalah Keluarga

Sering ditemukan berbagai masalah remaja yang penyebab utamanya adalah


terjadinya kesalahpahaman antara anak dan orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Hurlock (1980:233) sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah
standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis
pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern
berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar
modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering
menjadi sumber perselisihan di antara mereka. Metode disiplin yang diterapkan oleh orang
tua yang terlalu kaku dan cenderung otoriter dapat menimbulkan permasalahan dan
pertentangan diantara remaja dan orang tua. Salah satu ciri remaja adalah dimilikinya sikap
kritis terhadap segala sesuatu, namun bagi keluarga tertentu sering tidak menyukai sikap
remaja yang terlalu kritis terhadap pola perilaku orang tua dan terhadap pola perilaku keluarga
pada umumnya. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga
tentang penetapan jam atau waktu pulang dan mengenai teman-teman dengan siapa remaja
dapat berhubungan, terutama teman lawan jenis. Untuk mencegah dan mengatasi masalah
tersebut,maka sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua.

Prayitno (1994:42) mengelompokkan masalah siswa disekolah menengah menjadi 4


kelompok besar, yaitu masalah yang berhubungan dengan dimensi keindividualan, yaitu
masalah yang berhubungan dengan dimensi kesosialan, masalah yang berhubungan dengan
dimensi kesusilaan, dan masalah yang berhubungan dengan dimensi keberagamaan.

Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney
(dalam Prayitno,1994:238) mengidentifikasi 330 maslah yang digolongkan ke dlam 11
masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :

1. Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)

2. Keuangan,keadaan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)

3. Kegiatan sosial dan rekreasi (KSR)

4. Hubungan muda-muda, pacaran, perkawinan (HPP)

5. Hubungan sosial kejiwaan (HSK)

6. Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)

7. Moral dan agama (MDA)

8. Keadaan rumah tangga (KRK)

9. Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)

10. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)


11. Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)

Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah


barangkali banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih jarang muncul. Frekuensi
munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi pribadi dan lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Masalah muncul karena adanya kesenjangan
antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein).
 Masalah yang dihadapi oleh siswa di Taman Kanak-kanak biasanya berkaitan dengan
gangguan pada perkembangan siswa. Apabila gangguan tidak segera diatasi, maka
gangguan ini akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase
perkembangan anak sekolah.
 Pada fase akhir masa kanak-kanak ini setiap individu tidak lepas dari berbagai
permasalahan yang jika dibiarkan akan menghambat perkembangan individu dalam
mencapai kedewasaannya. Berbagai masalah yang dialami siswa SD, diantaranya
adalah masalah emosi, masalah social, dan masalah prestasi belajar.
 Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber mengganggu tugas-tugas
perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja dan sebagai akibatnya anak
akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
ini dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai
pembahasan makalah yang telah kami susun di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Martini Jamaris. 2005. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak kanak. Jakarta: Program PAUD PPS UNJ.
Rosmala Dewi. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti.
Theresia, M. et al. 2018. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES.
Weni Nur Wendari1 Aip Badrujaman2 Atiek Sismiati S. Profil Permasalahan Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor. Bogor: Jurnal
Bimbingan Konseling 5(1)

Anda mungkin juga menyukai