Anda di halaman 1dari 22

Bimbingan dan Konseling di SMP

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Bimbingan dan Konseling Islam


Dosen Pengampu: Hasan Bastomi, M.Pd.I.

Disusun oleh:

1. Ana Alimatul Himmah (1810810049)


(1810810049)
2. Siti Nur Sofiyah
Sofi yah (1810810061)

Kelas :Tadris Biologi B

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, problematika peserta didik di
sekolah semakin beragam. Jalan pikiran mereka menjadi terbagi dengan
masalah diluar sekolah dan di dalam sekolah. Suatu tindak layanan sekolah
pada peserta didik dengan bimbingan konseling yang mengarahkan para
para peserta didik untuk mengetahui bakat dan potensi dalam diri
diri mereka.
Bimbingan konseling biasanya berbicara mengenai aspek
psikologis, ini akan sangat penting jika ada banyak gangguan psikis pada
peserta didik yang biasanya tertekan masalah dan tidak mampu

menangkap pelajaran dengan baik. Bimbingan konseling juga sangat


penting posisinya untuk membimbing siswa untuk memotivasi diri bahwa
mereka adalah suatu pribadi yang unik dan mampu bersaing. Perlunya
bimbingan konseling dapat berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah
siswa yang berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan adaptasi.
Sulitnya salah satu siswa untuk bergaul dan cenderung mengasingkan diri
dari teman-temannya memiliki akar permasalahan yang biasanya beruntun.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru merupakan

salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai


tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Peserta didik tidak hanya memerlukan materi – materi pelajaran sekolah,
materi bimbingan konseling pun perlu, karena pada dasarnya setiap
kehidupan pasti ada masalah. Memang sebagian orang bisa mengatasi
masalahnya sendiri, tetapi tidak sedikit juga orang yang memerlukan
bantuan orang lain untuk menyelesaikan
men yelesaikan masalah – masalah tersebut. Jadi

apabila peserta didik tetap dibiarkan memiliki masalah tanpa dibantu,


bagaimana mungkin peserta didik bisa berkonsentrasi untuk memahami
atau berfikir mengenai pelajarannya. Kalau ia masih punya beban fikiran
yang lain. Maka dari itu bimbingan dan konseling disekolah sangatlah

diperlukan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep bimbingan dan konseling di SMP/MTs ?
2. Apa saja bidang layanan bimbingan dan konseling di SMP/MTs ?
3. Bagaimana peran guru
guru dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
SMP/MTs?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep bimbingan dan konseling di SMP/MTs.
2. Untuk mengetahui apa saja bidang layanan bimbingan dan konseling

di SMP/MTs
3. Untuk mengetahui peran guru dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di SMP/MTs.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling baik itu pendidikan formal


maupun pendidikan nonformal mempunyai landasan hukum yang kuat.
Dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) dinyatakan bahwa: “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegndalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pengertian pendidikan ini,

bimbingan dan konseling merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai


tujuan pendidikan nasional diatas, tanpa adanya bimbingan dan konseling
mustahil akan tercapai tujuan pendidikan nasional dengan berbagai
pendekatannya.
Sejalan dengan tujuan dari kajian penelitian ini untuk memperoleh
gambaran tentang implementasi layanan bimbingan dan konseling di SMP
dan memberikan suatu model penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling di SMP denagn menggunakan pengembangan instrument
Program Audit dari ASCA National Model School Counseling Programs,

berikut ini disajikan kajian tentang: tujuan layanan bimbingan dan


konseling SMP, komponen-komponen program bimbingna dan konseling
di SMP berdasarkan ASCA National Model School Counseling Programs,
peningkatan kualitas layanan dan system manajemen bimbingan dan
konseling di SMP, batasan model bimbingan dan konseling
perkembangan di SMP.1

1
Sutirna, Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2013), Hal. 94-95
1. Tujuan layanan bimbingan dan konseling
Tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP terkait
dengan tujuan pendiidkan SMP, oleh karena itu secara umum tujuan

layanan bimbingan dan konseling di SMP adalah mengembangkan


dasar-dasar pembentukan warga Negara yang beriman, bertaqwa,
berkarakter, bermartabat, meningkatkan kemmapuan membaca,
menulis dan menghitung, sebagai belajar yang mandiri, kreatif dan
produktif. Memberikan kecakapan hidup untuk bekerja dan berusaha
mandiri, membrikan bekal pengetahuan, kemampuan dan sikap dasar
yang memungkinkan peserta didik mengikuti pendidikan lanjutan di
SMA.
Sedangkan tujuan secara khusus layanan bimbingan dan

konseling di SMP adalah mambantu peserta didik/warga belajar utnuk


mencapai tujuan perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi,
social, belajar dan karir sebagai landasanuntuk mencapai bimbingan
dan konseling secara umum.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan tersebut,
maka peserta didik perlu menguasai serangkaian tugas-tugas berkaitan
dengan perkembangannya atau yang lazim disebut tugas-tugas
perkembangan. Pencapaian atau penguasaan tugas-tugas
perkembangan tidak selalu berhasil, karena terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari


diri sendiri dan bisa datang dari luar atau lingkungan. Apa yang
dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP,
lingkungan dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
penguasaan tugas-tugas perkembangan tersebut diuraikan di bawah
bawah ini:
a. Konsep tugas perkembangan
Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurs (1953:
2) adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu
dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang
dapat memeberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-
tugas berikutnya.
Dengan demikian, topik tentang perkembangan merupakan

suatu kajian tentang perkembangan individu. Istilah perkembangan


mengandung oengertian serangkaian perubahan progresif yang
terjadi akibat dari suatu proses kematangan dan pengalaman. Oleh
karena itu, penguasaan tugas-tugas perkembangan dapat dikatakan
suatu proses.
Secara kronologis peseta didik SMP usia sekolah pada
umumnya berusia antara 13 tahun sampai 15 tahun, mereka
dikategorikan termasuk dalam kategori remaja awal atau pubertas,
yang merupakan bagian dari masa adolesensi. Eifert & Hoffnung

(1987: 591) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian


adolesensi, yakni “Adolesensi itu merupakan tahapan
perkembangan anatara
anat ara masa anak-anak dan masa dewasa, tahapan
perkembangan itu mulai dari dua belas tahun sampai dengan dua
puluh tahun yang ditandai pada perubahan-perubahan fisik,
kognitif, dan social.
Dengan demikian jelas pubertas merupakan bagian dari
adolesensi dan menitik beratkan pada kemasakan seksual anak,
sedangkan adolesensi meliputi semua perubahan fisik maupun

psikis yang menuju kearah kedewasaan. Pubertas meliputi sebagian


dari masa anak-anak dan sebagian lagi dari masa adolesensi. Masa
pubertas berlangsung kurang lebih pada usia11-15 tahun untuk
wanita, dan 12-16 sampai tahun pada laki-laki. (Siti Rahayu
Haditono, 1982: 24).
Pada masa inilah, anak mulai merasakan berbagai
perubahan dalam dirinya baik aspek fisik, social, mental dan
intelektual. Selanjutnya, dalam hal-hal tersebut terdapat sejumlah
tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak dalam hidup
dan kehidupannya yang mencakup aspek pribadi-sosial, pendidikan
dan karir.
Tugas perkembangan tersebut seebagai berikut:

1) Memperoleh hubungan-hubungan baru dan lebih matang dari


yang sebaya dari dua jenis kelamin
2) Memperoleh peranan social dengan jenis kelamin individu
3) Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
4) Memperoleh kebebasan diri melepas ketergantungan diri dari
orang tua dan orang dewasa lainnya
5) Melakukan pemeliharaan dan oersiapan untuk jabatan
6) Memeperoleh kebebasan ekonomi
7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep


yang diperlukan sebagai warga Negara yang baik
9) Memupuk dan mempeoleh perilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan secara sosial
10) Memeperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagi
pedoman berperilaku.
Senagn mendasarkan kepada tugas-tugas perkembangan yang
diuraikan tersebut hasil kajian terhadap tugas-tugas perkembangan
peserta didik setara SMP dilapangan, penulis merupaka tugas-tugas
tugas-tu gas

perkembangan yang harus dikuasai olrh peserta didik setara SMP


meliputi aspek pribadi, soaial, belajar dan karir.
Sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai
peserta didik di SMP, selayaknya
sela yaknya dikuasai dengan sebaik-naiknya.
sebaik -naiknya.
Meskipun demikian, ada kemungkinan tugas-tugas perkembangan
tersebut tidak terkuasai oleh peserta didik yang dikarenakan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya.

b. Lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tugas


perkembangan
1) Lingkungan keluarga
a) Keutuhan keluarga
Kualitas interaksi antara ayah dan ibu (suami dan

istri), antara orang tua dengan anak, dan antara anak denhan
anak kesemuanya itu sebagai cerminan keutuhan keluarga,
merupakan indicator penting dari oada kualitas lingkungan
rumah atau keluarga.
Keutuhan keluarga meliputi keutuhan dalam
struktur dan interaksi keluarga. Keutuhan dalam struktur
keluarga itu ayah atau ibu atau anak-anak. Apabila tidak
ada ayahnya atau ibunya atau keduanya tidak ada, maka
struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila

ayahnya taua ibunya jarang pulang kerunahnya dan


berbualan-bukan meninggalkan anaknya karena tugas atau
lain-lain, dan hal itu terjadi secara berulang-ulang, maka
struktur keluarga itupun tidak utuh lagi. Pada akhirnya
apabila orang tuanya hidup bercerai, keluarga itu tidak utuh
lagi.
Sedangkan keutuhan daalm berinteraksi keluarga
menunjukkan kepada wajar atau harmonis tidaknya
interaksi sosial yang berlangsung didalam keluarga

tersebut. Apabila orang tuanya sering cekcok dan


menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai
tindakan-tindakan agresif , keluarga itu tidak lai disebut
utuh. Dan hamper tidak adanya konflik pada diri orang tua
(Gerungan, 1978; Sinolungan, 1979).
Kebutuhan keluarga yang digambarkan tersebut
berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi anak.
Karena demikian besarnya pengarug tersebut, terkadang
suasana hubungan orang tua tidak kalah pentingnya

dibandingkan dengan pendidikan yang secara sengaja


diberikan kepada anak. (Duwal, dalam Hurlock, 1974:
356).
Sedangkan yang berkaitan dengan kekompakan

ayah dan ibu, dikemukakan bahwa anak tidak akan


mendapat kasih saying, penerimaan, dan kesetabilan yang
diharapkan, kecuali dengan kekompakan yang mendasar
dari kedua ibu bapaknya. Adanya kekompakan orang tua
adalah keharusan yang sangat penting bagi anak. (Musthafa
Fahmi, 1977: 72-73)
b) Perhatian orang tua
Perkembangan yang baik pada kepribadian anak,
memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Ini berarti bahwa kehadiran orang tua di tengah – tengah


anaknya sangat diperlukan. Orang tua yang jarang
berkumpul dan bertemu muka dengan anak – anak di rumah
dibandingkan dengan mereka yang sering berada di tengah
– tengah anaknya, tidak sama akibatnya terhadap
perkembangan anak – anaknya.
Disadari bahwa
bahwa perhatian dan kasih sayang orang
tua terhadap anak, tidak hanya dapat dirasakan pada saat
mereka saling bertemu secara fisik. Perhatian dan kasih

sayang orang tua dapat dirasakan oleh anak meskipun tidak


dari pertemuan secara fisik. Namun, kehadiran orang tua
secara fisik maupun psikologis lebih besar artinya bagi
anak, terlebih – lebih bagi mereka yang masih
membutuhkan kasih sayang orang tuanya.
2) Lingkunagn sekolah
Lingkungan sekolah dengan semua komponennya
merupakan sistem sosial dan juga sekaligus merupakan
lingkungan perkembangan siswa. Sebagai lingkungan

perkembangan, selayaknya sekolah merupakan factor di luar


anak yang memfasilitasi secara positif pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Karakter sentral
s entral dari pada sekolah adalah
memahami proses perkembangan manusia dan

bertanggungjawab dalam mengorganisir dan mempolakan


semua pengalaman dan aktivitas sekolah, dengan cara – cara
yang memungkinkan dapat memfasilitasi proses
perkembangann itu.
Lingkungan sekolah dengan semua komponennya akan
mempengaruhi perkembangan dan bahkan kepribadian siswa –
siswanya. Alasan sekolah dan guru mempengaruhi
perkembangan keribadian siswanya, adalah karena semua anak
– anak harus memperhatikan sekolah tanpa menghiraukan

pilihan atau preferensinya, anak – anak menghabiskan atau


menggunakan banyak waktu di sekolah dari pada di tempat lain
kecuali rumah. Di samping itu, alasan lainnya adalah lembaga
pendidikan itu memberi kesempatan kepada siswa pada
kesempatan pertamanya untuk menilai kekuatan dan
kelemahannya secara realistic.
3) Lingkungan masyarakat
Latar lingkungan lain selain keluarga dan sekolah adalah
lingkungan masyarakat, yaitu factor – factor yang ada di sekitar

tempat anak dan keluarganya berdomisili; yang disebut juga


sebagai exosystem dan macrosystem.
Latar sosial seperti tempat kerja orang tua, sistem
pemerintahan daerah, suasana kehidupan keagamaan
masyarakat, yang merupakan exosystem, peristiwa sejarah dan
budaya masyrakat, yang merupakan macrosystem dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Komponen-kompo
Komponen-komponen
nen program bimbingan dan konseling
a. Layanan dasar bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan, dengan
muatan materi self-esteem
self-esteem,, motivasi berprestasi, keterampilan

pengambilan keputusan, merumuskan tujuan dan membuat


perencanaan, keterampilan pemecahan masalah, keefektivan dalam
hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektivan
dalam memahami lintas budaya dan perilaku yang bertanggung
jawab.
b. Layanan responsif
Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian siswa yang muncul segera dan dirasakan
saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi, karir atau

masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup:


1) kesuksesan akademik
2) kenakalan anak
3) masalah putus sekolah
4) kehadiran
5) sikap dan perilaku terhadap sekolah
6) hubungan dengan teman sebaya
7) keterampilan studi
8) penyesuaian di sekolah baru

c. Sistem perencanaan individual


Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk
merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan,
karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri.
Dengan kata lain, melalui sistem perencanaan individual, siswa
dapat:
1) mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi, yang
didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang
sekolah, dunia kerja dan masyarakat
2) merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek,
jangka menengah dan tujuan jangka
jangka panjang
3) menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka

pencapaian tujuan
4) mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
5) mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya
d. Sistem pendukung
Komponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada
pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak
langsung bermanfaat bagi siswa, layanan ini mencakup:
1) Konsultasi dengan guru-guru
2) Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya

masyarakat
3) Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan
perencanaan dan tujuan
4) Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
5) Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan
6) Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam
kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa 2
B. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP
Berdasarkan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

di sekolah mengah pertama yaitu untuk membantu siswa agar dapat


memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi,
pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan, maka bidang
layanan bimbingan dan konseling meliputi:
1. Bimbingan Pribadi, meliputi:
a. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2
Ngalimun, Bimbingan Konseling di SD/MI Suatu Pendekatan Proses, (Banjarmasin: CV.

ASWAJA PRESSINDO, 2014)40-42


b. Pemahaman dan kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui
kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kegiatan sehari-
hari, di masyarakat maupun untuk peranannya di masa depan.

c. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan


pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
d. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya.
e. Pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang lebih
kompleks dan pengarahan diri.
f. Pemahaman dengan pengamalan hidup sehat.
2. Bimbingan Sosial, meliputi:
a. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan
maupun tulisan.

b. Pengembangan kemampuan bertingkahlaku dan berhubungan sosial,


baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung
tinggi tatakrama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat istiadat,
dan kebiasaan yang berlaku.
c. Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di
dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat pada umumnya.
d. Pemahaman dan pengalaman disiplin dan peraturan sekolah.
3. Bimbingan Belajar, meliputi:
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam

mencari informasi dari berbagai sumber dalam bersikap terhadap


guru dan staf yang terkait, mengerjakan tugas, dan perkembangan
ketrampilan, serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan
dan pengayaan.
b. Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri
maupun kelompok.
c. Mengembangkan penguasaan materi program belajar di SLTP.
d. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial, dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk

pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan.


e. Orientasi belajar di sekolah menengah, baik umum maupun
kejuruan.
4. Bimbingan Karir, meliputi:

a. Pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dengan


kecendrungan pilihan jabatan serta arah perkembangan karier.
b. Pengenalan bimbingan kerja karier khususnya berkenaan dengan
pilihan pekerjaan.
c. Orientasi dan informasi jabatan dan usaha memperoleh
penghasilan.
d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki.
e. Orientasi dan informasi pendidikan menengah baik umum maupun
kejuruan sesuai dengan cita-cita dan pengembangan karirer. 3

Karakteristik peserta didik/konseli SMP yang perlu dipahami


meliputi aspek fisik, kognisi, sosial, emosi, moral, dan spiritual.
1. Aspek Religius
Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan
individu terhadap kekuatan di luar dirinya yang mengatur kehidupan
manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-
keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan religiusitas
yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak

remaja mempersoalkan kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami


penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan sebelumnya. Di sisi lain,
keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih
giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka
yakini.

3
Muhammad Sibaril Majdi. Pengaruh Layanan Bimbingan dan Konseling dengan
dengan Motivasi
Belajar Peserta Didik di SMP Islam Hidayatullah Semarang. 2011. Hlm 11 – 17.
http://eprints.walisongo.ac.id/1981/3/53311315_Bab2.pdf diakses pada 17 November 2019 pukul
19.30 WIB
2. Aspek Moral
Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan
tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau tidak boleh dalam melakukan

sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena


aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja
juga mengalami perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa
kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering
mempersoalkan halhal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya
telah dihayati dan diyakini benar.
3. Aspek Emosi
Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas
yang labil. Transisi pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan

emosionalitas remaja mudah berubahubah. Perasaan remaja terhadap suatu


obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak
dipahami dengan baik sangat potensial menimbulkan konflik.
4. Aspek Kognitif
Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental
dibandingkan dengan masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja
mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga
dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat

memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak


mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa.
5. Aspek Sosial
Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak,
namun belum juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat
peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten.
Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak,
namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh
sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
6. Aspek Fisik
Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai
akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan

hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa
ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspekaspek lainnya
seperti seksualitas, emosionalitas, dan aspek-aspek psikososialnya.4
C. Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling
Guru dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik dengan melakukan strategi sebagai berikut:
1. Program Layanan
Dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan pendidikan,
ada lima jenis program layanan yang disusun dan diselenggarakan dalam

pelayanan bimbingan dan konseling,


konseling, yaitu sebagai berikut :
a. Program Tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun ajaran untuk
masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
b. Program Semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang
merupakan jabaran program tahunan.
c. Program Bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang

merupakan jabaran program semesteran.


d. Program Mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan
konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang
merupakan jabaran program bulanan.
e. Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.
Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam
bentuk Satuan Layanan atau Rencana Program Layanan dan/atau

4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenag
Tenagaa Kependidikan.
Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah
Menengah Pertama
(SMP). 2016.
Satuan Kegiatan Pendukung atau Rencana Kegiatan Pendukung
pelayanan bimbingan dan konseling.
konseling.
2. Penyelenggaraan Layanan Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan

dan konseling, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor bertugas


dan berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada:
a. Pelayanan Dasar, yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya
kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan
minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan
sosioemosional. Orang tua, guru dan orangorang yang dekat
(significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam
Dala m hal ini, Guru Bimbingan
dan Konseling atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak

langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal


dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b. Pelayanan Pengembangan, yaitu pelayanan untuk mengembangkan
potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas
perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup
baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan
dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh
penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara
optimal, serta menatap masa
mas a depan dengan cerah. Upaya pendidikan

pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan


bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik
dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam
penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini,
pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor selalu diarahkan dan
mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/Pendalaman Minat Studi
Siswa, yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada

peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai


dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas
minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap

perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam


pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan peminatan/lintas
minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-
aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
d. Pelayanan Teraputik, yaitu pelayanan untuk menangani
pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan
dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan.
Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir.

Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru


Bimbingan dan Konseling atau Konselor memiliki peran dominan.
Peran pelayanan teraputik oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dapat menjangkau aspekaspek pelayanan dasar, pelayanan
pengembangan, dan pelayanan
pelayanan peminatan.
e. Pelayanan Diperluas, yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri
siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan,
orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait
dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok

terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan,


proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi peserta
didik. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun
tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan
peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
3. Waktu dan Posisi Pelaksanaan
Pela ksanaan Layanan
Semua kegiatan mingguan (kegitan layanan dan/atau pendukung
bimbingan dan konseling) diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu
jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar kelas (di luar jam

pembelajaran).
a. Di dalam jam pembelajaran:
1) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan rombongan
belajar siswa dalam tiap kelas untuk menyelenggarakan layanan

informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan


instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di
dalam kelas.
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas
(rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal).
3) Kegiatan tatap muka nonklasikal diselenggarakan dalam bentuk
layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data,
kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
b. Di luar jam pembelajaran:

1) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan untuk


layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta kegiatan lainnya
yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung bimbingan dan konseling di luar
kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 1 jam pembelajaran
tatap muka dalam kelas.
3) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pembelajaran
satuan pendidikan maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan

bimbingan dan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan


satuan pendidikan.
4) Program pelayanan bimbingan dan konseling pada masing-masing
satuan pendidikan dikelola oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan
program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan
program pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan
pembelajaran dan mata pelajaran kegiatan ekstra kurikuler dengan
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas satuan
pendidikan.5

5
Jarkawi. “Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMP 25 Banjarmasin”. Jurnal
Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1. 2015, hlm. 5 – 7.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/viewFile/290/308 diakses pada 19 November
2019 pukul 10.30 WIB.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara umum tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP


adalah mengembangkan dasar-dasar pemebentukan warga Negara yang
beriman, bertaqwa, berkarakter, bermartabat, meningkatkan kemmapuan
membaca, menulis dan menghitung, sebagai belajar yang mandiri, kreatif
dan produktif. Sedangkan tujuan secara khusus layanan bimbingan dan
konseling di SMP adalah mambantu peserta didik/warga belajar utnuk
mencapai tujuan perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi, social,
belajar dan karir sebagai landasanuntuk mencapai bimbingan dan
konseling secara umum.

Bidang Layanan Bimbingan Konseling Bimbingan dan konseling


di SMP meliputi berbagai bidang, yaitu: bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir.
Guru dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik dengan melakukan strategi program layanan, Penyelenggaraan
Layanan Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling,
konseling, serta
strategi Waktu dan Posisi Pelaksanaan Layanan
B. Saran
Kami harap makalah ini dapat memberikan manfaat dan

pengetahuan lebih baik bagi penulis maupun pembaca. Namun dalam


penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan.
kekurangan. Oleh karena itu,
kami harap penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Jarkawi. “Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMP 25


Banjarmasin”. Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1. 2015.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/viewFile/290/308
diakses pada 19 November 2019 pukul 10.30 WIB.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP). 2016.
Ngalimun, Bimbingan Konseling di SD/MI
SD/MI Suatu Pendekatan Proses,
Proses,
(Banjarmasin: CV. ASWAJA PRESSINDO, 2014).
Sibaril Majdi, Muhammad. Pengaruh Layanan
Layanan Bimbingan dan Konseling
Konseling dengan
Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP Islam Hidayatullah Semarang.
2011. http://eprints.walisongo.ac.id/1981/3/53311315_Bab2.pdf diakses
pada 17 November 2019 pukul 19.30 WIB
Sutirna, Bimbingan dan Konseling
Konseling (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2013)

Anda mungkin juga menyukai