Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KOTA SEMARANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Jenis-Jenis Masalah
Siswa Diberbagai Tingkat Sekolah (TK, SD, SLTP/SLTA) dan Penangananya”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai jenis-jenis masalah siswa diberbagai tingkat sekolah (TK, SD,
SLTP/SLTA) dan penangananya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.,
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian, penulis mohon maaf apabila banyak kesalahan pada
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR……….............................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………..…………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………...………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………..………..…..2
BAB II PEMBAHASAN……………………..…………….…………………..3
2.1 Pengertian dan Ciri - Ciri Masalah…………………………………..3
2.2 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya………3
2.3 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya…...….8
2.4 Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA…………….…..11
BAB III PENUTUP………………………………………………………… 17
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………17
3.2 Saran………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil tujuan dari penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian dan Ciri – Ciri Masalah.
2. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat TK dan Penanganannya.
3. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SD dan Penanganannya.
4. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Masalah Siswa Tingkat SLTP/SLTA dan
Penanganannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ciri – Ciri Masalah
A. Pengertian Masalah
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai
tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal
yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang
tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.
1. Masalah muncul karena adanya kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan
(das sein).
2. Semakin besar kesenjanagan, maka masalah semakin berat.
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda – beda.
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh indidvidu itu sendiri
maupun oleh lingkungan.
5. Masalah timbul akibat dari prose belajar yang keliru.
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang perlu di jawab.
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.
Masalah yang dihadapi oleh siswa di Taman Kanak-kanak biasanya berkaitan dengan
gangguan pada perkembangan siswa. Apabila gangguan tidak segera diatasi, maka gangguan
ini akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah.
Deliana, S. M. Dan Koto, R. Mengemukakan bahwa secara garis besar masalah siswa di TK
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu masalah – masalah yang berkaitan dengan fisik, psikis,
dan sosial.
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang mungkin dialami oleh siswa di TK pada umumnya meliputi:
a. Masalah gangguan fungsi panca indra
Ganguan fungsi indra yang sering dijumpai pada siswa di tingkat TK adalah
gangguan pendengaran dan pengelihatan. Gangguan pengelihatan baru dapat
diketahui setelah derajat gangguannya sudah sangat besar, karena untuk gangguan
yang masih ringan sangat sulit untuk di deteksi. Hal ini dikarenakan siswa tidak
menyadari bahwa pengelihatan sedang ada gangguan. Gangguan pengelihatan
untuk TK biasanya dibawa sejak lahir atau tidak menutup kemungkinan ada faktor
pemicu dari luar. Sedangkan untuk masalah gangguan pendengaran akan lebih
mudah dikenali oleh lingkungan sekitar (misalnya guru, orang tua, dan teman).
Gangguan pendengaran ini lebih banyak disebabkan oleh faktor kebersihan telinga
yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
b. Cacat tubuh
Pada usia TK, gangguan cacat tubuh mempunyai dampak yang sangat besar pada
diri siswa, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik siswa akan terganggu
aktivitas fisiknya, sedangkan secara psikis, siswa belum bisa memahami dirinya
sehingga siswa akan menarik diri dari teman – teman sebayanya dan apabila hal ini
dibiarkan berlanjut dalam waktu yang panjang, maka akan menggangu
perkembangan siswa selanjutnya.
c. Obesitas (kegemukan)
Masalah obesitas pada usia TK mempunyai dampak negatif terhadap
perkembangan fisik dan psikis siswa. Siswa yang terlalu gemuk mengalami
kesulitan dalam beraktivitas dan menyebabkan timbulnya penyakit seperti jantung,
patah tulang, dll.
d. Kidal
Sebenarnya kidal bukan menjadi masalah yang membuat kidal merupakan suatu
masalah adalah orang – orang yang ada disekitarnya, terutama guru dan orang tua
yang menginginkan siswa kidal, untuk beraktivitas seperti siswa – siswa yang
lainnya. Paksaan seperti ini yang membuat siswa kidal menjadi tertekan sepanjang
hidupnya.
e. Hiperaktif
Ciri – ciri siswa hiperaktif yaitu tidak dapat memusatkan perhatian dalam jangka
waktu yang lama, impulsif misalnya sering bertindak sebelum berfikir, sulit
mengorganisasi perkerjaan, sering berteriak – teriak di dalam kelas, dll, dan berlari
– lari secara berlebihan. Serta siswa sulit duduk dengan tenang atau gelisah secara
berlebihan.
2. Masalah Psikis
Masalah siswa yang berkaitan dengan masalah psikis antara lain sebagai berikut:
a. Konsentrasi
Pada siswa yang mempunyai kemampuan konsentrasinya rendah proses belajarnya
terganggu.
b. Inteligensi
Masalah inteligensi ini meliputi masalah yang ditimbulkan karena inteligensi
rendah dan masalah yang ditimbulkan inteligensi tinggi.
c. Berbohong
Penyebab berbohong diantaranya adalah kekerasan pada orang tuan dan para guru
sehingga siswa berbohong supaya terhindar dari hukuman, peniruan, dari orang
dewasa, kesadaran siswa akan kekurangan dirinya sehingga mendorong siswa untuk
berbohong karena ingin dipuji dan juga karena imajinasinya.
d. Emosi
Masalah emosi meliputi perasaan takut, cemas, marah, iri hati dan cemburu, mudah
tersinggung, dan perasaan sedih.
3. Masalah Sosial
Masalah siswa TK yang termasuk kedalam masalah sosial sebagai berikut:
a. Tingkah laku agresif
Tingkah laku agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun
verbal atau berupa ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan.
Penyebab anak agresif diantaranya karena terkekang, reaksi emosi terhadap frustasi
karena dilarang melakukan sesuatu peniruan orang dewasa. Hal ini dapat terjadi
karena, pada keluarga siswa cenderung dihargai. Tingkah laku orang tua juga
merupakan model yang paling efektif bagi siswa. Dengan kata lain, siswa menjadi
agresif karena mencontoh orang tuanya.
b. Daya adaptasi kurang (cenderung menarik diri dari lingkungan)
Siswa yang memiliki daya adaptasi kurang, cenderung tidak mau bergaul dan
beradaptasi dengan lingkungannya. Daya adaptasi kurang diakibatkan oleh ruang
lingkup siswa yang masih terbatas pada situasi rumah dan sekolah. Apalagi sebelum
masuk sekolah orang tua kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal
lingkungan luar. Ciri anak yang memiliki daya adaptasi kurang adalah pemalu,sulit
bergaul, minder, cenderung pasif, dan rendah diri. Daya adaptasi kurang dapat
diatasi dengan cara membiarkan siswa bereksplorasi, perkenalan dengan
lingkungan luar kepada siswa termasuk teman sebaya.
c. Negativisme
Reaksi siswa berupa pelanggaran terhadap aturan – aturan yang ada. Pada umumnya
bsetiap siswa lasti akan mengalami masa pembangkangan. Masa pembangkangan
siswa ini akan berakhir tergantung pola pengasuhan yang diberikan orang tuanya.
Ketika orang tua bisa menangani siswa dengan benar maka masa pembangkangan
siswa tersebut akan cepat berakhir. Cara yang efektif untuk mengatasi siswa yang
membangkang adalah bukan dengan memberikan kemarahan kepada siswa ataupun
tindakan galak yang lainnya karena hal tersebut akan menimbulkan masalah baru
dan biasanya menghambat perkembangan siswa.
d. Perilaku berkuasa
Wujudnya siswa suku meminta, memerintah, mengancam, dan memaksa teman
sebayanya. Penyebab siswa berperilaku berkuasa karena dirumah siswa bisa anak
tunggal dan orang tua selalu menuruti keinginan anaknya.
e. Perilaku merusak
Pada umumnya siswa yang berperilaku merusak dia akan membanting dan
melemparkan barang – barang yang ada disekitarnya disaat keinginannya tidak
terpenuhi. Hal ini disebabkan oleh perilaku kasar dari lingkungan rumah.
Penanganan paling utama dalam menangani permasalahan yang ada adalah guru harus sabar,
ulet dan telaten dalam menghadapi permasalahan yang ada. Pemberian motivasi positif
terhadap siswa akan memberikan dampak yang baik terhadap perkembangan dalam segala
aspek. Beberapa cara mengatasi masalah - masalah yang biasa terjadi antara lain:
a. Sosio-emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah sosio-emosional yaitu dengan
adanya motivasi positif dari guru dan orang tua, berikan sedikit pujian agar siswa
menjadi lebih berani untuk bergaul, dan orang tua dan guru harus bisa menjelaskan
kepada siswa bahwa sekolah harus mandiri.
b. Motorik
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah motori yaitu dengan siswa diajari
melalui kegiatan yang mengasah koordinasi dari motorik kasar maupun motorik halus.
Seperti kegiatan out bond yang melatih kimerja otot motorik kasar. Dan latihan
menggambar atau menulis untuk melatih gerak motorik halus. Serta latihan terus-
menerus secara berkesinambungan baik untuk mengembangkan motorik kasar ataupun
halus.
c. Penglihatan
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengelihatan yaitu dengan
mengajari dan mengarahkan dengan menunjukkan dan menyebutkan berbagai macam
bentuk dan warna sehingga siswa mengerti dan paham tentang benda-benda yang ada.
Serta latihan ketangkasan seperti menyusun puzzle memberi warna pada gambar,
menyusun benda bangun ruang (balok, kubus, seditiga dll) untuk membektuk suatu
benda atau bangunan.
d. Pendengaran
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pendengaran yaitu dengan
menunjukkan berbagai suara, siswa diajak untuk berbicara dan memberikan kosakata
untuk dihafal dan dipahami, dan mengajari siswa untuk bernyanyi lagu-lagu sederhana
dan yang terutama adalah motivasi.
e. Berbahasa
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berbahasa yaitu dengan siswa
dilatih terus untuk diajak berbicara terus menerus dan latihan berbicara di depan umum
untuk mengemukakan apa yang ada di pikirannya.
f. Kecerdasan
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kecerdasan yaitu dengan guru
mengajak siswa untuk belajar tentang hal-hal kecil disekitar kita tetapi tetap sarat akan
nilai edukatifnya dan mengajak siswa bermain belajar dengan model sambil
belajar.sehingga anak merasa senang ketika belajar.
Siswa sekolah dasar berada pada fase akhir masa kanak-kanak, dan berada pada
rentangan usia antara 6-12 tahun atau sampai munculnya tanda-tanda fase pra puber. Kegagalan
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada masa ini akan mengakibatkan pola
perilaku yang tidak matang, sehingga sulit diterima oleh kelompok teman-temannya dan tidak
mampu menyamai teman-teman sebaya yang sudah menguasai tugas-tugas perkembangan.
Pada fase akhir masa kanak-kanak ini setiap individu tidak lepas dari berbagai
permasalahan yang jika dibiarkan akan menghambat perkembangan individu dalam mencapai
kedewasaannya. Berbagai masalah yang dialami siswa SD, diantaranya adalah masalah emosi,
masalah social, dan masalah prestasi belajar.
a. Masalah Emosi
Pada periode akhir masa kanak-kanak ini ada waktu dimana anak sering
menjalani emosi yang hebat. Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka
dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, dengan
demikian anak menjadi sulit dihadapi. Pada masa ini banyak terjadi ledakan
kemarahan dan perasaan kecewa. Terdapat beberapa factor yang dapat memicu
menngginya emosi pada usia SD ini, diantaranya adalah keadaan fisik, misalnya
sakit atau lelah. Anak yang sedang sakit atau lelah cenderung menjadi cepat marah,
rewel, dan sulit dihadapi. Keadaan lingkungan dapat juga menyebabkan
meningginya emosi anak, misalnya terjadinya perubahan yang menonjol dalam pola
kehidupan anak, seperti perceraian, kematian, atau ketidakharmonisan hubungan
antar snggota keluarga.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
membantuk peserta diidk menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus
mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah
emosional inin. Dalam layanan bimbingan konseling kelompok anak dapat berlatih
bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan
masalah, bagaimana cara mengendalikan diri.
b. Masalah Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai “usia kelompok” karena
ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, dan merasa tidak
puas bila tidak bersama dengan teman-temannya. Keanggotaan kelompok dapat
menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya sangat sering
terjadi dan cukup mengganggu proses sosiali.
Permasalahn tersebut misanya, menjadi anggota geng seringkali menimbulkan
pertentangan dengan orang tua. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
gengnua daripada berada di lingkungan keluarganya, sehingga anak tidak
melakukan tugas-tugas rumah dan keluarga. Hal ini dapat mengganggu ikatan
emosional antara dua pihak.
Kedua, permusuan antara laki-laki dan perempuan semakin meluas dan
melahirkan sikap antipasti terhadap anggota lawan jenis. Kecemburuan anak
perempuan terhadap kebebasan yang dimiliki anak laki-laki membuat antipasti
dapat memperparah sikap antipasti tersebut.
Ketiga, adalah cara yang paling merusak yaitu, cara anak memperlakukan anak-
anak yang bukan anggota gengnya. Anak-anak yang telah membentuk geng
bersikap kejam dan kasar terhadap anak-anak yang bukan anggota gengnya.
Untuk itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan
remaja tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dan penyesuaian dirinya.
c. Masalah Kesulitan Belajar
Meningkatnya pelanggaran di sekolah dapat dilihat dalam kehidupan nyata
bahwa anak tidak lagi menyenangi sekolah dan menganggap beberapa mata
pelajaran membosankan sehingga “berhenti belajar” dan tidak memusatkan
perhatian pada mata pelajaran tersebut. Anak juga tidak didukung oleh teman-
temannya seperti ketika masih duduk di kelas-kelas yang lebih dibawahnya.
Keadaan itu dapat menyebabkan anak menjadi mengalami kesulitan belajar yang
ditandai dengan rendahnya prestasi belajar mereka. Hurlock (1980:166),
mengemukakan berbagai pelanggaran yang umumnya dilakukan oleh anak-anak
pada fase akhir masa kanak-kanak. Pelanggaran dirumah, mencakup berkelahi
dengan saudara, merusak milik saudara, bersikap kasar kepada saudara yang lebih
dewasa, dan lainnya. Sedangkan pelanggaran di sekolah mencakup mencuri,
menipu, berbohong, menggunakan kata-kata kasar, merusak fasilitas sekolah, dan
lainnya.
Berikut beberapa contoh gangguan social emosional anak usia sekolah dasar
yang sering nampak di kelas yaitu:
- Anak hiperaktif, yaitu cenderung tidak bisa diam. Ia cenderung bergerak terus
menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lombat, bahkan berteriak.
Anak ini sulit untuk dikontrol.
- Distractibility,yaitu anak yang cenderung cepat bosan. Ia seringkali
mengalihkan perhatiannya ke beberapa objek lain di kelas. Anak ini mudah
dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan
yang berlangsung di kelas.
- Poor selfconcepta, yaitu anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, dan
sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini
cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak
mampu. Karena itu, ia cenderung kurang bernai bergaul serta suka menyendiri.
- Anakimpulsivea, yaitu anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi
pertanyaa di kelas. Namun, jawaban yang diberikan seringkali tidak
menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini tidak
menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu
menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
- Anadestructive behaviour, yaitu anak yang suka merusak benda-benda yang
ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negative dalam bentuk membanting dan
melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah. Anak
seperti ini cepat tersinggung.
- Dependency child, yaitu anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak
seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya
sendiri. Ia sangat bergantung pada orang di sekitarnya. Sikap orang tua yang
terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat
tergantung.
- Withdrawl, adalah anak yang mempunyai social ekonomi yang sangat rendah,
sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-
tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu
- Learning disability, adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental
yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk
menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang
dipelajari.
Sehingga dari permasalahan diatas, disini diharapkan guru dapat membantu siswa
dalam menerima informasi pengetahuan serta dapat memilih media pembelajaran
yang sesuai dan sekolah mampu memfasilitasi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam menunjang proses pembelajaran tersebut.
Pada masa transisi dari fase anak-anak menuju remaja awal, memungkinan siswa
mengalami masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya masalahmasalah
dan kenakalan remaja. Kondisi ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak.
Keluarga, lingkungan sosial, dan juga pihak sekolah. mengungkapkan bahwa terdapat 4
Aspek perkembangan yang harus dicapai oleh siswa dengan tujuan untuk meminimalisir
hambatan-hambatan siswa dalam mencapai kesuksesan yaitu, perkembangan pribadi,
perkembangan akademik, perkembangan sosial, dan perkembangan karir. Keempat aspek
perkembangan tersebut menjadi kompetensi dasar siswa yang jika tidak terpenuhi akan
menimbulkan beragai masalah. Hal ini selaras dengan 4 bidang layanan bimbingan dan
konseling:
Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat
dari perubahan yang terjadi pada masa puber, yaitu:
a. Ingin menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak
biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, juga
sering bertengkar dengan sesama teman bermain. Anak puber lebih sering melamun, dan
mulai bereksperimen seks melalui masturbasi.
b. Bosan. Dengan datangnya masa puber, anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada
masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.
c. Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
d. Antagonisme sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, sering membantah dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan. Pada umumnya
diungkapkan dengan kritik dan komentar-komentar yang cenderung merendahkan.
e. Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang berlebihan hanya
dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah, sedih,
cepat tersinggung, dan cepat marah.
f. Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak
pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak yang
sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya.
Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber tersebut sering mengganggu
tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa remaja, dan sebagai
akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada masa remaja.
Beberapa masalah yang dialami oleh remaja
a. Masalah Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk
membantu subjek didik menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-
langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Dalam layanan
bimbingan dsn konseling kelompok anak dapat berlatih bagaimana cara menjadi pendengar
yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri.
Melalui wahan kelompok siswa dapat berlatih mengendalikan diri.
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama
teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam segala pola
perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Dalam
keadaan demikian, remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan berbagai akibat
yang akan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya
merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting.
Untuk itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan remaja
tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam penyesuaian dirinya. Melalui
penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan baka dan minat yang baik, lewat
kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, untuk mencegah dan mengatasi kesalahan
pergaulan.
Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya
diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi yang
berbeda. Dengan pola-pola perilaku sosial seperti ini, maka dapat melahirkan geng-geng atau
kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama,
suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah tersebut di atas, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok (baik
kurikuler maupun kokurikuler) dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras,
dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-
bedakan siswa yang satu dengan yang lain.
e. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan
remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, dan kelompok remaja. Ketidakmampuan mana yang
benar dan mana yang salah dpat membawa malapetaka bagi kehidupan remaja pada
khususnya dan pada semua orang pada umumnya.
f. Masalah Keluarga
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney
(dalam Prayitno,1994:238) mengidentifikasi 330 maslah yang digolongkan ke dlam 11
masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Masalah muncul karena adanya kesenjangan
antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein).
Masalah yang dihadapi oleh siswa di Taman Kanak-kanak biasanya berkaitan dengan
gangguan pada perkembangan siswa. Apabila gangguan tidak segera diatasi, maka
gangguan ini akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase
perkembangan anak sekolah.
Pada fase akhir masa kanak-kanak ini setiap individu tidak lepas dari berbagai
permasalahan yang jika dibiarkan akan menghambat perkembangan individu dalam
mencapai kedewasaannya. Berbagai masalah yang dialami siswa SD, diantaranya
adalah masalah emosi, masalah social, dan masalah prestasi belajar.
Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber mengganggu tugas-tugas
perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja dan sebagai akibatnya anak
akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase masa remaja.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
ini dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun mengenai
pembahasan makalah yang telah kami susun di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Martini Jamaris. 2005. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak kanak. Jakarta: Program PAUD PPS UNJ.
Rosmala Dewi. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti.
Theresia, M. et al. 2018. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES.
Weni Nur Wendari1 Aip Badrujaman2 Atiek Sismiati S. Profil Permasalahan Siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bogor. Bogor: Jurnal
Bimbingan Konseling 5(1)