Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan
manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi
persoalan-persoalan atau masalah yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan
yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup
mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak
mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Manusia adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.peserta didik merupakan
pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah kematangan.
Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti
terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan,
emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri. Dalam dunia
pendidikan, peserta didikpun tidak jarang mengalami masalah-masalah, sehingga tidak
jarang dari peserta didik yang menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang
merentang dari kategori ringan sampai dengan berat.
Berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, maka perlu
adanya pendekatan-pendekatan melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling. Disini,
guru memiliki perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang
sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa atau pesrta didik. Di dalam
melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di
sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan
menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi
sasaran, serta realistik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah?

1|Page
2. Apa saja pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling?
3. Bagaimana strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling?
4. Apa saja fungsi dan tujuan Bimbingan dan Konseling?
5. Bagaiman fokus Pelayanan, Strategi, dan Personil Bimbingan dan Konseling?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.
2. Mengetahui pendekatan-pendekatan umum dalam Bimbingan & Konseling.
3. Mengetahui strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
4. Mengetahui fungsi dan tujuan Bimbingan dan Konseling.
5. Mengetahui fokus Pelayanan, Strategi, dan Personil Bimbingan dan Konseling.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswa Universitas Bengkulu.
2. Dapat pengetahuan bagi dosen maupun mahasiswa Universitas Bengkulu.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah-masalah yang Dihadapi Siswa


Masalah adalah sesuatu yang tidak luput dari setiap manusia. Menurut KBBI
masalah diartikan sebagai sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan), karena masalah
yang menimpa sesorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat
mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Adapun ciri-ciri masalah adalah sebagai berikut:
 Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan
kenyataannya (das sein). Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin
berat.
 Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.
 Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri
maupun oleh lingkungan
 Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru.
 Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu
dijawab.
 Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.
Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu
mengalami perubahan yang besar yang dimulai sejak datangnya fase masa puber.
Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat
dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan
adalah :
 Ingin menyendiri
 Bosan

 Inkoordinasi

 Antagonism social
 Emosi yang meninggi
 Hilangnya kepercayaan diri
Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja, dan

3|Page
sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase
remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja antara lain:
a. Masalah Emosi
Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat
kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari
gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang,
emosinya meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan
ini sering menimbulkan berbagai permasalahan remaja.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung
jawabuntuk membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal
harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi
masalahemosional ini. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak
dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan
masalah, bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah
sesama anggota maupun masalahnya sendiri.
b. Masalah Penyesuaian Diri
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat
banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar rumah
bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau
pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku , sikap, minat, dan gaya
hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat
tergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila
mereka salah dalam bergaul,dalam keadaan demikian remaja cenderung akan
mengikuti pergaulan yang salahtersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat
yang akan menimpa dirinya karenakebutuhan akan penerimaan dalam kelompok
sebaya dianggap paling penting.
c. Masalah Perilaku Seksual
Pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik pada lawan
jenis sehingga timbul keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan
perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya minat yang
tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi tentang
seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak
mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari informasi yang tidak tepat tersebut

4|Page
dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral
dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi dan mangatasi
masalah tersebut, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya
pendidikan seks.
d. Masalah Perilaku Sosial
Adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras,
agama,atau sosial ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau
kelompok remaja yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar
belakang agama,suku, dan sosial ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya
permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah
tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan
tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras dan sosial ekonomi.
e. Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan
remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan
oleh ketidak konsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai
kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti.
f. Masalah Keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan
keluarga selama masa remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan
dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah
palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan
modern berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di
antara mereka.Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan
keluarga tentang penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja
yang dapat berhubungan terutama teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah
harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua. 

B. Pendekatan Umum dalam Bimbingan dan Konseling


Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah sangat
mungkin mengalami masalah-masalah yang dapat mengganggu proses tumbuh

5|Page
kembangnya, maka untuk menanggulangi permasalahan tersebut dapat dilakukan
beberapa pendekatan dalam bimbingan dan konseling yaitu:
a. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya
bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
Bimbingan ini bertujuan mengarasi krisis atau masalah-masalah yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing menunggu individu yang dating.
Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan
individu.
b. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuannya adalah
untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu.
Pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
c. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi
masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut
menimpa individu. Pembimbing memberikan upaya seperti informasi dan
keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
d. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan kepada pengembangan potensi dan
kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi
dan kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi,
kemudian kekuatan-kekuatan tersebut dikembangkan. Layanan bimbingan ini
diberikan kepada setiap individu bukan hanya yang memiliki masalah.

C. Strategi pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling


Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat
dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Strategi
yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling disebut strategi layanan
bimbingan dan konseling.

6|Page
Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi,
konseling kelompok dan pengajaran remedial.
a. Konseling Individual
Konseling Individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara
pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).
Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri,
kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesionaldalam
jabatannya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan
kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah
pendidikan, pekerjaan, dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan
sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya ditujukan kepada individu – individu
yang sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus, karena
dalam interaksi tersebut, konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor.
Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau
membantu memecahkannya. Konselor dan konseli saling belajar dengan
pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi ini.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat merubah sikap, keputusan diri
sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.
b. Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting, sebab
banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil. Konsultasi dalam
pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang professional.
Pengertian Konsultasi dalam program bimbingan dipanadang sebagai suatu
proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan
konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah
c. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri konseli. Isi kegiatannya terdiri atas penyampaian
informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.

7|Page
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang
beranggotakan 20 sampai 30 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan
kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan
sikap merupakan tujuan yang tidak langsung.
d. Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik
dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula
bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yag
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi – fungsi
terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling
mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling
menerima dan mendukung. Fungsi – fungsi terapi itu dikembangkan dalam suatu
kelompok kecil melalui cara saling memperdulikan diantara para peserta
konseling kelompok
e. Pengajaran Remidial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa
tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berencana, terorganisir, terarah, terkoordinasi, terkontrol
dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi
objektif individu atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung
sarana dan lingkungannya.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam
keseluruhan kerangka pola layanana bimbingan belajar, serta merupakan
rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar
mengajar. Secara skematik prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
1) Diagnostik kesulitan belajr mengajar.
2) Rekomendasi / referral.
3) Penelaahan kembali kasus.

8|Page
4) Pilihan alternatif tindakan.
5) Layanan konseling.
6) Pelaksanaan pengajaran remedial.
7) Pengukuran kembali hasil belajar mengajar.
8) Reevaluasi / Rediagnostik.
9) Tugas tambahan.
10) Hasil yang diharapkan.
Startegi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif,
kuratif jika dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan.
Pendekatan preventif ditujukan kepada siswa tertentu yang diperkirakan akan
mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhya. Pendekatan
pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostic yang dilakukan
guru selama berlangsung program PBM.

D. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling


a. Tujuan Bimbingan dan Konseling Secara Umum
Secara umum dan luas tujuan BK adalah untuk membantu individu dalam
mencapai kegiatan hidup pribadi, kehidupan yang efektif dan produktif
dimasyarakat, hidup bersama individu lain serta harmoni antara cita-cita dengan
kemampuan yang ada.
1. Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan sekolah :
o Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa.
o Sebagai penengah antara sekolah dan masyarakat.
o Mengadakan penelitian tentang siswa dan latar belakang siswa.
o Menyelenggarakan program tes.
o Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi guru dan
staf lainnya.
o Menyelenggarakan pendidikan lanjutan bagi siswa yang sudah
tamat (tambahan keterampilan).

2. Tujuan bimbingan dan konseling untuk siswa :


o Membantu siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan
potensi yang dipunyai.

9|Page
o Membantu sosialisasi dan sensitifikasi siswa terhadap
kebutuhannya.
o Membantu siswa untuk mengembangkan motif dan motivasi
belajar.
o Memberikan dorongan dalam mengarahkan diri, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dalam pendidikan.
o Mengembangkan sikap dan nilai secara menyeluruh serta puas
dengan keadaan hidup.
o Membantu siswa dalam memahami tingkah laku manusia.
o Membantu siswa dalam memperoleh kepuasan diri.
o Membantu siswa untuk hidup seimbang dalam aspek jasmani,
rohani, emosi dan sosial.
o Membantu siswa mendapat kesempatan dalam mengembangkan
potensinya di lingkungan dan di masyarakat.

3. Tujuan BK untuk guru


o Membantu guru dalam keseluruhan program pendidikan.
o Membantu guru dalam usaha memahami perbedaan individu
siswa.
o Meransang dan mendorong penggunaan prosedur dan teknik
bimbingan.
o Membantu dan mengenalkan pentingnya keterlibatan diri dalam
keseluruhan program pendidikan.
o Membantu guru dalam berkomunikasi dengan siswa.

4. Tujuan BK untuk orang tua siswa


o Membantu orang tua dalam menghadapi masalah hubungan
antara siswa dengan keluarga.
o Membantu dalam memperoleh pengertian tentang masalah
siswa sertabantuan yang dapat diberikan.
o Membina hubungan baik antara keluarga dan sekolah.
o Membantu memberikan pengertian terhadap orang tua tentang
program pendidikan pada umumnya.

10 | P a g e
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (1994), BK berfungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman
Merupakan landasan dari kegiatan BK karena memungkinkan
jalan keluar dari pemecahan masalah yang ditemui.
2. Fungsi Pencegahan
Untuk mencegah/paling tidak memperkecil akibat yang akan
timbul dari masalah siswa.
3. Fungsi Pemeliharaan
Agar hal-hal yang telah dipunyai individu siswa terjaga dan
terpelihara dengan baik serta hal-hal yang menjadi kekurangan dari
individu dapat dikurangi sedikit demi sedikit.
4. Fungsi Pengembangan
Untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa
sehingga individu siswa dapat puas dan bahagia dalam hidupnya.
5. Fungsi Pengentasan
Merupakan suatu usaha yang nyata untuk memecahkan masalah
siswa, sehingga diharapkan siswa bebas dari permasalahan yang
dihadapinya sehingga kebahagiaan siswa dapat terwujud.

E. Fokus Pelayanan dan Personil Bimbingan dan Konseling


a. Fokus Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Berdasarkan fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan
bimbingan dan konseling dalam suatu program bimbingan dan konseling yang
dijabarkan dalam tiga kegiatan utama, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, dan layanan perencanaan individual.
1. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan
meningkatkan keterampilan – keterampilan hidupnya. Layanan dasar
bimbingan ini disajikan secara sistematis bagi seluruh siswa, yang isinya

11 | P a g e
sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling yang telah dikemukakan
di atas.
Layanan dasar bimbingan ini juga berisi layanan bimbingan belajar,
bimbingan sosial, bimbingan pribadi dan bimbingan karir, layanan ini
untuk seluruh peserta didik, disajikan atau di luncurkan dengan
menggunakan Strategi klasikal dan dinamika kelompok.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh
siswa pada saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif, atau mungkin
kuratif. Isi layanan Responsif adalah sebagai berikut :
 Bidang pendidikan, topik-topiknya adalah pemilihan program
studi di sekolah menengah yang sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuann; dan pemilihan program studi lanjutan di
perguruan tinggi.
 Bidang belajar, yaitu cara belajar efektif dan cara mengatasi
kesulitan belajar.
 Bidang sosial, yaitu cara memilih teman yang baik, cara
memelihara persahabatan yang baik, cara mengatasi konflik
dengan teman.
 Bidang pribadi, yaitu pembetukan identitas karier, pengenalan
karakteristik dan lingkungan pekerjaan, dan pembentukan pola
karier.
 Bidang disiplin, yaitu pengenalan tata tertib sekolah dan
pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
 Bidang narkotika, yaitu pengenalan bahaya penggunaan
narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
 Bidang perilaku seksual, yaitu penngenalan bahaya perilaku
seks bebas, cara berpacaran yang baik, serta pencegahan
perilaku seks bebas.
 Bidang kehidupan lainnya.
3. Layanan perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah upaya bimbingan yang
bertujuan membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan

12 | P a g e
rencana – rencana pendidikan, karier, dan kehidupan sosial pribadinya.
Tujuan utama dari layanan ini adalah membantu siswa belajar memantau
dan memahami perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencana hidupnya atas dasar hasil
pemantauan dan pemahamannya itu. Isi layanan perencanaan individual
adalah sebagai berikut:
 Bidang pendidikan yaitu perecanaan belajar dan perencanaan
studi lanjutan.
 Bidang karier, yaitu perecanaan pekerjaan, perencanaan
jabatan, perncanaan pekerjaan ke perusahaan – perusahaan, dan
perencanaan waktu luang untuk kegiatan yang produktif.
 Bidang sosial pribadi yaitu perencanaan pengembangan konsep
diri yang positif, serta perecanaan pengembangan keterampilan
– keterampilan sosial yang tepat.
b. Personil Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Konselor, guru, administrator / kepala sekolah, orang tua siswa, siswa,
semuaya berperan sebagai narasumber dalam program bimbingan. Konselor
bertugas memberikan berbagai layanan dan mengkoordinasikan program
bimbingan. Bekerjasama, serta mendukung peran guru dan administrator sekolah
agar program bimbingan tersebut berhasil.
Adapun orang tua siswa dan anggota masyarakat dilibatkan dalam program
bimbingan. Mereka masuk dalam komite atau dewan penasihat masyarakat
sekolah yang bertugas memberikan rekomendasi, serta layanan dukungan
terhadap konselor dan orang yang terlibat dalam program bimbingan.
Keterlibatan staf pengajar / guru adalah sangat penting. Oleh sebab itu guru
harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan
implementasi program. Konselor dan guru harus bekerja sama dalam
merecanakan pelaksanaan program bimbingan. Kegiatan – kegiatan bimbingan
disajikan dalam bidang materi yang tepat sehingga posisi guru tidak diganti oleh
konselor dalam kelas.
Secara hukum, posisi konselor di Sekolah menengah telah ada sejak tahun
1975, yaitu sejak diberlakukannya kurikulum bimbingan dan konseling. Dalam
sistem pendidikan di Indonesia konselor di Sekolah Menengah mendapat tempat
yang cukup leluasa. Peran konselor sebagai komponen student support services,

13 | P a g e
adalah men-support perkembangan aspek – aspek pribadi sosial, karir dan
akademik siswa, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling
bantuan kepada siswa dalam individual student planning, pemberian layanan
responsif, serta pengembangan sistem support. Pada jenjang ini konselor
menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yang meliputi fungsi
preventif, developmental, maupun fungsi kuratif.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah yang dihadapi siswa di sekolah antara lain, Ingin menyendiri, Bosan,
Inkoordinasi, Antagonism social, Emosi yang meninggi, Hilangnya kepercayaan diri.
Strategi dalam bimbingan dan konseling meliputi, konseling individual, konsultasi,
konseling kelompok dan pengajaran remedial. Untuk pendekatan bimbingan dan
konseling anrara lain, konseling individual, konsultasi, konseling kelompok dan
pengajaran remedial.
Perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek.
Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan
sekolah sebagai lembaga pendidikan. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri
yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian
subjek didik. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi
yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus
melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial  kultural)
pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
B. Saran
Untuk menciptakan pelayanan bimbingan secara bermutu, maka para pembimbing,
guru, dan personel sekolah lainnya perlu mendapatkan penambahan, perluasan, atau
pendalaman tentang konsep-konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu tentang
bimbingan, sesuai dengan deskripsi pekerjaan  (kinerja) masing-masing. Bentuk
pengembangan staf ini bisa dilaksanakan melalui seminar atau lokakarya. Melalui
kegiatan pengembangan ini diharapkan personel sekolah memiliki kompetensi atau
kemampuan sesuai dengan deskripsi kerja (kinerja) masing-masing.
Selain itu, konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang
tua, staf sekolah lainnya, dan pihak instansi di luar sekolah (pemerintah dan swasta)

15 | P a g e
untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam
upaya memfasilitasi individu atau peserta didik mengembangkan npotensi dirinya secara
optimal, untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang
telah diberikannya kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
bagi perkembangan siswa, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program
layanan bimbingan dan konseling.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai