Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN GURU DALAM SOLUSI PROBLEMATIKA


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah


Perkembangan Peserta Didik
yang diampu oleh Dra. Siti Umayaroh, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Dewi Endah Nur’Aini 190153602853
ShintaDilla P 190153602810
Syintia Rahma Febrianti 190153602905
Tri Kurniasari 190153602849

KEPENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya haturkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Peran Guru Dalam
Solusi Problematika Perkembangan Peserta Didik” dapat kami selesaikan.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perkembangan peserta didik di tanah air.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada
Dra. Siti Umayaroh, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga kami
tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman saya yang telah memberikan
dukungan serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Malang, 16 April 2020

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Problematika ialah sekumpulan masalah yang terjadi pada seseorang,
baik secara individual maupun sekelompok orang. Masalah adalah suatu hal
yang melekat dalam sebuah kehidupan. Masalah ialah suatu yang
menghambat, merintangi, mempersulit bagi orang dalam usahanya mencapai
sesuatu. Bentuk konkrit dari hambatan/rintangan itu dapat bermacam-macam,
misalnya godaan, gangguan dari dalam atau dari luar, tantangan yang
ditimbulkan oleh situasi hidup.
Peserta didik atau anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Problematika peserta didik ialah berbagai macam masalah yang
tengah dihadapi oleh peserta didik dalam ruang lingkup pendidikan atau
proses belajar mengajar. Guru adalah subjek yang memilik peran yang sangat
penting dalam memberikan solusi terhadap masalah-masalah tersebut.
Karena guru merupakan orang tua bagi anak didik di sekolah. Sebagai orang
tua, guru harus menganggapnya sebagai “anak didik”, bukan
menganggapnya sebagai “peserta didik”.
Siswa di sekolah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki
masalah, tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu
yang satu dengan yang lainnya tentulah berbeda-beda. Masalah-masalah
yang dihadapi oleh anak didik sangatlah banyak. Guru harus bisa memahami
karakteristik masing-masing individu anak didik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan problematika perkembangan peserta didik?
2. Apa saja jenis jenis problematika peserta didik?
3. Apa faktor faktor yang mempengaruhi problematika peserta didik?
4. Bagaimana peran guru dalam menangani problematika peserta didik?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu problematika perkembangan peserta didik
2. Untuk mengetahui jenis jenis problematika peserta didik
3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi problematika peserta
didik
4. Untuk mengetahui bagaimana guru dalam menangani problematika
peserta didik
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Problematika Peserta Didik


Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan
anak, yang timbul karena ketidakselarasan pada perkembangannya (Anonim,
2006:9). Pada anak anak prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai
normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang
bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk
mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu
sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka
Izzaty:2005).
Ada tiga kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat apakah
perilaku itu normatif atau bermasalah, yaitu kriteria statistik rata-rata, kriteria
sosial dan kriteria penyesuaiandiri. Menurut (Rita Eka Izzaty:2005) yang
dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata fisik
seseorang yang sesuai dengan norma statistik. Kriteria sosial adalah tingkah
laku yang dianggap menyimpang dari aturan sosial suatu daerah. Kemudian
yang dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan individu
menyesuaikan diri. Perilaku yang dianggap meresahkan atau mengganggu
diri sendiri ataupun orang lain dianggap tidak mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar.
Panduan Bimbingan Di TK. Jakarta. Depdiknas Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD Rita Eka
Izzaty. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta. Depdiknas Drjen Dikti Dirjen Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan perguruan Tinggi

2.2 Jenis-jenis Permasalahan Anak Taman Kanak-kanak


Pada dasarnya Jenis-jenis masalah Anak TK terdiri dari masalah fisik
dan psikososial. Permasalahan Fisik yang terjadi pada anak usia Taman
Kanak-kanak sangat beragam. Beberapa permasalahan fisik yang dihadapi
anak usia TK adalah masalah motorik, masalah penglihatan, masalah
pendengaran, masalah berbicara atau berbahasa. Permasalahan psiko-sosial
yang dihadapi anak-anak usia TK juga sangat beragam. Dari beberapa jenis
permasalahan psikis anak TK pada kesempatan kali ini penulis
mengungkapkan 4 psiko-sosial antara lain permasalahan sosio-emosional,
masalah agresivitas, masalah kecemasan dan masalah keberbakatan.
Menurut Tohirin (2007: 111) siswa di sekolah dan madrasah sebagai
manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah, akan tetapi
kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan
yang lainnya tentulah berbeda-beda. Masalah-masalah yang dialami siswa
berkenaan dengan:
(1) Perkembangan individu
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa
hereditas tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu
diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik
tersebut menyangkut fisik dan psikis atau sifat-sifat mental.
Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi
untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi
dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung kepada
kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Lingkungan merupakan factor penting disamping hereditas yang
menentukan perkembangan individu.
Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika factor-faktor
tersebut bisa saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang
baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalam perkambangan dengan
melalui proses belajar sering disebut pendidikan.
(2) Perbedaan individu
Masalah perbedaan individu dalam hal kecerdasan, kecakapan,
hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-
cita, kebutuhan, minat, pola-pola dan tempo perkembangan, ciri-ciri
jasmaniah, dan latar belakang lingkungan.
Syaiful Bahri Djamarah (2000:55) mengklasifikasikan perbedaan
individual anak didik menjadi tiga aspek, yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.
(3) Perbedaan biologis.
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang memiliki jasmani yang
persis sama, meskipun dalam satu keturunan. Aspek biologis tidak
bisa dianggap sebagai aspek yang tidak penting. Perbedaan biologis
akan mempengaruhi peserta didik dalam berinteraksi dan
menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Perbedaan warna kulit
misalnya, seorang peserta didik yang berkulit hitam akan menjadi
perbandingan bagi teman-teman yang lainnya. Bahkan akan menjadi
bahan ejekan bagia sebagian anak didik.
(4) Perbedaan intelektual.
Inteligensi merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk
dibicarakan dalam dunia pendidikan. Keaktualan itu dikarenakan
inteligensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar
anak didik. Inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dan
beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,
dan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya
dengan cepat.
(5) Perbedaan Psikologis.
Di sekolah perbedaan aspek psikologis ini tak dapat dihindari,
disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan
antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam pengelolaan pengajaran,
aspek psikologis sering menjadi ajang persoalan, terutama yang
menyangkut masalah minat dan perhatian anak didik terhadap bahan
pelajaran yang diberikan.
(6) Masalah kebutuhan individu
Masalah kebutuhan individu dalam hal memperoleh kasih sayang,
memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin
dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain,
merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan
untuk memperoleh kemerdekaan diri.
(7) Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku.
Kegiatan atau tingkah merupakan laku individu pada hakikatnya
merupakan cara pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat
ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik secara yang
wajar maupun yang tidak wajar, cara yang disadari maupun cara yang
tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini,
indiviidu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan dengan segala
kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses
penyesuaian diri. Individu harus dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupum
masyararakat.
(8) Masalah belajar.
Belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat
diartikan sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar.
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh
perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, af’ektif, maupun
psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam
interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Kegitatan belajar dapat meniimbulkan berbagai masalah baik bagi
pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Misalnya bagaimana
menciptakan knndisi yang baik agar berhasil, memilih metode dan
alat-alat sesuai dengan jonis dan situasi belajar, membuat rencana
belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan
siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan
sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang
mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara
belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,
mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan
sebagainya.
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan Anak TK
Beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan anak usia Taman Kanak
kanak dapat dikelompokkan dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Penyebab permasalahan dari faktor internal dalam diri anak
disebabkan karena kelemahan fisik dan karena psikisnya.
 Penyebab permasalahan anak karena faktor fisik terdiri dari:
a. Kesehatan berupa kondisi tubuh yang menurun
b.Kecacatan pada beberapa organ tubuh yang tidak berfungsi dengan
baik, kelainan pada sistem otak, gen atau kimia darah.
 Penyebab yang ditimbulkan dari faktor psikis dan sosial adalah:
a. Kecerdasan
b. Ingatan
c. Perasaan
d. Kemauan
e. Keluarga
f. Sekolah
g. Masyarakat
h. Media
 Masalah belajar.
Belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat
diartikan sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar.
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh
perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, af’ektif, maupun
psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam
interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Kegitatan belajar dapat meniimbulkan berbagai masalah baik
bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Misalnya bagaimana
menciptakan kondisi yang baik agar berhasil, memilih metode dan alat-
alat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar
bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa,
penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya.
Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul
misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar,
menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,
mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan
sebagainya. Sebagai makhluk manusia, anak didik memiliki
karakteristik.
Menurut Sutari Iman Barnadib, Suwarno, dan Siti Mechati, anak
didik memiliki karakteristik tertentu, yakni:
a. Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik atau guru
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari
kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik
c. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang
berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis,
rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan berbicara,
anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar
belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit,
bentuk tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual.
Menurut M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004)
mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
a. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya
Hubungan seseorang atau individu dengan
Tuhannya adalah hubungan yang sangat penting.
Hubungan ini berkaitan dengan perasaan keberagamaan.
Perasaan keagamaan termasuk bentuk perasaan yang
luhur dalam jiwa manusia, karena perasaan keagamaan
menggerakkan hati manusia agar ia lebih banyak
melakukan perbuatan yang baik.
Menurut Tohirin ialah masalah individu yang berhubungan
dengan Tuhannya berkaitan dengan kegagalan individu melakukan
hubungan secara vertikal dengan Tuhannya. Seperti sulit menghadirkan
rasa takut, memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit
menghadirkan rasa taat, merasa bahwa Tuhan senantiasa mengawasi
perilakunya sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan.
Dampak semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan
melaksanakan ibadah dan sulit untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang Tuhan.
 Masalah individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri
Kegagalan bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nurani
yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing kepada kebaikan
dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was,
ragu-ragu, berprasangka buruk (Su’uẓon), rendah motivasi, dan dalam
banyak hal tidak mampu bersikap mandiri.
 Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan keluarga
Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dengan anak
adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Diana
Baumrind (dalam Lerner & Hultsch, 1983) merekomendasikan tiga tipe
pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dalam
tingkah laku sosial anak, yaitu otoriatif, otoriter, dan permisif. Menurut
Resmita (2009, 144-145) otoritatif yaitu pengasuhan dengan
memperlihatkan pengawasan yang ekstra ketat terhadap tingkah laku
anak, namun juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati
pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan
keputusan. Sehingga anak-anak lebih percaya pada diri sendiri,
pengawasan diri sendiri, dan mampu bergaul baik dengan teman-teman
sebayanya.
Otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Anak dari
orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan
merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, merasa canggung
berhubungan dengan teman sebaya, dan memiliki prestasi belajar yang
rendah. Permisif dapat dibedakan kepada dua yaitu: Pertama,
pengasuhan permissive-indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana
orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi menetapkan
sedikit batas atau kendali atas mereka. Akibatnya anak-anak tidak
pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu
mengharapkan agar semua kemauannya dituruti. Kedua, pengasuhan
permissive-indefferent yaitu suatu gaya pengasuhan di mana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang
dibesarkan oleh orang tua dengan pengasuhan seperti ini cenderung
kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk, dan rasa harga diri
yang rendah.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik di tengah-
tengah keluarganya berakibat dari cara pengasuhan orang tua yang
tidak baik. Masalah-masalah tersebut terlihat dengan kesulitan atau
ketidakmampuan mewujudkan hubungan yang harmonis antara
anggota keluarga seperti antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan
kakak, dan saudara-saudara lainnya. Kondisi ketidakharmonisan dalam
keluarga menyebabkan anak merasa tertekan, kurang kasih sayang, dan
kurangnya ketauladanan dari kedua orang tua.
 Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosial
Peserta didik belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan
teman sebaya merupakan suatu usaha untuk membangkitkan rasa sosial
atau usaha memperoleh nilai-nilai sosial. Oleh karena itu, tidak dapat
dipungkiri peserta didik akan menghadapi permasalahan-permasalahan
sosial dalam hidupnya. Permasalahan sosial itu berkenan dengan
ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan
lingkungan tetangga, sekolah, dan masyarakat atau kegagalan bergaul
dengan lingkungan yang beraneka ragam watak, sifat, dan perilaku.
Zulkifli (2006, 61) mengatakan bahwa dalam kehidupan
keluarga, anak laki-laki harus diajari berperan sebagai laki-laki, anak
perempuan harus diajari berperan sebagai perempuan. Hal ini sesuai
dengan tuntutan masyarakat tempat anak laki-laki berperan sosial
sebagai pria, anak perempuan berperan sosial sebagai wanita. Untuk
menunjang tugas perkembangan itu, guru hendaknya mengajarkan
peran sosial yang sewajarnya, masing-masing untuk murid laki-laki
dan murid perempuan.

2.4 Permasalahan Peserta Didik dan Peran Guru


Seseorang dilahirkan di dunia mempunyai potensi yang berbeda -beda.
Untuk menyikapihal tersebut diperlukan pendidikan sebagai alat untuk
mengembangkan kepribadian peserta didik, namun pada kenyataannya untuk
mengembankan pribadi seorang individu tidak mudah. Dalam satu kelas
belum tentu semua murid memiliki semangat belajar yang tinggi. Murid yang
tidak bersemangat dalam pembelajaran meliputi:
a) Murid berprestasi dengan tingkat kesuksesan yang rendah.
Murid jenis ini tidak memiliki kemauan yang kuat dalam belajar,
sehingga setiap apa yang disampaikan guru tidak didengarkan dengan baik
dan selalu diabaikan. Murid jenis ini sangat sulit untuk dideteksi sebab
mereka lebih cenderung melakukan hal yang mereka sukai dari pada
mendengarkan guru. Disini peran guru sangat diperlukan untuk membentuk
siswa menjadi bersemangat dalam belajar. Guru menyakinkan mereka bahwa
mereka pasti bisa melakukannya, mereka pasti bias menjadi pintar jika terus
menerus diulang. Disamping itu guru memberikan sanksi apabila murid tidak
mau diberi pengarahan dengan baik, dan guru memberi dukungan agar murid
mau bekerja dengan keras. Cara mengatasinya adalah guru harus terus
menerus meyakinkan bahwa mereka bisa mencapai tujuan dan mereka dapat
menghadapi tantangan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai sukses. Akan tetapi murid jenis ini perlu diingatkan bahwa guru
mau menerima mereka hanya jika mereka mau berusaha dengan nyata.
b) Murid dengan sindrom kegagalan
Sindrom kegagalan adalah murid yang memiliki ekspektasi rendah dan
menyerah saat pertama menghadapi kesulitan, murid dengan sindrom
kegagalan cenderung menjalankan tugas setengah hati dan selalu gampang
menyerah. Mereka memiliki kemampuan tetapi selalu tidak bersemangat.
Cara mengatasinya adalah Menggunakaan metode trening yang lebih
menekankan terhadap peningkatan kecakapan diri murid, metode ini
bertujuan untuk mengajari murid untuk menentukan dan berjuang sampai dia
bias dikatakan berhasil dalam pembelajaran. Dan selalu member motivasi
dengan kata-kata, Menggunakan trening atribusi dan orientasi prestasi
penekanan utamnya adalahmengubah atribusi atau apa yang difikirkan siswa
yang gagal dibimbing menjadi siswa yang berhasil. Metodeini bertujuan
untuk menghubungkan kegagalan dengan faktor-faktor yang dapat diubah
dan diperbaiki melalui strategi yang efektif. Dalam hal ini guru lebih
mengutamakan proses dari pada produk.
c) Murid yang termotivasi untuk melindungi dirinya dan menghindari
kegagalan
Non performance. Murid jenis ini tidak mau mencoba, misalnya saat
berkangsungnya kegiatan belajar, murid jenis ini tampak ingin menjawab
pertanyaan tetapi berharap guru menunjuk temannya terlebih dahulu. Dengan
kata lain dia tahu tetapi tidak mau mencoba karena kurang percaya diri.
Murid berpura-pura memperhatikan pelajaran tetapi itu dilakukan hanya
semata-mata untuk menghindari hukuman. Untuk tidak dimarahi oleh guru.
Murid yang suka menunda belajarnya, dengan kata lain muridhanya belajar
apabila akan diadakan ulangan. Murid jenis ini sangat memiliki manajemen
waktu yang buruk.Cara mengatasinya adalah member murid dengan soal
yang menarik, menentang dan mudah dikerjakan dengan ketentuan sesuai
dengan kemampuan siswanya. Buat system hadiah, apabila murid benar
maka guru memberinya hadiah cukup denagan pujian-pujian.
d) Murid tidakTertarik atauTerelienasi (Terasing)
Dalam hal ini yang dimaksud dengan terasing adalah mengenai
pelajaran, murid merasa tidak bias melanjutkan belajar sehingga murid selalu
menghindari pelajaran, tidak tertarik belajar. Bagi mereka berprestasi di
sekolah adalah hal yang tidak penting. Apabila keadaan ini selalu dibiarkan
maka murid tidak bisa sukses dalam pembelajaran. Cara mengatasinya
adalah:
1. Kembangkan hubungan positif antara guru dengan murid. Guru
merupakan komponen penting dalam pembelajaran, oleh karena itu
guru akan menunjukkan sikap yang baik terhadap murid-muridnya.
Berusaha untuk tidak dibenci oleh murid. Buat suasana di sekolah
menjadi menarik. Yakinkan kepada anak bahwa sekolah adalah tempat
yang menyenangkan. Berikan mereka keluangan waktu untuk tidak
terlalu tegang saat belajar. Guru harus bertindak sebagai mentor
terhadap anak yang bermasalah tersebut, secara khusus luangkan waktu
untuk anak ini diluar jam pelajaran.
2. Guru sebagai Pembimbing
Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu
yang mandiri dan produktif.
Siswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan minat dan bakat
yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan
membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing.
Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada
kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa
yang dibimbingnya.
Guru yang mampu menjalankan perannya dengan baik, membentuk
pribadi peserta didiknya sehingga tumbuh berkembang dengan
baik,sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Pada kenyataanya
setiap guru belum mampu menjalankan peranannya dengan baik.
Dalam proses belajar mengajarnya hanya memberikan materi-materi
tanpa adanya penanaman kepribadian pada diri peserta didik.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang menyangkut kehidupan anak,
yang timbul karena ketidak selarasan pada perkembangannya yang memerlukan
perkembangan rata-rata fisik yang sesuai dengan statistik. Kriteria social adalah
tingkah laku yang dianggap menyimpang dari aturan social suatu daerah.
Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Depdiknas Drjen Dikti
Dirjen Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan danKetenagaan
perguruanTinggi. Pada dasarnya Jenis-jenis masalah Anak TK terdiri dari
masalah fisik dan psikososial. Beberapa masalah fisik yang menyangkut anak
usia TK adalah masalah motorik, masalah penglihatan, masalah pendengaran,
masalah berbicara atau percakapan.

3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bias
dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber penulis atau artikel dapat
memperbaiki makalah tersbut.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
https://nilaknowledge.wordpress.com/2013/05/30/peran-guru-dalam-mengatasi-
anak-bermasalah/

Anda mungkin juga menyukai