Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Masalah-Masalah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu : Anisah, S.Pt., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Muh Idha (201220246)

Pebri Rohmadan (201220252)

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN


JAMBI 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah
“Bimbingan Konseling” ini tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penulisan
makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari Ibu Anisah, S.Pt., M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah terkait.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
pembaca mengenai “Masalah masalah bimbingan konseling”, erta untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis mengenai materi terkait.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Jambi, November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...……..1
B. Rumusan Masalah….…………………………………………………………...2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Masalah-Maslah Dalam Bimbingan Konseling……………………………….3


B. Penyelesaian Masalah Bimbingan Konseling…………………………………7

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………...............5
B. Saran………………………………………………………………………….....5

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk siswa, baik
secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling bukanlah
kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan
guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks
memandirikan siswa. Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, bukan semata-mata
terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum, undang-undang atau
ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugastugas perkembanganya secara optimal (Nidya, 2012:13).
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sangat dibutuhkan, karena
banyaknya masalah siswa di sekolah, besarnya kebutuhan siswa akan
pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang
memayungi layanan bimbingan dan konseling di sekolah serta perbaikan tata
kerja baik dalam aspek ketenangan maupun manajemen. Layanan bimbingan dan
konseling di harapkan membantu siswa dalam pengenalan diri, pengenalan
lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan terhadap
perkembangan siswa, tidak hanya untuk siswa yang bermasalah tetapi untuk
seluruh siswa. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada siswa
tertentu atau yang perlu di panggil saja, melainkan untuk seluruh siswa (Nidya,
2012:14).
Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling membantu siswa untuk menjadi
insan yang berguna dalam kehidupanya yang memiliki berbagai wawasan,
pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat
berkenaan dengan diri sendiri dan lingkunganya. Insan seperti itu adalah insan
1
yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan
lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara
tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang
diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal
(Prayitno dan Erman, 2009:114).
Sebagaimana yang kita tahu bahwa konselor sekolah berfungsi untuk
menangani masalah yang ada di sekolah baik berupa kekerasan fisik maupun non
fisik yang dilakukan siswa di sekolah. Disinilah peran bimbingan konseling
diperlukan untuk membimbing atau menangani, menasehati siswa yang terlibat
dalam suatu masalah (Nidya, 2012:28).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Masalah Bimbingan Konseling ?
2. Bagaimana Penyelesaian Masalah Bimbingan Konseling ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah-Maslah Dalam Bimbingan Konseling


sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase
remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani
kehidupan pada fase remaja, terutama adalah:
a. Masalah Emosi, Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja
seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini
dapat dilihat dari gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah,
mudah dirangsang, emosinya meledak-ledak dan tidak mampu
mengendalikan perasaannya.
Keadaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahan remaja. Sekolah
sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawabuntuk
membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang optimal harus
mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi
masalahemosional ini.
Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok anak dapat berlatih
menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah,
bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah sesama
anggota maupun masalahnya sendiri.
b. Masalah Penyesuaian Diri, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi
dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini
remaja lebih banyak di luar rumah bersama-sama temannya sebagai
kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman sebaya dalam
segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada
pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-pola
perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam
bergaul,dalam keadaan demikian remaja cenderung akan mengikuti
pergaulan yang salahtersebut tanpa mempedulikan berbagai akibat yang akan
3
menimpa dirinya karenakebutuhan akan penerimaan dalam kelompok sebaya
dianggap paling penting.
c. Masalah Perilaku Seksual, pada masa puber (masa remaja), remaja sudah
mulai tertarik pada lawan jenis sehingga timbul keinginan yang kuat untuk
memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya,
remaja mempunya minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari
atau memperoleh informasi tentang seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi
kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber
yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari
informasi yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan perilaku seks remaja
yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk
dilakukan. Untuk menanggulangi dan mangatasi masalah tersebut, sekolah
hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya pendidikan seks.
d. Masalah Perilaku Sosial, adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar
belakang ras, agama,atau sosial ekonomi yang berbeda dapat melahirkan
geng-geng atau kelompok remaja yang pembentukannya berdasarkan atas
kesamaan latar belakang agama,suku, dan sosial ekonomi, hal ini dapat
memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah
dan mengatasi masalah tersebut , sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama,
ras dan sosial ekonomi.
e. Masalah Moral, masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh
ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Hal ini disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam konsep benar dan
salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya
menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan
budi pekerti.
f. Masalah Keluarga, Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum
pertentangan keluarga selama masa remaja adalah: standar perilaku, metode
disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada
remaja, dan masalah palang pintu. Remaja sering menganggap standar
4
perilaku orang tua yang kuno dan modern berbeda. Keadaan inilah yang
sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka.Yang dimaksud dengan
masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu
pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan terutama
teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama
dengan orang tua.
B. Penyelesaian Masalah Bimbingan Konseling
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling :
1. Menentukan masalah
2. Pengumpulan data
3. Analisis data
4. Diagnosis
5. Prognosis
6. Terapi
7. Evaluasi/follow up.

Ketujuh langkah bimbingan konseling tersebut harus dilakukan secara


runtut. Seperti yang pertama yaitu menentukan masalah, untuk menentukan
masalah sendiri terkadang seorang klien memang terlalu bingungnya sampai apa
masalah yang terjadi pada dirinya pun tidak dapat dikemukakan, akibatnya
konselor tidak dapat mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi pada klien
tersebut. Jadi dalam hal menentukan masalah adalah menjadi awal yang harus
dilakukan agar konselor mengetahui apa masalah yang terjadi.

Pengumpulan data dapat dilakukan setelah konselor mengetahui masalah


yang sedang terjadi pada klien, pengumpulan data dapat diambil dari orang
terdekat dari klien, seperti orangtua, pasangan, sahabat terdekat,ataupun teman.
Mengumpulkan data sedikit susah sedikit gampang karena apabila data yang kita
tuju itu tersedia atau terbuka untuk konselor, maka tujuan untuk mengumpulkan
data akan berjalan lancer, sebaliknya apabila data tersebut sulit didapatkan maka
pengumpulan data akan tersendat dan konselor tidak akan bisa menganalisis data
yang diinginkan sebelumnya.

5
Tahap terakhir yakni tahap evaluasi atau follow up, dalam tahap ini
seorang konselor dan klien akan melakukan evaluasi atau perbaikan dalam
memecahkan masalah, meskipun hasil yang sebelumnya menurut kita sudah baik
atau sesuai tujuan alangkah baiknya tahap ini selalu dilakukan untuk
mengantisipasi kesalahan-kesalahan sekecil apapun yang akan mungkin terjadi
lagi. Langkah-langkah di atas harus dilakukan secara bersama, tidak bisa konseli
saja \yang melakukan, melainkan klien juga harus melakukan agar semua
masalah yang terjadi dapat terselesaikan dengan cepat, baik dan menghasilkan
pemikiran-pmikiran yang lebih luas lagi, agar semua masalah tidak selalu
dianggap serius.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase
remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani
kehidupan pada fase remaja.
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling :
8. Menentukan masalah
9. Pengumpulan data
10. Analisis data
11. Diagnosis
12. Prognosis
13. Terapi
14. Evaluasi/follow up.

Ketujuh langkah bimbingan konseling tersebut harus dilakukan secara


runtut. Seperti yang pertama yaitu menentukan masalah, untuk menentukan
masalah sendiri terkadang seorang klien memang terlalu bingungnya sampai apa
masalah yang terjadi pada dirinya pun tidak dapat dikemukakan, akibatnya
konselor tidak dapat mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi pada klien
tersebut. Jadi dalam hal menentukan masalah adalah menjadi awal yang harus
dilakukan agar konselor mengetahui apa masalah yang terjadi.

B. Saran
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa
mengenai interaksi edukatif di lembaga pendidikan. Penyajian makalah ini masih
jauh dari kata sempurna.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/afyfy/58cc5b30727e61cf29c29942/
strategi-dan-langkah-memecahkan-masalah
Nurihsan, A. J.(2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama
https://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2013-1-86201-111409096-bab1-
31072013054401.pdf

A.
B.3. Pranata sosial,
C.kebanyakan pranata
sosial dikembangkan
atas dasar
D.kepentingan
penguasaan lingkungan
permukiman yang
amat

8
E. penting artinya bagi
kelangsungan hidup
masyarakat yang
F. bersangkutan.
Berbagai peraturan
dikembangkan untuk
G.menyisihkan orang-
orang yang bukan
anggota kesatuan
sosial
H.yang bersangkutan.
Mereka tidak mempunyai
hak dan kewajiban
I. yang sama atas
penguasaan sumber
9
daya alam yang
tersedia
J. seperti anggotanya.
K.4. Kebutuhan sosial,
L. lingkungan sosial itu
terbentuk didorong
oleh keinginan
M. manusia untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagaimana
N.diketahui, bahwa tidak
semua kebutuhan hidup
manusia itu bisa
O.terpenuhi oleh
seorang diri, terutama
10
kebutuhan sosial
(social
P. needs). Karena itu
pemenuhan kebutuhan
hidup yang mendasar
Q.(basic needs)
senantiasa menimbulkan
kebutuhan sampingan
R.(drived needs).
S. Berdasarkan pemaparan
di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa
T. konsep lingkungan
sosial itu terdiri dari

11
pengelompokan sosial,
penataan
U.sosial, pranata sosial
dan kebutuhan sosia
V. mengetahui apa yang
harus diberikan dan
apa yang dapat
W. diharapkan dari pihak
lainnya.
X.3. Pranata sosial,
Y. kebanyakan pranata
sosial dikembangkan
atas dasar
Z. kepentingan
penguasaan lingkungan
12
permukiman yang
amat
AA. penting artinya
bagi kelangsungan
hidup masyarakat yang
BB. bersangkutan.
Berbagai peraturan
dikembangkan untuk
CC. menyisihkan orang-
orang yang bukan
anggota kesatuan
sosial
DD. yang bersangkutan.
Mereka tidak mempunyai
hak dan kewajiban
13
EE. yang sama atas
penguasaan sumber
daya alam yang
tersedia
FF. seperti anggotanya.
GG. 4. Kebutuhan sosial,
HH. lingkungan sosial
itu terbentuk didorong
oleh keinginan
II.manusia untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagaimana
JJ. diketahui, bahwa
tidak semua kebutuhan
hidup manusia itu bisa
14
KK. terpenuhi oleh
seorang diri, terutama
kebutuhan sosial
(social
LL. needs). Karena itu
pemenuhan kebutuhan
hidup yang mendasar
MM. (basic needs)
senantiasa menimbulkan
kebutuhan sampingan
NN. (drived needs).
OO. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa

15
PP. konsep lingkungan
sosial itu terdiri dari
pengelompokan sosial,
penataan
QQ. sosial, pranata sosial
dan kebutuhan sosi

16

Anda mungkin juga menyukai